//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - seniya

Pages: 1 ... 9 10 11 12 13 14 15 [16] 17 18 19 20 21 22 23 ... 228
226
Sains / Re: All About Astronomy
« on: 23 January 2018, 10:11:45 PM »
Minta lokasi mengamati sagitarius A dong,  letaknya sebelah mana yaaa

Di pusat galaksi bima sakti (kalo pake aplikasi peta bintang spt Stellarium bisa disearch namanya Sagittarius A, nanti ketahuan lokasi di mana di langit)

Quote
Lalu apa nasib dari benda2 angkasa yg tersedot ke dalamnya....  Apakah mati,  kehilangan gravitasi atau gmn, lalu yg tersedot itu kemana??  Bisa dijelaskan secara singkat??

Benda-benda yg masuk lubang hitam akan mengalami spaghettifikasi, yaitu benda tsb akan memanjang secara vertikal dan memampat secara horizontal (menjadi memanjang spt spaghetti). Kemudian benda tsb akan terurai menjadi partikel2 kecil yg bergerak spiral ke dlm event horizon black hole shg menambah massa black hole tsb.

Quote
Siapa yg mengemukakan teori ini dan apa argumennya sehingga dia yakin white hole itu ada??  Apakah sistem balance alam semesta sehingga ketika ada black hole maka harus ada white hole??

DIkemukakan oleh  Igor Novikov sbg salah satu solusi persamaan medan Einstein, jadi cuma ada secara perhitungan matematis, blm terbukti secara nyata.

Quote
Spoiler: ShowHide
Korupsi no.3 nya 2x  [-X

Kagak di ban kan ^:)^ ^:)^ ^:)^

 :P :P

Quote
Lalu planet mana yg kira2 cocok buat kehidupan seperti di bumi yang atmosfer atau kondisinya memungkinkan makhluk hidup tumbuh dan berkembang ???

Masih dalam tahap penyelidikan, namun kalo di tata surya kita beberapa satelit Saturnus diduga dapat mendukung kehidupan spt di bumi

Quote
Unsur2 kimia anorganik apa yg biasanya membentuk suatu orion dan kenapa warnanya bisa beraneka ragam diamati oleh mata telanjang??  Bagimana gas2 unsur tsb bertahan di luar angkasa???

90% Hidrogen dan sisanya helium, oksigen, karbon, neon, nitrogen yg terionisasi. Gasnya jg dianggap sbg gas di bumi, namun kumpulan ion yg kerapatan atomnya rendah.

Quote
Teleskop apa yg cocok,  apakah sejenis hubble gitu :o :o

Thanks _/\_

Teleskop biasa kayaknya bisa...

227
Theravada / Re: Sila ke tiga
« on: 23 January 2018, 09:40:25 PM »
Halo temen2,

Misalkan sepasang orang hidup bersama dan bahagia, mereka melakukan tanggung jawab layaknya sebagai suami istri seperti yg tertera di Sigalovada Sutta. Setia satu sama lain. Tetapi secara adat belum sah, juga belum diakui oleh kedua pihak orang tua. Hal seperti ini wajar di negara tertentu.
Temen2 yg mau menanggapi mohon membahas ini sesuai dengan ajaran Sang Buddha ya, bukan pendapat pribadi. Kita juga bukan membahas hukum negara, hukum adat, dll. Kita disini membahas sila.

Pertanyaannya apakah ini melanggar sila? Terima kasih.

Tentang hubungan seksual yang salah dikatakan dlm sutta sbb:

“Ia melakukan hubungan seksual yang salah. Ia melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu mereka, oleh ayah mereka, oleh ibu dan ayah, saudara, saudari, atau kerabat mereka; yang dilindungi oleh Dhamma; yang memiliki suami; yang pelanggarannya menuntut adanya hukuman; atau bahkan dengan seorang yang telah bertunangan.
~ AN 10.176

Jadi, jika pasangan tsb sudah dewasa dan tdk dalam pengawasan orang tua dan keluarga mereka lagi, maka tidak melanggar sila krn tdk dlm perlindungan orang tua, saudara/i dan kerabat mereka lagi. Namun demikian, syarat hubungan seksual yg sah juga menyangkut norma hukum, yaitu tidak menyebabkan pelanggaran hukum yg mengakibatkan seseorang dihukum (secara adat maupun hukum negara). Maka jika hubungan tsb tidak sah secara adat setempat pun termasuk melanggar sila.

228
Sains / Re: All About Astronomy
« on: 22 January 2018, 08:23:47 PM »
Tanya sama TS:
1. Kalau di astronomi dikenal Black hole yang menyedot semua material di galaxy lalu kenapa tidak semua benda2 di tata surya kita bisa masuk ke dalamnya termasuk planet,  satelit,  meteorite dan sebagainya?

Krn tata surya kita sangat jauh dari black hole sehingga tdk terpengaruh oleh gravitasinya yg sangat besar. Black hole terdekat hanya ada di pusat galaksi kita yg dikenal sebagai Sagitarius A*

Quote
2. Apa yg menahan mereka masuk ke black hole,  apa kriteria benda2 dapat masuk ke dalamnya?

Tidak ada yg dapat lolos dr black hole krn tdk ada benda yg lbh cepat dr kecepatan cahaya, sedangkan kecepatan lolos dr black hole sama dg kecepatan cahaya.

