//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - wang ai lie

Pages: 1 [2] 3 4 5
16
Pengembangan DhammaCitta / usulan untuk pengembangan DC
« on: 23 July 2011, 07:12:04 PM »
untuk momod dan glomod
Dhammacitta sudah mempunya account di FB tetapi sebatas itu saja, saya ingin usul untuk dibuatkan grup Dhammacitta agar dapat membagi dhamma untuk komunitas FB atau umat awam yang haus akan dhamma dan dapat berdiskusi secara langsung

saya lihat pembabaran dhamma pada grup buddhis di FB sedemikian kakunya tidak seperti di Dhammacitta sini  _/\_

17
Seremonial / In Memorial "Alm.William Lim,4 thn"
« on: 21 July 2011, 07:45:10 PM »
IN MEMORIAL 2011" Alm.WILLIAM LIM" umur 4 th. pada hari selasa 18 juli 2011

[img]http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/282517_128833873871381_100002343062947_215872_4224116_n.jpg[img

sabbe sankhara anicca , semoga mencapai nibbana  _/\_


http://www.facebook.com/profile.php?id=100000092236166&sk=wall
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20823.0;message=365996

18
Personality / sebuah perkataan
« on: 17 July 2011, 01:17:27 AM »
September 06, 2007, 09:22
Kata-kata
Penulis : Suchamda

Sebuah perkataan kasar belum tentu mengandung itikad kurang baik. Bisa
saja di dalamnya mengandung kritik yang tulus. Tetapi demikian juga,
kata-kata yang halus belum tentu berarti munafik, bila kita
menganggapnya demikian, barangkali itu merupakan penafsiran ego kita
belaka.
Tapi kata-kata yang kasar seringkali menyinggung perasaan seseorang
sehingga sering mengakibatkan usul/pendapatnya prematur ditolak.
Dengan kata-kata yg lebih pantas dan dasar saling menghargai maka
hubungan komunikasi yang baik akan lebih mudah untuk dibina. Oleh
karena itu, tetaplah berpegang pada kesantunan dan etika. Tetapi
pengamatan ke dalam batin kita sendirilah hakimnya: apakah yang kita
lontarkan dalam kata-kata manis itu adalah benar2 karena care ataukah
sekedar akal-akalan ego untuk suatu sikap defensif-agresif (ie: pura2
mengalah padahal menggigit).
Semua itu tergantung dari keahlian kita mengamati batin kita sendiri
dengan kebijaksanaan.

Dalam memandang dan bersikap terhadap dunia, seringkali yang terjadi
adalah WYSIWYG : What you see is what you get.
Suatu pendapat yang baik bisa dipandang buruk kala seseorang sudah
tidak suka dengan pihak yang menulisnya. Sesuatu tulisan yang tidak
pantas bisa dipandang sebagai suatu keadilan bagi orang yang simpati
pada pihak yang menyerang.

Dharma itu akan terlihat bila kita bisa melihat diri kita sendiri.

Suatu sampah bisa menjadi pupuk yg berguna bila kita tau cara mengolahnya.

Suatu obat akan menjadi racun bila kita berlebihan meminumnya.

Kala 'kasar' dan 'santun' berbantahan,
adakah ego di dalamnya?

Kadangkala kita menggunakan pembenaran diri dengan 'kasar',
tapi disaat lain kita pun menggunakan yang 'halus',
semata bukan karena kebenaran 'kasar' atau 'halus',
tapi semata demi ego-defence, agar diri terlihat mulia.
Disini sudah tidak ada lagi ketulusan,
apalagi saling berbagi,
tapi yg ada hanyalah diri pribadi sendiri,
tapi seringkali kita tidak melihatnya.

Suatu kata-kata berguna atau tidak,
kadangkala bukan sekedar dari banyaknya isinya,
akan tetapi dari cara pandang kita sendiri masing2 pribadi.
Tapi seringkali kita mengingkari manfaat itu,
karena ego menginginkan nama kita dipermuliakan.
Disinilah letak ketidak tulusan.
Mengapa?
Karena pikiran dan perasaan bermain,
bukan lagi melihat apa adanya,
tapi semua itu sudah diterjemahkan dalam konteks 'keakuan'.

