//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat  (Read 5197 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
[Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat
« on: 27 February 2019, 05:32:27 PM »
Konsili Buddhis pertama adalah peristiwa menurut berbagai tradisi Buddhis di mana tidak lama setelah Buddha parinibbana (beberapa minggu atau pada vassa berikutnya) para bhikkhu arahant berkumpul di Rājagaha dan merumuskan apa saja yang merupakan Ajaran dan Disiplin Buddha. Kisah ini tercatat dalam sutta tentang akhir kehidupan Buddha dan dalam Vinaya berbagai sekte awal; dalam tradisi Theravāda adalah DN16. Mahāparinibbāṇa Sutta dan Khandaka, Culavagga XI. Sama seperti Vinaya Mahīśāsaka, hanya sebagian kecil sutta, yang berhubungan dengan awal dari konsili, dimasukkan ke Vinaya. Vinaya Sarvāstivāda, Dharmaguptaka, dan Haimavata mengambil sebagian besar sutta; sementara Mūlasarvāstivāda dan Mahāsāṅghika memasukkan keseluruhan isi sutta ke dalam Vinaya. Selain dari teks Pali Theravāda, sumber yang digunakan adalah terjemahan Mandarin dan pada tulisan ini menggunakan rangkuman dari karya Teitaro Suzuki yang sangat kaya informasi. Sumber yang digunakan antara lain: Pancavarga Vinaya (Mahīśāsaka), Caturvarga Vinaya (Dharmagupta), Vinaya Mahāsāṅghika, Samyuktavastu (Mūlasarvāstivāda), Sudarsana Vinaya Vibhasa (padanan Mandarin dari Pāḷi Samantapasadika), Mahāprajñāpāramitā Sastra, Catatan Transmisi Dharmapitaka.

Berbagai narasi ini memiliki perbedaan-perbedaan baik dalam kejadian, pelaku, kronologis, dan detail minor lainnya, maka narasi dari Tradisi Theravāda digunakan sebagai tolok ukur strukturnya, karena kisah ini adalah yang paling umum dikenal.



I. Motivasi pelaksanaan konsili

Theravāda: ketika tersebar kabar bahwa Buddha telah wafat, seorang bhikkhu bernama Subhadda merasa senang karena ia bisa bebas dari peraturan-peraturan Buddha yang terlalu ketat. Mahākassapa yang mengetahui hal itu, merasakan perlunya melestarikan ajaran, dan setelah selesai dengan upacara kremasi Buddha, ia memutuskan untuk menggelar persamuhan untuk mengukuhkan aturan dan ajaran Buddha.

Mahīśāsaka-Dharmagupta & Mahāsāṅghika sama dengan Theravāda, namun nama bhikkhu tersebut adalah Bhananda/Mahallaka.

Sarvāstivāda & Mahāprajñāpāramitā: Para Deva khawatir akan hilangnya Ajaran dan meminta Mahākassapa untuk menyusunnya.

Dharmapitaka: Tidak ada sosok Subhadda ataupun Deva, namun atas inisiatif Mahākassapa.



II. Pemilihan anggota konsili dan pencapaian Arahatta Ananda

Theravāda: Mahākassapa memilih 499 Arahant dan kemudian mereka menganjurkan agar mengikutsertakan Ānanda, sebab walaupun belum mencapai kesempurnaan, Ānanda paling dekat dan banyak menghafal khotbah-khotbah Buddha, dan Mahākassapa menyetujuinya. Sudarsana Vibhasa menjelaskan Mahākassapa ingin melindungi persamuhan dari ketidak-murnian. Ānanda dikatakan mencapai Arahatta pada malam sebelum konsili dalam posisi unik yang tidak dalam Iriyapatha: ketika ia akan berbaring, kakinya telah terangkat dari tanah namun kepalanya belum menyentuh bantal.

Dalam Sumaṇgalavilāsini tercatat: Majjhimabhaṇāka mengatakan Ānanda menunjukkan pencapaiannya dengan keluar dari tanah muncul di tempat duduknya, sementara menurut lainnya dengan terbang di udara; Dīghabhaṇāka mengatakan Ānanda datang terakhir dengan tubuh bersinar dan wajah yang cerah seolah menyatakan pencapaiannya. Komentar Theragatha mengatakan bahwa pencapaian Ānanda disampaikan oleh Brahma dari Suddhāvāsā kepada anggota konsili.