Quote
3. Kalau ada black hole,  ada white hole gak?  Terus si white hole itu ngapain kerjaannya?

White hole dihipotesiskan sbg jalan keluar dr black hole di mana benda2 yg tersedot ke dlm black hole dikeluarkan melalui white hole di alam semesta lain. Tp teori ini tdk terbukti krn black hole walaupun namanya disebut lubang hitam, tp bentuknya bukan lubang yg menghubungkan satu alam semesta dg alam semesta lain, melainkan suatu titik yg sangat kecil (singularitas) yg bermassa sangat besar shg melengkungkan ruang-waktu begitu besarnya.

Quote
3. Apakah planet mars itu bisa didiamin sih om?  Bisa kenapa kalau enggak kenapa?  Bukankah mars gak terlalu jauh juga dari bumi?  Cocok buat kehidupan dong?

Spoiler: ShowHide
Korupsi no.3 nya 2x  [-X


Kondisi suhu di Mars sangat panas (35o C) di ekuatornya dan sangat dingin (-143o C) di kutub, ditambah atmosfernya mengandung 96% karbondioksida dengan tekanan atmosfer yg sangat kecil (1% tekanan atmosfer bumi), maka air tdk bisa berbentuk cairan di Mars. Dengan demikian, kondisinya tdk memungkinkan bg manusia dan makhluk hidup bumi lainnya utk hidup di Mars.

Quote
4. Apa itu nebulae dan kenapa warnanya bisa bermacam2 apa yg membentuknya dan apakah bisa berubah2 bentuknya?

Nebula adalah kabut antar bintang yg mengandung debu dan gas yg terionisasi. Warnanya bisa macam2 tergantung komposisi gas yg terkandung di dalamnya.

Quote
5. Apa kriteria kita bisa memandang nebulae?
Segitu dulu,  dijawab yaaa _/\_ _/\_

Maksudnya bisa dilihat dengan mata telanjang? Kalo di daerah pegunungan atau pedesaan yg jauh dr gemerlap cahaya kota mungkin masih bisa melihat Nebula Orion (yg merupakan nebula paling terang yg dpt diamati dr bumi), namun skrg orang mengamati nebula harus menggunakan teleskop, baru bisa mendapatkan hasil yg memuaskan. Berikut artikel dr WikiHow ttg bagaimana mengamati Nebula Orion: https://www.wikihow.com/Find-the-Orion-Nebula

229
Studi Sutta/Sutra / Re: MA 98 Kotbah tentang Penegakan Perhatian
« on: 21 January 2018, 09:39:21 AM »
[10. Perenungan Tanah Perkuburan]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu melihat bahwa mayat yang selama satu atau dua hari, atau bahkan selama enam atau tujuh hari, telah dipatuk oleh burung gagak dan elang, dimakan oleh anjing hutan dan serigala, terbakar oleh api, atau dikuburkan di bawah tanah, atau telah sepenuhnya membusuk dan terurai; setelah melihatnya, ia membandingkan dirinya sendiri dengan mayat itu demikian: ‘Tubuhku ini juga akan menjadi seperti itu, dan dengan sama memiliki sifat itu, akhirnya tidak dapat lolos darinya.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seolah-olah seorang bhikkhu itu sendiri melihat di tanah perkuburan sesosok kerangka yang membiru, membusuk, setengah termakan dengan tulang-belulang [terbaring] di atas tanah; setelah melihatnya, ia membandingkan dirinya sendiri dengan kerangka itu demikian: ‘Tubuhku ini juga akan menjadi seperti itu, dan dengan sama memiliki sifat itu, akhirnya tidak dapat lolos darinya.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seolah-olah seorang bhikkhu itu sendiri melihat di tanah perkuburan [sesosok kerangka] tanpa kulit, daging dan darah, yang terangkai hanya oleh urat-urat; setelah melihatnya, ia membandingkan dirinya sendiri dengan kerangka itu demikian: ‘Tubuhku ini juga akan menjadi seperti itu, dan dengan sama memiliki sifat itu, akhirnya tidak dapat lolos darinya.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seolah-olah seorang bhikkkhu itu sendiri melihat di tanah perkuburan tulang-belulang yang tercerai-berai berhamburan di segala arah – tulang kaki, tulang kering, tulang paha, tulang panggul, tulang punggung, tulang bahu, tulang leher, dan tengkorak di tempat-tempat yang berbeda; setelah melihatnya, ia membandingkan dirinya sendiri dengan kerangka itu demikian: ‘Tubuhku ini juga akan menjadi seperti itu, dan dengan sama memiliki sifat itu, akhirnya tidak dapat lolos darinya.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seolah-olah seorang bhikkhu itu sendiri melihat di tanah perkuburan tulang-belulang yang seputih kulit kerang, atau sebiru warna burung merpati, atau merah seakan-akan berlumuran darah, terurai dan terhancurkan menjadi debu; setelah melihatnya, ia membandingkan dirinya sendiri dengan kerangka itu demikian: ‘Tubuhku ini juga akan menjadi seperti itu, dan dengan sama memiliki sifat itu, akhirnya tidak dapat lolos darinya.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni demikian merenungkan jasmani sebagai jasmani sedikit demi sedikit, ini disebut ‘penegakan perhatian yang adalah perenungan jasmani sebagai jasmani.’

