//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - wong cilik

Pages: 1 2 [3] 4
31
SEKOLAH MINGGU BUDDHIS: HOUSE OF MORAL AND INTELECTUAL

Saya sudah berangan-angan sejak lama akan adanya suatu KURIKULUM sekolah minggu di Vihara saya yang mencakup pembangunan moral anak-anak Buddhis dan juga kemampuan intelektual . Sehingga Sekolah Buddhis tidak membosankan, tidak ketinggalan zaman NAMUN juga tetap mampu menjadi TEMPAT PEMBENTUKAN MORAL yang handal.

KURIKULUM tersebut mencakup beberapa nilai. Saya baru ketemu satu nih,
a. Menyeimbangkan nilai Buddhis dengan nilai intelektual yang ada.

Contohnya: saat belajar ilmu ekonomi kan diajari bahwa KITA HARUS MENDAPAT UNTUNG SEBANYAK-BANYAKNYA DENGAN MODAL YANG SEDIKIT-DIKITNYA". Lalu, di Sekolah Minggu, hal-hal seperti ini coba diberikan pengarahan dari sisi Buddhis. Misalnya konsep ini harus diimbangi dengan konsep tidak serakah, tidak menggunakan segala cara yang merugikan orang banyak dan merusak alam untuk mendapat keuntungan tersebut. Mungkin dengan hal-hal ini tidak akan lahir para pengusaha abru pelestari kapitalisme yang demi misi memperluas ekpansi usaha dan meningkatkan laba mau mengorbankan lingkungan alam.

Dan Banyak nilai lain yang tentunya bisa dimasukkan. Ada ide tentang nilai yang lain tersebut??????

Saya Tunggu ya...............

32
Theravada / Re: Bhuta (terlahir) dan sambhavesi (belum lahir)
« on: 02 May 2010, 10:36:32 AM »
OK Terimakasih atas semua penjelasannya. Its so enlightening. Tugas sekolah saya akan segera terselesaikan nih..................


Btw, benarkan kalau saya berhipothesis bahwa apa yang kita sebutkan di atas adalah dari "KACAMATA" Theravāda dan tentu saja ada argumen dari "KACAMATA" sekte lain yang bisa saja dan bahkan jelas tidak sama??????????


Terimakasih  _/\_



33
Diskusi Umum / Re: Apakah karma buruk bisa dihapus ?
« on: 02 May 2010, 09:05:06 AM »
KUNDALINI MENGHAPUS "BUAH" KARMA BURUK YANG ADA????????


I DONT THINK SO!!!!!!!!!!!!!!!!!

34
Theravada / Re: Bhuta (terlahir) dan sambhavesi (belum lahir)
« on: 02 May 2010, 08:58:04 AM »
quote dari Samanera

Quote
Salah satu definisinya adalah bahwa sejauh cangkang telur itu belum terbuka, makhluk yang ada di dalamnya termasuk sambhavesi (yāva  aṇḍakosaṃ  vatthikosañca  na  bhindanti, tāva sambhavesī nāma), sedangkan setelah cangkang telur itu retak/ terbuka, makhluk itu disebut sebagai bhūta (aṇḍakosaṃ vatthikosañca  bhinditvā  bahi  nikkhantā  bhūtā  nāma). Jadi intinya di sini, telur itu sendiri bisa disebut sebagai makhluk tentu jika di dalamnya ada citta (pikiran) dan makhluk ini dikategorikan sebagai sambhavesi.

Nambah aja. Istilah sambhavesī berasal dari dua kata 'sambhava' yang berarti muncul atau lahir, dan esī yang berarti makhluk2 yang mencari. Secara literal, sambhavesī adalah makhluk2 yang mencari kelahiran. Dalam sekte2 agama Buddha yang percaya dengan konsep antarabhava (in between existence) atau kondisi sesudah sebuah makhluk mati dan belum terlahirkan, sambhavesī dikategorikan kedalam makhluk2 yang berada di kondisi antarabhava. Namun karena tradisi Theravāda menolak konsep antarabhava, definisi sambhavesī juga berbeda. Definisi ini telah disebutkan dalam kitab komentar dari Karanīyamettasutta. Dikatakan bahwa jika berkaitan dengan asekkha, sekha dan puthujjana, asekkha dikategorikan ke dalam makhluk2 bhūtā (Ye bhūtā eva, na puna bhavissantīti saṅkhyaṃ gacchanti, tesaṃ khīṇāsavānaṃ etaṃ adhivacanaṃ), sedangkan sekha dan puthujjana ke dalam sambhavesī karena keduanya masih mencari kelahiran di kehidupan mendatang (appahīnabhavasaṃyojanattā āyatimpi sambhavaṃ esantānaṃ sekhaputhujjanānametaṃ adhivacanaṃ). Kemudian jika dikaitkan dengan empat macam cara makhluk lahir, mereka yang lahir melalui telur telah dikutip oleh saudara  Sunkmanitu di atas. Mereka yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesī ketika masih dalam kandungan, dan disebut bhūtā ketika sudah keluar dari kandungan, Jika mereka terlahir melalui kelembaban dan spontan, momen pikiran pertama makhluk tersebut adalah sambhavesī, dan dari momen pikiran kedua dan seterusnya adalah bhūtā  (Atha vā catūsu yonīsu aṇḍajajalābujā sattā yāva aṇḍakosaṃ vatthikosañca na bhindanti, tāva sambhavesī nāma, aṇḍakosaṃ vatthikosañca bhinditvā bahi nikkhantā bhūtā nāma. Saṃsedajā opapātikā ca paṭhamacittakkhaṇe sambhavesī nāma, dutiyacittakkhaṇato pabhuti bhūtā nāma.).