Usaha pertama yang harusnya kita lakukan
adalah menjaga jarak / melepas (detachment) untuk mengheningkan pikiran.
Kala emosi sudah tidak berperan lagi,
barulah diri kita menjadi lebih obyektif.

Kala kita mengambil jarak,
maka kita melepaskan diri dari kekaguman ataupun kejengkelan.
Disitu kata-kata akan memunculkan kandungan maknanya.
Di saat itulah kita bisa melihat dengan lebih jelas kandungan bawah
sadar, motivasi dan pity-interest kita : apa sebenarnya niat kita?
Betulkah demi kebajikan orang lain, ataukah demi memuliakan pribadi
kita sendiri??

Dengan ketenangan kita mendapatkan insight (melihat yg di dalam),
dengan insight pada selanjutnya akan meningkatkan ketenangan kita,
barulah dari situ sikap berimbang akan muncul,
kejujuran dan ketulusanlah yang akan mewarnai kata-kata.

Jadi, 'kasar' atau 'halus' adalah penampilan luar belaka,
gejolak gelombang yg besar itu ada di bawah permukaan samudera
kesadaran kita masing2.

Kata-kata (2)

Sebuah perkataan barangkali menusuk dan menghakimi diri kita,
kita merasa adanya ketidakadilan.
Tapi bukan masalah apakah penghakiman itu benar atau salah,
bisa saja kita menafikkannya.
Tetapi kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri.
Diri kita sejujurnya tahu motivasi asli kita.
Dan oleh karena itu kita merasa malu.
Karena rasa malu itulah kita bereaksi menutupi diri.
Kala hal itu terjadi maka sekedar permainan kata-kata,
tetapi tidak ada kejujuran dan ketulusan.

Sesuatu yang tanpa ketulusan hanyalah sandiwara belaka,
sekedar pertunjukan yang ditonton orang banyak.
Tapi hal itu akan menjadi atraksi yang memalukan,
karena sudah menurunkan derajat kita sebagai praktisi noble Dharma
menjadi sekedar pemain sirkus atraksi jungkir balik kata-kata,
demi sesuap nafkah pemuas ego kita.

Seharusnya,
manakala 'saya' merasa dihina dan diinjak,
itulah latihan Dharma yang sesungguhnya.
Dikala itulah saat yang tepat untuk berdiam diri.
Kala tidak tahu amuk gejolak perasaan yang tak menentu dalam diri,
adalah lebih baik diam.
Manakalah badai itu telah berlalu,
barulah kita melanjutkan berlayar.

Tapi ada kalanya kita perlu melanjutkan berlayar walaupun badai sedang
berkecamuk,
yaitu manakala ada mahluk lain yang perlu kita selamatkan.
Artinya, apa yg kita katakan hendaknyalah bukan sekedar reaksi defensi
ego,
melainkan bisa memberi manfaat atau pengajaran kepada orang lain.
Tidak masalah apakah diri kita harus tewas dalam mengarungi badai itu.
Orang lain mungkin salah menilai,
tapi setidaknya kita telah jujur pada diri kita sendiri
untuk senantiasa mempraktekkan welas asih bagi semua mahluk.

Kata-kata (3)

Dalam sebuah uraian yang salah, terkadang ada suatu motivasi yang tulus.
Hargailah niatan baik tersebut.
Dalam sebuah uraian yang benar, terkadang ada suatu motivasi yang
kurang pantas.
Hargailah kebenaran uraian tersebut.
Dalam sebuah uraian yang salah dan motivasi yang tak tulus, terkandung
suatu kejujuran.
Hargailah keblak-blakan itu.

Kita semua adalah orang biasa,
yang masih memiliki ego yang besar.
Kita semua ingin dihargai.
Oleh karena itu hargailah juga orang lain sama seperti diri kita ingin
dihargai.
Dalam berdiskusi berikanlah muka kepada orang lain sama seperti diri
kita juga yg tidak ingin dipepetkan dan diinjak.

