btw mengenai statement saya belajar tbsn = mara, terkesan anda banyak ngelesnya..
jadi tolong dijawab dengan baik.. tidak perlu dihubungkan dengan i7 dll, toh anda juga gak ngerti benar apa itu processor dll
ngak
maksud saya itu
cara anda untuk menguji suatu guru saya pikir kurang tepat
begitulah
saya bukan lagi ngomomng tbsn
makanya cara tsb owe bilang ajran mara
sapa yang menguji.. ?
niat baik koq.. biar pasangan anda belajar TBSN lebih mendalam.. tentu 1 ATAP LEBIH BAIK
ketemu "guru" setiap saat
reminder bro.. jangan lupa dijawab..
saya tetap berpendapat ajaran tersebut adl ajaran mara
kalau menurut kata2 anda
sepertinya semua pria pada jamannya harus membiarkan pasanagnnya kepada sang ****** untuk 1 atap ?
gimana hah
kenapa anda menganggap ajaran MARA ?
anda mengatakan anda percaya pada guru anda.. bahwa aman hidup 1 ATAP bersama guru anda..
sedangkan guru Buddha sudah melarang jelas dalam Vinaya.. jadi gak mungkin zaman dulu setiap pria pasti menyerahkan pasangannya kepada Buddha.. karena Buddha tahu untuk mencapai tingkat kesucian, ya HARUS MELEPAS.. BUKAN TINGGAL 1 ATAP
sayangnya guru saya juga mencapai kesucian
kondisinya sama seperti yg anda jelaskan soal buddha
Buddha mencapai kesucian.. dan menerapkan VINAYA tidak 1 ATAP dengan wanita
Guru anda.. tingkat kesucian tidak jelas.. tidak ada bukti yang mendukung..
tidak ada terikat vinaya apa2.. dan tinggal 1 ATAP dengan wanita..
di mana letak persamaannya ?
karena pertanyaan anda hanya berputar2 hal yg sama
maka jawaban saya pun sama
Dua orang biksu sedang melakukan perjalanan pulang ke kuil dari tempat yang jauh.
biksu junior : forte
biksu senior : mahaguru
Mereka sampai di sebuah sungai yang dangkal namun lebar. Di sungai itu terlihat seorang wanita cantik berpakaian indah yang terlihat bingung. Biksu yang lebih senior menegur wanita itu, menanyakan mengapa dia terlihat bingung. Kata si wanita, 'saya harus bergegas pulang ke rumah saya di seberang sungai. Tapi ini adalah pakaian saya yang terbaik. Saya kuatir pakaian saya rusak kena air sungai ini.'
Kata si biksu senior, 'jangan takut, naiklah ke punggungku, akan kuseberangkan anda.' Wanita itu menurut, dan mereka pun menyeberang bersama. Sesampainya di seberang sungai, wanita itu turun dan mengucapkan terima kasih, lalu berlalu.
Sejauh ini si biksu junior tidak berkata apa-apa. Ketika mereka sampai di kuil, si biksu junior tidak bisa menahan ganjalan hatinya. Katanya, 'kakak, bukankah kita adalah biksu yang selibat? Bukankah kita dilarang menyentuh perempuan, apalagi sampai menggendongnya di punggung seperti yang kakak lakukan tadi?'
Jawab si biksu senior, 'adik, aku sudah menurunkan perempuan itu di tepi sungai. Mengapa kau masih 'menggendongnya' sampai kuil?'
Moral: Peraturan dibuat untuk manusia, bukan manusia dibuat untuk peraturan. Kadangkala, untuk kepentingan yang lebih utama, ada beberapa peraturan yang dilanggar. Tentu saja ini bukan hal yang dapat dibenarkan atau dibiasakan. Namun justru orang yang terlalu terpaku pada peraturan dan selalu menyoroti penyalahan peraturan tersebut yang patut dipertanyakan integritasnya.