Mahīśāsaka & Dharmagupta: Ānanda tidak mengetahui bahwa konsili akan digelar tanpa dirinya, kemudian bhikkhu yang membaca pikiran Mahākassapa memberitahu Ananda untuk berlatih dan mencapai pembebasan.

Sarvāstivāda: Mahākassapa mempertimbangkan apakah cara keras atau halus yang akan diterapkan untuk memacu Ānanda dan menetapkan cara keras sebagai yang tepat. Mahākassapa kemudian mengusir Ānanda dari perkumpulan dengan mengatakan bahwa ia tidak pantas. Ananda memohon agar tidak diusir dengan berkata bahwa ia tidak melakukan kesalahan apapun. Di sini Mahākassapa kemudian memberikan delapan kesalahan Ānanda. Kemudian seperti narasi Dharmaguptaka, namun bukan oleh seorang bhikkhu, melainkan seorang anak misterius yang menjadi pelayannya, mendorongnya untuk berlatih.

Mahāsāṅghika: Ketika para bhikkhu menganjurkan mengikutsertakan Ānanda, Mahākassapa menolak dan berkata bahwa mencampurkan seorang yang masih berlatih ke dalam perkumpulan orang yang melampaui latihan adalah seperti anjing/hyena/rase (?) kusta di kumpulan singa. Ananda sedang dalam perjalanan menuju Rājagaha dan diberitahukan oleh sesosok Deva mengenai hal ini dan membuatnya tidak senang. Ketika ia sedang merenung, ia mencapai Arahatta dan terbang menuju persamuhan. Mahākassapa kemudian menjelaskan ia sengaja menggunakan kata-kata keras  itu dengan tujuan untuk memacunya mencapai Arahatta.

Mahāprajñāpāramitā: seperti Sarvāstivāda, Ānanda diusir dengan tuduhan 6 kesalahan, dan pintu gerbang ditutup. Ketika Ānanda telah mencapai Arahatta, ia meminta diizinkan masuk dan Mahākassapa menyuruhnya masuk melalui lubang kunci, dan Ānanda melakukannya.



III. Pelaksanaan konsili dan penyusunan Ajaran

Theravāda: Mahākassapa menanyakan kepada Upali tentang Vinaya, dimulai dari Parajika pertama, dan seterusnya. Kemudian kepada Ānanda tentang Sutta, dimulai dari Brahmajala Sutta, Samaññaphala Sutta dan seterusnya. Dengan cara yang sama 5 nikaya diulang. Pembahasan mengenai peraturan minor (Khuddhanukhuddakasikkhapada) yang dikatakan boleh dihapus, dan disepakati tidak ada yang diubah. Kemudian tuduhan 5 kesalahan terhadap Ānanda berikut pembelaan dari Ānanda.

Dharmagupta: Ānanda dituduhkan 7 kesalahan terlebih dahulu. Upali kemudian mengulang Vinaya mulai dari Parajika. Ānanda mengulang khotbah dimulai dari Brahmajala Sutta dan lainnya yang menyusun Digha Nikaya, Majjhima Nikaya, Anguttara Nikaya, dan Samyutta Nikaya. Terakhir sutta seperti Jataka, Itivuttaka, Apadana, Dhammapada, dan lain-lain dimasukkan ke dalam Khuddaka Pitaka. Kemudian 6 kitab (yang kemungkinan adalah padanan Abhidhamma Theravāda) dimasukkan ke dalam Abhidhamma Pitaka.

Mahīśāsaka: Upali mengulang vinaya dimulai dari Parajika. Ānanda mengulang khotbah dimulai dari Ekuttara Sutta, Dasuttara Sutta, Mahanidana Suttta, dan seterusnya. Mahākassapa menyatakan khotbah yang panjang dimasukkan ke dalam Digha Nikaya, menengah ke dalam Majjhima, ... Samyutta Nikaya... Anguttara Nikaya. Ajaran lainnya yang tidak termasuk, dikumpulkan ke dalam Khuddaka Pitaka.