Jangan berlindung dibalik kemurnian Dharma,
untuk melindungi diri yang tidak benar,
atau pun untuk menyerang orang lain,
apalagi karena kita juga belum berusaha melaksanakannya.
Bagi diri saya, itu sama saja mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Kita semua adalah praktisi Dharma yang masih tertatih-tatih,
yang penuh dengan kelemahan.
Harusnya kita jujur dengan kelemahan diri pribadi sendiri,
tapi juga empati terhadap kelemahan diri orang lain juga.
Oleh karena itu, janganlah semena-mena menghakimi orang lain menurut
ukuran diri kita sendiri.
Berikanlah ruang bagi mereka untuk bisa mendapatkan harga diri yang sehat
Itu adalah sebuah dana dari mereka yang berbajik hati,
guna menyemangati mereka yang masih jatuh bangun dalam berjalan,
untuk senantiasa bangun dan tegak kembali dari keterjatuhannya.
Disinilah arti sebuah care.
Arti sebuah persahabatan.


19
Diskusi Umum / sila ke 3
« on: 16 July 2011, 07:24:47 PM »
Ardi Cohara  [at] WAL: sy hrp anda buat wallpost baru yg khusus menanyakan perihal hal ini kpd para bhikkhu lainnya, selain samanera santacitto jk pendapat samanera santacitto masih blm dapat anda terima..Nmn sy harap anda tdk melegalkan praktek pelacuran dg pandangan/opini anda ini.. Ini menurut saya akan berdampak berbahaya bagi masa depan bangsa dan negara, dan generasi umat buddha pd khususnya..'Kita' juga akan mendapat 'malu'..
------------------------------​------------------------------​------------------------------​----------
untuk melanjutkan permintaan diatas , saya ingin bertanya kepada siapapun yang mengerti , memahami, mengetahui,mengenai sila3 yang berkaitan dengan "pelacur" .apakah pelacur melanggar sila ke 3. karena sebagian orang mengatakan melanggar dan sebagian lagi tidak, jadi yang benar yang mana. untuk para bhikku diharap berkenan memberikan petunjuknya. anumodana _/\_

selain menanyakan hal di atas , saya pun ingin bertanya kepada member DC , sebenarnya apa yang menentukan hal yang melanggar dengan sila ke 3 dan seperti pertanyaan di atas juga. lantas apakah (untuk yang saya bold) umat buddhis akan malu?

20
Kaki Lima / gazebo dan atap sirap
« on: 14 July 2011, 09:44:28 AM »
Gazebo

Banyak cara dilakukan untuk melepas lelah. Salah satunya dengan bersantai di gazebo yang terletak di halaman rumah. Keberadaan gazebo di rumah bisa membuat rumah tampak lebih cantik dan asri. Apalagi, gazebo dewasa ini tak hanya bisa dinikmati oleh mereka yang halaman rumahnya yang luas, tapi juga bisa dinikmati oleh mereka yang halaman rumah terbatas.  Keidentikkan gazebo dengan halaman rumah yang luas kini tak berlaku lagi. Karena sekarang, besar kecilnya ukuran gazebo tak menjadi masalah, yang penting adalah elemen struktur dan pendukungnya sesuai dengan aturan yang berlaku.

contoh gazebo:

           

           

Atap Sirap


atap sirap yang terbuat dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), atau sebagian orang menyebutnya kayu besi dan ada juga yang menyebutnya kayu belian, relatif ringan dibandingkan dengan bahan atap lainnya, seperti genting dan beton, walaupun berat jenis kayu ulin 1,04 yang artinya bakal tenggelam jika diletakkan di air. Ringannya bahan kayu ini menyebabkan kuda-kuda serta fondasi rumah tidak mendapat beban seberat bahan atap lainnya. Selain itu, karena atap terbuat dari kayu, maka tidak akan “berisik” meski hujan lebat mengguyur rumah.



sumber :

jika ada yang tertarik untuk mempergunakan atap sirap ataupun membuat gazebo silahkan PM saya atau email ke anggia.ge [at] gmail.com

21
saya hanya ingin membantu memostingkan hal ini , semoga bermanfaat _/\_

Quote
Sekedar informasi dari segi medis,Burkitt's lymfoma adalah salah satu bentuk dari KEGANASAN kelenjar limfa (lymfoma non hodkin) yang banyak menyerang anak-anak,khususnya laki-laki. Penyebabnya terutama adalah Epstein Barr virus (95%). Burkitt's lymfoma adalah Kanker yang menyebar sangat cepat, dan sering sekali SANGAT MEMBAHAYAKAN NYAWA,tapi juga merupakansuatu bentuk yang LEBIH MUDAH di sembuhkan dari jenis limfoma yang lain.