Terima kasih penjelasannya, tetapi mau tanya lagi nich.
1.   Jika tadi disebutkan bahwa Theravāda menolak adanya antarabhava, alasannya kenapa? Dan bisakah diberi satu contoh sekte lain yang menerima ini dan apa pula alasannya?
2.   Jika makhluk yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesi ketika masih dalam kandungan, lalu, kan ada tiga syarat kondisi untuk terjadinya conception atau kehamilan yaitu adanya pertemuan sperma dan sel telur, adanya ibu yang dalam masa subur dan adanya Gandhaba. Nah pada saat masih Gandhaba ini disebut apa ya?????

Terima kasih _/\_


1. Baca buku Kathavatthu bagian antarābhavakathā. Secara singkat di sana setidaknya ada dua sekte pada jaman Asokan yang memegang konsep antarābhava yakni Pubbaseliya dan Sammitiya. Dua sekte ini berpegang  pada konsep antarābhava setelah berbasis pada adanya antarāparinibbāyī / seseorang yang mencapai nibbāna di dalam jeda waktu (one who attains nibbāna in the interval). Antarāparinibbāyī ini dianggap sebagai pencapaian nibbāna di saat antarābhava yakni setelah seseorang mati dan sebelum dilahirkan. Namun Theravāda berpendapat lain bahwa antarāparinibbāyī adalah seseorang yang mencapai arahat ketika ia menghabiskan waktunya antara awal separohnya hidup di alam suddhavasa. Kathavatthu juga menerangkan bahwa antarābhava tidak bisa diterima Theravada karena kehidupan hanya dibagi menjadi tiga yakni kāmabhava, rūpabhava dan arūpabhava. Di sana, tidak disebutkan seseorang yang muncul di antarābhava. Selain itu, kelahiran juga hanya terdiri dari empat macam yakni melalui telur, kandungan, kelembaban dan spontan. Lebih lengkapnya baca Kathavatthu.

2. Sejauh Theravāda memandang, gandhabba dalam konteks ini adalah patisandhiviññāna (linking rebirth). Pada saat makhluk meninggal, pikiran terakhirnya itu disebut cuticitta dan sesegera cuticitta lenyap kesadaran selanjutnya yang masuk ke dalam kandungan adalah gandhabba atau patisandhiviññāna. Jadi di sini, sesuai dengan ajaran Theravāda, tidak ada kesempatan bagi gandhabba / patisandhiviññāna untuk mengembara sebelum masuk ke dalam kandungan. Kenyataannya, dalam konteks manusia, patisandhiviññāna juga disebut sebagai pikiran pertama setelah manusia terlahir dalam kandungan. Dalam konteks makhluk2 yang lahir secara spontan juga dikatakan sebagai pikiran pertama bagi makhluk tersebut setelah terlahir di alamnya.


MAU BERTANYA LAGI. BOILEH KAN?
TENTANG ANTARĀPARINIBBĀYĪ
1.   Berkomentar mengenai antaraparinibbāyī, ada dua buku yang katanya memuat penjelasan tentang hal ini juga. Pengarang dan Penerbit buku-bukunya adalah :Peter Harvey, The Selfless Mind (Curzon Press, 1995), pg. 100; Bhikkhu Bodhi, Connected Discourses of the Buddha (Wisdom Pub, 2000), pg. 1902.

2.   Terus Sutta yang bagus yang mendiskusikan tentang  antarāparinibbāyī adalah Purisagati Sutta dari A.N. IV 71. Disana disebutkan juga tentang upahaccaparinibbāyī, asaṅkhāraparinibbāyī, sasaṅkhāraparinibbāyī dan anupādāparinibbānaṃ.


