//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)  (Read 11822 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« on: 05 March 2016, 08:47:23 AM »
Berikut adalah terjemahan Madhyama Agama bagian 5 yang terdiri atas kotbah 42-57.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #1 on: 05 March 2016, 08:49:27 AM »
MADHYAMA ĀGAMA

Bagian 5 Tentang Kondisi-Kondisi

42. Kotbah tentang “Apakah Tujuannya?”<134>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu, pada sore hari, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduk bermeditasi dan pergi menemui Sang Buddha, memberikan penghormatan pada kaki beliau, berdiri pada satu sisi, dan berkata: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari menjaga moralitas?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, menjaga moralitas memiliki tujuan [mengizinkan seseorang] tanpa penyesalan. Ānanda, jika seseorang menjaga moralitas, ia mencapai [keadaan] tanpa penyesalan.

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari tanpa penyesalan?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, tanpa penyesalan memiliki tujuan kegembiraan. Ānanda, jika seseorang tanpa penyesalan, ia mencapai kegembiraan.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kegembiraan?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kegembiraan memiliki tujuan sukacita. Ānanda, jika seseorang bergembira, ia mencapai sukacita.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari sukacita?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, sukacita memiliki tujuan ketenangan. Ānanda, jika seseorang memiliki sukacita, ia mencapai ketenangan tubuh.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari ketenangan?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, ketenangan memiliki tujuan kebahagiaan. Ānanda, jika seseorang memiliki ketenangan, ia mencapai pengalaman kebahagiaan.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kebahagiaan?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kebahagiaan memiliki tujuan konsentrasi. Ānanda, jika seseorang memiliki kebahagiaan, ia mencapai konsentrasi pikiran.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari konsentrasi?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, konsentrasi memiliki tujuan melihat hal-hal sebagaimana adanya, mengetahui hal-hal sebagaimana adanya. Ānanda, jika seseorang memiliki konsentrasi, ia mencapai [kemampuan] melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya memiliki tujuan kekecewaan. Ānanda, jika seseorang melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, ia mencapai kekecewaan.

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kekecewaan?”

Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kekecewaan memiliki tujuan kebosanan. Ānanda, jika seseorang kecewa, ia mencapai kebosanan.”

Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kebosanan?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, kebosanan memiliki tujuan pembebasan. Ānanda, jika seseorang bosan, ia mencapai pembebasan dari semua nafsu, kebencian, dan kebodohan.

Ānanda, dengan menjaga moralitas seseorang tidak memiliki penyesalan; dengan tidak memiliki penyesalan ia mencapai kegembiraan; melalui kegembiraan ia mencapai sukacita; melalui sukacita ia mencapai ketenangan; melalui ketenangan ia mencapai kebahagiaan; melalui kebahagiaan ia mencapai kebahagiaan ia mencapai konsentrasi. Ānanda, melalui konsentrasi seorang siswa mulia yang terpelajar melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya; dengan melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, ia mencapai kekecewaan; melalui kekecewaan ia mencapai kebosanan; melalui kebosanan ia mencapai pembebasan. Melalui pembebasan ia mengetahui ia mengetahui ia terbebaskan: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Ia mengetahui sebagaimana adanya: tidak akan ada kelangsungan lain.”

Demikianlah, Ānanda, satu keadaan bermanfaat untuk yang lain, satu keadaan adalah jalan untuk yang lain, dan moralitas akhirnya membawa pada tujuan tertinggi, dengan kata lain, untuk menyeberang dari pantai ini menuju pantai lain.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu lainnya bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #2 on: 05 March 2016, 08:50:48 AM »
43. Kotbah tentang Tidak [Perlu] Berpikir<135>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata:

Ānanda, seseorang yang menjaga moralitas tidak perlu berpikir: “Semoga aku bebas dari penyesalan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang menjaga moralitas akan bebas dari penyesalan.

Ānanda, seseorang yang tanpa penyesalan tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai kegembiraan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang tanpa penyesalan akan mencapai kegembiraan.

Ānanda, seseorang yang bergembira tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai sukacita!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang bergembira akan mencapai sukacita.

Ānanda, seseorang yang memiliki sukacita tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai ketenangan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang telah memiliki sukacita akan mencapai ketenangan tubuh.

Ānanda, seseorang yang memiliki ketenangan tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai kebahagiaan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang memiliki ketenangan akan mencapai pengalaman kebahagiaan.

Ānanda, seseorang yang memiliki kebahagiaan tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai konsentrasi!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang memiliki kebahagiaan akan mencapai konsentrasi pikiran.

Ānanda, seseorang yang memiliki konsentrasi tidak perlu berpikir: “Semoga aku melihat hal-hal sebagaimana adanya, mengetahui hal-hal sebagaimana adanya!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang memiliki konsentrasi akan melihat hal-hal sebagaimana adanya, mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.

Ānanda, seseorang yang melihat hal-hal sebagaimana adanya, yang mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai kekecewaan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang melihat hal-hal sebagaimana adanya, yang mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, akan mencapai kekecewaan.

Ānanda, seseorang yang memiliki kekecewaan tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai kebosanan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang memiliki kekecewaan akan mencapai kebosanan.

Ānanda, seseorang yang memiliki kebosanan tidak perlu berpikir: “Semoga aku mencapai pembebasan!” Ānanda, adalah hukum alam bahwa mereka yang memiliki kebosanan akan mencapai pembebasan dari semua nafsu, kebencian, dan kebodohan.

Ānanda, dengan menjaga moralitas seseorang tidak memiliki penyesalan; dengan tidak memiliki penyesalan ia mencapai kegembiraan; melalui kegembiraan ia mencapai sukacita; melalui sukacita ia mencapai ketenangan; melalui ketenangan ia mencapai kebahagiaan; melalui kebahagiaan ia mencapai konsentrasi pikiran. Ānanda, melalui konsentrasi pikiran seorang siswa mulia yang terpelajar melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya; dengan mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana adanya, ia mencapai kekecewaan; melalui kekecewaan ia mencapai kebosanan; melalui kebosanan ia mencapai pembebasan. Melalui pembebasan ia mengetahui ia terbebaskan: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Ia mengetahui sebagaimana adanya: tidak akan ada kelangsungan lain.”

Demikianlah, Ānanda, satu keadaan bermanfaat untuk yang lain, satu keadaan adalah jalan untuk yang lain, dan moralitas akhirnya membawa pada tujuan tertinggi, dengan kata lain, menyeberang dari pantai ini menuju pantai lain.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu lainnya bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #3 on: 05 March 2016, 08:51:43 AM »
44. Kotbah tentang Perhatian<136>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Jika seorang bhikkhu sering lupa dan tidak waspada penuh, ini merusak perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Tidak memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan penuh merusak penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan ketiadaan pembebasan merusak [pencapaian] nirvana. Jika seorang bhikkhu tidak lupa dan memiliki kewaspadaan penuh, kondisi muncul untuk perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Jika ia memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, kondisi muncul untuk penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika ia memiliki pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu itu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #4 on: 05 March 2016, 08:52:45 AM »
45. Kotbah [Pertama] tentang [Rasa] Malu dan Segan<137>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Jika seorang bhikkhu tanpa [rasa] malu dan segan, ini merusak kasih sayang dan penghormatan. Tidak memiliki kasih sayang dan penghormatan merusak keyakinan. Tidak memiliki keyakinan merusak pengamatan seksama. Tidak memiliki pengamatan seksama merusak perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Tidak memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan penuh merusak penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana.

[Namun], jika seorang bhikkhu memiliki [rasa] malu dan segan, kondisi bagi kasih sayang dan penghormatan muncul. Jika terdapat kasih sayang dan penghormatan, kondisi bagi keyakinan muncul. Jika terdapat keyakinan, kondisi bagi pengamatan seksama muncul. Jika terdapat pengamatan seksama, kondisi bagi perhatian penuh dan kewaspadaan penuh muncul. Jika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, kondisi muncul untuk penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu itu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #5 on: 05 March 2016, 08:54:05 AM »
46. Kotbah [Kedua] tentang [Rasa] Malu dan Segan<138>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para bhikkhu:

Teman-teman yang mulia, jika seorang bhikkhu tanpa [rasa] malu dan segan, ini merusak kasih sayang dan penghormatan. Tidak memiliki kasih sayang dan penghormatan merusak keyakinan. Tidak memiliki keyakinan merusak pengamatan seksama. Tidak memiliki pengamatan seksama merusak perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Tidak memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan penuh merusak penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana.

