//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)  (Read 39632 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
      Kami ingin bercerita mengenai pengalaman yang kami anggap seumur hidup mungkin tidak dapat dilupakan. Karena dengan pengalaman inilah seolah-olah mata dan hati kami terbuka.

      Tatkala kami mendengar berita, Anagarini akan melakukan upacara peletakan batu permata yang akan diselenggarakan pada tanggal 10 September 1995, di Maribaya. Kami sebagai mantan anggota Silacarini, yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Bertekad akan membantu dan datang menyaksikan upacara peletakan batu pertama tersebut. Mantan silacarini tersebut kebanyakan sudah termasuk golongan nenek-nenek, tapi semangat yang kami miliki, sewaktu-waktu melebihi yang muda-muda.

      Maksud kami pergi hanya ingin membantu meringankan pekerjaan Anagarini yaitu pekerjaan di dapur. Sebab hanya pekerjaan itulah yang dapat kami lakukan.

      Kami berangkat pada tanggal 8 September 1995 sore kurang lebih pukul 18.00 WIB menuju Palmerah untuk menjemput kawan di sana. Menjelang keberangkatan, kami telah menyiapkan berbagai makanan yang berupa sepanci penuh ayam begana, sepanci ayam goreng, kerupuk emping dan banyak lagi yang lain-lain, tak lupa sekarung beras. Semua ini dikerjakan bergotong royong, ada yang keluar uang saja dan ada yang mengeluarkan tenaga, ada juga keluar uang dan tenaga. Ini bukan untuk hitung-hitungan, tapi merupakan gambaran kekompakan kami semata.

      Segala kelelahan untuk mengerjakan bakti sosial bagi Dhamma, bagaimana susah dan capainya, sedikitpun tidak terasa. Sebab dikerjakan dengan ikhlas dan senang hati.

      Pukul 20.00 WIB berangkatlah kami, dengan mobil kijang yang dimuati 7 orang termasuk sopir, ditambah dengan bawaan yang berpanci-panci, menjadi penuh sesak. Pokoknya rombongan kami ini akan menjamin konsumsi bagi tamu-tamu di Maribaya. Kami bekerja semaksimal mungkin agar semua senang dan bergembira.

      Cuaca cukup cerah, kepadatan lalu lintas kota Jakarta yang selalu macet, membuat kijang jalan merayap. Kami bercakap dan mengobrol, tidak merasa terganggu dengan sesaknya jalan raya yang dipadati berbagai jenis kendaraan dan bisingnya suara klakson.

      Kami tiba di pintu tol yang menuju ke Cikampek, begitu lewat, jalannya baru bisa cepat. Tak ubahnya seperti kijang sungguhan di dalam hutan. Gesit lincah dan tangkas. Berbareng dengan melajunya mobil, mataharipun sudah terbenam di ufuk barat. Kegelapan bumi menghilangkan semua panorama di kiri-kanan jalan, yang tampak hanya sinar lampu mobil yang bersimpang siur tidak putus-putusnya.

      Obrolan dan percakapan kamipun entah sejak kapan tidak terdengar lagi, rasa kantuk dan letih kini baru terasa. Ibu Lie Tjen duduk bersebelahan dengan sopir, dalam keadaan sadar dan tidak sadar, sayup-sayup telinganya masih mendengar seseorang teman melantunkan paritta Karaniya Metta Sutta. Seolah jauh tapi dekat, seolah bukan di dalam mobil tapi jauh….jauh entah di mana.

      Suara paritta tidak terdengar lagi, yang terasa mobil menjadi oleng tak karuan. Kiranya bencana telah mengintai kami. Kekagetan agaknya dirasakan semua penumpang, seolah dengan serentak seperti koor yang terlatih, kami berdoa dan ingat pada Sang Buddha yang Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga segala ketakutan tak ada. Karena ketika mobil kijang yang kami tumpangi sedang enak-enak memasuki jalan tol Cikampek kurang lebih baru memakan waktu 40 menit, tepatnya antara Karawang Barat dan Karawang Timur, Ibu Kumala melihat Pak sopir sedang mengendalikan stir sambil bertahan dengan susah sekali.