Namun sayangnya saya belum membaca semua sumber di atas karena keterbatasan buku, kemampuan bahsa Inggris dan Bahasa Pāli. Tolong dibantu mengerti isi interpretasi dari kedua buku di atas dan juga isi Purisagati Sutta ya……………


TENTANG SAMBHAVESI
Di dalam Cūḷataṇhasaṅkhaya Suta dari Majjhima Nikaya I. 261 disebutkan bahwa ada 4 jenis makanan yang dibutuhkan oleh makhluk yang belum lahir (bhūtā dan sattā) dan juga oleh sambhavesī. Hal ini disebutkan sebagai berikut:


“Bhikkhus, there are these four kinds of food for the maintenance of beings that already have come to be (bhūtā or sattā) and for the support of beings seeking a new existence (sambhavesī). Whatare the four? They are physical food, gross or subtle; contact as the second; mental volition as the third; and consciousness as the fourth”
‘‘Cattārome, bhikkhave, āhārā bhūtānaṃ vā sattānaṃ ṭhitiyā, sambhavesīnaṃ vā anuggahāya. Katame cattāro? Kabaḷīkāro āhāro oḷāriko vā sukhumo vā, phasso dutiyo, manosañcetanā tatiyā, viññāṇaṃ catutthaṃ”

Pertanyaannya kenapa sambhavesi butuh makanan ya? Kalau kelahiran secara kandungan. kelembapan dan telur sih mudah dimengerti ya. Untuk yang terlahir secara spontan bagaimana? Apa ya butuh 4 makanan juga.

Terimakasih  _/\_


35
Theravada / Re: Bhuta (terlahir) dan sambhavesi (belum lahir)
« on: 01 May 2010, 12:39:06 PM »
quote dari Samanera

Quote
Salah satu definisinya adalah bahwa sejauh cangkang telur itu belum terbuka, makhluk yang ada di dalamnya termasuk sambhavesi (yāva  aṇḍakosaṃ  vatthikosañca  na  bhindanti, tāva sambhavesī nāma), sedangkan setelah cangkang telur itu retak/ terbuka, makhluk itu disebut sebagai bhūta (aṇḍakosaṃ vatthikosañca  bhinditvā  bahi  nikkhantā  bhūtā  nāma). Jadi intinya di sini, telur itu sendiri bisa disebut sebagai makhluk tentu jika di dalamnya ada citta (pikiran) dan makhluk ini dikategorikan sebagai sambhavesi.

Nambah aja. Istilah sambhavesī berasal dari dua kata 'sambhava' yang berarti muncul atau lahir, dan esī yang berarti makhluk2 yang mencari. Secara literal, sambhavesī adalah makhluk2 yang mencari kelahiran. Dalam sekte2 agama Buddha yang percaya dengan konsep antarabhava (in between existence) atau kondisi sesudah sebuah makhluk mati dan belum terlahirkan, sambhavesī dikategorikan kedalam makhluk2 yang berada di kondisi antarabhava. Namun karena tradisi Theravāda menolak konsep antarabhava, definisi sambhavesī juga berbeda. Definisi ini telah disebutkan dalam kitab komentar dari Karanīyamettasutta. Dikatakan bahwa jika berkaitan dengan asekkha, sekha dan puthujjana, asekkha dikategorikan ke dalam makhluk2 bhūtā (Ye bhūtā eva, na puna bhavissantīti saṅkhyaṃ gacchanti, tesaṃ khīṇāsavānaṃ etaṃ adhivacanaṃ), sedangkan sekha dan puthujjana ke dalam sambhavesī karena keduanya masih mencari kelahiran di kehidupan mendatang (appahīnabhavasaṃyojanattā āyatimpi sambhavaṃ esantānaṃ sekhaputhujjanānametaṃ adhivacanaṃ). Kemudian jika dikaitkan dengan empat macam cara makhluk lahir, mereka yang lahir melalui telur telah dikutip oleh saudara  Sunkmanitu di atas. Mereka yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesī ketika masih dalam kandungan, dan disebut bhūtā ketika sudah keluar dari kandungan, Jika mereka terlahir melalui kelembaban dan spontan, momen pikiran pertama makhluk tersebut adalah sambhavesī, dan dari momen pikiran kedua dan seterusnya adalah bhūtā  (Atha vā catūsu yonīsu aṇḍajajalābujā sattā yāva aṇḍakosaṃ vatthikosañca na bhindanti, tāva sambhavesī nāma, aṇḍakosaṃ vatthikosañca bhinditvā bahi nikkhantā bhūtā nāma. Saṃsedajā opapātikā ca paṭhamacittakkhaṇe sambhavesī nāma, dutiyacittakkhaṇato pabhuti bhūtā nāma.).