Teman-teman yang mulia, ini seperti halnya sebatang pohon. Jika kulit kayu luarnya rusak, maka kayu lembut bagian dalam tidak berkembang dengan baik. Jika kayu lembut bagian dalam tidak berkembang dengan baik, maka batang, tangkai, inti kayu, dahan dan cabang, daun, bunga, dan buah semuanya tidak dapat berkembang dengan baik. Teman-teman yang mulia, ketahuilah bahwa ini sama halnya dengan seorang bhikkhu. Jika ia tanpa [rasa] malu dan segan, maka ini merusak kasih sayang dan penghormatan. Tidak memiliki kasih sayang dan penghormatan merusak keyakinan. Tidak memiliki keyakinan merusak pengamatan seksama. Tidak memiliki pengamatan seksama merusak perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Tidak memiliki perhatian penuh dan kewaspadaan penuh merusak penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana.

[Namun], jika, teman-teman yang mulia, seorang bhikkhu memiliki [rasa] malu dan segan, kondisi bagi kasih sayang dan penghormatan muncul. Jika terdapat kasih sayang dan penghormatan, kondisi bagi keyakinan muncul. Jika terdapat keyakinan, kondisi bagi pengamatan seksama muncul. Jika terdapat pengamatan seksama, kondisi bagi perhatian penuh dan kewaspadaan penuh muncul. Jika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, kondisi muncul untuk penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.

Teman-teman yang mulia, ini seperti halnya sebatang pohon. Jika kulit kayu luarnya tidak rusak, kayu lembut bagian dalam dapat berkembang dengan baik. Jika kayu lembut bagian dalam dapat berkembang dengan baik, maka batang, tangkai, inti kayu, dahan dan cabang, daun, bunga, dan buah semuanya dapat berkembang dengan baik.

Teman-teman yang mulia, ketahuilah bahwa ini sama halnya dengan seorang bhikkhu. Jika terdapat [rasa] malu dan segan, kondisi bagi kasih sayang dan penghormatan muncul. Jika terdapat kasih sayang dan penghormatan, kondisi bagi keyakinan muncul. Jika terdapat keyakinan, kondisi bagi pengamatan seksama muncul. Jika terdapat pengamatan seksama, kondisi bagi perhatian penuh dan kewaspadaan penuh muncul. Jika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, kondisi muncul untuk penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Yang Mulia Sāriputta. Setelah mendengarkan perkataan Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu itu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #6 on: 05 March 2016, 08:55:05 AM »
47. Kotbah [Pertama] tentang Moralitas<139>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Jika seorang bhikkhu melanggar moralitas, maka ini merusak tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana. [Namun], jika seorang bhikkhu menjaga moralitas, kondisi muncul untuk tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu itu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
« Last Edit: 05 March 2016, 09:00:39 AM by seniya »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #7 on: 05 March 2016, 08:56:13 AM »
48. Kotbah [Kedua] tentang Moralitas<140>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para bhikkhu:

Teman-teman yang mulia, jika seorang bhikkhu melanggar moralitas, ini merusak tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana.

Teman-teman yang mulia, ini seperti halnya sebatang pohon. Jika akarnya rusak, maka batang, tangkai, inti kayu, dahan dan cabang, daun, bunga, dan buah semuanya tidak dapat berkembang dengan baik. Teman-teman yang mulia, ketahuilah bahwa ini sama halnya dengan seorang bhikkhu.

Jika ia melanggar moralitas, maka ini merusak tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan tidak memiliki pembebasan merusak [pencapaian] nirvana.

[Namun], jika, teman-teman yang mulia, seorang bhikkhu menjaga moralitas, kondisi muncul untuk tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana. Teman-teman yang mulia, ini seperti halnya sebatang pohon. Jika akarnya tidak rusak, maka batang, tangkai, inti kayu, dahan dan cabang, daun, bunga, dan buah semuanya dapat berkembang dengan baik. Teman-teman yang mulia, kalian seharusnya mengetahui bahwa ini sama halnya dengan seorang bhikkhu. Jika ia menjaga moralitas, kondisi muncul untuk tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk [pencapaian] nirvana.<141>

Ini adalah apa yang dikatakan Yang Mulia Sāriputta. Setelah mendengarkan perkataan Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu itu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #8 on: 05 March 2016, 08:57:23 AM »
49. Kotbah [Pertama] tentang Penghormatan<142>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seorang bhikkhu seharusnya berlatih penghormatan dan penuh perhatian dan sopan terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Jika ia tidak berlatih penghormatan dan tidak penuh perhatian dan sopan terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci, maka tidak mungkin memenuhi bahkan aturan paling dasar berperilaku yang pantas. Jika aturan dasar berperilaku yang pantas tidak terpenuhi, maka tidak mungkin memenuhi aturan bagi seorang pelajar. Jika aturan bagi seorang pelajar tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi [praktek-praktek yang merupakan bagian dari] kelompok moralitas.<143> Jika kelompok moralitas tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi [praktek-praktek yang merupakan bagian dari] kelompok konsentrasi. Jika kelompok konsentrasi tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi [praktek-praktek yang merupakan bagian dari] kelompok kebijaksanaan. Jika kelompok kebijaksanaan tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi [praktek-praktek yang merupakan bagian dari] kelompok pembebasan. Jika kelompok pembebasan tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi [praktek-praktek yang merupakan bagian dari] kelompok pengetahuan dan penglihatan atas pembebasan. Jika kelompok pengetahuan dan penglihatan atas pembebasan tidak terpenuhi, tidak mungkin mencapai nirvana.

[Namun,] jika seorang bhikkhu berlatih penghormatan dan penuh perhatian dan sopan terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci, adalah mungkin memenuhi aturan dasar berperilaku yang pantas. Jika aturan dasar berperilaku yang pantas terpenuhi, adalah mungkin memenuhi aturan bagi seorang pelajar. Jika aturan bagi seorang pelajar terpenuhi, adalah mungkin memenuhi kelompok moralitas. Jika kelompok moralitas terpenuhi, adalah mungkin memenuhi kelompok konsentrasi. Jika kelompok konsentrasi terpenuhi, adalah mungkin memenuhi kelompok kebijaksanaan. Jika kelompok kebijaksanaan terpenuhi, adalah mungkin memenuhi kelompok pembebasan. Jika kelompok pembebasan terpenuhi, adalah mungkin memenuhi kelompok pengetahuan dan penglihatan atas pembebasan. Jika kelompok pengetahuan dan penglihatan atas pembebasan terpenuhi, adalah mungkin mencapai nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
« Last Edit: 05 March 2016, 09:00:52 AM by seniya »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #9 on: 05 March 2016, 08:58:49 AM »
50. Kotbah [Kedua] tentang Penghormatan<144>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seorang bhikkhu seharusnya berlatih penghormatan dan penuh perhatian dan sopan terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Jika ia tidak berlatih penghormatan dan tidak penuh perhatian dan sopan terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci, maka tidak mungkin memenuhi bahkan aturan paling dasar berperilaku yang pantas. Jika aturan dasar berperilaku yang pantas tidak terpenuhi, tidak mungkin memenuhi aturan bagi seorang pelajar. Jika aturan bagi seorang pelajar tidak terpenuhi, tidak mungkin menjaga indera-indera, menjaga moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika pembebasan tidak terpenuhi, tidak mungkin mencapai nirvana.