[II. Perenungan Perasaan]

“Apakah penegakan perhatian yang adalah perenungan perasaan sebagai perasaan? Seorang bhikkhu, ketika merasakan perasaan menyenangkan, memahami bahwa ia merasakan perasaan menyenangkan. Ketika merasakan perasaan menyakitkan, ia memahami bahwa ia merasakan perasaan menyakitkan. Ketika merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia memahami bahwa ia merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Ketika merasakan [perasaan] jasmani yang menyenangkan ... [perasaan] jasmani yang menyakitkan ... [perasaan] jasmani yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan ... [perasaan] batin yang menyenangkan ... [perasaan] batin yang menyakitkan ... [perasaan] batin yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan ... [perasaan] duniawi yang menyenangkan ... [perasaan] duniawi yang menyakitkan ... [perasaan] duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan ... [perasaan] non-duniawi yang menyenangkan ... [perasaan] non-duniawi yang menyakitkan ... [perasaan] non-duniawi yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan ... [perasaan] menyenangkan [dengan] nafsu ... [perasaan] menyakitkan [dengan] nafsu ... [perasaan] bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan [dengan] nafsu ... [perasaan] menyenangkan tanpa nafsu ... [perasaan] menyakitkan tanpa nafsu ... [perasaan] bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan tanpa nafsu, ia memahami bahwa ia merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan tanpa nafsu. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan perasaan internal sebagai perasaan, merenungkan perasaan eksternal sebagai perasaan, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan perasaan, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan perasaan sebagai perasaan.’ Jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni demikian merenungkan perasaan sebagai perasaan sedikit demi sedikit, ini disebut ‘penegakan perhatian yang adalah perenungan perasaan sebagai perasaan.’

[III. Perenungan Pikiran]

“Apakah penegakan perhatian yang adalah perenungan pikiran sebagai pikiran? Seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya pikiran dengan nafsu sebagai pikiran dengan nafsu; ia memahami sebagaimana adanya pikiran tanpa nafsu sebagai pikiran tanpa nafsu ... dengan kebencian ... tanpa kebencian ... dengan delusi ... tanpa delusi ... dengan kekotoran ... tanpa kekotoran ... mengerut ... kacau ... rendah ... luhur ... hina ... agung ... terlatih ... tidak terlatih ... terkonsentrasi ... tidak terkonsentrasi ...; memiliki pikiran yang tidak terbebaskan, ia memahami pikiran yang tidak terbebaskan sebagaimana adanya; memiliki pikiran yang terbebaskan, ia memahami pikiran yang terbebaskan sebagaimana adanya. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan pikiran internal sebagai pikiran, merenungkan pikiran eksternal sebagai pikiran, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan pikiran, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan pikiran sebagai pikiran.’ Jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni demikian merenungkan pikiran sebagai pikiran sedikit demi sedikit, ini disebut ‘penegakan perhatian yang adalah perenungan pikiran sebagai pikiran.’

[IV. Perenungan Objek-Objek Pikiran]

[1. Enam Landasan Indera]

“Apakah penegakan perhatian yang adalah perenungan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran? Dengan mata dan bentuk sebagai kondisi, muncul belenggu internal. Ketika belenggu-belenggu benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘belenggu-belenggu muncul secara internal’; ketika belenggu-belenggu benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘belenggu-belenggu tidak muncul secara internal’; jika muncul belenggu-belenggu internal yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika belenggu-belenggu internal yang telah muncul lenyap dan tidak muncul kembali, ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikian juga telinga ... hidung ... lidah ... badan ... Dengan pikiran dan objek-objek pikiran sebagai kondisi, muncul belenggu-belenggu internal. Ketika belenggu-belenggu benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘belenggu-belenggu muncul secara internal’; ketika belenggu-belenggu benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘belenggu-belenggu tidak muncul secara internal’; jika muncul belenggu-belenggu internal yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika belenggu-belenggu internal yang telah muncul lenyap dan tidak muncul kembali, ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran internal sebagai objek-objek pikiran, merenungkan objek-objek pikiran eksternal sebagai objek-objek pikiran, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan objek-objek pikiran, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran,’ yaitu enam landasan indera internal.

[2. Lima Rintangan]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran [sebagai berikut:] Ketika nafsu benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘nafsu muncul’; ketika nafsu benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘nafsu tidak muncul’; jika muncul nafsu yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika nafsu yang telah muncul lenyap dan tidak muncul kembali, ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikian juga permusuhan ... kemalasan ... kegelisahan dan penyesalan ...  Ketika keragu-raguan benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘keragu-raguan muncul’; ketika keragu-raguan benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘keragu-raguan tidak muncul’; jika muncul keragu-raguan yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika keragu-raguan yang telah muncul lenyap dan tidak muncul kembali, ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran internal sebagai objek-objek pikiran, merenungkan objek-objek pikiran eksternal sebagai objek-objek pikiran, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan objek-objek pikiran, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran,’ yaitu lima rintangan.