Terima kasih penjelasannya, tetapi mau tanya lagi nich.
1.   Jika tadi disebutkan bahwa Theravāda menolak adanya antarabhava, alasannya kenapa? Dan bisakah diberi satu contoh sekte lain yang menerima ini dan apa pula alasannya?
2.   Jika makhluk yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesi ketika masih dalam kandungan, lalu, kan ada tiga syarat kondisi untuk terjadinya conception atau kehamilan yaitu adanya pertemuan sperma dan sel telur, adanya ibu yang dalam masa subur dan adanya Gandhaba. Nah pada saat masih Gandhaba ini disebut apa ya?????

Terima kasih _/\_

36
Theravada / Bhuta (terlahir) dan sambhavesi (belum lahir)
« on: 30 April 2010, 09:03:56 PM »
SAMBHAVESI

Pada saat membaca Metta Sutta dari Suttanipāta, kita akan mendapati suatu kalimat bahwa "kita juga seharusnya memancarkan cinta kasih pada makhluk yang sudah lahir (Bhūtā) dan kepada makhluk yang belum lahir (sambhavesi) "Bhūtā va sambhavesiva sabbe sattā bhavantu sukhitattā"

Ada yang mengartikan sambhavesi sebagai makhluk yang belum lahir atau sedang mencari kelahirannya yang sesuai.

Apa sih maksud yang sebenarnya dari sambhavesi???????


Padahal, dulu guru agama Buddha saya di SMA menjelaskan bahwa setelah kita mati atau mengalami cuti citta, kita langsung akan mempunyai patisandhi citta (kesadaran tumimbal lahir). Lalau bagaimana dengan eksistensi sambhavesi kalau begitu? Apakah pada saat kita mempunyai patisandhi citta berarti kita disebut sambhavesi? lalu seberapa lama? Sampai ketemu kondisi kelahiran kembali yang cocok? ga pasti dong kalau begitu? Atau bagaimana ya yang sebenernya. Jadi bingung dech............ ???

Mohon penjelasannya............. ^:)^

37
Pertanyaannya kan tanggung jawab siapa????

1. Secara pribadi
Secara pribadi ya akan menjadi tanggung jawab masing-masing individu yang pindah agama tersebut. Kalau dia mendapat kebahagiaan dan ketentraman pikiran, ya berarti kepindahannya dari agama Buddha adalah better. Kalau pun dia mendapat ketidakbahagiaan dan ketidakdamaian pikiran setelah pindah agama, yach, itu juga better bagi dia karena dia akan jadi bisa tahu mana yang baik dan mana yang gak.

2. Secara organisasi
Kan agama juga ada organisasinya. Ini setahu saya lho ya. Masing-masing sekte juga mempunyai organisasinya masing-masing kan. Misalnya di dalam Theravāda kan ada Saṅgha Theravāda Indonesia, Patria, Vandani dan Maggabuddhi, di Buddhayana ada Majelis Buddhayana Indonesia, dan lain-lain. Tujuan pertamanya mungkin untuk memudahkan dalam melakukan pujabakti bersama, melakukan aktivitas keagamaan yang lain bersama, dll.
Berkaitan dengan kepindahan ini, bagaimana jika yang pindah adalah UMAT BUDDHA PEMULA yang dikarenakan kurangnya pembinaan dalam organisasi-organisasi ini. Padahal jika organisasi-organisasi agama Buddha ini bersikap aktif dan melakukan pembinaan yang baik, mungkin mereka mungkin akan menjadi UMAT BUDDHA SUNGGUHAN yang akan mempunyai keyakinan pada Buddha, Dhamma dan Sangha serta menjalankan Sikkha dan Sāmadhi. Gimana kalau kasusnya kaya gini??????  ??? ???