[Namun,] jika seorang bhikkhu berlatih penghormatan dan penuh perhatian dan sopan terhadap teman-teman dalam kehidupan suci, maka adalah mungkin memenuhi aturan dasar berperilaku yang pantas. Jika aturan dasar berperilaku yang pantas terpenuhi, adalah mungkin memenuhi aturan bagi seorang pelajar. Jika aturan bagi seorang pelajar terpenuhi, adalah mungkin menjaga indera-indera, menjaga moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika pembebasan tercapai, adalah mungkin mencapai nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #10 on: 05 March 2016, 09:04:25 AM »
51. Kotbah tentang Permulaan<145>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seseorang tidak dapat mengetahui titik di mana ketagihan terhadap kelangsungan bermula, titik sebelumnya di mana tidak ada ketagihan terhadap kelangsungan dan di mana ketagihan terhadap kelangsungan muncul. Tetapi seseorang dapat memahami sebab-sebab bagi ketagihan terhadap kelangsungan. Ketagihan terhadap kelangsungan adalah terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah ketagihan terhadap kelangsungan dikondisikan?  Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh ketidaktahuan. Ketidaktahuan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah ketidaktahuan dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh lima rintangan. Lima rintangan juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah lima rintangan dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh tiga jenis perbuatan salah (jasmani, ucapan, dan pikiran). Tiga jenis perbuatan salah juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah tiga jenis perbuatan salah dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh kelalaian menjaga indera-indera. Kelalaian menjaga indera-indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah kelalaian menjaga indera-indera dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh ketiadaan pengamatan seksama. Ketiadaan pengamatan seksama juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah ketiadaan pengamatan seksama dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh ketiadaan keyakinan. Ketiadaan keyakinan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketiadaan keyakinan dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh mendengarkan ajaran salah. Mendengarkan ajaran salah juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah mendengarkan ajaran salah dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Pergaulan dengan teman-teman yang buruk juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah pergaulan dengan teman-teman yang buruk dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh orang-orang yang jahat. Dengan kata lain, ketika terdapat orang-orang yang jahat, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk, akan terdapat mendengarkan ajaran salah. Ketika terdapat mendengarkan ajaran salah, akan terdapat ketiadaan keyakinan. Ketika terdapat ketiadaan keyakinan, akan terdapat ketiadaan pengamatan seksama. Ketika terdapat ketiadaan pengamatan seksama, akan terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat kelalaian menjaga indera-indera. Ketika terdapat kelalaian menjaga indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan salah. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan salah, akan terdapat lima rintangan. Ketika terdapat lima rintangan, akan terdapat ketidaktahuan. Ketika terdapat ketidaktahuan, akan terdapat ketagihan terhadap kelangsungan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, ketagihan terhadap kelangsungan muncul.

[Demikian juga,] kebijaksanaan dan pembebasan adalah terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah kebijaksanaan dan pembebasan dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh tujuh faktor pencerahan. Tujuh faktor pencerahan juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah tujuh faktor pencerahan dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh empat penegakan perhatian. Empat penegakan perhatian juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah empat penegakan perhatian dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh tiga jenis perbuatan baik. Tiga jenis perbuatan baik juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah tiga jenis perbuatan baik dikondisikan? Jawabannya adalah: mereka dikondisikan oleh penjagaan indera-indera. Penjagaan indera-indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah penjagaan indera-indera dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh pengamatan seksama. Pengamatan seksama juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah pengamatan seksama dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh keyakinan. Keyakinan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah keyakinan dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh mendengarkan Dharma sejati. Mendengarkan Dharma sejati juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah mendengarkan Dharma sejati dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh pergaulan dengan teman-teman yang baik. Pergaulan dengan teman-teman yang baik juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.

Oleh apakah pergaulan dengan teman-teman yang baik dikondisikan? Jawabannya adalah: ia dikondisikan oleh orang-orang baik. Dengan kata lain, karena terdapat orang-orang baik, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik, akan terdapat mendengarkan Dharma sejati. Ketika terdapat mendengarkan Dharma sejati, keyakinan akan muncul. Ketika keyakinan muncul, akan terdapat pengamatan seksama. Ketika terdapat pengamatan seksama, akan terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat penjagaan indera-indera. Ketika terdapat penjagaan indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan baik. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan baik, akan terdapat empat penegakan perhatian. Ketika terdapat empat penegakan perhatian, akan terdapat tujuh faktor pencerahan. Ketika terdapat tujuh faktor pencerahan, akan terdapat kebijaksanaan dan pembebasan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, kebijaksanaan dan pembebasan muncul.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #11 on: 05 March 2016, 09:10:59 AM »
52. Kotbah [Pertama] tentang Makanan

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seseorang tidak dapat mengetahui titik di mana ketagihan terhadap kelangsungan bermula, titik sebelumnya di mana tidak ada ketagihan terhadap kelangsungan dan di mana ketagihan terhadap kelangsungan muncul. Tetapi seseorang dapat memahami sebab-sebab untuk ketagihan terhadap kelangsungan. Ketagihan terhadap kelangsungan memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketagihan terhadap kelangsungan? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari ketidaktahuan? Jawabannya adalah: makanannya adalah lima rintangan. Lima rintangan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari lima rintangan? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan salah. Tiga jenis perbuatan salah juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tiga jenis perbuatan salah? Jawabannya adalah: makanannya adalah kelalaian menjaga indera-indera. Kelalaian menjaga indera-indera juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kelalaian menjaga indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan pengamatan seksama. Ketiadaan pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan pengamatan seksama? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan keyakinan. Ketiadaan keyakinan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari ketiadaan keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan ajaran salah. Mendengarkan ajaran salah juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan ajaran salah? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Pergaulan dengan teman-teman yang buruk juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang buruk? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang jahat.

Dengan kata lain, karena terdapat orang-orang jahat, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang jahat. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk, akan terdapat mendengarkan ajaran salah.

Ketika terdapat mendengarkan ajaran salah, akan terdapat ketiadaan keyakinan. Ketika terdapat ketiadaan keyakinan, akan terdapat ketiadaan pengamatan seksama. Ketika terdapat ketiadaan ketiadaan pengamatan seksama, akan terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat kelalaian menjaga indera-indera. Ketika terdapat kelalaian menjaga indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan salah. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan salah, akan terdapat lima rintangan. Ketika terdapat lima rintangan, akan terdapat ketidaktahuan. Ketika terdapat ketidaktahuan, akan terdapat ketagihan terhadap kelangsungan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, ketagihan terhadap kelangsungan muncul.

[Ini seperti halnya] dengan samudera raya. Ia juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari samudera raya? Jawabannya adalah: sungai-sungai besar adalah makanannya.

Sungai-sungai besar juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai-sungai besar? Jawabannya adalah: sungai-sungai kecil adalah makanannya.

Sungai-sungai kecil juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai-sungai kecil? Jawabannya adalah: aliran air besar adalah makanannya.

Aliran air besar juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari aliran air besar? Jawabannya adalah: aliran air kecil adalah makanannya.

Aliran air kecil juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari aliran air kecil? Jawabannya adalah: sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran adalah makanannya.

Sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran? Jawabannya adalah: hujan adalah makanannya.

Kadang-kadang hujan turun dengan lebat dan setelah hujan, sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran terisi air. Dengan sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran terisi, aliran air kecil terisi. Dengan aliran air kecil terisi, aliran air besar terisi. Dengan aliran air besar terisi, sungai-sungai kecil terisi. Dengan sungai-sungai kecil terisi, sungai-sungai besar terisi. Dengan sunga-sungai besar terisi, samudera raya terisi. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, samudera raya terisi. Dengan cara yang sama, ketagihan terhadap kelangsungan memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketagihan terhadap kelangsungan? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketidaktahuan? Jawabannya adalah: makanannya adalah lima rintangan. Lima rintangan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari lima rintangan? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan salah. Tiga jenis perbuatan salah juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kelalaian menjaga indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan pengamatan seksama. Ketiadaan pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan pengamatan seksama? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan keyakinan. Ketiadaan keyakinan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan ajaran salah. Mendengarkan ajaran salah juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan ajaran salah? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Pergaulan dengan teman-teman yang buruk juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang buruk? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang jahat.

Dengan kata lain, karena terdapat orang-orang jahat, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang jahat. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk, akan terdapat mendengarkan ajaran salah. Ketika terdapat mendengarkan ajaran salah, akan terdapat ketiadaan keyakinan. Ketika terdapat ketiadaan keyakinan, akan terdapat ketiadaan pengamatan seksama. Ketika terdapat ketiadaan ketiadaan pengamatan seksama, akan terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat kelalaian menjaga indera-indera. Ketika terdapat kelalaian menjaga indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan salah. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan salah, akan terdapat lima rintangan. Ketika terdapat lima rintangan, akan terdapat ketidaktahuan. Ketika terdapat ketidaktahuan, akan terdapat ketagihan terhadap kelangsungan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, ketagihan terhadap kelangsungan muncul.