Penyakit ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat,dgn kemoterapi dapat memberikan PENYEMBUHAN YANG SANGAT TINGGI (lebih dari 80%). hanya saja kekurangan biaya yang menyebabkan proses penyembuhan terhambat.mari kita bantu dengan doa,dana atau dengan doa,dana atau minimal broadcast untuk membantu penyembuhan penyakit william.Semoga keajaiban terjadi pada william sehingga dapat bermain dengan normal lagi dengan teman temannya.thx.
Spoiler: ShowHide
Spoiler: ShowHide
Spoiler: ShowHide

 alamat rumah William: TPI I BLOCK PM No 5.RT/RW 014/007,PENJARINGAN.Jakart​a Utara.H/P 0175825908.

 William ada di RS GMC Penang.Lt 5 kamar 508


semoga DCer ada yang berminat membantu berdana  _/\_

[mod]Di-lock atas permintaan TS.[/mod]

22
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / siapa kah dia?
« on: 10 July 2011, 01:38:41 AM »



tidak sengaja otak atik YT malah ketemu ini, ada yang mengenal atau tau? mohon share _/\_

23
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Story of Prince Siddharta
« on: 10 July 2011, 12:41:18 AM »
maaf jika repost, saya hanya ingin memposting ini karena bagi saya sangat bermanfaat bagi umat awam seperti saya.

jika salah tempat mohon di pindahkan  _/\_



Spoiler: ShowHide


Spoiler: ShowHide


Spoiler: ShowHide


Spoiler: ShowHide



24
Kesempatan Berbuat Baik / DVD "sejenak menuju keheningan"
« on: 09 July 2011, 09:27:08 PM »
Vihara Tanah Putih Semarang
Saudara se_Dhamma kami buddhist shop tanah putih smg ingin mengcopy& mengedarkan DVD "sejenak menuju keheningan" yg berisi film dokumentasi mengenai pabbaja samanera& atthasilani.bagi teman2 yg ingin ikut berpartisipasi dpt hubungi jing2 08122811386/dana dapat ditransfer BCA 4260332355 an nani budi/oei wan giem Rp.10.000/keping.bukti transfer dpt di email subhadevi [at] tanahputih.org


sumber:

 * [at] momod jika salah tempat posting mohon di pindahkan

25
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi / AISoy 1 , robot berhati nurani
« on: 04 July 2011, 03:04:52 AM »
Spanyol telah merancang robot pertama di dunia dengan “hati nurani dan hidup di mana bisa menghibur, mengajar dan menjadi pendamping bagi manusia yang membelinya.


AISoy 1 yang akan dijual pada Agustus ini merupalan android sosial pertama yang dikembangkan oleh perusahaan Spanyol AISoy robotics yang sekarang sudah terealisasi di laboratorium.“Robot ini tampak seperti fiksi ilmiah, tapi sebuah kenyataan, kata Diego Garcia, salah satu pencipta robot ini dan merupakan kepala produk rekayasa dan divisi pengembangan AISoy.
AISoy 1 dibuat untuk menghibur dan menemani penggunanya, namun tujuan utamanya adalah “untuk hidup, seperti makhluk lain yang merasakan emosi dan membuat keputusan.

Robot ini memiliki tinggi 25 cm dan berat 1,5 kg. Robot ini memiliki aktivitas yang sama sebagai makhluk hidup, ia memiliki otonominya sendiri dan hati nurani, katanya.