Sarvāstivāda: Ānanda mengulang khotbah dimulai dari Dhammacakkapavatthana. Aññā-Kondañña kemudian mengonfirmasi dan menjelaskan bagaimana ia mendapatkan mata-dhamma. Khotbah-khotbah berikutnya diulang dan juga dikonfirmasi oleh para Arahant dalam konsili. Kemudian Upali mengulang vinaya, dimulai dari sekkhiya, yang pertama dan ke dua adalah untuk Pañcavaggiyā bhikkhu. Kemudian sekkhiya ke tiga adalah parajika ke bhikkhu Sudinna, dan seterusnya. Kemudian Mahākassapa sendiri mengulang Matika/Abhidharma dimulai dari 5 sila.

Mahāsāṅghika: Ānanda diminta untuk mengulang “Dharmapitaka” dan kemudian mengulang khotbah-khotbah Buddha ke dalam 4 kelompok: Digha...Majjhima...Anguttara...Samyutta. Kemudian Upali menuduhkan 7 kesalahan kepada Ānanda, dan kemudian mengulang Vinaya. Setelah kompilasi selesai, 1000 bhikkhu di luar diundang masuk dan membahas mengenai peraturan minor. Terjadi perdebatan mengenai apa yang akan dihapus namun Mahākassapa memutuskan untuk tidak mengubah apa yang telah ditetapkan.

Catatan:
*Mahāsāṅghika menjelaskan Abhidharma sebagai 9 kategori sutta/anga, bukan teks tersendiri. Dengan demikian, Theravāda, Mahīśāsaka, dan Mahāsāṅghika menyebutkan 2 pitaka, sedangkan Dharmaguptaka dan Sarvāstivāda 3.

*Berbeda dengan catatan Theravāda di mana Kondañña lebih dahulu wafat daripada Buddha, menurut Sarvāstivāda ia masih hidup dan kemungkinan adalah sebagai pimpinan sidang berdasarkan senioritas. Mahīśāsaka memberikan daftar senioritas dimulai dari Ājñāta Kauṇḍinya, Purāṅa, Dharmika, Daśabala Kāśyapa, Bhadra Kāśyapa, Mahākāśyapa, Upāli, Anuruddha.



IV. 10 Kesalahan Ānanda

1.   Meminta penahbisan Bhikkhuni (Semua sekte)
2.   Menginjak jubah Buddha ketika mencuci/menjahitnya. (Semua sekte)
3.   Tidak memohon Buddha memperpanjang usia (Semua sekte)
4.   Memberikan Buddha air minum berlumpur/tidak memberikan air ketika diminta 3x (Semua kecuali Theravāda)
5.   Tidak bertanya mengenai Peraturan Minor (Semua sekte, kecuali Mahāprajñāpāramitā)
6.   Memperlihatkan bagian pribadi Buddha kepada para wanita (Sarvāstivāda, Mahāsāṅghika, Mahāprajñāpāramitā)
7.   Memperlihatkan tubuh emas Buddha kepada para wanita (Sarvāstivāda, Dharmaguptaka, Mahāsāṅghika)
8.   Mengizinkan wanita untuk menghormati relik Buddha lebih dahulu (Mahīśāsaka, Theravāda)
9.   Mengomentari perumpamaan Buddha di depan Buddha (Sarvāstivāda)
10.   Menolak menjadi pelayan pribadi Buddha ketika diminta sampai 3x (Dharmaguptaka)



V. Purāṇa (dan Gavāmpati)

Catatan Theravāda hanya menyinggung singkat: Bhikkhu Purāṇa yang menetap di bagian selatan bersama lebih dari 500 bhikkhu bertemu dengan para tetua yang menghadiri konsili membabarkan hasilnya dan meminta persetujuan Purāṇa, yang kemudian menolaknya dengan sopan. “Yang Mulia, Dhamma dan Disiplin telah dibacakan dengan baik, namun sebagaimana yang saya dengar dari Bhagavā, yang saya terima langsung, demikianlah yang akan saya ingat.”

Dalam catatan Mahīśāsaka dan Dharmagupta, perbedaan yang dimaksud adalah mengenai 7 atau 8 aturan: menyimpan makanan di dalam tempat tinggal; memasak di dalam; memasak sesuai kehendak; makan sesuai kehendak; menerima makanan ketika bangun awal di pagi hari; membawa pulang makanan menuruti keinginan pemberi; menerima berbagai buah-buahan; memakan yang tumbuh di kolam. Walaupun Mahāvagga Theravāda memuat peraturan ini, namun tidak disebutkan sebagai perbedaan yang dimaksud oleh Purāṇa.