[Demikian juga,] kebijaksanaan dan pembebasan memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kebijaksanaan dan pembebasan? Jawabannya adalah: makananya adalah tujuh faktor pencerahan. Tujuh faktor pencerahan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tujuh faktor pencerahan? Jawabannya adalah: makanannya adalah empat penegakan perhatian. Empat penegakan perhatian juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari empat penegakan perhatian? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan baik. Tiga jenis perbuatan baik juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tiga jenis perbuatan baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah penjagaan indera-indera. Penjagaan indera-indera juga memiliki makananya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari penjagaan indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah pengamatan seksama. Pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pengamatan seksama? Jawabannya: makanannya adalah keyakinan. Keyakinan juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan Dharma sejati. Mendengarkan Dharma sejati juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan Dharma sejati? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang baik. Pergaulan dengan teman-teman yang baik juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang baik.

Dengan kata lain, karena terdapat orang-orang baik, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik, akan terdapat mendengarkan Dharma sejati. Ketika terdapat mendengarkan Dharma sejati, keyakinan akan muncul. Ketika keyakinan muncul, akan terdapat pengamatan seksama. Ketika terdapat pengamatan seksama, akan terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat penjagaan indera-indera. Ketika terdapat penjagaan indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan baik. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan baik, akan terdapat empat penegakan perhatian. Ketika terdapat empat penegakan perhatian, akan terdapat tujuh faktor pencerahan. Ketika terdapat tujuh faktor pencerahan, akan terdapat kebijaksanaan dan pembebasan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, kebijaksanaan dan pembebasan muncul.

[Ini seperti halnya] dengan samudera raya. Ia juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari samudera raya? Jawabannya adalah: sungai-sungai besar adalah makanannya.

Sungai-sungai besar juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai-sungai besar? Jawabannya adalah: sungai-sungai kecil adalah makanannya.

Sungai-sungai kecil juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai-sungai kecil? Jawabannya adalah: aliran air besar adalah makanannya.

Aliran air besar juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari aliran air besar? Jawabannya adalah: aliran air kecil adalah makanannya.

Aliran air kecil juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari aliran air kecil? Jawabannya adalah: sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran adalah makanannya.

Sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran? Jawabannya adalah: hujan adalah makanannya.

Kadang-kadang hujan turun dengan lebat dan setelah hujan, sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran terisi air. Dengan sungai kecil pegunungan dan rawa-rawa dataran terisi, aliran air kecil terisi. Dengan aliran air kecil terisi, aliran air besar terisi. Dengan aliran air besar terisi, sungai-sungai kecil terisi. Dengan sungai-sungai kecil terisi, sungai-sungai besar terisi. Dengan sunga-sungai besar terisi, samudera raya terisi. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, samudera raya terisi.

Dengan cara yang sama, kebijaksanaan dan pembebasan memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kebijaksanaan dan pembebasan? Jawabannya adalah: makananya adalah tujuh faktor pencerahan. Tujuh faktor pencerahan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tujuh faktor pencerahan? Jawabannya adalah: makanannya adalah empat penegakan perhatian. Empat penegakan perhatian juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari empat penegakan perhatian? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan baik. Tiga jenis perbuatan baik juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tiga jenis perbuatan baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah penjagaan indera-indera. Penjagaan indera-indera juga memiliki makananya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari penjagaan indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah pengamatan seksama. Pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pengamatan seksama? Jawabannya: makanannya adalah keyakinan. Keyakinan juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan Dharma sejati. Mendengarkan Dharma sejati juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan Dharma sejati? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang baik. Pergaulan dengan teman-teman yang baik juga memiliki makanan; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang baik. Dengan kata lain, karena terdapat orang-orang baik, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik, akan terdapat mendengarkan Dharma sejati. Ketika terdapat mendengarkan Dharma sejati, keyakinan akan muncul. Ketika keyakinan muncul, akan terdapat pengamatan seksama. Ketika terdapat pengamatan seksama, akan terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat penjagaan indera-indera. Ketika terdapat penjagaan indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan baik. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan baik, akan terdapat empat penegakan perhatian. Ketika terdapat empat penegakan perhatian, akan terdapat tujuh faktor pencerahan. Ketika terdapat tujuh faktor pencerahan, akan terdapat kebijaksanaan dan pembebasan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, kebijaksanaan dan pembebasan muncul.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #12 on: 05 March 2016, 09:15:08 AM »
53. Kotbah [Kedua] tentang Makanan

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seseorang tidak dapat mengetahui titik di mana ketagihan terhadap kelangsungan bermula, titik sebelumnya di mana tidak ada ketagihan terhadap kelangsungan dan di mana ketagihan terhadap kelangsungan muncul. Tetapi seseorang dapat memahami sebab-sebab bagi ketagihan terhadap kelangsungan. Ketagihan terhadap kelangsungan memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketagihan terhadap kelangsungan? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari ketidaktahuan? Jawabannya adalah: makanannya adalah lima rintangan. Lima rintangan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari lima rintangan? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan salah. Tiga jenis perbuatan salah juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tiga jenis perbuatan salah? Jawabannya adalah: makanannya adalah kelalaian menjaga indera-indera. Kelalaian menjaga indera-indera juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kelalaian menjaga indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan pengamatan seksama. Ketiadaan pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari ketiadaan pengamatan seksama? Jawabannya adalah: makanannya adalah ketiadaan keyakinan. Ketiadaan keyakinan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari ketiadaan keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan ajaran salah. Mendengarkan ajaran salah juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan ajaran salah? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Pergaulan dengan teman-teman yang buruk juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang buruk? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang jahat.

[Ini seperti halnya] dengan samudera raya. Ia juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari samudera raya? Jawabannya adalah: hujan adalah makanannya.

Kadang-kadang hujan turun dengan deras dan setelah hujan, sungai kecil gunung dan rawa-rawa dataran terisi dengan air. Dengan sungai kecil gunung dan rawa-rawa dataran terisi, aliran air kecil terisi. Dengan aliran air kecil terisi, aliran air besar terisi. Dengan aliran air besar terisi, sungai-sungai kecil terisi. Dengan sungai-sungai kecil terisi, sungai-sungai besar terisi. Dengan sungai-sungai besar terisi, samudera raya terisi. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, samudera raya terisi.

Dengan cara yang sama, karena terdapat orang-orang jahat, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang buruk, akan terdapat ketiadaan keyakinan. Ketika terdapat ketiadaan keyakinan, akan terdapat ketiadaan pengamatan seksama. Ketika terdapat ketiadaan pengamatan seksama, akan terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat ketiadaan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat kelalaian menjaga indera-indera. Ketika terdapat kelalaian menjaga indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan salah. Ketika terdapat tiga perbuatan salah, akan terdapat lima rintangan. Ketika terdapat lima rintangan, akan terdapat ketidaktahuan. Ketika terdapat ketidaktahuan, akan terdapat ketagihan terhadap kelangsungan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, ketagihan terhadap kelangsungan muncul.

[Demikian juga,] kebijaksanaan dan pembebasan memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari kebijaksanaan dan pembebasan? Jawabannya adalah: makanannya adalah tujuh faktor pencerahan. Tujuh faktor pencerahan juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tujuh faktor pencerahan? Jawabannya adalah: makanannya adalah empat penegakan perhatian. Empat penegakan perhatian juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari empat penegakan perhatian? Jawabannya adalah: makanannya adalah tiga jenis perbuatan baik. Tiga jenis perbuatan baik juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari tiga jenis perbuatan baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah penjagaan indera-indera. Penjagaan indera-indera juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari penjagaan indera-indera? Jawabannya adalah: makanannya adalah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga memiliki makanannya; mereka bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari perhatian penuh dan kewaspadaan penuh? Jawabannya adalah: makanannya adalah pengamatan seksama. Pengamatan seksama juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pengamatan seksama? Jawabannya adalah: makanannya adalah keyakinan. Keyakinan juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari keyakinan? Jawabannya adalah: makanannya adalah mendengarkan Dharma sejati. Mendengarkan Dharma sejati juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari mendengarkan Dharma sejati? Jawabannya adalah: makanannya adalah pergaulan dengan teman-teman yang baik. Pergaulan dengan teman-teman yang baik juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan.