Mulai Agustus, setiap keluarga akan bisa membeli robot ini di mana sedang dalam tahap akhir produksi, danrobot ini akan dijual melalui situs web AISoy 1.
Meskipun harga robot rumah tangga ini belum diumumkan, perusahaan mengatakan akan lebih murah dari prototipe yang dikembangkan oleh perusahaan lain. 



sumber:

apa mungkin ya di buat yang versi indonesianya  ;D

26
Ayah Menggendong Mayat Anaknya Karena Tak Mampu Bayar Ambulan
Jumat, Juni 24, 2011  Ikada News 

IkadaNews - Penumpang kereta rel listrik (krl) jurusan Jakarta – Bogor pun geger minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa krl. Tapi di stasiun tebet, supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan setiabudi. Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya rp 10.000,- per hari. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel ka di cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, muriski saleh (6 thn), untuk memulung kardus di manggarai hingga salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.

Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan muriski termangu. Uang di saku tinggal rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari manggarai hingga ke stasiun tebet, supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau khaerunisa sudah menghadap sang khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika krl jurusan bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang krl yang mendengar penjelasan supriono langsung berkerumun dan supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.

Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah khaerunisa. Jangan bilang keluarga supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia, ujarnya

sumber :

27
Tolong ! / help info kayu kelapa
« on: 26 June 2011, 09:55:09 AM »
help!!....


apakah ada member DC yang menjual kayu kelapa atau tau tempat menjual kayu kelapa ? ( di daerah jabodetabek )

lagi butuh cepat dan urgent T_T ... terima kasih sebelumnya atas informasinya _/\_

28
Diskusi Umum / Pandangan Sang Buddha Tentang Makan Daging
« on: 23 June 2011, 05:46:38 PM »
BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA
 