      Kiranya mobil pecah bannya…sopir terkejut, dan ia menginjak rem, mobil berputar dua kali di tengah jalan seperti main akrobat. Untung ketika mobil kami berputar sedemikian rupa, mobil-mobil lain masih jauh di belakang, namun ketika mobil berputar untuk ketiga kalinya, baru setengah putaran mobil tersebut berbalik arah lalu menyeruduk ke tepi jalan dan terbalik dengan keempat rodanya berada di atas. Padahal setelah putaran kedua, mobil-mobil yang tadinya jauh, sudah begitu dekat dan banyak. Lampu-lampu mobil tersebut terang menyorot ke arah kami, sepertinya siap menabrak, untung mobil berbalik arah. Sudah dalam keadaan demikian, semua penumpang tetap bersikap tenang. Dan kami (ibu-ibu) masih merasakan duduk dengan posisi kepala tetap di atas, walau mobil telah terbalik. Kaca pintu mobil entah hilang ke mana, pertama Ibu Lie Tjen merayap keluar.

      Kami merasa sangat berhutang budi dan sangat berterima kasih sekali kepada Ibu Lie Tjen yang walaupun kepalanya luka, darah sudah mengalir membasahi leher bajunya tapi ia tidak menghiraukannya. Malah masih berusaha menolong kami satu per satu bersama Bapak Sudiro yang bisa keluar sendiri. Kami yang di dalam sulit untuk keluar dan seperti sedang berenang di atas kuah sayur yang bermacam-macam dan baunyapun menjadi tak sedap. Untungnya sambal dan bumbu-bumbu yang kami bawa tidak ada yang tumpah atau pecah. Ketika kami sudah berada di luar dengan merayap ke atas jalan raya dan berdiri betapa terkejutnya kami: “Ya Ampun… ternyata keempat rodanya berada di atas!!!” Pada saat itu waktu baru menunjukkan pukul 21.00 WIB, lalu kami berdoa bahwa kami semua masih beruntung tidak ada yang terluka parah. Padahal sewaktu mau berangkat, sempat terlintas dalam pikiran Ibu Kumala bahwa: “Bila ia duduk di depan dengan kaki berselonjor, kalau ada apa-apa pasti kaki ini patah terlebih dahulu, ternyata pikiran saya itu meleset jauh, katanya”.

      Ibu Lie Tjen dan Bapak Sudiro memberhentikan mobil yang lewat, kebetulan ada sebuah mobil kap terbuka yang mau pulang ke Subang menawarkan jasa untuk mengantarkan kami sampai ke tempat tujuan. Tak lama kemudian para penduduk setempat berdatangan untuk menolong mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam, walaupun keadaan sangat gelap sekali.

      Kamipun mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang sudah membantu hingga barang-barang kami bisa terkumpul kembali walaupun hanya tempatnya saja, karena isinya sudah habis terbalik.


Sumber: Kusalayani-No. 4/1996, pp. 36-38

bersambung...
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #1 on: 14 October 2008, 07:51:58 AM »
      Setelah berunding dengan sopir yang akan mengantarkan, kami meminta pertolongan kepada kendaraan lain yang lewat untuk memanggilkan sebuah mobil Ambulance untuk membawa yang terluka ke rumah sakit terdekat. Ketika mobil Ambulance datang dan memeriksa mereka yang terluka, lalu ia menelpon mobil derek untuk membawa mobil kami ke kantor Polisi. Kemudian kami berangkat menuju rumah sakit Karawang untuk mengurus luka yang diderita oleh Ibu Lie Tjen dan Bapak Sopir. Tidak lama datang Bapak Polisi untuk memeriksa kejadian dan menanyakan ini itu untuk dibuatkan laporan mengenai kecelakaan tersebut. Dan ia bertanya pula; “Mana yang terluka parah?”, lalu dijawab oleh kawan kami: “Itu loh Pak, yang sedang diobati!!” Bapak Polisi tersebut seolah-olah tidak percaya dengan keterangan tersebut, karena yang terluka hanya satu orang dengan dua buah jahitan di kepala dan seorang lagi (sopir) mendapat satu jahitan serta wajah yang memar-memar. Sebab menurut keterangan Polisi itu, sebelumnya telah terjadi kecelakaan sebuah mobil Suzuki Zebra yang terbalik dengan korban dua orang meninggal.

      Kami semua berunding dengan Bapak Sudiro bahwa kami yang luka-luka ringan akan terus melanjutkan perjalanan ke Maribaya dengan diantar oleh mobil kap terbuka. Karena kami bertekad ingin membantu dengan berpikir bahwa: “Kalau bukan kami-kami ini dari kaum wanita/ibu-ibu, siapa lagi yang mau membantu Anagarini supaya maksud dan tujuan dari Anagarini terlaksana demi kepentingan kita semua. Karena masih banyak di antara kita umat Buddha, belum mengetahui apa tujuan dan kegiatan-kegiatan dari Lembaga Anagarini tersebut.” Sedangkan yang terluka kembali ke Jakarta.