[3. Tujuh Faktor Pencerahan]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran [sebagai berikut:] Ketika faktor pencerahan perhatian benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘faktor pencerahan perhatian muncul’; ketika faktor pencerahan perhatian benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘faktor pencerahan perhatian tidak muncul’; jika muncul faktor pencerahan perhatian yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika faktor pencerahan perhatian yang telah muncul bertahan, tidak terlupakan, tidak merosot, dan berkembang lebih jauh dan meningkat, maka ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikian juga [faktor pencerahan] penyelidikan fenomena ... semangat ... sukacita ... ketenangan ... konsentrasi ... Ketika faktor pencerahan keseimbangan benar-benar muncul secara internal, seorang bhikkhu memahami ini sebagaimana adanya: ‘faktor pencerahan keseimbangan muncul’; ketika faktor pencerahan keseimbangan benar-benar tidak muncul secara internal, ia memahami ini sebagaimana adanya: ‘faktor pencerahan keseimbangan tidak muncul’; jika muncul faktor pencerahan keseimbangan yang belum muncul, ia memahami ini sebagaimana adanya; jika faktor pencerahan keseimbangan yang telah muncul bertahan, tidak terlupakan, tidak merosot, dan berkembang lebih jauh dan meningkat, maka ia memahami ini sebagaimana adanya. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran internal sebagai objek-objek pikiran, merenungkan objek-objek pikiran eksternal sebagai objek-objek pikiran, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan objek-objek pikiran, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran,’ yaitu tujuh faktor pencerahan.

“Jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni demikian merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran sedikit demi sedikit, ini disebut ‘penegakan perhatian yang adalah perenungan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran.’

[Penutup]

“Jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni mengembangkan pikiran[nya] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian selama tujuh tahun, ia pasti akan mencapai [salah satu dari] dua buah: mencapai pengetahuan akhir di sini dan saat ini, atau jika terdapat sisa [kemelekatan], mencapai yang-tidak-kembali.

“Jangankan tujuh tahun ... enam ... lima ... empat ... tiga ... dua ... satu tahun, jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni mengembangkan pikiran[nya] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian selama tujuh bulan, ia pasti akan mencapai [salah satu dari] dua buah: mencapai pengetahuan akhir di sini dan saat ini, atau jika terdapat sisa [kemelekatan], mencapai yang-tidak-kembali.

“Jangankan tujuh bulan ... enam ... lima ... empat ... tiga ... dua ... satu bulan, jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni mengembangkan pikiran[nya] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian selama tujuh hari dan tujuh malam, ia pasti akan mencapai [salah satu dari] dua buah: mencapai pengetahuan akhir di sini dan saat ini, atau jika terdapat sisa [kemelekatan], mencapai yang-tidak-kembali.

“Jangankan tujuh hari dan tujuh malam ... enam ... lima ... empat ... tiga ... dua ... Jangankan satu hari dan satu malam, jika seorang bhikkhu atau bhikkhuni mengembangkan pikiran[nya] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian sedikit demi sedikit selama waktu yang singkat, [setelah] berlatih demikian pada pagi hari, ia pasti akan mencapai kemajuan pada malam harinya, [atau setelah] berlatih demikian pada malam hari, ia pasti akan mencapai kemajuan pada pagi hari [berikutnya].”

Demikianlah Sang Buddha mengucapkan [kotbah ini]. Para bhikkhu, setelah mendengar apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan mengingatnya dengan baik.

Sumber: Terjemahan bahasa Inggris MA 98 dalam Mindfulness in Early Buddhism oleh Tse-fu Kuang

230
Studi Sutta/Sutra / MA 98 Kotbah tentang Penegakan Perhatian
« on: 21 January 2018, 09:34:39 AM »
Berikut adalah terjemahan Madhyama Agama (MA) kotbah 98 yang merupakan padanan Satipatthana Sutta (MN 10):

Madhyamāgama 98
Kotbah tentang Penegakan Perhatian

Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di antara penduduk Kuru di Kammasādhamma, sebuah kota negeri Kuru. Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat ‘satu jalan’ (ekāyana-magga) yang memurnikan makhluk-makhluk, mengatasi dukacita dan kekhawatiran, melenyapkan penderitaan dan kesedihan, meninggalkan tangisan dan ratapan, dan mencapai Dharma sejati – yaitu empat penegakan perhatian.

“Para Tathāgata masa lampau, bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, semuanya telah menghancurkan lima rintangan, kekotoran-kekotoran pikiran dan yang melemahkan kebijaksanaan, mengembangkan pikiran [mereka] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian, telah melatih tujuh faktor pencerahan, dan telah mencapai pencerahan sempurna yang tiada bandingnya. Para Tathāgata masa yang akan datang, bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, semuanya akan menghancurkan lima rintangan, kekotoran-kekotoran pikiran dan yang melemahkan kebijaksanaan, akan mengembangkan pikiran [mereka] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian, akan melatih tujuh faktor pencerahan, dan akan mencapai pencerahan sempurna yang tiada bandingnya. Sekarang Aku, Sang Tathāgata masa sekarang, bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, juga telah menghancurkan lima rintangan, kekotoran-kekotoran pikiran dan yang melemahkan kebijaksanaan, telah mengembangkan pikiran[-Ku] [dan] berdiam sepenuhnya dalam empat penegakan perhatian, telah melatih tujuh faktor pencerahan, dan telah mencapai pencerahan sempurna yang tiada bandingnya. Apakah empat itu? Penegakan perhatian yang adalah perenungan jasmani sebagai jasmani; demikian juga penegakan perhatian yang adalah perenungan perasaan ... pikiran ... dan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran.