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa
 
PENDAHULUAN
Makan daging merupakan topik yang sangat sensitif. Ada beragam pandangan tentang makan daging
dan setiap pandangan mungkin benar pada batas tertentu, tetapi pandangan-pandangan tersebut
mungkin saja tidak bijaksana. Dalam hal ini, kita harus mengesampingkan pandangan pribadi kita dan
bersikap lebih terbuka untuk melihat pandangan Sang Buddha. Hal ini penting sekali karena Beliau
adalah Tathagata yang mengetahui dan melihat.
Sutta dan Vinaya akan menjadi sumber referensi kita karena di AN 4.180, Sang Buddha
berkata bahwa jika bhikkhu tertentu mengatakan sesuatu, yang diklaim sebagai sabda Sang Buddha,
maka perkataan tersebut haruslah dibandingkan dengan Sutta (kumpulan khotbah) dan Vinaya
(disiplin kebhikkhuan). Jika perkataan tersebut sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka kita dapat
menerimanya sebagai sabda Sang Buddha.
Pertimbangan selanjutnya adalah Sutta dan Vinaya mana yang menjadi acuan kita? Walaupun
berbagai mazhab Buddhis mempunyai penafsiran yang berbeda tentang ajaran Sang Buddha,
umumnya semua setuju bahwa empat Nikaya (Kumpulan-kumpulan), yaitu, Digha Nikaya, Majjhima
Nikaya, Samyutta Nikaya, dan Anguttara Nikaya, dan beberapa buku dari Khuddhaka Nikaya, adalah
khotbah-khotbah tertua otentik Sang Buddha. Lebih lanjut, buku-buku kumpulan tertua ini konsisten
secara keseluruhannya, mengandung rasa pembebasan, sementara buku-buku belakangan terkadang
berisikan ajaran yang kontradiktif.
Buku-buku Vinaya dari berbagai mazhab Buddhis semuanya cukup serupa dengan Vinaya
Theravada. Untuk alasan ini, Sutta-sutta kumpulan tertua dan Vinaya Theravada akan menjadi sumber
referensi kita.
REFERENSI SUTTA
Majjhima Nikaya 55
Khotbah ini penting sekali karena disini Sang Buddha menyatakan dengan jelas pendapat Beliau
tentang makan daging.
Tabib Raja, Jivaka Komarabhacca, datang mengunjungi Sang Buddha. Setelah memberi
penghormatan, dia berkata: “Yang Mulia, saya telah mendengar hal ini: ‘Mereka menyembelih
makhluk hidup untuk Samana Gotama (yaitu Sang Buddha); Samana Gotama dengan sadar memakan
daging yang dipersiapkan kepadanya dari binatang yang dibunuh untuk dirinya’…”; dan bertanya
apakah hal ini memang benar.
Sang Buddha menyangkali hal ini, menambahkan “Jivaka, saya nyatakan bahwa dalam tiga hal daging
tidak diijinkankan untuk dimakan: apabila dilihat, didengar atau dicurigai (bahwa makhluk hidup
tersebut telah secara khusus disembelih untuk dirinya) … Saya nyatakan bahwa dalam tiga hal daging
diijinkan untuk dimakan: ketika tidak dilihat, didengar, atau dicurigai (bahwa makhluk hidup tersebut
telah secara khusus disembelih untuk dirinya) ….”
Lebih lanjut, Sang Buddha menambahkan: “Jika seseorang menyembelih suatu makhluk hidup
untuk Tathagata (yaitu Sang Buddha) atau para siswanya, dia menimbun banyak kamma buruk dalam
lima hal … (i) Ketika dia berkata: ‘Pergi dan giring makhluk hidup itu’ ... (ii) Ketika makhluk hidup
itu menderita kesakitan dan kesedihan ketika dijerat dengan lehernya yang terikat … (iii) Ketika dia
berkata: ‘Pergi dan sembelihlah makhluk hidup itu’ … (iv) Ketika makhluk hidup itu mengalami
kesakitan dan kesedihan karena disembelih … (v) Ketika dia mempersembahkan kepada Tathagata
atau para siswanya dengan makanan yang tidak diijinkan …. ”
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa Sang Buddha membedakan antara daging yang diijinkan1 dengan
tiga kondisi dan daging yang tidak diijinkan. Ini adalah kriteria yang paling penting sehubungan
dengan makan daging.
Anguttara Nikaya 8.12
Jendral Siha, seorang pengikut Nigantha, beralih ke ajaran Buddha setelah dia belajar Dhamma dari
Sang Buddha.
Dia mengundang Sang Buddha dan rombongan bhikkhu ke rumahnya hari berikutnya untuk
bersantap, dan menyediakan daging dan makanan lainnya. Para Nigantha, yang cemburu karena
seorang umat awam yang terkemuka dan berpengaruh telah pergi ke perkemahan Buddha,
menyebarkan rumor bahwa Jendral Siha telah membunuh seekor binatang besar dan memasaknya
untuk samana Gotama, “… dan samana Gotama akan memakan daging tersebut, mengetahui bahwa
daging itu memang dimaksudkan untuk dirinya, perbuatan itu dilakukan untuk kepentingannya.’
Ketika berita ini sampai ke telinga Jendral, dia menolak tuduhan mereka, berkata: “ … Sudah
lama tuan–tuan yang terhormat ini (Nigantha) sudah berniat untuk meremehkan Buddha … Dhamma
