//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - K.K.

Pages: 1 ... 562 563 564 565 566 567 568 [569]
8521
Diskusi Umum / Re: Beda alam?? kok bisa?
« on: 18 April 2008, 06:56:07 PM »
Banyak spekulasi untuk menjawabnya. Emang bisa aja dia tidak sadarkan diri, berbohong atau apapun.

Tapi seandainya itu benar, maka memang bisa saja dia ke alam lain. Kekuatan untuk memindahkan tubuh ke alam lain itu bisa disebabkan mahluk lain, bukan hanya keinginan diri sendiri saja. Dalam Tipitaka, banyak cerita kasus demikian.

Lalu perbedaan dimensi waktu itu adalah wajar dalam kosmologi Buddhisme, sebab 50 tahun di bumi sama dengan 1 hari di sorga terendah (Catummaharajjika). Seperti dihitung-hitung, Buddha mengajar Abhidhamma di Tavatimsa itu hanya sekitar 3 menit saja.




8522
Saya punya pertanyaan untuk yang mengerti aliran Maetreya. Dikatakan ajaran semua Buddha adalah sama, mengapa tidak menganut ajaran Buddha Gotama, tetapi pada Buddha Maetreya yang belum 'muncul'?

Dikatakan prakteknya berlandaskan pada penyesalan, menghargai dan mencintai mahluk. Apakah ada dari seluruh Buddha yang pernah disebutkan dalam kitab suci (aliran apapun) yang tidak menyerukan penyesalan (penghentian kejahatan & tambah kebajikan), menghormati mahluk (yang pantas dihormati) dan mencintai mahluk (landasan metta/maitri, karunna, mudita)?





8523
Dari paham Theravada, yang dianjurkan oleh Buddha adalah melatih diri untuk mencapai kesucian (terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan bathin), dan pencapaian itu tidak ada hubungannya dengan makan makanan tertentu, karena memang makanan tidak menyucikan seseorang. Dalam Jivaka Sutta dikatakan bahwa syarat daging yang dimakan adalah tidak melihat/mendengar/menduga bahwa ada hewan dibunuh untuk kita, yang maksudnya adalah "KITA YAKIN BAHWA KITA TIDAK MENYEBABKAN TERBUNUHNYA MAHLUK TERSEBUT". Kemudian dikatakan jika seseorang makan dengan pikiran penuh cinta kasih, tidak melekat pada rasanya, mengetahui bahwa makanan adalah hanya penunjang hidup, bukan untuk menyenangkan indriah, maka tidak ada 'bahaya' dari makan makanan itu.
Dalam Theravada, tidak dipilah-pilah makanan ini cocok dan ini tidak cocok, namun pikiran yang dipilah-pilah.
Hal ini juga dijelaskan dalam Amagandha Sutta, ketika seorang yang menganut paham 'pantang makan daging' berdebat dengan Buddha Kassapa.

Namun, walaupun makan daging tidak dianjurkan atau dilarang, namun pikiran kejam dan pembunuhan mahluk tentu saja dilarang.

Perbedaan kecenderungan dari Theravada & Mahayana tentang Vegetarianisme hanyalah berdasarkan pada tempat di mana kedua aliran berkembang. Tidak perlu dipegang secara fanatik.
Jika suatu saat Buddhisme berkembang di Kutub, maka keharusan praktek Vegetarianisme belum tentu cocok.
Jika makan daging menimbulkan perasaan bersalah, maka silahkan dihindari.






8524
Theravada / Re: Was the Buddha born as a Once Returner?
« on: 18 April 2008, 06:13:03 PM »
Radi Muliawan:
Pernyataan bahwa karena pada jaman Buddha Kassapa Bodhisatta Gotama sudah menjadi Bhikkhu sehingga ia adalah seorang Sakadagami adalah keliru. Memang pada malam menjelang pencerahan, Bodhisatta Gotama mengembangkan Tevijja (ingatan kehidupan lampau, mata dewa, dan pengetahuan kekotoran bathin). Namun kualitas 'merealisasikan' kebenaran itu bukan hanya sekadar 'mengingat & menghafal'. Seperti halnya sekarang kita juga bisa mengingat dan menghafal kesunyataan mulia, tilakkhana, dsb, tapi tidak mampu jadi Samma-Sambuddha. Bahkan mungkin Sotapanna pun tidak.
Seperti seseorang mengembangkan kesaktian mengingat masa lampau pun, jika kebetulan dia pernah bertemu ajaran Buddha, belum tentu dia dapat menjadi Arahat, apalagi Samma Sambuddha. Jadi 'menemukan kembali ajaran' di sini maksudnya bukanlah hanya 'mengulang yang pernah dilihat/didengar', namun memang menembus semua pengertiannya.


