//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?  (Read 168118 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #45 on: 11 November 2009, 02:02:42 PM »
Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.

Seperti yang diketahui bahwa pertapa Bahiya mencapai kesucian arahat setelah mendengar khotbah singkat Sang Buddha. Dalam khotbah tersebut, tampak Sang BUddha tidak menjelaskan mengenai Sīla. Bisakah anda menjelaskan secara lebih jelas bagaimana pertapa Bahiya memperoleh kesempurnaan dalam Sīla untuk mencapai kesucian arahat pada saat itu?

Thanks.
Saat Sang Buddha menjelaskan ajaranNya kepada Bahiya, memang beliau tidak menyinggung soal sīla. Akan tetapi, Bahiya adalah seorang praktisi yang tekun. Dalam Aṭṭhakathā diceritakan bahwa dia dihormati oleh orang-orang yang menjadi pendukungnya. Karena itu, ia pun berkesimpulan bahwa dirinya adalah orang yang telah tercerahkan. Saya pikir kalau Bahiya tidak memiliki moralitas sulit baginya mendapatkan penghormatan dari pendukungnya kalau dia tidak memiliki moral yang baik.

Dan dalam Aṭṭhakathā pun, tampak sekali bahwa sejak awal beliau sudah membohongi banyak orang karena ketika orang2 menganggap dia pertapa, ia hanya menerima anggapan2 mereka padahal ia tahu bahwa pada awalnya ia bukan seorang pertapa.
Kebohongan di tingkat awal mungkin terjadi. Akan tetapi, apakah setelah itu apakah dia tidak memiliki praktik sebagai pertapa yang sungguhan? Apakah dia menjadi pertapa hanya di hadapan pendukungnya, sementara saat berada di belakang umatnya dia uga;-ugalan? Saya punya keyakinan bahwa di kemudian hari dia memiliki praktik yang serius.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #46 on: 11 November 2009, 02:06:18 PM »
Pilindavaccha memang tergolong orang yang cepla-ceplos dalam bicara. Menurut Aṭṭhakathā, itu telah menjadi kebiasaannya sejak dalam kelahiran yang lampau.
Dalam Abhayarājakumārasutta, dijelaskan bahwa ada delapan bentuk ucapan. Dua di antaranya adalah:
1.   Benar      Bermanfaat         Menyenangkan dan disetujui
2.   Benar     Bermanfaat         Tidak menyenangkan dan tidak disetujui
Saya pikir Pilindavaccha menggunakan theory yang kedua. Ucapannya terasa kasar, namun itu tidak dilandasi oleh niat untuk menghina atau merendahkan orang lain. Kalau memang sammāvāca bisa dikesampingkan, lalu apa gunanya Sang Buddha meletakkan sammāvāca menjadi salah satu elemen dari Jalan Mulia Berunsur Delapan? Sang Buddha menempatkan sammāvāca sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan tentu mempunyai alasan yang jelas.


Sekarang uraian samma vaca mencakup "tidak berbicara kasar", dan menurut anda tidak ada jalan lain mencapai kesucian kecuali Jalan Mulia Berunsur Delapan. Di lain pihak, ada Arahat yang berbicara kasar. Bukankah ini kontradiktif?



Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #47 on: 11 November 2009, 02:09:07 PM »
Seperti biasa, versi Kalama Sutta yang disensor.
Kenapa sih orang-orang senang sekali memakai Kalama Sutta yang disensor?

Mungkin yang disensor sapaannya, "Now Kalamas...". Pernyataan tersebut ditujukan spesifik kepada suka Kalama, bukan kepada "Oh bhikkhus" atau kepada "householders".

Jadi maksud Sang Buddha harus dilihat berdasarkan konteks Suku Kalama. Suku Kalama pada saat itu belum mengenal ajaran Buddha, dan mereka juga memiliki 2 orang guru yang saling bertentangan. Jadi Sang Buddha mengatakan jangan bergantung pada tradisi atau ajaran guru untuk mempersiapkan suku Kalama untuk mendengar ajaran Sang Buddha untuk pertama kalinya. Kemudian Sang Buddha mengajarkan tentang lobha, dosa, moha yang membawa penderitaan, dan alobha, adosa, amoha yang membawa kebahagiaan serta 4 brahmavihara yang kalau dikembangkan akan membawa kepastian akan kelahiran di tempat yang baik sehingga suku Kalama bisa menghilangkan keragu-raguannya akan ajaran mana yang akan membawa kebahagiaan.

