//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PA-AUK SAYADAW: Untuk mencapai Nibbana harus mampu melihat kehidupan lampau?  (Read 30964 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Quote
Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Kalo kembali pada Tipitaka yang sudah saya baca, ketika seseorang mencapai Arahatta, ada yang disertai dengan Patisambidha (kemampuan analitis), ada yang dengan Tevijja (3 pengetahuan: mata dewa, kehidupan lampau, pengikisan noda bathin), ada yang dengan chalabhinna (6 kemampuan bathin) dan ada yang tidak memiliki patisambidha maupun abhinna apapun. Sayang saya lupa istilahnya dan referensi suttanya.


Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha. Bahkan lebih jauh menurut saya, ketika orang mencapai arahatta, baru namanya BENAR-BENAR MENEMBUS paticca samuppada, dan karena mengetahui hal itulah maka mereka dapat mengatakan "perputaran di samsara telah berakhir".

Paticca samuppada ini 'kan tidak selalu dilihat dari kehidupan dan kematian fisik, tetapi lebih pada proses perubahan 'mental' yang begitu banyak dan begitu cepat. Oleh sebab itu, para Arahat juga tidak perlu mati (=parinibbana) dulu untuk mengetahui bahwa perputarannya dalam samsara telah berakhir, tetapi sesaat ketika lobha-dosa-moha itu sendiri telah dicabut sampai ke akarnya.

Kalo dalam kaitannya dengan Maha-Nidana Sutta, saya tidak melihat ada kemampuan pubbenivasanusati nana disebutkan di sana.





Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
kalau dibalik, apakah setiap orang yg melihat kehidupan lampau itu mengerti paticcasamuppada ? IMO sih tidak.

Kalau bisa melihat masa lampau, palingan membuktikan bahwa ooh kamma does exist bukan paticcasamuppada. Perlu lebih "dalam" lagi untuk melihat tanha/kemelekatan yang menyebabkan kelahiran kembali bukan sekadar melihat kehidupan lampau.
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Sumedho,

Ya, itu dia. Kalo dilihat dari sutta, yang bisa melihat kehidupan lampau 'kan bukan hanya pengikut Buddha saja, tetapi banyak sekali pertapa dari aliran lain yang mampu melihat kehidupan lampau sampai jauh sekali. Lalu apa hasilnya?
Pandangan 'salah' eternalis, semi eternalis, dan tanpa-sebab. Jadi sama sekali bukan jaminan tentunya.



Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
IMO, untuk menembus paticca samuppada kita tidak wajib mengetahui masa depan maupun masa lalu dalam arti melihat kelahiran sebelum dan sesudah. Lagi pula apalah artinya masa depan dan masa lalu itu ketika satu detik yang akan datang dari sekarang adalah masa depan dan satu detik sebelum sekarang adalah masa lalu. Saya melihat bahwa sekarang pun kita mengalami proses paticca samuppada dalam skala kecil.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Apakah ada hubungannya dengan 16 nyana yang konon muncul dalam vipassana?

(ditulis konon biar gak dibilang teori lagi)
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
karuna_murti,

Rasanya nyana dalam vipassana tidak berurusan dengan abhinna (yang hubungannya adalah dengan samatha).

Kenapa takut dibilang teori? Sebetulnya sebelum merealisasikan sendiri (alias udah Arahat), emang semua masih teori kok. Hanya saja, tidak perlu memegang teori tersebut sebagai yang paling benar.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Apa di forum ini ada murid Pa-Auk Sayadaw? :)

Kalau ada, silakan ikut berdiskusi.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 24 May 2008, 02:56:57 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha.

Menurut hemat saya, pencapaian nibbana SELALU disertai penembusan paticca-samuppada.

Sang Buddha bilang: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Salam,
hudoyo

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Saya pernah mengikuti retreat meditasi Metta Bhavana di bawah bimbingan Sayalay Dipankara.
Waktu itu yang saya tangkap adalah timbul dan lenyapnya makhluk, salah satunya adalah tumimbal lahir.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Menurut saya, pencapaian nibbana tidak selalu harus dengan menembus paticca samuppada, tetapi dengan melenyapkan lobha-dosa-moha.

Menurut hemat saya, pencapaian nibbana SELALU disertai penembusan paticca-samuppada.