[I. Perenungan Jasmani]

[1. Postur Tubuh]

“Apakah penegakan perhatian yang adalah perenungan jasmani sebagai jasmani? Seorang bhikkhu, ketika berjalan, memahami: ‘[Aku sedang] berjalan’; ketika berdiri, ia memahami: ‘[Aku sedang] berdiri’; ketika duduk, ia memahami: ‘[Aku sedang] duduk’; ketika berbaring, ia memahami: ‘[Aku sedang] berbaring’; ketika tertidur, ia memahami: ‘[Aku sedang] tertidur’; ketika terjaga, ia memahami: ‘[Aku sedang] terjaga’; ketika sedang tertidur [dan] terjaga, ia memahami: ‘[Aku sedang] tertidur [dan] terjaga.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan (ñāṇa), penglihatan (dassana), dan kebijaksanan (vijjā). Ini adalah apa yang disebut dengan ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[2. Kewaspadaan Penuh]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan tubuh sebagai tubuh [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu mengetahui dengan penuh kewaspadaan ketika berjalan keluar dan masuk, mengamati dengan baik dan menganalisis; ia mengetahui dengan penuh kewaspadaan ketika membengkokkan dan merentangkan [lengannya], menundukkan dan mengangkat [kepalanya], perilakunya yang tenang dan hening, dengan benar mengenakan jubah saṅghāṭi-nya dan jubah [lainnya] [dan membawa] mangkuknya, berjalan, berdiri, duduk, berbaring, tertidur, terjaga, berbicara dan berdiam diri. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[3. Melenyapkan Pikiran Tidak Bermanfaat]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Ketika pikiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat muncul, seorang bhikkhu memotong dan melenyapkan[nya] dengan memperhatikan objek pikiran yang bermanfaat. Seperti halnya seorang tukang kayu atau murid tukang kayu memegang seutas benang yang diberi tinta dan menggunakannya pada kayu, kemudian membelah kayu itu dengan sebuah kapak tajam untuk meluruskannya, demikian juga ketika pkiran-pikiran jahat yang tidak bermanfaat, seorang bhikkhu memotong dan melenyapkan[nya] dengan memperhatikan objek pikiran yang bermanfaat. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu, dengan mengertakkan giginya dan menekankan lidahnya ke langit-langit mulut, mengendalikan pikiran dengan pikiran, memotong dan melenyapkan [pikiran lainnya]. Seperti halnya dua orang yang kuat menangkap seorang yang lemah, mencengkeramnya secara acak pada bagian mana pun [dari tubuhnya] dan memukulinya sekehendak hatinya, demikian juga seorang bhikkhu, dengan mengertakkan giginya dan menekankan lidahnya ke langit-langit mulut, mengendalikan pikiran dengan pikiran, memotong dan melenyapkan [pikiran lainnya]. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[4. Perhatian pada Pernapasan]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu, ketika memperhatikan napas masuk, memahami: ‘[Aku sedang] memperhatikan napas masuk’; ketika memperhatikan napas keluar, ia memahami: ‘[Aku sedang] memperhatikan napas keluar.’ Menarik napas panjang, ia memahami: ‘[Aku sedang] menarik napas panjang’; menghembuskan napas panjang, ia memahami: ‘[Aku sedang] menghembuskan napas panjang.’ Menarik napas pendek, ia memahami: ‘[Aku sedang] menarik napas pendek’; menghembuskan napas pendek, ia memahami: ‘[Aku sedang] menghembuskan napas pendek.’ Ia berlatih menarik napas [dengan mengalami] keseluruhan tubuh; ia berlatih menghembuskan napas [dengan mengalami] keseluruhan tubuh. Ia berlatih menarik napas dengan menghentikan bentukan jasmani; ia berlatih menghembuskan napas dengan menghentikan bentukan ucapan. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[5. Jhāna-Jhāna]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan. Seperti halnya seorang petugas pemandian mengisi sebuah penampungan dengan bubuk mandi, dan mencampurkan [bubuk mandi dan] air menjadi sebuah gumpalan, dengan membuat air membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi [gumpalan itu] dengan tidak ada bagian yang tidak diliputi; demikian juga seorang bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang lahir dari konsentrasi membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang lahir dari konsentrasi. Seperti halnya sebuah mata air di pegunungan, bersih dan tidak berlumpur, penuh dan meluap, dan tidak ada kesempatan bagi air dari keempat arah memasuki [mata air itu], dan dari dasar mata air, air memancar ke atas secara spontan dan membanjiri, membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi pegunungan dengan tidak ada bagian yang tidak diliputi; demikian juga seorang bhikkhu membuat sukacita dan kenikmatan yang lahir dari konsentrasi membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh sukacita dan kenikmatan yang lahir dari konsentrasi. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu membuat kenikmatan yang lahir dari ketiadaan sukacita membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh kenikmatan yang lahir dari ketiadaan sukacita. Seperti halnya seroja biru, merah dan putih lahir dan tumbuh dalam air, muncul dalam air, demikian juga akar, batang, bunga dan daunnya semuanya dibasahi, dilembabkan, diliputi dan diisi [oleh air] dengan tidak ada bagian yang tidak diliputi; demikian juga seorang bhikkhu membuat kenikmatan yang lahir dari ketiadaan sukacita membasahi, melembabkan, meliputi dan mengisi tubuhnya; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh kenikmatan yang lahir dari ketiadaan sukacita. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu bertekad meliputi tubuhnya dengan pikiran yang murni dan cerah, dengan mencapai dan berdiam [di dalamnya]; tidak ada bagian tubuhnya yang tidak diliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Sepertinya hal seseorang ditutupi oleh kain [berukuran] tujuh hasta atau kain [berukuran] delapan hasta, [sehingga] tidak ada bagian tubuhnya yang tidak ditutupi; demikian juga bagi seorang bhikkhu tidak ada tubuhnya yang tidak diliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[6. Persepsi Cahaya]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu, dengan memperhatikan persepsi cahaya, dengan baik menggenggam, dengan baik memegang dan dengan baik mengingat kembali apa yang ia perhatikan. Seperti sebelumnya, demikian juga setelahnya; seperti setelahnya, demikian juga sebelumnya; seperti pada siang hari, demikian juga pada malam hari; seperti pada malam hari, demikian juga pada siang hari; seperti di bawah, demikian juga di atas; seperti di atas, demikian juga di bawah. Demikianlah dengan tidak menyimpang (aviparyasta), pikiran[nya] bebas dari gangguan. Ia mengembangkan pikiran yang cerah, dan pada akhirnya pikirannya tidak tertutupi oleh kegelapan. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[7. Objek Peninjauan-Kembali]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu dengan baik menggenggam objek peninjauan-kembali (paccavekkhaṇā­-nimitta) dan dengan baik mengingat kembali apa yang ia perhatikan. Seperti halnya seseorang duduk merenungkan orang [lain] yang sedang berbaring, atau berbaring merenungkan orang [lain] yang sedang duduk; demikian juga seorang bhikkhu dengan baik menggenggam objek peninjauan-kembali dan dengan baik mengingat kembali apa yang ia perhatikan. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[8. Bagian-Bagian Tubuh]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu, bagaimana pun tubuhnya diposisikan sebagaimana ia sukai atau tidak, melihat [tubuhnya] dari kepala sampai kaki [sebagai] penuh dengan berbagai jenis ketidakmurnian: ‘Dalam tubuhku ini terdapat rambut kepala, rambut badan, kuku, gigi, kulit tipis yang kasar [dan] halus, kulit, daging, urat, tulang, jantung, ginjal, hati, paru-paru, usus besar, usus halus, limpa, perut, gumpalan kotoran, otak, akar otak, air mata, keringat, ingus, ludah, nanah, darah, lemak, sumsum, dahak, dan air kencing. Seperti halnya sebuah wadah yang diisi dengan beberapa biji-bijian, dan seseorang dengan mata [yang tidak cacat] dapat melihat semuanya dengan jelas, yaitu ‘padi, biji gandum, dan biji lobak dan moster’; demikian juga seorang bhikkhu bagaimana pun tubuhnya diposisikan sebagaimana ia sukai atau tidak, melihat [tubuhnya] dari kepala sampai kaki [sebagai] penuh dengan berbagai jenis ketidakmurnian: ‘Dalam tubuhku ini terdapat rambut kepala, rambut badan, kuku, gigi, kulit tipis yang kasar [dan] halus, kulit, daging, urat, tulang, jantung, ginjal, hati, paru-paru, usus besar, usus halus, limpa, perut, gumpalan kotoran, otak, akar otak, air mata, keringat, ingus, ludah, nanah, darah, lemak, sumsum, dahak, dan air kencing. Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