Apakah makanan dari pergaulan dengan teman-teman yang baik? Jawabannya adalah: makanannya adalah orang-orang baik.

[Ini seperti halnya] dengan samudera raya. Ia juga memiliki makanannya; ia bukan tanpa makanan. Apakah makanan dari samudera raya? Jawabannya adalah: hujan adalah makanannya.

Kadang-kadang hujan turun dengan deras dan setelah hujan, sungai kecil gunung dan rawa-rawa dataran terisi dengan air. Dengan sungai kecil gunung dan rawa-rawa dataran terisi, aliran air kecil terisi. Dengan aliran air kecil terisi, aliran air besar terisi. Dengan aliran air besar terisi, sungai-sungai kecil terisi. Dengan sungai-sungai kecil terisi, sungai-sungai besar terisi. Dengan sungai-sungai besar terisi, samudera raya terisi. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, samudera raya terisi.

Dengan cara yang sama, karena terdapat orang-orang baik, akan terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik. Ketika terdapat pergaulan dengan teman-teman yang baik, akan terdapat mendengarkan Dharma sejati. Ketika terdapat mendengarkan Dharma sejati, keyakinan akan muncul. Ketika keyakinan muncul, akan terdapat pengamatan seksama. Ketika terdapat pengamatan seksama, akan terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, akan terdapat penjagaan indera-indera. Ketika terdapat penjagaan indera-indera, akan terdapat tiga jenis perbuatan baik. Ketika terdapat tiga jenis perbuatan baik, akan terdapat empat penegakan perhatian. Ketika terdapat empat penegakan perhatian, akan terdapat tujuh faktor pencerahan. Ketika terdapat tujuh faktor pencerahan, akan terdapat kebijaksanaan dan pembebasan. Ini adalah bagaimana, secara bertahap, kebijaksanaan dan pembebasan muncul.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #13 on: 05 March 2016, 09:18:54 AM »
54. Kotbah tentang [Pencapaian] Kebijaksanaan Lenyapnya [Noda-noda]<146>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di antara orang-orang Kuru di kota Kuru [bernama] Kammāsadhamma.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Dengan pengetahuan dan penglihatan seseorang dapat mencapai lenyapnya noda-noda, bukan tanpa pengetahuan dan tanpa penglihatan. Bagaimanakah seseorang mencapai lenyapnya noda-noda dengan pengetahuan dan penglihatan Dengan mengetahui dan melihat penderitaan sebagaimana adanya, seseorang mencapai lenyapnya noda-noda. Dengan mengetahui dan melihat, sebagaimana adanya, asal mula penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan menuju akhir penderitaan, seseorang mencapai lenyapnya noda-noda.

Kebijaksanaan lenyapnya [noda-noda] terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebijaksanaan lenyapnya [noda-noda] dikondisikan? Jawabannya adalah: kebijaksanaan lenyapnya [noda-noda] dikondisikan oleh pembebasan.

Pembebasan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pembebasan dikondisikan? Jawabannya adalah: pembebasan dikondisikan oleh kebosanan.

Kebosanan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebosanan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebosanan dikondisikan oleh kekecewaan.

Kekecewaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kekecewaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kekecewaan dikondisikan oleh melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.

Melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan? Jawabannya adalah: melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan oleh konsentrasi.

Konsentrasi juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah konsentrasi dikondisikan? Jawabannya adalah: konsentrasi dikondisikan oleh kebahagiaan.

Kebahagiaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebahagiaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebahagiaan dikondisikan oleh ketenangan.

Ketenangan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketenangan dikondisikan? Jawabannya adalah: ketenangan dikondisikan oleh sukacita.

Sukacita juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah sukacita dikondisikan? Jawabannya adalah: sukacita dikondisikan oleh kegembiraan.

Kegembiraan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kegembiraan dikondisikan? Jawabannya adalah: kegembiraan dikondisikan oleh tanpa penyesalan.

Tanpa penyesalan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah tanpa penyesalan dikondisikan? Jawabannya adalah: tanpa penyesalan dikondisikan oleh penjagaan moralitas.

Penjagaan moralitas juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan moralitas dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan moralitas dikondisikan oleh penjagaan indera-indera.

Penjagaan indera-indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan indera-indera dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan indera-indera dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh.

Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan? Jawabannya adalah: perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan oleh pengamatan seksama.

Pengamatan seksama juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pengamatan seksama dikondisikan? Jawabannya adalah: pengamatan seksama dikondisikan oleh keyakinan.

Keyakinan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah keyakinan dikondisikan? Jawabannya adalah: keyakinan dikondisikan oleh penerimaan Dharma melalui perenungan.<147>

Penerimaan Dharma melalui perenungan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penerimaan Dharma melalui perenungan dikondisikan? Jawabannya adalah: penerimaan Dharma melalui perenungan dikondisikan oleh pengulangan Dharma.

Pengulangan Dharma juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pengulangan Dharma dikondisikan? Jawabannya adalah: pengulangan Dharma dikondisikan oleh menghafalkan Dharma.

Menghafalkan Dharma juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah menghafalkan Dharma dikondisikan? Jawabannya adalah: menghafalkan Dharma dikondisikan oleh merenungkan maknanya.

Merenungkan makna Dharma juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah merenungkan makna Dharma dikondisikan? Jawabannya adalah: merenungkan maknanya dikondisikan oleh mendengarkan.

Mendengarkan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah mendengarkan dikondisikan? Jawabannya adalah: mendengarkan dikondisikan oleh mendengar Dharma sejati.

Mendengar Dharma sejati juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah mendengar Dharma sejati dikondisikan? Jawabannya adalah: mendengar Dharma sejati dikondisikan oleh mendekati [seorang guru].

Mendekati [seorang guru] juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah mendekati [seorang guru] dikondisikan? Jawabannya adalah: mendekati [seorang guru] dikondisikan oleh memiliki penghormatan.

Jika seseorang memiliki penghormatan terhadap teman-teman baik, ia mendengarkan apa yang belum terdengar sebelumnya, dan setelah mendengarkannya, memperoleh manfaat darinya. Jika terdapat teman-teman baik, seseorang tidak memiliki penghormatan terhadapnya, maka ini merusak pada memiliki penghormatan.

Ketiadaan memiliki penghormatan merusak mendekati [seorang guru]. Ketiadaan mendekati [seorang guru] merusak pada mendengar Dharma sejati. Ketiadaan mendengar Dharma sejati adalah merusak pada mendengarkan. Ketiadaan mendengarkan merusak pada merenungkan makna Dharma. Ketiadaan merenungkan makna Dharma merusak pada menghafalkan Dharma. Ketiadaan menghafalkan Dharma merusak pengulangan Dharma. Ketiadaan pengulangan Dharma merusak penerimaan Dharma melalui perenungan. Ketiadaan penerimaan Dharma melalui perenungan merusak keyakinan. Ketiadaan keyakinan merusak pengamatan seksama. Ketiadaan pengamatan seksama merusak perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Ketiadan perhatian penuh dan kewaspadaan penuh merusak kondisi untuk penjagaan indera-indera, untuk penjagaan moralitas, untuk tanpa penyesalan, untuk mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, untuk melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, untuk kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan ketiadaan pembebasan merusak kondisi untuk kebijaksanaan lenyapnya [noda-noda].

[Namun,] jika seseorang memiliki penghormatan terhadap teman-teman baik, maka ia mendengarkan apa yang tidak terdengar sebelumnya, dan setelah mendengarkannya, memperoleh manfaat darinya. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki penghormatan terhadapnya, kondisi memiliki penghormatan muncul. Jika terdapat penghormatan, kondisi untuk mendekati [seorang guru] muncul. Jika terdapat mendekati [seorang guru], kondisi untuk mendengar Dharma sejati muncul. Jika terdapat mendengar Dharma sejati, kondisi untuk mendengarkan muncul. Jika terdapat mendengarkan, kondisi untuk merenungkan makna Dharma muncul. Jika terdapat merenungkan makna Dharma, kondisi untuk menghafalkan Dharma muncul. Jika terdapat menghafalkan Dharma, kondisi untuk pengulangannya muncul. Jika terdapat pengulangan Dharma, kondisi untuk penerimaan Dharma melalui perenungan muncul. Jika terdapat penerimaan Dharma melalui perenungan, kondisi untuk keyakinan muncul. Jika terdapat keyakinan, kondisi untuk pengamatan seksama muncul. Jika terdapat pengamatan seksama, kondisi untuk perhatian penuh dan kewaspadaan penuh muncul. Jika terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh, kondisi-kondisi muncul untuk penjagaan indera-indera, untuk penjagaan moralitas, untuk tanpa penyesalan, untuk mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, untuk melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, untuk kekecewaan, kebosanan, dan pembebasan. Dan jika terdapat pembebasan, kondisi muncul untuk kebijaksanaan lenyapnya [noda-noda].