      Sepanjang perjalanan ke Maribaya, Ibu Kumala yang duduk di belakang dengan Ibu Hemawati, mengingat kembali kejadian yang baru saja berlalu, bukannya merasa sedih, takut, dan jera malahan mereka berdua tertawa karena merasa aneh dan lucu, kejadian singkat dan berbahaya rupanya banyak menyimpan cerita lucu.

      Di antara kegelapan malam, ketika mereka mencari sopir yang berteriak-teriak minta tolong, tetap tidak dijumpai walau suaranya sangat dekat sekali. Ternyata sopir yang hendak ditolong tersebut sedang mereka duduki, masih belum diketahui ketika itu. Akhirnya Pak Sudiro yang mencarinya, sambil bertanya di mana kamu Dung (nama sopir tersebut)? “Di perut Pak Sudiro, jawabnya”. Saking kesal dan sakitnya ia berkata lagi: “Teganya pak Sudiro, saya sudah dalam keadaan begini masih diduduki dan ditimpa perut Pak Sudiro.” Barulah mereka menyadari dan segera menarik sopir itu keluar.

      Ketika melewati pos Polisi kurang lebih pukul 01.00 WIB dini hari kami distop Polisi, lalu ditegur, karena kami duduk di depan berlima dengan Sopir.

      Setelah sampai di Maribaya, betapa terkejutnya Anagarini karena kami baru tiba pukul 02.00 dini hari, dengan menumpang mobil kap terbuka dan di belakang penuh dengan panci-panci kosong yang berserakan malang melintang. Ketika Anagarini bertanya kami semua menjawab dengan tertawa seolah-olah tidak terjadi apa-apa padahal nyawa bisa melayang.

      Dengan terjadinya peristiwa ini, saya jadi berpikir betapa besar manfaatnya apabila kita suka melakukan perbuatan baik. Karena dengan perbuatan baik, misalnya yang paling mudah dilakukan berdana/apa saja yang dianggap baik walaupun hanya sedikit sesuai dengan kemampuan kita, tetapi bila kita melakukannya dengan hati yang tulus dan tidak terbatas waktu (sering kali) maka perbuatan kita ini akan bermanfaat sekali dan dapat menunjang kita. Oleh sebab itu janganlah segan-segan untuk berbuat baik. Di mana saja, kapan saja, siapa saja yang mempunyai waktu dan kesempatan janganlah disia-siakan begitu saja.

      Kejadian ini merupakan bukti bagi kami bahwa kami terlindung oleh kamma kami sendiri. Walau kap mobil seperti huruf V tapi tidak ada yang luka parah….

      Waktu mobil itu masuk bengkel,
“Waduh berapa orang yang meninggal, Pak?” tanya pemilik bengkel dengan terkejut. “Di mana kejadiannya?”
“Percaya tidak dalam kecelakaan ini, tidak seorangpun luka parah, hanya luka ringan!” jawab Pak Sudiro.
“Ajaib benar, mobil sampai begini tidak ada yang meninggal atau luka parah!”

      Memang merupakan mukjizat dan keajaiban, dalam kejadian ini semuanya selamat. Yang hilang hanyalah ayam goreng dan makanan-makanan lain. Ayam begana satu panci penuh, tutupnya diikat dengan tali plastik. Sesudah kejadian ikatannya masih utuh, tapi isinya tinggal sepotong, masih menjadi tanda tanya.

      Sepulangnya ke rumah hal ini kami tuturkan pada keluarga kami masing-masing. Dan ada yang berkomentar:
“Ya tempat kejadian itu adalah yang terangker sepanjang jalan tol, Jakarta-Cikampek. Apa kalian tidak tahu di mana kijang kalian terbalik, sering menelan korban. Ya, untunglah Buddha bless you, hanya ayam begananya yang hilang, kalau tidak mungkin saja ada nyawa yang hilang!”

      Penduduk setempat patut mendapat acungan jempol, beramai-ramai memberi pertolongan pada kami di tengah malam buta. Menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang berakhlak dan beriman baik, senang menolong sesama yang sedang kesusahan. Ini sudah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami. Segala makanan yang hilang tidak berarti apabila dibandingkan keikhlasan mereka mengulurkan tangan dan memberi bantuan dengan sukarela membuat yang merasa akan terharu dan tak terlupakan sepanjang hayat di kandung badan.

      Dengan kejadian ini kami merasa bahwa kamma baik melindungi kami, berarti pula kami sudah memetik buah dari perbuatan baik yang telah kami lakukan, maka kami harus banyak menanam lagi agar tidak habis. Ibaratnya kita menabung; marilah kita menabung, menabung lagi, menabung sebanyak-banyaknya karena hasilnya kita sendiri yang akan memetik atau menikmati buahnya.