[9. Unsur-Unsur]

“Kemudian, seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani [sebagai berikut:] Seorang bhikkhu merenungkan unsur-unsur jasmani, [dengan berpikir:] ‘Dalam tubuhku ini terdapat unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur api, unsur udara, unsur ruang, dan unsur kesadaran.’ Seperti halnya seorang tukang daging, setelah membunuh seekor sapi dan menguliti kulitnya, membentangkan[nya] di atas tanah dan membagi[nya] ke dalam enam bagian; demikian juga seorang bhikkhu merenungkan unsur-unsur jasmani, [dengan berpikir:] ‘Dalam tubuhku ini terdapat unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur api, unsur udara, unsur ruang, dan unsur kesadaran.’ Demikianlah seorang bhikkhu merenungkan jasmani internal sebagai jasmani, merenungkan jasmani eksternal sebagai jasmani, dan mengembangkan perhatian sehubungan dengan jasmani, dengan memiliki pengetahuan, penglihatan, dan kebijaksanaan. Ini adalah apa yang disebut ‘seorang bhikkhu merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

231
Mahayana / Re: Xuan Zang, Bhikshu Tang San Zang Asli dalam Sejarah
« on: 20 January 2018, 10:24:49 PM »
Kalo kerajaan kapilavastu runtuh tahun berapa ya?