… Sangha: tetapi mereka tidak dapat mengganggu Yang Terberkahi dengan fitnahan kejam, kosong,
bohong, yang tak benar. Tidaklah demi menopang hidup, kita dengan sengaja merampas hidup
makhluk manapun.
Ini adalah salah satu khotbah yang dengan jelas menunjukkan bahwa Sang Buddha dan
bhikkhunya makan daging. Juga, kita lihat bahwa daging dari binatang yang sudah mati ketika dibeli,
diijinkan untuk dimakan, tetapi tidak diijinkan apabila binatangnya masih hidup.
Anguttara Nikaya 5.44
Ini tentang seorang umat awam, Ugga, yang mempersembahkan beberapa pilihan makanan yang baik
untuk Sang Buddha: di antaranya adalah daging babi yang dimasak dengan buah jujube yang diterima
oleh Sang Buddha. Sekali lagi, ini jelas bahwa Sang Buddha dan para siswanya makan daging.
Sutta Nipata 2.2
Disini Sang Buddha mengingat kembali suatu peristiwa pada kehidupannya yang lampau pada masa
Buddha Kassapa. Buddha Kassapa adalah gurunya saat itu.
Pada suatu ketika saat seorang petapa sekte luar bertemu dengan Buddha Kassapa dan
mencacinya karena makan daging, yang dikatakannya sebagai noda dibandingkan dengan konsumsi
makanan vegetarian.
Buddha Kassapa membalas: “Membunuh … melukai …. mencuri, berbohong, menipu …
berzinah; inilah noda. Bukan makan daging.
… Mereka yang kasar, sombong, memfitnah, curang, jahat … kikir … inilah noda. Bukan
makan daging.
… Kemarahan, keangkuhan, sifat keras kepala, kebencian, penipuan, keirihatian, pembualan
… inilah noda. Bukan makan daging.
… Mereka yang bermoral buruk, …. dengki … congkak … menjadi orang yang paling keji,
melakukan perbuatan demikian, inilah noda. Bukan makan daging.”
REFERENSI VINAYA
Patimokkha: Pacittiya 39
Dalam disiplin kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak diijinkan untuk meminta makanan khusus tertentu.
Tetapi, sebuah pengecualian diijinkan di Patimokkha (peraturan kebhikkhuan) ketika bhikkhu itu sakit.
Dalam keadaan ini, bhikkhu diijinkan untuk meminta produk dari susu, minyak makan, madu, gula,
ikan, daging … Dengan jelas, ikan dan daging diijinkan untuk para bhikkhu.
Buku Kedisiplinan: Buku Keempat2
Dalam Mahavagga, sepuluh jenis daging dilarang bagi para bhikkhu: manusia, gajah, kuda, anjing,
hyena, ular, beruang, singa, harimau, dan macan tutul. Kita dapat menyimpulkan dari sini bahwa
daging dari binatang lain diijinkan, dengan terpenuhinya tiga kondisi untuk ‘daging yang diijinkan’,
misalnya daging babi, daging sapi, ayam, dan lain sebagainya.
Buku Kedisiplinan : Buku Keempat3
Sup daging yang jernih diijinkan bagi bhikhhu yang sakit.
Buku Kedisiplinan : Buku Pertama4
Beberapa bhikkhu menuruni lereng dari Puncak Burung Nasar. Mereka melihat sisa hewan yang mati
terbunuh oleh singa, menyuruh umat memasaknya dan memakannya. Di lain waktu, bhikkhu yang lain
melihat sisa hewan yang mati terbunuh oleh harimau … sisa hewan yang mati terbunuh oleh macan
tutul … dan lain sebagainya … menyuruh umat memasaknya dan memakannya.
Kemudian para bhikkhu ragu apakah itu sudah termasuk mencuri. Sang Buddha memberikan
pengecualian kepada mereka dengan mengatakan tidak ada pelanggaran dalam mengambil apa yang
menjadi milik binatang. Sekali lagi, di sini kita melihat bahwa para bhikkhu makan daging dan Sang
Buddha tidak mengkritik atau melarang hal itu.
Buku Kedisiplinan : Buku Kedua
Ini adalah kejadian ketika Arahat bhikkhuni Uppalavanna ditawarkan sebagian daging matang.
Keesokan paginya, setelah mempersiapkan daging di biara wanita, dia pergi ketempat dimana Sang
Buddha sedang tinggal untuk mempersembahkan kepadanya. Seorang bhikkhu, mewakili Sang
Buddha, menerima persembahan itu dan mengatakan bahwa Uppalavanna telah menyenangkan Sang
Buddha.
Jelaslah bahwa Sang Buddha memakan daging; apabila tidak, Arahat bhikkhuni Uppalavanna
tidak akan mempersembahkannya.
Buku Kedisiplinan : Buku Kelima6
Bhikkhu Devadatta merencanakan untuk memecah-belah komunitas para bhikkhu dengan meminta
Sang Buddha untuk menetapkan lima aturan, salah satunya adalah para bhikkhu tidak diijinkan makan
ikan dan daging.
Sang Buddha menolak, dengan berkata : “Ikan dan daging sepenuhnya murni berdasarkan tiga
hal: jika tidak dilihat, didengar atau dicurigai (telah dibunuh secara khusus untuk seseorang).”
Sang Buddha bersabda bahwa seorang bhikkhu harus mudah disokong. Jika seorang bhikkhu
menolak untuk memakan jenis makanan tertentu (baik daging maupun sayuran) maka dia tidak mudah
disokong.