      Dengan cerita ini, semoga dapat menggugah hati para dermawan karena banyak para dermawan yang memberi dana tidak pada tempatnya atau menabur benih bukan pada ladang yang subur. Dan mudah-mudahan apa yang Anagarini rencanakan sebelumnya bisa berjalan dengan lancar dan sukses sampai selesai.

      Semoga Sang Tiratana selalu memberkahi kita semua. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu!

***
Kiriman: Mantan Silacarini

Sumber: Kusalayani-No. 4/1996, pp. 38-41
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #2 on: 15 October 2008, 01:37:42 AM »
Anumodana ... Yumi  :lotus: _/\_

lagi merenung niee... apa ayee nyimpen kamma baik?  ::)

semoga selalu ada kesempatan berbuat baik ...  :)
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #3 on: 23 October 2008, 11:39:47 AM »
 _/\_
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline JH sugathadasa

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 293
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #4 on: 24 October 2008, 06:10:50 PM »
Anumodana atas kiriman artikelnya - semoga bisa menambah keyakinan kita akan buddha dharma  _/\_

Offline sumana

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Limit by yourself
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #5 on: 24 October 2009, 07:26:02 PM »
 _/\_

benar-benar pengalaman yg menakjubkan.  ^:)^

sabbe satta bhavantu sukhittata
Kelahiran telah terjadi, sukha dan dukha silih berganti. Kehidupan tidak kekal, menggapai pembebasan terakhir (nibbana).

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #6 on: 24 October 2009, 09:12:41 PM »
(menunggu kelanjutan cerita)

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #7 on: 24 October 2009, 11:22:59 PM »
 _/\_

Luar biasa cc yumi.. niat dan tekad anda sekalian patut diteladani oleh kita semua. Thanks atas sharingnya cc

 _/\_

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #8 on: 25 October 2009, 10:29:51 AM »
Salam sejahtera selalu Sis Yumi yg baik,
saya membaca kisah ini sangat terharu, sungguh pengalaman yang luar biasa sekali, benar2 indah, terbukti KAMMA kita adalah pelindung kita, karena sy juga banyak membuktikan dlm hidup saya, sedang kisah ini menyangkut begitu banyak nasib orang, namun tdk ada satupun yg meninggal, sungguh2 hebat. tentu tiap orang berbeda timbunan kamma baiknya, tapi ini sebegitu banyaknya orang tdk ada satupun yg meninggal, karena mereka semua memiliki satu tekad yaitu TEKAD LUHUR itulah yg MENYELAMATKAN mereka, segala sesuatu jika dilandasi dg tekad luhur maka kekuatan kamma baikpun akan matang (sy telah berehipassiko dlm hidup sy).

sis Yumi yang baik, mohon dibantu ya, tahukah anda dimana Ayya Dhamma? beliau saya namaskarai sebelum sy berangkat th.2006 tp kmrn wkt pulang ke tanah air sy mencari beliau ternyata udah lepas jubah dan keluar dr Lembang, beliau amat bersahaja, penuh welas asih raut wajahnya, lembut tutur katanya, pancaran yang penuh metta, teduh hati kita walau baru memandang wajahnya saja, tahukah anda dimana beliau, sy sangat ingin bertemu karena sy terkejut bgmn mgk seseorang yg telah berjubah 14 thn (sewaktu ktmu sy th.2006 beliau sy tanya berapa thn berjubah, dijawab 14 thn) serta memiliki kualitas keagungan knp bisa lepas jubah dg bgtu mudahnya? se blm n se sdhnya diucapkan terima kasih.

mettacittena,

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #9 on: 25 October 2009, 11:59:57 PM »
sis Yumi yang baik, mohon dibantu ya, tahukah anda dimana Ayya Dhamma? beliau saya namaskarai sebelum sy berangkat th.2006 tp kmrn wkt pulang ke tanah air sy mencari beliau ternyata udah lepas jubah dan keluar dr Lembang, beliau amat bersahaja, penuh welas asih raut wajahnya, lembut tutur katanya, pancaran yang penuh metta, teduh hati kita walau baru memandang wajahnya saja, tahukah anda dimana beliau, sy sangat ingin bertemu karena sy terkejut bgmn mgk seseorang yg telah berjubah 14 thn (sewaktu ktmu sy th.2006 beliau sy tanya berapa thn berjubah, dijawab 14 thn) serta memiliki kualitas keagungan knp bisa lepas jubah dg bgtu mudahnya? se blm n se sdhnya diucapkan terima kasih.

mettacittena,

Samaneri, xori banget ya.. wa jg baru kali ini denger nama Ayya Dhamma.. jadi kga tau di mana. emangnya beliau berdomisili di kota apa (Lembang itu di mana ya :-[)?
Sapa tau teman2 DC lainnya klo ada yg tau mgkn bs bantu Samaneri cariin?
  :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #10 on: 26 October 2009, 09:37:22 AM »
Beberapa kisah nyata mengenai kebajikan atau berbuat baik. Kebenaran sejati Dhamma ada dimana-mana. Kadang-kadang kita tidak sadar efek dari KEBAJIKAN yang dilakukan menular.