Kam sia ^:)^


38
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 30 April 2010, 08:25:03 PM »
Teman-teman mohon koreksinya ya jika saya salah mengerti cerita Serat Dharmagandul dan Babad Tanah Jawa ya??????
 Saya dapat cerita SERAT DHARMAGANDUL dari   http://pupuklangka.byethost22.com/2009/08/serat-dharma-gandhul/. Ini link dari teman baik saya. Setelah membaca saya mendapatkan data bahwa:
1.   Serat Dharma Gandul menceritakan tentang penyebaran agama Islam dan bagaimana proses peralihan agama Buddha menjadi agama Islam di Jawa (pusat cerita di Jawa Timur dan Jawa Tengah, yaitu pada masa kerajaan Majapahit pada pemerintahan Raden Brawijaya V. Hal ini terlihat dalam kalimat berikut:
“Ing sawijining dina Darmagandhul matur marang Kalamwadi mangkene “Mau-maune kêpriye dene wong Jawa kok banjur padha ninggal agama Buddha salin agama Islam?”
Wangsulane Ki Kalamwadi: “Aku dhewe iya ora pati ngrêti, nanging aku wis tau dikandhani guruku, ing mangka guruku kuwi iya kêna dipracaya, nyaritakake purwane wong Jawa padha ninggal agama Buddha banjur salin agama Rasul”.

2.   Agama Islam disebarkan oleh para Sunan. Jelas mereka tidak suka dengan kepercayaan local yang ada dan juga agama Buddha. Hal ini ditunjukkan pada saat Sunan Bonang berkomentar tentang adanya patung-patung dari batu sebagai berikut:
“Mulane rêca iki tak-rusak, supaya aja dipundhi-pundhi dening wong akeh, aja tansah disajeni dikutugi, yen wong muji brahala iku jênênge kapir kupur lair batine kêsasar.”

3.   Penyebaran agam Islam dengan menggunakan jalur politik juga bahkan perang pun menjadi hal yang bisa saja dilakukan atas nama penyebaran agama. Sebagai contohnya, seorang Sunan bilang kepada anak Prabu Brawijaya yang bernama Babah Patah/Raden Patah yang tinggal di Demak untuk melawan bapaknya karena bapaknya beragama Buddha. Kutipannya seperti  ini:
“Sanadyan mungsuh bapa lan ratu, ora ana alane, amarga iku wong kapir, ngrusak kapir Buddha kawak:

4.   Setelah perang melawan Majapahit, kehancuran terhadap literature Buddhis juga terjadi. Selain itu, banyak orang yang juga memeluk agama Islam karena dengan memeluk agama Islam mendapat berbagai kemudahan, seperti bebas pajak. Kutipannya seperti ini:

“Sawise buku-buku pathokan agama Buddha diobongi, amarga mundhak ngrêribêdi agama Rasul, sanadyan buku kang padha disimpêni dening para wadya, iya dipundhut banjur diobongi, nalika sabêdhahe Majapahit, sapa kang durung gêlêm nganggo agama Islam banjur dijarah rajah, mula wong-wong ing kono padha wêdi marang wisesaning Ratu. Dene wong-wong kang wis padha gêlêm salin agama Rasul, banjur padha diganjar pangkat utawa bumi sarta ora padha nyangga pajêg, mulane wong-wong ing Majapahit banjur padha ngrasuk agama Islam, amarga padha melik ganjaran”

5 Agama Buddha dalam Serat Dharma  gandul dipahami sebagai agama yang menyembah dewa. Coba lihat di bawah ini:
“Saka panimbange Darmagandhul, kabeh iku iya bênêr, sênêngan salah siji êndi kang disênêngi, diantêpi salah siji aja nganti luput. Yen kang dipangan woh wit kayu Budi, agamane Buddha budi, panyêbute marang Dewa; manawa mangan woh wit kawruh, pênyêbute marang Kangjêng Nabi ‘Isa, agamane srani, yen sênêng mangan woh wit kayu Kuldi, agamane Islam, sambate marang nabi panutan; iya iku Gusti Kangjêng Nabi Rasul; dene yen dhêmên Godhong Kawruh Godhong Budi, panêmbahe marang Pikkong, sarta manut sarake Sisingbing lan Sicim; salah sijine aja nganti luput”.

Dalam kitab BABAD TANAH JAWA di http://ki-demang.com/index.php?option=com_content&view=article&id=730:06-karajan-melayu&catid=90:isi-babad-tanah-jawi&Itemid=712,  ada beberapa informasi bahwa:
1.   Kerajaan Mataram Hindu/Buddha
(disebutkan disini bahwa ajaran Indhu (Hindu) berbeda dengan ajaran Buddha. Dan di tulisan ini juga telah diketahui bahwa ada Buddha Sakyamuni atau Buddha Gotama di India pada sekitar tahun 500 BC). Lalu bagaimana pertikaian antara penganut agama Buddha dan Hindu di India juga dilaporkan. Namun di Jawa dua agama ini dapat hidup rukun ditandai dengan adanya pembangaunan candi-candi yang bercorak Hindu-Buddha yang dibangun pada masa Mataram Hindu/Buddha. Kutipannya sebagai berikut:

“Sabakdané tahun 928 ora ana katrangan apa apa ing bab kaanané karajan Mataram.
Kang kacarita banjur ing Tanah Jawa Wétan. Ayaké baé karajan Mataram mau rusak déning panjebluge gunung Merapi (Merbabu), déné wongé kang akèh padha ngungsi mangétan.
Ing abad 17 karajan Mataram banjur madeg manèh, gedhé lan panguwasané irib iriban karo karajan Mataram kuna.