Bicara soal Kalamasutta, ada seorang sarjana Buddhist di Sri Lanka yang menulis bahwa dalam sutta tersebut, ketika Sang BUddha mengajak suku Kālāma untuk menyelidiki beberapa ajaran yang muncul dari berbagai sumber, kalimat yang pantas, menurutnya, adalah "Ettha  tumhe,  kālāmā" yang berarti, "In this context, you, O, Kalama", dan bukan seperti yang umumnya ditulis di Caṭṭhasangayana atau PTS yang berbunyi, "Etha  tumhe,  kālāmā" - "Come, you, o, Kālāma". Meskipun kalimat terakhir diambil langsung dari Tipiṭaka, kita juga tidak memungkiri bahwa terkadang ada kesalahan2 penulisan. Bisa juga apa yang dikatakan oleh sarjana Buddhist tersebut benar bahwa kalimat "etha, tumhe, kālāmā" merupakan kesalahan penulisan.

Jika kita menerima apa yang diajukan sarjana BUddhist tersebut, jawaban Sang BUddha kaitannya terhadap penelitian kembali ajaran2 yang muncul dari beberapa sumber di Kalama sutta, tidak selalu menjadi patokan bahwa semua Buddhist harus mengalami sendiri ajaran dan baru kemudian meyakininya. Kita pun bisa meyakini terlebih dulu apa yang diajarkan Sang BUddha meskipun kita belum mengalaminya. Sebagai contoh, meskipun seseorang belum mencapai nibbāna, ia pun secara bebas bisa meyakini bahwa nibbāna bisa dicapai. Dan menariknya,  dalam kesempatan lain, Sang Buddha sendiri seringkali mengajak para pendengarnya untuk memiliki keyakinan (saddha) terhadap seorang guru sebelum mempraktikkan ajarannya. Poin ini salah satunya ditemukan dalam Caṅkisutta....

Be happy.
« Last Edit: 11 November 2009, 02:11:03 PM by Peacemind »

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #48 on: 11 November 2009, 02:24:13 PM »
Pilindavaccha memang tergolong orang yang cepla-ceplos dalam bicara. Menurut Aṭṭhakathā, itu telah menjadi kebiasaannya sejak dalam kelahiran yang lampau.
Dalam Abhayarājakumārasutta, dijelaskan bahwa ada delapan bentuk ucapan. Dua di antaranya adalah:
1.   Benar      Bermanfaat         Menyenangkan dan disetujui
2.   Benar     Bermanfaat         Tidak menyenangkan dan tidak disetujui
Saya pikir Pilindavaccha menggunakan theory yang kedua. Ucapannya terasa kasar, namun itu tidak dilandasi oleh niat untuk menghina atau merendahkan orang lain. Kalau memang sammāvāca bisa dikesampingkan, lalu apa gunanya Sang Buddha meletakkan sammāvāca menjadi salah satu elemen dari Jalan Mulia Berunsur Delapan? Sang Buddha menempatkan sammāvāca sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan tentu mempunyai alasan yang jelas.


Sekarang uraian samma vaca mencakup "tidak berbicara kasar", dan menurut anda tidak ada jalan lain mencapai kesucian kecuali Jalan Mulia Berunsur Delapan. Di lain pihak, ada Arahat yang berbicara kasar. Bukankah ini kontradiktif?



Saya melihat tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Kita perlu melihat apakah niat orang itu untuk berbicara kasar? Lagi pula, tidak semua orang bisa dididik dengan cara yang lemah lembut. Ada orang-orang yang bisa dijinakkan setelah mereka diajari dengan kasar.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #49 on: 11 November 2009, 02:42:39 PM »
Saya melihat tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Kita perlu melihat apakah niat orang itu untuk berbicara kasar? Lagi pula, tidak semua orang bisa dididik dengan cara yang lemah lembut. Ada orang-orang yang bisa dijinakkan setelah mereka diajari dengan kasar.

Kalau begitu jawaban anda, berarti JMB 8 tidak konsisten. Seharusnya Samma Vaca memuat "tidak bicara kasar, kecuali diperlukan." Mungkin juga nanti akan dipertanyakan lagi tentang white lies, apakah perlu; apakah mencuri dengan niat "Robin Hood" itu diperbolehkan, dst.


Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #50 on: 11 November 2009, 03:42:11 PM »
 [at] dhammasiri, bila seseorng mash maen internet dan debat kusir brarti mash blum cpai sotapanna ya? Oh, icic.
CMIIW.FMIIW.

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #51 on: 11 November 2009, 04:05:30 PM »
[at] dhammasiri, bila seseorng mash maen internet dan debat kusir brarti mash blum cpai sotapanna ya? Oh, icic.
Saya tidak mengatakan bahwa orang yang main internet berarti belum mencapai sotapanna. Saya hanya mengatakan bahwa orang-orang yang telah mencapai kesucian sotapanna akan lebih fokus pada praktik. Mereka berkeinginan untuk bisa secepatnya merealisasi kebebasan terakhir. Mereka tidak akan mau menunda apa yang harus mereka lakukan. Sementara kita masih selalu menunda bahkan enggan untuk merealisasi Nibbāna.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #52 on: 11 November 2009, 04:34:01 PM »
[at] dhammasiri, bila seseorng mash maen internet dan debat kusir brarti mash blum cpai sotapanna ya? Oh, icic.
Saya tidak mengatakan bahwa orang yang main internet berarti belum mencapai sotapanna. Saya hanya mengatakan bahwa orang-orang yang telah mencapai kesucian sotapanna akan lebih fokus pada praktik. Mereka berkeinginan untuk bisa secepatnya merealisasi kebebasan terakhir. Mereka tidak akan mau menunda apa yang harus mereka lakukan. Sementara kita masih selalu menunda bahkan enggan untuk merealisasi Nibbāna.

makanya segera hentikan kebiasaan bermain internet ya.  ;D

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #53 on: 11 November 2009, 05:37:51 PM »
 _/\_
Saya bangga akan rekan - rekan DhammaCitta ..
walaupun umurnya masih relatip muda tapi mempunyai basic Buddhis yang kuat sekali .
Saya mengerti apa yang dikatakan rekan Peacemind seorang yang telah mencapai Soptapanna yang di maksud  adalah seorang Soptapanna sejati ..bukannya ..seorang Soptapanna gadungan atau sok soptapanna.
yang keyakinannya masih dapat tergoyakan ( dan ini mungkin bukan rahasia lagi banyak sok berprilaku Soptapanna )
Mungkin penjelasan saya dapat meluruskan debat kusir ini .
Saya bangga dan bahagia rekan - rekan DhammaCitta yang relatip muda ..
rasanya dapat diandalkan sebagai Cikal bakal generasi penerus Buddhis di Indonesia .

sadhu. sadhu. sadhu.
salam Metta

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #54 on: 11 November 2009, 09:23:38 PM »
Dear friend,
Kadang kita menemukan orang yang beragama Buddha, atau gampangnya mengaku beragama Buddha, kemudian pindah agama, atau masih tetap mengaku beragama Buddha tetapi juga meyakini dan mempraktikkan agama lain. Yang menjadi pertanyaan, apakah mungkin seorang yang telah mencapai kesucian sotapanna berpindah agama? Mungkinkah orang yang telah melihat Nibbāna masih percaya dan mempraktikkan ajaran agama lain?
Thanks

menurut saya,
jgn pakai kata agama deh...
sebab ajaran Buddha tidak bisa disetarakan pada level agama (sistem kepercayaan).
saya lebih suka menyebut dhamma ini sebagai "ajaran" Buddha.
& menurut saya orang yg sudah mematahkan belenggu "kemelekatan thd ritual" tidak akan punya agama lagi.

terutama utk sotapanna,
keraguannya sirna karena ia telah mengetahui sendiri, bukan karena kepercayaan.

kata "agama"  tidak terhindarkan hanya karena di Indonesia, kita "wajib" beragama. jd IMO, sotapanna hanya beragama di KTP kalau di Indonesia. sisanya yg ada bukan kepercayaan, namun adalah pengetahuan (nyana).
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #55 on: 11 November 2009, 11:22:15 PM »
Pilindavaccha memang tergolong orang yang cepla-ceplos dalam bicara. Menurut Aṭṭhakathā, itu telah menjadi kebiasaannya sejak dalam kelahiran yang lampau.
Dalam Abhayarājakumārasutta, dijelaskan bahwa ada delapan bentuk ucapan. Dua di antaranya adalah:
1.   Benar      Bermanfaat         Menyenangkan dan disetujui
2.   Benar     Bermanfaat         Tidak menyenangkan dan tidak disetujui
Saya pikir Pilindavaccha menggunakan theory yang kedua. Ucapannya terasa kasar, namun itu tidak dilandasi oleh niat untuk menghina atau merendahkan orang lain. Kalau memang sammāvāca bisa dikesampingkan, lalu apa gunanya Sang Buddha meletakkan sammāvāca menjadi salah satu elemen dari Jalan Mulia Berunsur Delapan? Sang Buddha menempatkan sammāvāca sebagai bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan tentu mempunyai alasan yang jelas.