Hakikat dari Kebaikan atau KEBAJIKAN

Jonathan Smith adalah seorang dermawan, setiap tahun ia menyumbangkan dana  dalam jumlah yang sangat besar. Suatu hari, ada seorang wartawan yang bertanya kepada, “Tuan Smith, mohon jelaskan alasan apa yang membuat Anda setiap tahun terjun ke dalam usaha amal?”

Dia berdiam untuk sejenak, lalu menceritakan kisahnya:

Pada tahun dia lulus dari SMA, dia mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai supir taksi. Hari pertama dia bekerja, dia mengemudikan taksinya berkeliling di empat penjuru jalanan untuk mencari penumpang. Setengah hari hampir terlewatkan, akhirnya dia mendapatkan penumpang yang melambaikan tangannya. Dengan sangat gembira Smith menyambut penumpang itu.

Tak lama kemudian, penumpang itu telah diantar sampai ke  tempat tujuan oleh Smith, dengan total ongkos 20 dollar.

Dia berkata kepada penumpang itu, “Hari ini adalah hari pertama saya bekerja, dan Anda merupakan penumpang pertama saya. Karena itu, saya ingin memberikan diskon ongkos perjalanan menjadi 18 dollar saja.”

Akan tetapi penumpang itu tidak membawa uang pecahan, semuanya lembaran ratusan dollar, lagi pula ternyata Smith juga tidak memiliki uang pecahan untuk kembalian.

Akhirnya penumpang itu mengusulkan, “Saya bekerja tepat di atas gedung ini, mohon Anda tunggu sebentar di sini, saya akan pergi ke atas mengambil uang pecahan.”

Smith menengok pada perempuan setengah baya yang berdandan moderen duduk di belakangnya ini, lalu membiarkan dia turun dari taksi.

Setengah jam telah berlalu, bayangan wanita itu pun tidak kelihatan. Baru saja Smith berpikir untuk turun dari mobil untuk mencari wanita itu, akan tetapi tiba-tiba seorang polisi datang menghampiri dan membuka sebuah surat tilang. Polisi itu berkata, “Anda berhenti di jalan protokol, telah mengganggu lalu lintas. Anda kena denda 100 dollar.”

Tidak disangka kali pertama menarik penumpang, satu sen pun masih belum dapat, malah mendapat surat tilang!

Tetapi dia segera mendapat transaksi yang kedua. Kali ini penumpangnya adalah seorang turis, yang tersesat tidak menemukan jalan untuk pulang ke hotelnya. Smith mengetahui letak hotel itu, hanya menyeberangi jalan ini, lalu belok pada belokan kedua. Kalau naik mobil kira-kira 5 sampai 6 menit perjalanan sudah sampai.

Sebenarnya dia ingin menunjukkan jalan pada turis itu, tetapi dia berpikir kembali, bahwa penumpang wanita yang tadi itu telah menyengsarakan dirinya, mengapa dia tidak mencari keuntungan dari penumpang ini? Oleh karena itu Smith lalu mengangkut turis tersebut keliling memutari putaran besar baru sampai ke hotel itu, untuk ini ia telah mendapatkan keuntungan 40 dollar.

Sejak saat itu, Smith setiap kali menarik penumpang, selalu mengupayakan berbagai cara untuk membantai penumpangnya.

Suatu hari, dia melihat sebuah pengumuman pencarian orang di dalam koran, dalam pengumuman itu tertera seorang wanita bernama Nancy William yang mencari seorang supir taksi.

Nancy mengatakan bahwa pada  hari itu ada seorang supir taksi yang mengantar dia ke kantor, ongkos taksi 20 dollar, tetapi dia hanya mau menerima 18 dollar. Oleh karena sama-sama tidak punya uang kecil di tangan, maka dia terpaksa pergi ke atas kantor untuk mengambil uang.

Setiba di kantornya, karena ada urusan penting yang harus segera ia tangani, ia tidak bisa segera turun membayar kepada supir taksi. Dan saat urusan sudah selesai, dia lalu turun dari kantor, tetapi sopir taksi itu sudah pergi. Maka terpaksa ia menyerahkan 20 dollar ongkos taksi itu kepada kantor surat kabar tersebut, berharap agar supir taksi tanpa nama yang baik hati itu segera mengambil uang tersebut begitu melihat pengumuman ini. Di bagian akhir kalimat tertulis pernyataan penyesalan yang mendalam dari Nancy.