Agamané wong Indhu sing padha ngejawa rupa rupa. Ana ing tanah wutah getihe dhéwé ing kunané wong Indhu ngèdhep marang Brahma, Wisnu lan Syiwah, iya iku kang kaaranan Trimurti. Kejaba saka iku uga nembah marang déwa akèh liya liyané, kayata: Ganésya, putrané Bethari Durga.
Manut piwulangé agama Indhu pamérangé manungsa dadi patang golongan, yaiku:
- para Brahmana           (bangsa pandhita)
- para Satriya                (bangsa luhur)
- para Wesya                 (bangsa kriya)
- para Syudra                (bangsa wong cilik)
Piwulangé agama lan padatané wong Indhu kaemot ing layang kang misuwur, jenengé Wedha.

Kira kira 500 tahun sadurungé wiwitané tahun kr****n, ing tanah Indhu ana sawijining darah luhur peparab Syakya Muni, Gautama utawa Budha.
Mungguh piwulangé gèsèh banget karo agamané wong Indhu mau.
Resi Budha ninggal marang kadonyan, asesirik lan mulang muruk marang wong.
Kajaba ora nembah dewa dewa, piwulangé: sarèhné wong iku mungguhing kamanungsané padha baé, dadiné ora kena dipérang patang golongan.
Para Brahmana Indhu mesthi baé ora seneng pikire, mulané kerep ana pasulayan gedhé.
Ana ing tanah Indhu wong Budha mau banjur peperangan karo wong agama Indhu.
Wusana bangsa Budha kalah lan banjur ngili menyang Ceylon sisih kidul, Indu Buri, Thibet, Cina, Jepang.
Mungguh wong agama Indhu iku pangèdêpé ora padha. Ana sing banget olèhe memundhi marang Syiwah yaiku para Syiwaiet (ing Tanah Jawa Tengah); ana sing banget pangèdêpé marang Wisynu, yaiku para Wisynuiet (ing Tanah Jawa Kulon).
Kajaba saka iku uga akèh wong agama Budha, nanging ana ing Tanah Jawa agama agama iku bisa rukun, malah sok dicampur baé.
Petilasané agama Indhu mau saikiné akèh banget, kayata:
- Candhi candhi ing plato Dieng (Syiwah), iku bokmenawa yasané
ratu darah Sanjaya.
- Candhi ing Kalasan ana titi mangsané tahun 778, ayaké iki
candhi tuwa dhéwé (Budha), yasané ratu darah Syailendra.
- Candhi Budha kang misuwur dhéwé, yaiku Barabudhur lan
Mendut.
- Candhi Prambanan (Syiwah). Ing sacedhaké Prambanan ana
candhi campuran Budha lan Syiwah.”

2.   Permulaan agama Islam
(Setelah berakhirnya Mataram Hindu/Buddha di Jawa Tengah berkembanglah kerajaan Hindu/Buddha di Jawa Timur. Majapahit adalah kerajaan yang paling besar.
Di sini ada laporan mengenai kapan masuknya agama Islam ke Jawa. Lalu informasi bahwa Raden Patah menyerang Ayahnya di Majapahit, Raja Brawijaya V, seperti yang diceritakan di Serat Dharma Gandul). Saya kutip sedikit seperti di bawah ini:

Wiwitané ing Tanah Jawa ana agama Islam ing antarané tahun 1400 - 1425.
Bareng kuwasané karaton Majapait saya suwé saya suda, para bupati ing pasisir rumangsa gedhé panguwasané, wani nglakoni sakarep karep.
Para bupati mau lumrahè wis padha Islam wiwit tumapaking abad kaping 16 (tahun 1500 - 1525),
Jalaran saka iku kerep baé perang karo para raja agama Indhu kang manggon ing tengahing Tanah Jawa.
Miturut carita: Sang Prabu Kertawijaya ing Majapait iku wis tau krama karo putri saka ing Cempa (tanah Indhiya Buri).
Putri mau kapernah ibu alit karo Radèn Rahmat utawa Sunan Ngampel (sacedhaké Surabaya).
Sunan Ngampel kagungan putra kakung siji, asma Sunan Bonang, lan putra putri siji, asma Nyai Gedhé Malaka.
Nyai Gedhé Malaka iku marasepuhé Radèn Patah utawa Panémbahan Jimbun, yaiku kang sinebut: Sultan Demak kang kapisan.
Sunan Ngampel lan Sunan Bonang iku dadi panunggalané para wali.
Para wali mau kang misuwur: Sunan Giri (sakidul Gresik), ana ing kono yasa kedhaton lan mesjid; Ki Pandan Arang (ing Semarang) lan Sunan Kali Jaga (ing Demak).
Ing tahun 1458 ing Demak wis ana mesjid becik.