Sekarang uraian samma vaca mencakup "tidak berbicara kasar", dan menurut anda tidak ada jalan lain mencapai kesucian kecuali Jalan Mulia Berunsur Delapan. Di lain pihak, ada Arahat yang berbicara kasar. Bukankah ini kontradiktif?



Maaf nyela Bro Kain..
Bagaimana pendapat Anda? Apakah yg dikategorikan berbicara kasar itu diawali dengan niat utk berbicara kasar, menyakiti lawan bicara atau tanpa niat?

Jika penilaian berbicara kasar berdasarkan dari perasaan orang yg mendengar kata2 lawan bicara, maka hal itu subjektif sekali.. Tidak dapat dijadikan patokan. Bagaimana perkataan Sang Buddha ttg penilaiannya thdp putri seorang brahmana memberi pengertian yg berbeda pd kedua orang tua brahmana tsb, yaitu pencapaian kesucian dan bagaimana kalimat yg sama membuat putri tsb menjadi membenci Sang Buddha.
Bahkan jika Anda berbicara tanpa niat utk tidak sopan apalagi kasar, tetapi dengan cara yg sama seperti Anda berbicara pd seorang biasa, padahal Anda berbicara dengan seorang nigrat atau raja, Anda akan dinilai berbicara kasar. Sedangkan arahat Pilindavaccha itu berbicara tanpa niat utk mengasari atau menyakiti lawan bicara, bukankah hal tsb telah diklarifikasi Sang Buddha sendiri pd akhir cerita? :D
« Last Edit: 11 November 2009, 11:24:03 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #56 on: 11 November 2009, 11:46:41 PM »
waktu diskusi sama bhante, saya tanya mengenai "Bagaimana rasanya menjadi Sotapanna"
bhante jawab "itu pertanyaan gila"
sebab "apa yang belum dialami, malah sudah di pikirkan"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #57 on: 12 November 2009, 12:00:28 AM »
Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.

Seperti yang diketahui bahwa pertapa Bahiya mencapai kesucian arahat setelah mendengar khotbah singkat Sang Buddha. Dalam khotbah tersebut, tampak Sang BUddha tidak menjelaskan mengenai Sīla. Bisakah anda menjelaskan secara lebih jelas bagaimana pertapa Bahiya memperoleh kesempurnaan dalam Sīla untuk mencapai kesucian arahat pada saat itu?

Thanks.
Saat Sang Buddha menjelaskan ajaranNya kepada Bahiya, memang beliau tidak menyinggung soal sīla. Akan tetapi, Bahiya adalah seorang praktisi yang tekun. Dalam Aṭṭhakathā diceritakan bahwa dia dihormati oleh orang-orang yang menjadi pendukungnya. Karena itu, ia pun berkesimpulan bahwa dirinya adalah orang yang telah tercerahkan. Saya pikir kalau Bahiya tidak memiliki moralitas sulit baginya mendapatkan penghormatan dari pendukungnya kalau dia tidak memiliki moral yang baik.