Melihat berita ini Smith menjadi tercengang, tangannya memegang koran, mukanya menjadi merah karena malu. Dia menyimpan koran tersebut, dan selalu dia bawa serta.

Sejak saat itu setiap kali keluar menarik penumpang,dia selalu mengutamakan pelayanan yang istimewa kepada penumpangnya. Dengan cepat, banyak orang mengetahui bahwa di dalam kota mereka, telah muncul seorang sopir taksi yang baik hati.

Mereka berebut datang untuk merasakan sendiri pelayanan yang khusus itu. Kemudian, dengan menggunakan kepercayaan dan perlayanan yang baik dari dirinya itu, di kemudian hari Smith lalu mendirikan perusahaan taksi miliknya sendiri, bahkan pernah menjadi orang tersukses dalam bidang usaha yang digelutinya itu.

Wartawan itu sangat terharu  setelah mendengarkan penuturan cerita Smith. Setelah berhenti sejenak dengan suara lirih Smith melanjutkan, “Saya harus berterima kasih kepada Nancy dan semua orang yang telah memberikan bantuannya kepada saya. Nurani ( cetana yang baik ) itu sangat berharga, setelah berkorban dengan sepenuh hati, barulah bisa mendapatkan balasan dari kebaikan itu, hal inilah merupakan hakikat dari perbuatan amal/kebaikan/KEBAJIKAN.”

Semoga Bermanfaat

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #11 on: 26 October 2009, 12:52:56 PM »
Kisah Nyata ini menggambarkan bahwa KEBAJIKAN yang kita lakukan adalah MENULAR , selain memberi manfaat kepada diri sendiri ( jangan pusing kapan kamma baik berbuah ) tetapi minimal kita berbahagia atas perbuatan baik tersebut, kadang kita tidak menyadari bahwa kebaikan kita tersebut memberikan MANFAAT yang luar biasa kepada orang lain yakni memberi pengaruh positif untuk berbuat baik. Seperti kisah nyata dibawah ini.

Menyebarkan Niat Baik

Suatu ketika, seorang narapidana yang mengidap penyakit leukemia  diantar ke rumah sakit kami.  Pihak rumah sakit menemukan bahwa narapidana ini perlu melakukan transplantasi tulang sumsum. Walaupun dia adalah seorang penjahat, atas dasar perikemanusiaan, kita tetap harus membiarkan dia mendapatkan perawatan medis. Karenanya kami pergi ke Bank tulang sumsum negara untuk melakukan pencocokan. Diluar dugaan, kami mendapatkan ada yang cocok.

Oleh karena narapidana ini adalah penjahat kriminal kelas kakap, sebenarnya di dalam hati kecil kami juga merasa enggan menolongnya.

Dan ketika kami memberitahukan pendonor tentang identitas si penderita, kami mengingatkan kepadanya, “Anda boleh mengatakan ‘tidak’ jika Anda mengatakan tidak, maka persoalan ini selesai sampai di sini.”

Yang membuat orang sangat takjub adalah ucapan dari si pendonor, “Saya besedia, meskipun dia adalah seorang penjahat yang akan segera dihukum tembak. Asalkan dia masih bisa hidup sehari lebih, asalkan dia membutuhkan saya, saya tetap masih bersedia menjadi pendonornya.”

Seorang manusia yang memiliki kelapangan dada sedemikian besar, maka kami terpaksa melakukan transplantasi sumsum tulang bagi narapidana itu.

Setelah tansplantasi, reaksi dari narapidana itu sangat bagus. Ketika dia tahu bahwa meskipun pendonor sudah sangat jelas dengan identitasnya sebagai seorang narapidana, tetapi masih mau bermurah hati mendonorkan sumsum tulangnya, menyebabkan dia merasa sangat terharu dan menjadi insyaf.

Sejak itu di dalam penjara dia bekerja keras demi kemakmuran negara, kemudian dia masuk sekolah kejuruan perawat, setelah lulus dari sekolah perawat, dia mengajukan permintaan menjadi perawat pria di bagian transplantasi sumsum tulang di rumah sakit kami.

Sekarang dia sudah   mengabdi di rumah sakit kami untuk beberapa tahun lamanya, pekerjaan utamanya adalah memberi penjelasan kepada seluruh penderita tentang tansplantasi sumsum tulang itu apa. Oleh karena dia sendiri pernah menjalani transplantasi sumsum tulang, maka hasil penjelasannya jauh lebih baik daripada yang diberikan oleh perawat-perawat pada umumnya.