7th:
Roda Dhamma sudah berputar sejak dahulu pada masa tak terpikirkan. Namun Dhamma itu timbul dan tenggelam bersama waktu. Seperti Dhamma yang dibabarkan oleh Buddha Gotama juga akan hilang dan terlupakan sama sekali. Pada waktu itulah akan ada Buddha yang baru (dalam Cakkavati sihanada Sutta, dikatakan adalah Metteya/Maetreya) untuk memutar roda Dhamma pada masanya.

Kelana:
Jarak antara Buddha Kassapa dengan Buddha Gotama itu sangat jauh, walaupun sepertinya hanya berjarak '1 Buddha'. Pada masa Buddha Kassapa, dikatakan umur manusia rata-rata adalah 20.000 tahun.

Sumedho:
Pertapa Sumedha berikrar di hadapan Buddha Dipankara, bukan Buddha Kassapa. Dalam perjalanan penyempurnaan Paramittha, Ia tidak merealisasikan 4 magga/phala apapun, namun tetap sebagai 'manusia biasa'.


Karuna_murti:
Setuju.

Huiono:
Setuju.


Markosprawira:
Sebetulnya Sakadagami hanyalah sebuah 'istilah' untuk menunjukkan kondisi mental seseorang terhadap kekotoran bathin, bukan semata-mata banyaknya kelahiran yang akan dialaminya. Seorang Sotapanna pun ada kalanya terlahir hanya 1 kali lagi dan mencapai Arahatta. Demikian pula Bodhisatta yang menyempurnakan Dasa Parami juga memang hanya akan terlahir 1 kali lagi saja. Sakadagami yang sering diucapkan, maksudnya adalah seseorang yang telah menghancurkan 3 belenggu (kepercayaan pada ritual, kepercayaan pada 'atta', dan keraguan pada dhamma) serta melemahkan 2 belenggu lain, yaitu Nafsu indriah dan kebencian.


Lebih dari itu, satu kelahiran sebelum Bodhisatta Gotama lahir sebagai pangeran Siddhatta, adalah kelahiran di Tusita (tempat dikatakan semua Bodhisatta berdiam sebelum kelahiran terakhir). Dan satu kelahiran sebelum di Tusita adalah ketika Bodhisatta Gotama terlahir sebagai Vessantara, yang menyempurnakan Dana Paramittha. Jadi sangat jelas bahwa setelah Jotipala, Bodhisatta sempat terlahir banyak kali sebelum akhirnya menjadi Buddha Gotama.

Sebetulnya, keadaan demikian hanyalah bahasan doktrin saja, karena kita tidak bisa membuktikannya, dan memang tidak perlu membuktikannya. Yang penting adalah menjalankan Dhamma itu sendiri.




8525
Sutta Vinaya / Re: TIROKUDDA SUTTA
« on: 18 April 2008, 05:31:21 PM »
Jangan salah mengerti bahwa patidana seolah-olah mengirim sesuatu ke alam lain. Dalam Dhamma bukan seperti itu. Namun ketika kita berbuat kebajikan atas nama orang yang telah meninggal, maka orang itu ikut melakukan kebaikan dengan mudita (sympathetic joy). Dan tidak semua mahluk dapat 'menerima' pelimpahan jasa itu, namun hanya peta jenis paradattu pajivika (yang masih punya kemampuan ber-muditacitta).

Juga perlu diingat bahwa Mahayana BUKANLAH aliran Tahayul ato omong kosong. Mahayana hanya menggunakan pendekatan yang berbeda aja karena pengaruh tradisi tempat aliran itu berkembang. Tentu saja perbedaan ini tidak perlu dibesar-besarkan. Jika tidak mengerti kepercayaan orang lain, ada baiknya belajar dulu, jangan saling menjelekkan.


8526
Sutta Vinaya / Re: PAYASI SUTTA
« on: 18 April 2008, 05:18:31 PM »
Ada lanjutannya di mana diceritakan karena Payasi memberikan dana dengan cara yang tidak benar, maka ia terlahir kembali di Istana Sarisaka (Serissaka) yang kosong (di alam Catummaharajjika). Dari sana, dia ditugaskan untuk melindungi para pengelana. Bhikkhu Gavampati (penghuni Serissaka sebelumnya) sering menyendiri dan bermeditasi di sana, dan kemudian bertemu dengan Payasi. Di situ Payasi meminta Bhikkhu Gavampati untuk menceritakan bahwa karena pemberiannya tidak dilakukan dengan benar, maka dia terlahir di sana, sedangkan Uttara yang mengkritik pemberiannya, terlahir di Tavatimsa.

Pages: 1 ... 562 563 564 565 566 567 568 [569]