3.   Permulaan Penjajahan oleh Belanda
(memang sih, bangsa Indonesia tidak hanya dijajah oleh bangsa Belanda. Di Babad Tanah Jawa dalam situs ini juga diceritakan banyak penjajahan oleh negara lain seperti portugis dan spanyol. Termasuk juga bagaimana praktik monopoli dagang oleh VOC dan praktik cultuurstelsel ada di sini juga. Disini saya hanya mengutip satu, yaitu bukti kedatangan Belanda.
Kedatangan Cornelis de Houtman
“Ing tanggal 2 April tahun 1595 padha mancal saka dharatan, lakuné ana ing dalan ngrekasa banget, nanging tanggal 23 Juni 1596 kelakon tumeka ing Banten”.
   Kedatangan Yacob Van Neck
“Nalika tahun 1598 ana prau Walanda manèh teka ing Banten, kang manggedhéni Yacob van Neck”.
Terus informasi-informasi lain yang ada di Babad Tanah Jawa adalah bahwa kerajaan-kerajaan di Jawa pada umumnya bercorak Islam pada masa penjajahan. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Mataram Islam juga ada di sini. Bagaimana kehidupan ajaran Buddha di Jawa pada saat ini ya?

KEMBALI KE PERTANYAAN SAYA DALAM TOPIK INI. SAYA MEMBUAT HIPOTHESIS BAHWA AGAMA BUDDHA MENGALAMI MATI SURI SETELAH MASA KERAJAAN-KERAJAAN YANG BERCORAK BUDDHA BERAKHIR DAN BERLANGSUNG MASA PENJAJAHAN. MATI YA TIDAK DAN HIDUP YA TIDAK. KALAUPUN HIDUP YA BERCAMPUR  DENGAN BERBAGAI LOCAL INDIGENOUS ATAU KEPERCAYAAN2 LOKAL YANG ADA  . BENARKAH?????????? ATAU ADA TAWARAN HIPOTHESIS YANG LEBIH BAIK.

SAYA  TUNGGU................... ^:)^

39
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 30 April 2010, 11:15:21 AM »
Thanks teman-teman semua atas informasinya........... Btw, mana link untuk Serat Dharmo Gandul dan Babad Tanah Jawanya ya????????????? :(  Saya adalah Pemales dan gagap teknologi nih............

Babad Tanah Jawa itu apa ya???????? :o





40
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 29 April 2010, 05:41:33 PM »
Bangun saudaraku, bukannya saya sok valid yach.......... ^:)^. saya cuma mau tanya buku kok.

Btw, saya harus tanya pada Bangun tentang Dharmo gandul lho. Bisa menjelaskan kan? pasti bisa.......... ^:)^
Saya tunggu..............


txs a lot

41
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 29 April 2010, 03:34:18 PM »
Txs bangetttttttt SOl..........
KLO SEMPAT, tolong bilang bangun_pw tuk jelasin ke saya ya. Saya buntu nih.  ^:)^

Perjuangan pada saat menjadi agama selam atau ada yang mengatakan bercampur dengan kejawen  sampai menemukan jati dirinya seperti agama Buddha yang berkembang saat ini di Indonesia pasti prosessnya lama ya? Siapa saja yang ada dibalik proses ini?

Pada zaman penjajahan setahu saya ada dari perkumpulan Teosofi Sam Kauw Hwee. Selanjutnya, awal perkembangan agama Budda yang signifikan ditandai  dengan kedatangan Narada Thera  ke Indonesia pada tanggal 4 Maret 1934yang disambut oleh Yosias van Dienst dan Tjoa
Hin Hoay dan beberapa umat Buddha. Saya pikir kedua orang ini adalah petingginya Sam Kauw Hwee. Saya tidak tahu sih.

Maaf, pertanyaan saya ttg kehidupan agama Buddha (lebih tepatnya ajaran Buddha) di Indonesia melebar dari PASCA Mataram Hindu/Buddha sampai Zaman Penjajahan.