Menyebarkan pikiran baik ternyata memiliki kekuatan yang sangat besar. Adanya sekilas pikiran baik untuk mendonorkan sumsum tulang, bukan hanya telah menolong sebuah nyawa, namun juga telah menolong merubah hati seseorang yang jahat menjadi baik. Dengan berkurangnya satu orang penjahat di muka bumi ini, maka ketenteraman hidup pun meningkat.  

Hal tersebut mengingatkan saya ketika masih kuliah di Universitas Yale.

Pada suatu hari saat sedang menunggu lift, di samping saya berdiri seorang pria negro tinggi dan tampan mengenakan kemeja merah.

Saya bertanya kepadanya, “Anda hendak ke lantai berapa?”

Dia mengatakan lantai-9. Sewaktu saya katakan bahwa lantai itu adalah bagian penyakit anak-anak, dia berkata, “Memang benar! Saya akan pergi ke ruangan ICU penyakit anak-anak dan menjadi relawan di sana.”

Dia melanjutkan, “Dulu saya terlahir dalam kondisi sangat kritis, dan dirawat di rumah sakit ini selama lima bulan baru diijinkan pulang ke rumah. Sekarang saya sudah dewasa, maka saya hendak menjadi relawan di sini.  

Hal ini memberi saya satu kesan yang sangat mendalam. Daerah pemukiman orang kulit hitam di sekitar Universitas Yale, acapkali dipandang sebagai daerah yang kurang aman bagi orang lain.

Dia memberitahu kepada saya, ketika itu para dokter semuanya menyebut dirinya sebagai anak “ratusan juta dollar”. Harus menghabiskan ratusan juta dollar untuk menancapkan selang guna menolong jiwa seorang anak yang kelak mungkin bisa menjadi seorang pemadat. Lantas apa gunanya? Sudahlah tidak perlu ditolong! Ini merupakan suara hati dari kebanyakan dokter.

Akan tetapi, kebijakan rumah sakit yang juga dengan pertimbangan perikemanusiaan  telah memutuskan untuk memberikan pertolongan ini. Merasa sangat berterima kasih kepada orang-orang yang dulu telah bersedia menolongnya, sekarang dia merasa berkewajiban untuk membalas kebaikan ini kepada masyarakat.

Karena itu, banyak sekali persoalan di dunia ini yang tidak bisa diukur dengan uang.

Jika menggunakan uang sebagai tolok ukur, maka di dunia ini hanya akan ada beberapa persoalan saja yang cukup berharga untuk dilakukan. Setidaknya jika masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan Anda, maka Anda pasti akan merasa bahwa hal itu tidak cukup berharga untuk dilakukan.

Seperti halnya pemuda itu, dia kembali ke rumah sakit itu menjadi relawan, tidak peduli seberapa besar pengorbanan yang bisa dia lakukan, tetapi justru hanya dari ketulusan niatnya ini, telah mengharukan entah berapa banyak orang!

Sesungguhnya besar kecilnya niat baik yang ada bukanlah yang utama, yang terpenting adalah usaha untuk selalu menyebarkan niat baik ini dalam kehidupan ini.

Semoga Bermanfaat

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #12 on: 27 October 2009, 08:42:49 AM »
Kisah Nyata ini menggambarkan Kebenaran Hukum Kamma :

Ignacy Jan Paderewski

Melakukan kebaikan dan tidak mengharapkan balasan, merupakan manifestasi dari semacam keluhuran moral. Seseorang yang baik hati, selalu bisa menghadapi segala kesulitan dan kegembiraan dalam perjalanan hidupnya sendiri dengan hati yang wajar.

Orang yang berwibawa tinggi dan dihormati khalayak umum, kebanyakan mereka mau berkorban untuk segala hal dan tidak mengharapkan balasan dari orang lain. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika mereka yang telah menerima budi kebaikan tersebut, bisa menyontoh tindakan itu dan melakukan dengan cara mereka sendiri untuk menghadapi orang lain.

Maka dari itu orang yang melakukan kebaikan dan tidak mengharapkan balasan seringkali mendapatkan imbalan di luar dugaan mereka, hal ini merupakan hukum alami dari perputaran SEBAB AKIBAT.

Menurut cerita pada akhir abad ke-19, di Amerika ada dua orang anak miskin lulus dari ujian dan masuk di sebuah universitas. Demi mendapatkan biaya hidup dan uang kuliah, mereka mulai bekerja sambil kuliah.