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #14 on: 05 March 2016, 09:22:47 AM »
55. Kotbah tentang Nirvana

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

[Pencapaian] nirvana adalah terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah [pencapaian] nirvana dikondisikan? Jawabannya adalah: [pencapaian] nirvana dikondisikan oleh pembebasan.

Pembebasan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pembebasan dikondisikan? Jawabannya adalah: pembebasan dikondisikan oleh kebosanan.

Kebosanan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebosanan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebosanan dikondisikan oleh kekecewaan.

Kekecewaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kekecewaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kekecewaan dikondisikan oleh melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.

Melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan? Jawabannya adalah: melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan oleh konsentrasi.

Konsentrasi juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah konsentrasi dikondisikan? Jawabannya adalah: konsentrasi dikondisikan oleh kebahagiaan.

Kebahagiaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebahagiaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebahagiaan dikondisikan oleh ketenangan.

Ketenangan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketenangan dikondisikan? Jawabannya adalah: ketenangan dikondisikan oleh sukacita.

Sukacita juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah sukacita dikondisikan? Jawabannya adalah: sukacita dikondisikan oleh kegembiraan.

Kegembiraan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kegembiraan dikondisikan? Jawabannya adalah: kegembiraan dikondisikan oleh tanpa penyesalan.

Tanpa penyesalan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah tanpa penyesalan dikondisikan? Jawabannya adalah: tanpa penyesalan dikondisikan oleh penjagaan moralitas.

Penjagaan moralitas juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan moralitas dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan moralitas dikondisikan oleh penjagaan indera-indera.

Penjagaan indera-indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan indera-indera dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan indera-indera dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh.

Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan? Jawabannya adalah: perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan oleh pengamatan seksama.

Pengamatan seksama juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pengamatan seksama dikondisikan? Jawabannya adalah: pengamatan seksama dikondisikan oleh keyakinan.

Keyakinan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah keyakinan dikondisikan? Jawabannya adalah: keyakinan dikondisikan oleh penderitaan.

Penderitaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penderitaan dikondisikan? Jawabannya adalah: penderitaan dikondisikan oleh usia tua dan kematian.

Usia tua dan kematian juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi. Oleh apakah usia tua dan kematian dikondisikan? Jawabannya adalah: usia tua dan kematian dikondisikan oleh kelahiran.

Kelahiran juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kelahiran dikondisikan? Jawabannya adalah: kelahiran dikondisikan oleh proses kelangsungan.

Proses kelangsungan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah proses kelangsungan dikondisikan? Jawabannya adalah: proses kelangsungan dikondisikan oleh kemelekatan.

Kemelekatan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kemelekatan dikondisikan? Jawabannya adalah: kemelekatan dikondisikan oleh ketagihan.

Ketagihan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketagihan dikondisikan? Jawabannya adalah: ketagihan dikondisikan oleh perasaan.

Perasaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah perasaan dikondisikan? Jawabannya adalah: perasaan dikondisikan oleh kontak.

Kontak juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kontak dikondisikan? Jawabannya adalah: kontak dikondisikan oleh enam indera.

Enam indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi.<148> Oleh apakah enam indera dikondisikan? Jawabannya adalah: enam indera dikondisikan oleh nama-dan-bentuk. Nama-dan-bentuk juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah nama-dan-bentuk dikondisikan? Jawabannya adalah: nama-dan-bentuk dikondisikan oleh kesadaran. Kesadaran juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kesadaran dikondisikan? Jawabannya adalah: kesadaran dikondisikan oleh bentukan karma. Bentukan karma juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah bentukan karma dikondisikan? Jawabannya adalah: bentukan karma dikondisikan oleh ketidaktahuan.

Demikianlah, bergantung pada ketidaktahuan terdapat bentukan karma. Bergantung pada bentukan karma terdapat kesadaran. Bergantung pada kesadaran terdapat nama-dan-bentuk. Bergantung pada nama-dan-bentuk terdapat enam indera. Bergantung pada enam indera terdapat kontak. Bergantung pada kontak terdapat perasaan. Bergantung pada perasaan terdapat ketagihan. Bergantung pada ketagihan terdapat kemelekatan. Bergantung pada kemelekatan terdapat proses kelangsungan. Bergantung pada proses kelangsungan terdapat kelahiran. Bergantung pada kelahiran terdapat usia tua dan kematian. Bergantung pada usia tua dan kematian terdapat penderitaan.

Dikondisikan oleh penderitaan terdapat keyakinan. Dikondisikan oleh keyakinan terdapat pengamatan seksama. Dikondisikan oleh pengamatan seksama terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh.

Dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh terdapat penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, pembebasan. Dan dikondisikan oleh pembebasan, nirvana tercapai.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #15 on: 05 March 2016, 09:27:10 AM »
56. Kotbah kepada Meghiya<149>

Demikianlah telah kudengar: Suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Magadha, dekat desa Jatu,<150> dalam sebuah gua di hutan mangga liar yang sunyi.

Pada waktu itu Yang Mulia Meghiya adalah pelayan beliau. Suatu hari pagi-pagi sekali, Yang Mulia Meghiya mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki desa Jatu untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan, ia pergi ke tepi sungai Kimikāḷā, di mana ia melihat suatu tempat yang rata yang disebut Hutan Mangga Baik.

Air [sungai] Kimikāḷā adalah menyenangkan, [berasal] dari suatu sumber mata air yang jernih dan dengan arus yang tenang, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Melihat hal ini, Yang Mulia Meghiya merasa gembira dan berpikir:

Ini adalah suatu tempat yang rata yang disebut Hutan Mangga Baik. Di sini air [sungai] Kimikāḷā adalah menyenangkan, [berasal] dari suatu sumber mata air yang jernih dan dengan arus yang tenang, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Jika seorang anggota keluarga ingin berlatih pengerahan usaha,<151> ia seharusnya berlatih pengerahan usaha [di sini] di tempat yang terasing ini.

Pada sore hari Yang Mulia Meghiya, setelah menyelesaikan makannya dan meletakkan jubah dan mangkuknya, mencuci tangan dan kakinya, dan, dengan alas duduknya pada bahunya, mendekati Sang Buddha. Ia memberikan penghormatan pada kaki [Sang Buddha], duduk pada satu sisi, dan berkata:

Sang Bhagavā, pagi-pagi sekali hari ini aku mengenakan jubahku, membawa mangkuk, dan memasuki desa Jatu untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan, aku pergi ke tepi sungai Kimikāḷā, di mana aku menemukan suatu tempat yang rata yang disebut Hutan Mangga Baik. Air [sungai] Kimikāḷā di sana adalah menyenangkan, [berasal] dari suatu sumber mata air yang jernih dan dengan arus yang tenang, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Melihat hal ini, aku merasa gembira dan berpikir:

Ini adalah suatu tempat yang rata yang disebut Hutan Mangga Baik. Di sini air [sungai] Kimikāḷā adalah menyenangkan, [berasal] dari suatu sumber mata air yang jernih dan dengan arus yang tenang, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Jika seorang anggota keluarga ingin berlatih pengerahan usaha, ia seharusnya berlatih pengerahan usaha [di sini] di tempat yang terasing ini.

Sang Bhagavā, aku sekarang ingin pergi ke hutan mangga yang terasing itu untuk berlatih pengerahan usaha.

Kemudian Sang Bhagavā berkata:

Meghiya, tidakkah engkau tahu, aku sendirian di sini, dengan tanpa pelayan [selain engkau]. Tunggulah sebentar, sampai beberapa orang bhikkhu lain datang untuk melayani sebagai pelayanku, maka engkau dapat pergi ke hutan mangga yang terasing itu untuk berlatih.

