Namo Buddhaya,
Maaf, judulnya agak... agak... bingung soalnya tidak menemukan kata yang tepat
btw saya mo tanya..
Selama ini dalam pikiran saya bahwa meditasi yang lebih beresiko ( tanpa
pembimbing / guru )itu adalah meditasi Vippasana karena saya pernah dan sering
membaca bahwa seseorang yang melakukan meditasi vippasana tanpa bimbingan dari
seorang guru bisa mengakibatkan stress, dll. karena mengalami sensasi-sensasi
yang mungkin agak gimana ( saya sendiri juga tidak tahu ).
Tapi ketika kemarin saya ada diskusi dengan teman saya, dia bilang bahwa yang
lebih beresiko itu meditasi samatha terutama meditasi pernapasan ( anapasati ),
saya jadi agak bingung.. apalagi setelah saya membaca bahwa Sang Buddha mencapai
pencerahan sempurna karena melakukan meditasi pernapasan.
Mohon pencerahannya..
Salam Metta,
Erlin
=================================
HUDOYO:
Tampaknya teman Anda itu pun tidak punya pengalaman meditasi.
Meditasi apa pun mengandung risiko kalau pemeditasi tidak memahami apa yang harus dilakukan dalam meditasi. Risikonya ialah kalau ia MEMILIKI KEINGINAN DUNIAWI KUAT YANG DIHARAPKANNYA DIPEROLEH DARI MEDITASINYA, seperti ingin sakti, ingin kebal, ingin melihat alam gaib, ingin bisa mempengaruhi orang lain, ingin cita-cita duniawinya tercapai dsb, dsb. Dalam hal itu ia akan mengalami konflik dalam meditasinya, dan kalau ini tidak disadarinya, bisa menimbulkan stres dan gangguan jiwa.
Tapi soal ini tidak perlu dibesar-besarkan. Yang membesar-besarkan biasanya justru orang yang TIDAK PERNAH BERMEDITASI. Merekalah yang suka bergunjing tentang "bahaya meditasi".
Baik meditasi ketenangan (samatha-bhavana) maupun meditasi pencerahan (vipassana-bhavana) sama-sama TIDAK berisiko selama pemeditasi memahami APA TUJUANNYA dan BAGAIMANA CARANYA. Itu saja dipegang. Jangan takut bermeditasi.
Memang, dalam meditasi pencerahan (vipassana-bhavana) bisa muncul keadaan batin tertentu yang membuat orang RAGU-RAGU (vicikiccha), dan/atau membuat orang MANDEK dalam meditasinya karena mengira telah "sampai". Untuk itu perlu seorang pembimbing/guru yang mampu mengingatkannya kembali.
Jadi, tidak ada risiko GANGGUAN MENTAL sedikit pun dalam melakukan meditasi vipassana, sebagaimana sering digembar-gemborkan oleh orang yang tidak pernah bermeditasi.
Beberapa kasus gangguan jiwa yang terjadi dalam meditasi vipassana lagi-lagi disebabkan oleh karena pemeditasi TIDAK MEMAHAMI TUJUAN meditasi vipassana, dan TIDAK MENJALANKAN PETUNJUK yang diberikan pembimbing/guru. Kasus-kasus seperti ini JUSTRU terjadi dalam retret-retret yang dibimbing oleh seorang guru, baik di dalam maupun di luar negeri!
Orang-orang seperti ini biasanya SUDAH mempunyai stres atau konflik yang berat dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka mudah dikenali sebelum mulai meditasi dengan wawancara yang agak mendalam sedikit. -- Jadi, jika Anda yakin batin Anda tidak mempunyai stres atau konflik yang berat dalam kehidupan sehari-hari, Anda tidak perlu takut melakukan meditasi vipassana.
Seorang guru vipassana, Bhante Gunaratana, menulis sebuah buku yang ditujukan bagi orang-orang yang tidak punya pembimbing/guru dan mau berlatih vipassana sendirian. ("Meditasi dalam Kehidupan Sehari-hari.")
Meditasi adalah intisari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha. "Umat Buddha" yang tidak pernah bermeditasi sebetulnya bukan siswa yang menjalankan ajaran Sang Guru.
Sila, Samadhi (meditasi) dan Pannya harus dilaksanakan sejak AWAL Anda menjalankan ajaran Sang Buddha. Bukan sila dulu, lalu meditasi belakangan entah kapan. (Meditasi di sini bukan "meditasi" 1-2 menit dalam kebaktian yang tidak lebih dari seminggu sekali.) Banyak "umat Buddha" menunda-nunda atau tidak mau bermeditasi, karena mengira meditasi itu susah, buang waktu, dan tidak bermanfaat. Mereka sering berkilah, akan bermeditasi setelah tua atau setelah pensiun nanti.
Pesan saya: BERMEDITASILAH MULAI SEKARANG, SEBELUM MUSIBAH DATANG ! Dan percayalah, musibah cepat atau lambat pasti akan datang dalam hidup Anda.
Salam,
Hudoyo
Tujuan dengan harapan beda ya?