Waktu Sang Buddha masih hidup, Kapilavatthu diserang oleh Raja Vidudhabba dari Kosala (yang mengambil alih tahta kerajaan Kosala dari ayahnya Pasenadi Kosala). Dikisahkan bahwa seluruh penduduk Sakya dibantai habis, kecuali Raja Mahanamma (sepupu Siddhattha yang jauh lebih tua dan diangkat menjadi raja setelah Suddhodana meninggal, yang juga adalah kakek Vidudhabba sendiri). Sejak saat itu Kapilavatthu dikuasai langsung oleh kerajaan Kosala (sebelumnya masih kerajaan kecil yang merupakan negara bagian Kosala) dan tamatlah riwayatnya

232
Untuk staf dapur kepalanya masih sama Pak. Yang berhenti cuma kepala waitternya. Kalau makanan rata-rata tamu bilang enak semua, jarang ada komplain. Cuma beberapa bulan ini belum ada menu baru karena mau cari manajer resto. Tapi yang anehnya yang itu Pak. Mungkin sudah 8 kali orang tsb datang dan hari besoknya pasti resto sepi

Hmmm udah bikin promo di medsos (Instagram, fb dst)? Bisa diorder via Gofood? Ada fasilitas free wifi? Kalo udah semua dilakukan dan masih sepi juga, coba undang para bhikkhu Sangha untuk menerima dana makan siang di sana....

233
Selamat pagi/siang/sore/malam Bapak dan Ibu sekalian. Saya anggota baru disini ingin mendapatkan jawaban mengenai pengalaman saya. Mohon dibantu

Restoran saya berada di Padang, Sumatera Barat. Awal buka bulan Januari 2017. Pertama buka pelanggan banyak yang datang. Waktu itu restoran dikepalai Capt. Waitters. Karena ada masalah dengan anggota keluarga saya, dia diberhentikan. Mulai lah pendapatan restoran menurun. Paling turun adalah bulan Oktober dan November kemaren. Setelah bertanya-tanya kepada orang pintar (kira-kira 7 org), semuanya bilang bahwa ada seseorang yang menyuruh orang lain untuk mencelakai restoran saya ini dengan ilmu hitamnya dan memang iya, seseorang dengan memakai sorban datang seperti pengemis meminta uang di depan restoran saya. Dia datang saat restoran lumayan ramai dan besoknya restoran pasti sepi sekali. Saya sudah mencoba berbagai cara mulai dari berdoa, memercikkan air yang sudah didoakan, memasang cermin pagar, dll. Tapi tidak begitu ada hasilnya. Kiranya Bapak dan Ibu dapat memberikan cara bagaimana mengatasi masalah ini. Terima kasih

NB: Saya agamanya ka****k, tetapi tidak begitu mendalami. Saya lebih mendalami tata cara agama Budha,Tao,dan Konghucu.

Belum tentu disebabkan oleh masalah gaib/supranatural, mungkin saja krn yg dipecat itu masakannya lebih enak dibandingkan penggantinya. Atau coba didiversifikasi menu masakannya karena kebanyakan resto awalnya rame karena orang2 ingin tahu aja rasa dan menunya apa aja dan kemudian sepi karena masakannya itu2 aja. Banyak resto dan cafe baru buka rame trus menjadi sepi pengunjung krn konsepnya mainstream....

234
Emang gak muncul krn tuhan blm bikin ikonnya

235
Syair ini menceritakan kisah Sang Buddha menaklukkan 8 makhluk (Mara, Yakkha Alavaka, Gajah Nalagiri, Angulimala, Cinca, Sacakka, Raja Naga Nandopananda, Brahma Baka), selengkapnya bisa dibaca di buku Sang Buddha Pelindungku IV (https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/kumpulan-cerita-buddhis-sang-buddha-pelindungku/)


236
Buddhisme Awal / Re: Citta Sankhara
« on: 15 January 2018, 01:29:11 PM »
bentuk2 pikiran ini apakah udah termasuk dalam...
  • keahlian
  • pengetahuan
  • pengalaman
  • ketelitian
??? mhon masukan...

Bentukan pikiran yg dimaksud di sini adalah fungsi mental yg dihentikan saat mencapai Nirodha samapatti, yaitu persepsi dan perasaan (atau kehendak menurut teks Agama)...

237
Perkenalan / Re: Lahir&besar ka****k.Memilih Buddha
« on: 14 January 2018, 05:53:26 PM »
Salam kenal Amy, welcome to DC :)

Sebagai pemula Buddhis, direkomendasikan utk membaca buku Pertanyaan Baik Jawaban Baik oleh Bhikkhu S. Dhammika yg berisi pertanyaan2 yg sering ditanyakan seputar Buddhisme. Semoga bermanfaat  _/\_

238
Buddhisme Awal / Re: Citta Sankhara
« on: 14 January 2018, 01:08:26 PM »
Tiga jenis sankhara dlm SN 41.6 itu gak ada hubungan dg sankharakkhanda, melainkan konteksnya berhubungan pencapaian meditatif (jhana dan nirodha samapatti). Lihat jg MN Culavedalla Sutta

239
Buddhisme Awal / Re: Citta Sankhara
« on: 14 January 2018, 10:57:09 AM »
Tapi kalau demikian, pancakhanda itu gimana? Pancakhanda jelas membedakan vedanakhanda, sannakhanda, sankharakhanda

Mengenai cetasika, di abhidhamma versi theravada maupun versi tradisi utara, menyatakan vedana dan sanna sebagai cetasika universal (selalu hadir)

SN 22.256:

Katame ca, bhikkhave, saṅkhārā? Chayime, bhikkhave, cetanākāyā—rūpasañcetanā, saddasañcetanā, gandha­sañ­cetanā, rasasañcetanā, ­phoṭṭhab­ba­sañ­cetanā, dhamma­sañ­cetanā.