Tiga kali Yang Mulia Meghiya berkata: “Sang Bhagavā, aku sekarang ingin pergi ke hutan mangga yang terasing itu untuk berlatih pengerahan usaha.” Dan tiga kali Sang Bhagavā menjawab:

Meghiya, tidakkah engkau tahu, aku sendirian di sini, dengan tanpa pelayan [selain engkau]. Tunggulah sebentar, sampai beberapa orang bhikkhu lain datang untuk melayani sebagai pelayanku, maka engkau dapat pergi ke hutan mangga yang terasing itu untuk berlatih.

Kemudian Meghiya berkata:

Bagi Sang Bhagavā tidak ada lagi yang dilakukan, tidak ada yang harus dilakukan, tidak ada yang harus direnungkan. Namun, bagiku masih terdapat lagi yang dilakukan, terdapat lagi yang harus dilakukan, terdapat lagi yang harus direnungkan. Sang Bhagavā, aku akan pergi ke hutan mangga yang terasing itu untuk berlatih pengerahan usaha.

Sang Bhagavā berkata: “Meghiya, karena engkau ingin berusaha keras, apa lagi yang dapat kukatakan? Pergilah, Meghiya, dan lakukan seperti yang engkau inginkan.”

Yang Mulia Meghiya, setelah mendengar perkataan Sang Buddha, menerimanya dengan baik, mengingatnya dengan baik, dan mengulanginya dengan baik. Ia memberikan penghormatan pada kaki Sang Buddha, mengelilinginya tiga kali, dan pergi. Ia pergi ke hutan mangga itu dan setelah memasukinya, membentangkan alas duduknya di bawah sebatang pohon dan duduk bersila.

Ketika Yang Mulia Meghiya sedang duduk dalam hutan mangga itu tiga jenis pikiran yang buruk, tidak bermanfaat muncul dalam dirinya: pikiran nafsu, pikiran kebencian, dan pikiran menyakiti. Karena hal ini, ia teringat akan Sang Bhagavā.

Pada sore hari ia bangkit dari duduk bermeditasi, pergi menemui Sang Buddha, memberikan penghormatan pada kakinya, dan duduk pada satu sisi. Ia berkata:

Sang Bhagavā, aku pergi ke hutan mangga, dan ketika aku sedang duduk di tempat yang terasing itu tiga jenis pikiran yang buruk, tidak bermanfaat muncul dalam diriku: pikiran nafsu, pikiran kebencian, dan pikiran menyakiti. Karena itu, aku teringat akan Sang Bhagavā.

Sang Bhagavā berkata:

Meghiya, terdapat lima kondisi yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang. Apakah lima hal itu?

Meghiya, seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik – ini, Meghiya, kondisi pertama yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, Meghiya, seorang bhikkhu menjalankan pelatihan dalam moralitas, menjaga [terhadap pelanggaran] aturan latihan, dan dengan terampil mengendalikan pembawaan dirinya [sesuai dengan] perilaku yang pantas, dengan melihat bahaya bahkan dalam pelanggaran kecil dan takut terhadapnya. Menjaga moralitas, Meghiya, adalah kondisi  kedua yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, Meghiya, seorang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan tentang hal-hal yang mulia, bermakna, hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi lembut, menyebabkannya menjadi tanpa rintangan, yaitu, pembicaraan tentang moralitas, tentang konsentrasi, kebijaksanaan, pembebasan, pengetahuan dan penglihatan yang muncul dengan pembebasan, pembicaraan tentang pelenyapan-diri, tentang tidak menikmati bersosialisasi, tentang mengurangi keinginan, tentang kepuasan, ditinggalkannya,<152> kebosanan, padamnya, duduk bermeditasi, dan tentang kemunculan bergantungan.

Memperoleh, dengan cara ini, [jenis] pembicaraan yang pantas untuk para pertapa itu, dengan sepenuhnya, mudah, tanpa kesulitan – ini, Meghiya, adalah kondisi ketiga yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, Meghiya, seorang bhikkhu mengerahkan usaha tanpa kenal lelah untuk meninggalkan apa yang tidak bermanfaat dan untuk mengembangkan semua keadaan bermanfaat. Ia terus-menerus memunculkan kehendak yang berfokus pada satu hal dan kokoh untuk mengembangkan akar-akar bermanfaat, tanpa melepaskan tugasnya.

Ini, Meghiya, adalah kondisi keempat yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, Meghiya, seorang bhikkhu mengembangkan pemahaman dan kebijaksanaan, mencapai pemahaman sehubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena, mencapai pengetahuan mulia yang menembus dan pemahaman yang membedakan sehubungan dengan pelenyapan sejati penderitaan.

Ini, Meghiya, adalah kondisi kelima yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Ketika diberkahi dengan lima kondisi ini, [seorang bhikkhu] seharusnya berlatih lebih lanjut dengan empat cara.

Apakah empat cara itu? Ia berlatih meditasi pada kejijikan [terhadap tubuh] untuk memotong keinginan. Ia berlatih meditasi cinta-kasih untuk memotong kebencian. Ia berlatih perhatian terhadap pernapasan untuk memotong pikiran-pikiran kacau. Ia berlatih persepsi ketidakkekalan untuk memotong kesombongan “aku”.

Meghiya, jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk menjalankan pelatihan dalam moralitas, menjaga [terhadap pelanggaran] aturan latihan, dan dengan terampil mengendalikan pembawaan dirinya [sesuai dengan] perilaku yang pantas, dengan melihat bahaya bahkan dalam pelanggaran kecil dan takut terhadapnya.

Meghiya, jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk berbicara tentang hal-hal yang mulia, bermakna, hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi lembut, menyebabkannya menjadi tanpa rintangan, yaitu, pembicaraan tentang moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, pembebasan, tentang pengetahuan dan penglihatan yang muncul dengan pembebasan, pembicaraan tentang pelenyapan-diri, tentang tidak menikmati bersosialisasi, tentang mengurangi keinginan, tentang kepuasan, ditinggalkannya, kebosanan, padamnya, tentang duduk bermeditasi, dan tentang kemunculan bergantungan. Ia akan dapat, dengan cara ini, memperoleh [jenis] pembicaraan yang pantas untuk para pertapa, dengan sepenuhnya, dengan mudah, tanpa kesulitan.

Meghiya, jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk mengerahkan usaha tanpa kenal lelah untuk memotong apa yang tidak bermanfaat dan berlatih semua keadaan bermanfaat. Ia akan terus-menerus memunculkan kehendak yang berfokus pada satu hal dan kokoh untuk mengembangkan akar-akar bermanfaat tanpa melepaskan tugasnya.

Meghiya, jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk mengembangkan kebijaksanaan. Ia mengembangkan pemahaman dan kebijaksanaan, mencapai pemahaman sehubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena, mencapai pengetahuan mulia yang menembus dan pemahaman yang membedakan sehubungan dengan pelenyapan sejati penderitaan.

Meghiya, jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk berlatih meditasi pada kejijikan [terhadap tubuh] untuk memotong keinginan. Ia akan berlatih meditasi cinta-kasih untuk memotong kebencian. Ia akan berlatih perhatian pada pernapasan untuk memotong pikiran-pikiran kacau. Ia akan berlatih persepsi ketidakkekalan untuk memotong kesombongan “aku”.

Meghiya, jika seorang bhikkhu telah memperoleh persepsi ketidakkekalan, ia terikat untuk mencapai persepsi bukan-diri.

Meghiya, jika seorang bhikkhu mencapai kesadaran bukan-diri, ia terikat untuk sepenuhnya meninggalkan kesombongan “aku” dalam masa kehidupan ini, untuk mencapai kedamaian, lenyapnya, padamnya, yang tidak berkondisi, nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Meghiya dan para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #16 on: 05 March 2016, 09:30:35 AM »
57. Kotbah yang Diucapkan kepada Para Bhikkhu<153>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Terdapat lima kondisi yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang. Apakah lima hal itu?

Seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik – ini adalah kondisi pertama yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, seorang bhikkhu menjalankan pelatihan dalam moralitas, menjaga [terhadap pelanggaran] aturan latihan, dan dengan terampil mengendalikan pembawaan dirinya [sesuai dengan] perilaku yang pantas, dengan melihat bahaya bahkan dalam pelanggaran kecil dan takut terhadapnya. Menjaga moralitas adalah kondisi  kedua yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, seorang bhikkhu berbicara tentang hal-hal yang mulia, bermakna, hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi lembut, menyebabkannya menjadi tanpa rintangan, yaitu, pembicaraan tentang moralitas, tentang konsentrasi, kebijaksanaan, pembebasan, pengetahuan dan penglihatan yang muncul dengan pembebasan, pembicaraan tentang pelenyapan-diri, tentang tidak menikmati bersosialisasi, tentang mengurangi keinginan, tentang kepuasan, ditinggalkannya, kebosanan, padamnya, duduk dalam keterasingan, dan tentang kemunculan bergantungan. Memperoleh, dengan cara ini, [jenis] pembicaraan yang pantas bagi para pertapa, dengan sepenuhnya, dengan mudah, tanpa kesulitan – ini adalah kondisi  ketiga yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, seorang bhikkhu mengerahkan usaha tanpa kenal lelah untuk meninggalkan apa yang tidak bermanfaat, dan untuk mengembangkan semua keadaan bermanfaat. Ia terus-menerus memunculkan kehendak yang berfokus pada satu hal dan kokoh untuk mengembangkan akar-akar bermanfaat, dan tidak melepaskan tugasnya. Ini adalah kondisi  keempat yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Lagi, seorang bhikkhu mengembangkan pemahaman dan kebijaksanaan, mencapai pemahaman sehubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena, mencapai pengetahuan mulia yang menembus dan pemahaman yang membedakan sehubungan dengan pelenyapan sejati penderitaan. Ini adalah kondisi  kelima yang mendukung yang kondusif pada matangnya pembebasan pikiran yang belum matang.

Ketika diberkahi dengan lima kondisi yang mendukung ini, [seorang bhikkhu] seharusnya berlatih lebih lanjut dengan empat cara. Apakah empat cara itu? Ia berlatih meditasi pada kejijikan [terhadap tubuh] untuk memotong keinginan. Ia berlatih meditasi cinta-kasih untuk memotong kebencian. Ia berlatih perhatian terhadap pernapasan untuk memotong pikiran-pikiran kacau. Ia berlatih persepsi ketidakkekalan untuk memotong kesombongan “aku”.

Jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk menjalankan pelatihan dalam moralitas, untuk menjaga [terhadap pelanggaran] aturan latihan, dan dengan terampil mengendalikan pembawaan dirinya [sesuai dengan] perilaku yang pantas, dengan melihat bahaya bahkan dalam pelanggaran kecil dan takut terhadapnya.

Jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk berbicara tentang hal-hal yang mulia, bermakna, hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi lembut, menyebabkannya menjadi tanpa rintangan, yaitu, pembicaraan tentang moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, pembebasan, tentang pengetahuan dan penglihatan yang muncul dengan pembebasan, pembicaraan tentang pelenyapan-diri, tentang tidak menikmati bersosialisasi, tentang mengurangi keinginan, tentang kepuasan, ditinggalkannya, kebosanan, padamnya, tentang duduk bermeditasi, dan tentang kemunculan bergantungan. Ia akan dapat memperoleh, dengan cara ini, [jenis] pembicaraan yang pantas untuk para pertapa, dengan sepenuhnya, dengan mudah, tanpa kesulitan.

Jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk mengerahkan usaha tanpa kenal lelah memotong apa yang tidak bermanfaat dan berlatih semua keadaan bermanfaat. Ia akan terus-menerus memunculkan kehendak yang berfokus pada satu hal dan kokoh untuk mengembangkan akar-akar bermanfaat, dan tidak akan melepaskan tugasnya.

Jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk mengembangkan pemahaman dan kebijaksanaan, mencapai pemahaman sehubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena, mencapai pengetahuan mulia yang menembus dan pemahaman yang membedakan sehubungan dengan pelenyapan sejati penderitaan.

Jika seorang bhikkhu itu sendiri seorang teman baik [untuk orang lain] dan bergaul dengan teman-teman baik, berkumpul dengan teman-teman baik, maka ketahuilah bahwa ia terikat untuk berlatih meditasi pada kejijikan [terhadap tubuh] untuk memotong keinginan. Ia akan berlatih meditasi cinta-kasih untuk memotong kebencian. Ia akan berlatih perhatian pada pernapasan untuk memotong pikiran-pikiran kacau. Ia akan berlatih persepsi ketidakkekalan untuk memotong kesombongan “aku”. Jika seorang bhikkhu telah memperoleh persepsi ketidakkekalan, ia terikat untuk mencapai persepsi bukan-diri.

Jika seorang bhikhu telah mencapai kesadaran bukan-diri, ia terikat untuk sepenuhnya meninggalkan kesombongan “aku” dalam masa kehidupan ini, untuk mencapai kedamaian, lenyapnya, yang tidak berkondisi, nirvana.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 5)
« Reply #17 on: 05 March 2016, 09:32:41 AM »
Catatan Kaki:

<134> Cf. Kimatthiya-sutta, AN V 1. Yi, Pāli attha. Bergantung pada konteks, attha dapat menunjuk pada “tujuan”, “keuntungan”, “manfaat”, “kekayaan”, “perhatian”, “makna”, dan banyak lagi. “Tujuan” masuk akal untuk bahasa Mandarin yi dan bahasa India attha. Frank Wooward, The Book of Gradual Sayings (London: Pali Text Society, 1936), vol. V, p. 1, menerjemahkan pertanyaan yang berhubungan dalam Kimatthiya-sutta sebagai “Apakah objeknya?” Lihat juga catatannya tentang hal ini, dan pernyataan tentang attha oleh C. A. F. Rhys Davids dalam Pendahuluan-nya, p. viii.

<135> Cf. Cetanākaraṇīya-sutta, AN V 2.

<136> Cf. Satisampajañña-sutta, AN IV 336.

<137> Cf. Hirī-ottappa-sutta, AN IV 99.

<138> Struktur ini juga digunakan dalam sutra-sutra berikutnya: 1) beberapa gagasan X (dari rantai konsep-konsep yang berhubungan kondisional); 2) analogi yang menjelaskan X; 3) X lagi sebagai moral dari analogi itu; 4) X dibalik/dinegasikan; 5) analogi yang dibalik/dinegasikan; 6) moral yang dibalik/dinegasikan.

<139> Cf. Paṭhama-upanisā-sutta, A V 313.

<140> Cf. Dutiya-upanisā-sutta, A V 314. Nomor sutra ini salah cetak menjadi “47” dalam Taishō.

<141> Shi xi nie pan. Di sini shi mungkin suatu kesalahan untuk bian.

<142> Cf. Paṭhama-agārava-sutta, AN III 14.

<143> Shen untuk skandha/khandha. Ini adalah “lima kelompok atau bagian yang menyusun faktor-faktor penghidupan benar” (Pāli-English Dictionary, s.v. khandha).

<144> Cf. Dutiya-agārava-sutta, AN III 15.

<145> Cf. Avijjā-sutta, AN V 113 dan Taṇhā-sutta, A V 116.

<146> Katalog perbandingan yang lebih kuno tidak mendaftarkan paralel Pāli untuk sutra ini, yang menggabungkan dua kelompok yang dikembangkan dalam sutra no. 42-48 dan 51-53, dan menambahkan hubungan baru (ñāṇa-dassana, āsavakkhaya, dst., pada awalnya dan atthūpaparikkhā, dst., pada akhirnya). Rantai hubungan tambahan ini muncul dalam MN 70 (Kitagiri-sutta) dan MN 95 (Caṅkī-sutta).

<147> Guan fa ren: Pāli: dhammanijjhānakkhanti (Hirakawa, Bukkyō kanbon daijiten, no. 3427: dharma-nidhyāna-kṣānti).

<148> Teks Taishō bolak-balik di sini. Kita mengikuti pembacaan yang disarankan dalam edisi CBETA (T01.26.490c29).

<149> Cf. Meghiya-sutta, AN IV 354.

<150> She dou. Catatan Taishō (p. 491, catatan 6) memberikan jantu, pembacaan dalam sutta Pāli. Pembacaan jatu, yang muncul dalam komentar Pāli (Manoratha pūraṇī IV 164), lebih disukai.

<151> Xue duan. Lihat catatan kaki tentang zi duan ku dalam sutra 19.

<152> Duan. Di sini mungkin “pengerahan usaha” (padhāna) yang dimaksud alih-alih “meninggalkan” (pahāna). Lihat catatan kaki tentang zi duan ku pada sutra 19.

<153> Cf. Sambodhi-sutta, AN IV 351.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

 

anything