Gavāmpati merupakan bhikkhu yang menyendiri dan menolak ketika diundang untuk mengikuti persamuhan. Menurut Mahāsāṅghika ia tidak menyetujui kepemimpinan Mahākassapa, sementara menurut Dulvā (Tibet) adalah karena mengetahui kematiannya tidak lama lagi, maka ia mengirimkan mangkuk dan tiga jubah ke sangha.

Kisah bhikkhu Purāṇa dan Gavāmpati ini menunjukkan perbedaan pendapat paling awal mengenai Dhamma-Vinaya.



VI. Brahmadaṇḍa

Sepertinya ini hanya ada di tradisi Mahīśāsaka & Theravāda.
Bareau: “Adalah mudah di sini untuk merekonstruksi versi primitif yang hanya mungkin disisipkan dalam pembacaan sama dari Mahīśāsaka-Theravāda sebelum mereka pecah menjadi dua sekte yang berbeda. Di Kauśāmbī terdapat bhikkhu bernama Caṇḍa atau Channa yang sifat kasar dan pemarahnya meresahkan komunitas.Pada akhir konsili, Ānanda diutus untuk memberitahunya, atas nama sangha, hukuman Brahmadaṇḍa diterapkan terhadapnya. Ketika Ānanda menjelaskan detailnya, yang bersalah merasa tergugah dan segera menjadi Arahant. Pembacaan kemungkinan dibuat oleh komunitas Mahīśāsaka-Theravāda di Kauśāmbī dengan tujuan untuk memberikan dasar kanonikal untuk prosedur Brahmadaṇḍa. Nama sanskrit dari bhikkhu tersebut, Caṇḍa, yang menyatakan kekerasan, kekejaman, tanpa diragukan lagi, pada pembacaan primitif, hanya sebagai julukan, atau setidaknya nama panggilan.”

Palikanon menjelaskan bahwa hukuman dikenakan karena ketika terjadi perdebatan antara para bhikkhu dan bhikkhuni, Channa memihak bhikkhuni; atau menurut komentar Dhammapada karena ia berulang kali mencaci Sāriputta dan Moggallāna, walau sudah diperingatkan.



---

Dari perbedaan mengenai kompilasi kitab suci, kemungkinan besar pada masa konsili pertama belum dilakukan pengategorian berdasarkan Digha, Majjhima, dan seterusnya. Setiap sekte berusaha memasukkan komposisi kanon mereka masing-masing ke dalam narasi konsili pertamanya. Perbedaan ketegori "Khuddaka" sebagai nikaya/agama atau pitaka juga menambah kerumitan. Perbedaan kronologi dan detail lainnya yang kadang sangat jauh juga mengindikasikan pengembangan kisah yang terjadi setelah masa perpecahan sekte. Namun di samping perbedaan-perbedaan, juga terdapat gambaran umum yang sama seperti pertemuan dilakukan segera setelah wafat Buddha, Ananda mencapai Arahatta, dan tuduhan terhadap Ananda. Kemungkinan ini adalah catatan tradisi sangha awal sebelum perpecahan.


Sumber bacaan:
Teitaro Suzuki, The First Buddhist Council, 1904.
J. Przyluski, Le Concile De Rajagrha, 1926.
André Bareau, Les premiers conciles bouddhiques, 1955.
Erich Frauwallner, The Earliest Vinaya and the Beginnings of Buddhist Literature, 1956.
C.S. Prebish, A Review of Scholarship on The Buddhist Councils, 1974.
La Valée Poussin, The Buddhist Councils, 1976.
Amarnath Thakur, Buddha and Buddhist Synods in India and Abroad, 1996.
Anālayo, The Dawn of Abhidharma, 2014.


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: [Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat
« Reply #1 on: 28 February 2019, 03:25:29 AM »
😍👍
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat
« Reply #2 on: 01 March 2019, 07:04:32 PM »
👍
There is no place like 127.0.0.1

Offline Arya Karniawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 301
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • Hooaaammmm..... :3
Re: [Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat
« Reply #3 on: 02 March 2019, 10:49:34 AM »
Wow... 👍
#Jhindra

Offline stevenson

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • getting old, potential sickness and will be die
Re: [Textual-Criticism] Konsili Pertama Secara Singkat
« Reply #4 on: 06 May 2019, 03:25:39 PM »
🙏 Luar biasa
An expert is not the one who belives in everything he learns but the one who has esteem knwledge through critical analysis

 

anything