HIDUP INI ADIL KARENA HIDUP INI BERDASARKAN HUKUM KAMMA
Berbicara tentang keadilan hidup, sebagai Buddhist, kita tidak akan meninggalkan konsep hukum kamma sebagai alat penganalisisnya. Ada banyak sutta yang menjelaskan tentang kamma. Salah satunya adalah Cūḷakammavibhaṇga Sutta (Uparipaṇṇāsa, Majjhima Nikaya. III. 376.ff).
Sutta ini menarik untuk membahas pertanyaan tentang adilkah hidup ini? Sebagaimana dilukiskan di dalam Sutta ini, penjelasan oleh Buddha di dalam sutta ini di awali dengan pertanyaan dari Brahmana Todeyya tentang adanya kenyataan bahwa ada manusia yang dilahirkan dalam kondisi baik dan buruk, superior dan inferior (hīnappaṇītatā), pendek usia (appāyukā) dan panjang usia (dīghāyukā), berpenyakitan (bavhābādhā) dan tidak berpenyakitan (appābādhā), jelek rupa (dubbaṇṇā) dan rupawan (vaṇṇavanto), tidak mempunyai pengaruh (appesakkhā) dan berpengaruh (mahesakkhā), sedikit kekayaan (appabhogā) dan banyak kekayaan (mahābhogā), terlahir di keluarga rendah (nīcakulīnā) dan di keluarga terhormat (uccākulīnā), bodoh (duppaññā) dan pandai (paññavanto). “Ko nu kho, bho gotama, hetu ko paccayo yena manussānaṃyeva sataṃ manussabhūtānaṃ dissanti hīnappaṇītatā? Dissanti hi, bho gotama, manussā appāyukā, dissanti dīghāyukā; dissanti bavhābādhā, dissanti appābādhā; dissanti dubbaṇṇā, dissanti vaṇṇavanto; dissanti appesakkhā, dissanti mahesakkhā; dissanti appabhogā, dissanti mahābhogā; dissanti nīcakulīnā, dissanti uccākulīnā; dissanti duppaññā, dissanti paññavanto”.
Lalu dijelaskan bahwa sebab dari bermacam-macam jenis manusia dengan kondisi yang berbeda-beda ini adalah karena adanya hasil dari kamma masing-masing. Hal ini dikatakan bahwa diri sendiri adalah pemilik kamma kita sendiri (Kammassakā), pewaris kamma kita sendiri (kammadāyādā), terlahir dari kamma kita sendiri (kammayonī), berhubungan dengan kamma kita sendiri (kammabandhū) dan berlindung dari kamma kita sendiri (kammappaṭisaraṇā). Kamma-lah yang telah membedakan (vibhajati) seseorang terlahir menjadi baik atau buruk ‘‘Kammassakā, māṇava, sattā kammadāyādā kammayonī kammabandhū kammappaṭisaraṇā. Kammaṃ satte vibhajati yadidaṃ – hīnappaṇītatāyāti”.
Di dalam sutta ini juga dijelaskan alasan-alasan mengapa seseorang dilahirkan menjadi buruk rupa atau rupawan, pandai atau bodoh, berpenyakitan atau tidak, berpengaruh atau tidak dan lain-lain. Dengan demikian hidup ini adil. Kita kadang merasa bahwa hidup ini tidak adil karena kita tidak menerima kenyataan.
Kenyataan dalam hidup ini mungkin terkesan tidak adil bagi kita karena kita belum mampu melihat segala sesuatunya sebagaimana apa adanya. Namun, Hukum Karma tetap bekerja secara adil. Adil banget. Hukum kamma adalah tidak subjektif. Hukum kamma bekerja secara objektif.