Thanks teman-teman


42
Diskusi Umum / Re: Apakah Para Buddha orang India semua ?
« on: 29 April 2010, 03:14:38 PM »
Tato dīpaṃ olokento ‘‘jambudīpeyeva buddhā nibbattantī’’ti dīpaṃ passi. Tato jambudīpo nāma mahā dasayojanasahassaparimāṇo, katarasmiṃ nu kho padese buddhā nibbattantī’’ti desaṃ vilokento majjhimadesaṃ passi. Tato kulaṃ vilokento ‘‘buddhā nāma lokasammate kule nibbattanti, idāni khattiyakulaṃ lokasammataṃ, tattha nibbattissāmi, suddhodano nāma me rājā pitā bhavissatī’’ti kulaṃ addasa. Tato mātaraṃ vilokento ‘‘buddhamātā nāma lolā surādhuttā na hoti, akhaṇḍapañcasīlāti ayañca mahāmāyā nāma devī edisā, ayaṃ me mātā bhavissatīti kittakaṃ assā āyū’’ti āvajjento dasannaṃ māsānaṃ upari sattadivasāni passi. sunber Buddhavaṃsa Aṭṭhakathā 54.

Hal inilah yang dijadikan dasar pernyataan bahwa Buddha selalu lahir di India. Menurut Buddhavaṃsa Aṭṭhakathā tadi ada lima hal yang diinvestigasi Boddhisatva sebelum lahir kedunia dari surga Tusita yang disebut pañcamahāvilokana. Hal ini meliputi penginvestigasian terhadap kāla atau āyu (waktu atau umur manusia yang kira-kira 100 tahun), dīpa (pulau, yaitu jambudīpa), desa (region/district, yaitu majjhimadesa), kula (keluarga, yaitu khatiyya atau kestariya), lalu māta (ibu, yaitu mahamaya).

Hal yang perlu diingat adalah bahwa literatur ini  (Buddhavaṃsa) ditulis pada later period dari perkembangan literatur Buddhis. Sehingga, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa ini adalah pandangan orang-orang India untuk menjaga keekslusifan daerah mereka sebagai tempat lahirnya Buddha.


Salam
Wong Cilik

43
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 29 April 2010, 02:40:05 PM »
Wiliam.........Txs alot yach. Betul urutan kerajaannya emang gitu. situs lainnya adalah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha).


Namun bagaimana kehidupannya PASCA Mataram Hindu/Buddha bagaimana? Saya tadi tertarik dengan pernyataan SOL, di atas bahwa agama Buddha jadi agama "SELAM" tapi pandangannya Buddhist. Terus pernyataan SOL tentang "kejawen" juga menarik. Nah, ini kan perlu sumber akademik (kalau ada BUKU, bukan hanya dari internet). Btw, ini mau buat tugas dari sekolah je......jadi biar Valid.

Txs ya teman2, saya tunggu pencerahan selanjutnya..........

44
Diskusi Umum / Re: Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 29 April 2010, 01:27:23 PM »
Btw, tahu gak buku yang menuliskan hal ini yang bisa dikutip secara akademik??

Thank you, Kam sia, matur nuwun

45
Diskusi Umum / Agama Buddha setelah Mataram Hindu/Buddha
« on: 29 April 2010, 01:07:26 PM »
Agama Buddha di Indonesia telah berkembang di bumi nusantara sejak sekitar tahun 423 M. Lalu, bermunculanlah kerajaan-kerajaan besar bercorak Buddha di Sumatera dan Jawa  sebagai tanda perkembangannya. Kerajaan Mataram Hindu/Buddha adalah kerajaan bercorak  Hindu/Buddha terakhir sebelum ini berubah menjadi kerajaan Mataram Islam.

Lalu, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam perkembangan agama Buddha di nusantara pastilah mengalami kemunduran atau ada yang mengatakan kesirnaan. Saya tidak tahu apakah setelah ini agama Buddha lenyap sama sekali atau tidak. Nah, point ini yang akan saya tanyakan.

Bagaimana kelangsungan agama Buddha  di Indonesia  setelah runtuhnya kerajaan Mataram Hindu/Buddha?

Bagaimana agama Buddha di zaman penjajahan Belanda?
Jika memang telah sirna, lalu  bagaimana dengan munculnya perkumpulan Teosofi yang mempelajari ajaran Buddha, Khong hucu dan ajaran Lao tse yang bernama Sam Kauw Hwee.


Demikian dulu pertanyaan saya.  Saya masih punya pertanyaan selanjutnya yaitu cerita kelangsungan agama Buddha dari setelah Kemerdekaan hingga diakui menjadi salah satu dari agama-agama yang diakui pemerintah RI.

Terima kasih. Mohon penjelasannya...........

Pages: 1 2 [3] 4
anything