Ketika itu mereka berdua mendapatkan suatu cara untuk mendapatkan uang yakni mencari seorang pianis ternama, dan diajak untuk bekerja sama mengadakan konser tunggal. Jika konser berhasil dan mendapatkan untung maka mereka akan mendapatkan uang yang lebih banyak untuk membiayai hidup mereka.

Lantas mereka berusaha menemui Ignacy Jan Paderewski (18 November 1860 – 29 Juni 1941), yakni seorang pianis pria ternama pada saat itu. Manager Paderewski mengadakan kesepakatan usaha dengan dua anak muda tersebut, dan memutuskan akan memberikan honor kepada  Paderewski sebanyak dua ribu dollar Amerika Serikat untuk sekali pentas.

Angka tersebut adalah suatu angka yang sangat pantas bagi pementasan seorang pianis ternama seperti Paderewski, tetapi angka ini merupakan jumlah yang sangat besar bagi dua anak muda tersebut. Jika hasil konser yang mereka adakan ini tidak bisa mencapai dua ribu dollar, dapat dipastikan mereka akan mengalami kerugian.

Akhirnya dua orang anak muda tersebut menanda tangani kontrak perjanjian, dan berjuang mati-matian hingga konser berakhir dengan sempurna, namun setelah pembukuan dihitung didapatkan bahwa konser tersebut hanya menghasilkan seribu enam ratus dollar saja.

Uang sebanyak seribu enam ratus dollar tersebut mereka serahkan seluruhnya kepada Paderewski, masih disertai selembar cek yang bernominal empat ratus dollar, serta berjanji akan secepatnya melunasi empat ratus dollar tersebut.

Hati Paderewski tergerak melihat kedua anak muda miskin tersebut. Secara tak diduga, dia menyobek lembaran cek itu lalu menyodorkan seribu enam ratus dollar tersebut kepada kedua anak muda ini serta berkata, “Dari uang ini potongkan dulu uang kuliah dan biaya hidup kalian berdua. Ambillah 10% dari sisa uang yang ada untuk honor kalian, sisanya baru berikan untuk saya.” Ketika itu dua orang anak muda ini meneteskan air mata karena terharu.

Bertahun-tahun kemudian, ketika itu perang dunia pertama juga sudah selesai, Paderewski pulang ke negara asalnya dan menjabat sebagai perdana menteri Polandia.

Tetapi oleh karena benturan dari peperangan yang mengakibatkan terjadinya kesulitan ekonomi dalam negeri Polandia. Teriakan meminta bantuan yang terus-menerus dari puluhan ribu rakyat yang kelaparan, membuat Paderewski yang telah berusaha kian kemari tetap tidak bisa mengatasi krisis besar ini.

Akhirnya dengan sangat tidak berdaya terpaksa dia meminta bantuan kepada Herbert Hoover (Presiden Amerika ke-31) yang saat itu menjabat sebagai Head of American Food Administration dan American Relief, setelah Hoover menerima berita ini, dengan tanpa keraguan sedikitpun dia segera menyetujui memberi bantuan makanan dalam jumlah yang besar.

Tidak lama kemudian, puluhan ribu ton makanan telah dikirim ke Polandia, membuat rakyat Polandia terhindar dari bahaya kelaparan.

Guna menyampaikan sendiri rasa terima kasihnya kepada Herbert Hoover, PM Paderewski  mengadakan perjanjian untuk bertemu di Paris.

Tidak terduga ketika mereka berdua bertemu muka, Herbert Hoover langsung berkata, “Tidak perlu Anda berterima kasih kepada saya, justru sayalah yang harus berterima kasih kepada Anda! Tuan, ada satu hal yang mungkin sudah tidak teringat oleh Anda, tetapi bagi saya peristiwa itu tidak akan saya lupakan untuk selamanya! Ketika Anda masih berada di Amerika, Anda pernah menolong dua orang mahasiswa miskin, saya adalah salah satu dari dua mahasiswa miskin itu.”

Dari cerita ini dapat kita simpulkan, melakukan budi kebaikan dan tidak mengharapkan balasan sudah pasti adalah tindakan dari orang yang bermoral tinggi dan berkepribadian luhur. Segala ketulusan dan kebaikan hati yang pernah dilakukan setiap orang, ditambah dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan, pasti tidak akan lekang oleh waktu.  

Semoga Bermanfaat

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #13 on: 27 October 2009, 02:56:29 PM »
Ini bermanfaat dan menginspirasi sekali.. TQ.

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: KAMMAPATISARANA… Terlindung oleh kammaku sendiri (kisah nyata)
« Reply #14 on: 27 October 2009, 03:14:56 PM »
Sungguh mengharukan kisah2 yang menyentuh ini..