29
"Bijaksana" kata ini begitu mengikat untuk kita, dimana kita harus memahami, mengerti, mengetahui  tetang keseimbangan dari semua hal baik keinginan, hasrat, etika, persoalan hidup, lingkungan , dalam berumah tangga dll.  dimana kita dituntut untuk menilai , dan mengambil suatu keputusan yang tidak akan menyinggung, menyakiti dan membuat kecewa orang lain maupun diri sendiri. 

dan segala sesuatu keputusan yang kita ambil mempunyai tanggung jawab yang besar dan harus berlandaskan kebenaran serta keadilan, hal ini tidak lah mudah ,karena kebijaksanaan harus mempunyai jiwa yang besar, welas asih dan kesabaran yang mewakili kedewasan kita dalam segala hal.

-namun bagaimanakah kita agar bisa bijaksana?
-adakah sutta yang berhubungan dengan kebijaksanaan?

mohon sharenya  _/\_

30
Kafe Jongkok / Wanita dengan 7.000 Tindik Menikah
« on: 14 June 2011, 06:34:29 AM »
Ribuan tindik tersebar di wajah, kulit luar tubuh dan organ internalnya.
JUM'AT, 10 JUNI 2011, 18:32 WIB Mutia Nugraheni, Febry Abbdinnah

VIVAnews - Elaine Davidson, wanita asal Brasil yang menerima gelar The Most Pierced Woman dari Guinness Book of Record pada Mei 2000 silam, kembali jadi sorotan. Bukan karena memiliki 6925 tindikan di tubuhnya, termasuk 1.500 tindikan internal, tetapi karena pesta pernikahannya. 

Ia menikah dengan seorang pria bernama Douglas Watson. Wanita 46 tahun ini tampil seperti pengantin wanita pada umumnya dengan berbalut gaun putih serta mengenakan tiara floral. Wajahnya penuh dengan riasan warna hijau berpadu 192 tindik.

Elaine terlihat sangat mencolok saat berdampingan dengan suaminya yang berusia 60 tahun. Pria paruh baya tersebut tampil konservatif dengan mengenakan setelan jas biru sederhana serta dasi Marks and Spencer.

Pemandangan terlihat semakin kontras karena sang suami tidak memiliki tindikan dan tato. Dia terlihat sangat bersahaja dengan kacamata menggantung di batang hidungnya.

Dauglas Watson, sang suami, menggenggam mesra tangan Elaine saat mereka berjalan keluar. Pemandangan ini sontak membuat banyak orang tertegun.

Pasangan yang tinggal di Edinburg ini terlihat bahagia. Pengantin baru itu pun tak segan memberikan kesempatan bagi para fotografer dan masyarakat yang melihat untuk mengabadikan kebahagiaan mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan kerumunan untuk menggelar resepsi di salah satu kafe di kota setempat.

"Elaine terlihat menakjubkan," ujar Dauglas setelah upacara yang berlangsung 35 menit itu, seperti dikutip dari Telegraph.

Terlepas penampilan istrinya yang ekstrim, Dauglas mengatakan, Elaine adalah sosok yang memiliki kepribadian menarik. "Sejak lama, kami telah saling mengenal satu sama lain," ujarnya.

Pertemuan di sebuah kedai kopi di Glasgow 15 tahun lalu, membuatnya jatuh cinta pada sosok Elaine. "Saya selalu kagum atas efek tindikannya terhadap orang lain. Dia adalah wanita yang luar biasa," katanya.

Bagi Dauglas, ribuan tindik membuat istrinya tumbuh menjadi sosok yang dicintai masyarakat. Walaupun, banyak di antaranya yang berpikir bahwa hal tersebut sangat aneh dan menakutkan.
"Jika dia (Douglas) tidak menyukai tato dan tindikan, dia tidak akan bersamaku saat ini. Saya sangat senang," kata Elaine.
• VIVAnews

sumber:

Pages: 1 [2] 3 4 5