Dan dalam Aṭṭhakathā pun, tampak sekali bahwa sejak awal beliau sudah membohongi banyak orang karena ketika orang2 menganggap dia pertapa, ia hanya menerima anggapan2 mereka padahal ia tahu bahwa pada awalnya ia bukan seorang pertapa.
Kebohongan di tingkat awal mungkin terjadi. Akan tetapi, apakah setelah itu apakah dia tidak memiliki praktik sebagai pertapa yang sungguhan? Apakah dia menjadi pertapa hanya di hadapan pendukungnya, sementara saat berada di belakang umatnya dia uga;-ugalan? Saya punya keyakinan bahwa di kemudian hari dia memiliki praktik yang serius.
_/\_ Sdr Peacemind dan Dhammasiri..
Permisi.. Ikutan masuk dlm diskusi.. Menurut saya sila sbg landasan dasar pengembangan samadhi adl seseorang tdk melanggar sila pd saat mengembangkan samma-samadhi. Ini spt cerita pencapaian sotapanna oleh seorang pemabuk itu, saat dia mencapai sotapanna, dia tidak dalam keadaan mabuk. Bukan berarti karena dia pernah mabuk maka tidak dapat mencapai sotapanna. Demikian pula pencapaian samadhi terjadi pada saat seseorang bukan tengah melanggar sila, bukan berarti pencapaian samadhi tidak dapat terjadi pada seseorang yg pernah melanggar sila atau pencapaian samadhi hanya dapat dicapai oleh mereka yg silanya sempurna tanpa cela. Demikian pula mengapa seorang angulimala dapat mencapai kesucian meski membunuh 999 nyawa. Beginilah pengertian saya mengenai 'sila sbg landasan pengembangan samadhi'. Tentu selain tidak sedang melanggar sila, ybs tidak memiliki kebingungan atau keragu2an pula ttg kesalahannya yg telah lalu.
Kalau saya tidak salah juga pengertian silabbataparamasa = menganggap sila dan ritual sbg yg tertinggi bukan? Paham bahwa praktik moralitas adl yg tertinggi pada masa Sang Buddha salah 1 nya dianut oleh para Jain dan penganutnya. Karena menganggap moralitas adl tertinggi, maka mereka mentok pd level segitu. Sedangkan pengertian Sang Buddha adlh tidak cukup hanya sila saja dalam merealisasi kesucian, tanpa bermaksud merendahkan peranan sila.


Soal Bahiya, jika kita tarik dari belakang, bukankah beliau melakukan perjalanan jarak jauh dari kota asalnya ke tempat Sang Buddha dalam waktu yg singkat? Bukankah itu mengasumsikan bahwa beliau memiliki kesaktian utk melakukan semacam terbang atau teleport? Jika demikian, berarti beliau memiliki Abhinna. Jika memiliki abhinna berarti beliau telah memiliki vasi dalam Jhana. Jika telah menguasai Jhana berarti telah mencapai Samadhi bahkan menguasai Samadhi dg baik. Dan persyaratan utk memasuki samadhi adalah bebas dari 5 rintangan batin yg kongruen dengan menjalankan sila. Jika memang demikian, masih perlukah Sang Buddha membabarkan dhamma dari awal mengenai Sila dan Samadhi? Salah 1 syarat pembabaran Dhamma dikatakan Sang Buddha: dibabarkan langkah demi langkah. Bagaimana menurut Anda? Tidak perlu lagi bukan mengulang ajari seorang Mahasiswa Teknik pelajaran IPA dasar yg dipelajari di SD? ;D
Karena itu bila kita menerima kenyataan Sang Buddha membabarkan Dhamma per langkah demi langkah sesuai kondisi pendengarnya, tidak ada pertentangan yg ditemukan antara 'vipassana' versi Bahiya Sutta dengan versi Satipatthana Sutta.

CMIIW

Mettacittena,
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #58 on: 12 November 2009, 12:27:15 AM »
For Dhamma friend, Jerry:

Saya setuju sekali dengan penjelasan anda. Namun ada satu yang masih saya ragukan yaitu tentang Bahiya yang diperkirakan mempunyai abhiññā. Adakah sumber yang mengatakn demikian? Thanks.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?
« Reply #59 on: 12 November 2009, 12:38:56 AM »
For Dhamma friend, Jerry:

Saya setuju sekali dengan penjelasan anda. Namun ada satu yang masih saya ragukan yaitu tentang Bahiya yang diperkirakan mempunyai abhiññā. Adakah sumber yang mengatakn demikian? Thanks.
Saya pernah membaca penjelasan dari Romo Cunda bahwa Bahiya yg menempuh perjalanan ribuan yojana dalam waktu singkat. Jika tak salah ada dlm 1 thread lama di forum ini. Tapi upaya mencari itu tentu seperti mencari jerami dalam tumpukan jarum. ;D
Jika memang beliau dapat menempuh jarak demikian dalam waktu singkat, pastilah beliau memiliki abhinna bukan karena naik Air Asia. Ini hanya penalaran belaka saya. _/\_
appamadena sampadetha

 

anything