“Dan apakah, para bhikkhu, bentukan-bentukan kehendak itu? Ada enam kelompok kehendak: Kehendak sehubungan dengan bentuk, kehendak sehubungan dengan suara, kehendak sehubungan dengan bau-bauan, kehendak sehubungan dengan rasa-kecapan, kehendak sehubungan dengan objek-sentuhan, kehendak sehubungan dengan fenomena-pikiran. Ini disebut bentukan-bentukan kehendak.

Padanan Agama dlm SA 41:

云何行如實知?謂六思身——眼觸生思,耳、鼻、舌、身、意觸生思,是名為行,如是行如實知。

“Bagaimanakah seseorang memahami bentukan sebagaimana adanya? Yaitu, [seseorang memahami] enam kelompok kehendak: kehendak yang muncul dari kontak-mata… [kontak]-telinga… [kontak]-hidung… [kontak]-lidah… [kontak]-badan… dan kehendak yang muncul dari kontak-pikiran – ini disebut bentukan. Dengan cara ini seseorang memahami bentukan sebagaimana adanya.

Jadi, dlm sutta2 awal, sankharakkhanda itu 6 jenis kehendak (cetana) yang muncul dari kontak 6 indera.

240
Berikut adalah terjemahan bebas (kata per kata) Samyukta Agama (SA) kotbah 784 yang merupakan padanan Agama Sutra dari SN 45.8 tentang penjelasan faktor-faktor JMB8:

Saṃyuktāgama 784
邪正
[Jalan yang] Salah dan Benar

如是我聞:
Demikianlah telah kudengar:

一時,佛住舍衛國祇樹給孤獨園。
Suatu ketika, Sang Buddha berdiam di Savatthi di Jetavana, taman Anathapindika.

爾時,世尊告諸比丘:「有邪、有正。諦聽,善思,當為汝說。何等為邪?謂邪見,乃至邪定。何等為正?謂正見,乃至正定。
Pada waktu itu, Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat [jalan yang] salah, terdapat [jalan yang] benar. Dengarkanlah dengan baik, perhatikanlah dengan seksama, aku akan menjelaskan kepada kalian. Apakah [jalan yang] salah? Yaitu pandangan salah ... sampai dengan ... konsentrasi salah. Apakah [jalan yang] benar? Yaitu pandangan benar ... sampai dengan ...  konsentrasi benar.

何等為正見?謂說有施、有說、有齋,有善行、有惡行,有善惡行果報,有此世、有他世,有父母、有眾生生,有阿羅漢善到、善向,有此世、他世自知作證具足住:『我生已盡,梵行已立,所作已作,自知不受後有。』
Apakah pandangan benar?  Yaitu ada persembahan, ada pelafalan, ada penghindaran, ada perbuatan bermanfaat, ada perbuatan tidak bermanfaat,  ada akibat perbuatan bermanfaat dan tidak bermanfaat, ada dunia ini, ada dunia lain, ada ayah dan ibu, ada kemunculan makhluk-makhluk [secara spontan], ada para Arahant yang sepenuhnya tiba dan sepenuhnya maju menuju, dengan mengetahui bagi dirinya sendiri dunia ini dan dunia lain dan berdiam setelah merealisasi bagi dirinya sendiri [bahwa]: ‘Kelahiranku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, aku mengetahui bagi diriku sendiri bahwa tiada kelangsungan lebih jauh lagi.’

何等為正志?謂出要志、無恚志、不害志。
Apakah kehendak benar? Yaitu kehendak melepaskan [keduniawian], kehendak tidak memusuhi, dan kehendak tidak melukai.

何等為正語?謂離妄語、離兩舌、離惡口、離綺語。
Apakah ucapan benar? Yaitu menghindari ucapan bohong, menghindari ucapan memecah belah, menghindari ucapan kasar, dan menghindari omong kosong.

何等為正業?謂離殺、盜、婬。
Apakah perbuatan benar? Yaitu menghindari pembunuhan, pencurian, dan perbuatan seksual yang salah.

何等為正命?謂如法求衣服、飲食、臥具、湯藥,非不如法。
Apakah penghidupan benar? Yaitu sesuai dengan Dharma mendapatkan jubah, minuman dan makanan,  tempat tinggal, dan obat-obatan, bukan tidak sesuai dengan Dharma.

何等為正方便?謂欲、精進、方便、出離、勤競、堪能常行不退。
Apakah usaha benar? Yaitu kehendak, ketekunan, mengerahkan usaha, pelepasan, berusaha keras, [untuk] dapat terus-menerus berlatih tanpa kemunduran.

何等為正念?謂念隨順,念不妄、不虛。
Apakah perhatian benar? Yaitu perhatian yang sesuai dengan perhatian yang tidak dibiarkan jatuh dan tidak kosong.

何等為正定?謂住心不亂、堅固、攝持、寂止、三昧、一心。」
Apakah konsentrasi benar? Yaitu berdiam dengan pikiran yang tidak berhamburan, kokoh, fokus, [dengan] ketenangan, konsentrasi, dan keterpusatan pikiran.”

佛說此經已,諸比丘聞佛所說,歡喜奉行。
Setelah Sang Buddha mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu yang mendengar apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan mengingatnya dengan baik.

Pages: 1 ... 9 10 11 12 13 14 15 [16] 17 18 19 20 21 22 23 ... 228
anything