Sang Buddha bilang: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Salam,
hudoyo

Menurut pendapat saya adalah, yang telah menjadi Arahat, pasti telah menembus paticca samuppada (yang saya katakan bahwa karena sudah menembusnya, mereka tahu kelahiran mereka telah berakhir). Tetapi tidak semua orang mencapai Arahat dengan cara menembus paticca Samuppada, mungkin melihat dhamma melalui 'objek' lain. Tapi tidak tahu juga sih kalo objeknya selalu terkait dengan paticca samuppada. Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.
Barangkali demikian :)


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
IMO, untuk menembus paticca samuppada kita tidak wajib mengetahui masa depan maupun masa lalu dalam arti melihat kelahiran sebelum dan sesudah. Lagi pula apalah artinya masa depan dan masa lalu itu ketika satu detik yang akan datang dari sekarang adalah masa depan dan satu detik sebelum sekarang adalah masa lalu. Saya melihat bahwa sekarang pun kita mengalami proses paticca samuppada dalam skala kecil.

Ini menarik. ... Saya setuju dengan ini. ...

Dari sini timbul permasalahan: Jadi, kalau untuk menembus paticca-samuppada tidak perlu mengetahui kehidupan masa lampau dan masa depan, maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali?? ...

Pelajaran paticca-samuppada secara tradisional mengajarkan bahwa paticca-samuppada menjelaskan hubungan antara tiga kehidupan: masa lampau (avijja, sankhara), masa kini (vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana, tanha, upadana, bhava), dan masa depan (jati, jara-marana).

Kalau paham seperti ini benar, maka implikasinya untuk menembus paticca-samuppada orang harus mampu melihat ke masa lampau dan ke masa depan, sebagaimana dinyatakan oleh Pa-Auk Sayadaw, seorang Master jhana.

Dan ini sudah diajarkan turun-temurun di kalangan umat Buddha Theravada.

Baru pada abad ke-20 M muncul sanggahan dari beberapa bhikkhu. Mula-mula dari alm. Nanavira Thera, seorang bhikkhu yang tinggal menyendiri untuk bermeditasi. Lalu, tidak tanggung-tanggung, dari Ajahn Buddhadasa Mahathera, seorang Guru vipassana bertaraf internasional. Dua-duanya adalah bhikkhu meditasi. Malah alm. Nanavira Thera, dalam salah satu surat anumertanya, menyatakan sudah terbuka "Dhammacakkhu"-nya (menjadi Sotapanna).

Kedua bhikkhu itu menyatakan bahwa kedua belas nidana dari paticca-samuppada akan terlihat--bukan secara linear--melainkan secara serentak, saling bergantungan, pada saat kini.

Mereka menekankan salah satu sifat Dhamma, yaitu 'akaliko'. Dalam buku-buku paritta, 'akaliko' diterjemahkan sebagai "tidak lapuk oleh waktu, abadi". Padahal arti sebenarnya dari 'akaliko' adalah "tanpa waktu" (a-kala), time-less. Artinya tidak ada masa lampau dan masa depan, yang ada adalah nidana-nidana yang berproses serentak dan saling-bergantungan pada saat kini.

Di dalam retret MMD, diskusi tentang 'waktu' merupakan diskusi yang penting. Dalam keheningan mendalam, di mana pikiran & si aku berhenti, pemeditasi berada pada saat kini terus-menerus, tidak ada masa lampau, tidak ada masa depan.

NB: Salah seorang bhikkhu yang terang-terangan menentang pemahaman 'akaliko' dari paticca-samuppada ini adalah Ajahn Brahmavamso, seorang Master jhana. ;D

Salam,
hudoyo




Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Quote
maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali??
Bukankah ada penembusan dengan pengetahuan analitis, analyctic insight (tapi bukan intelektual) ?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Pak Hudoyo,

Menurut pendapat saya adalah, yang telah menjadi Arahat, pasti telah menembus paticca samuppada (yang saya katakan bahwa karena sudah menembusnya, mereka tahu kelahiran mereka telah berakhir). Tetapi tidak semua orang mencapai Arahat dengan cara menembus paticca Samuppada, mungkin melihat dhamma melalui 'objek' lain. Tapi tidak tahu juga sih kalo objeknya selalu terkait dengan paticca samuppada. Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.
Barangkali demikian :)

Saya ulangi, Sang Buddha bersabda: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Jadi Dhamma Sang Buddha itu IDENTIK dengan paticca-samuppada. Memang intisari paticca-samuppada itu bukan pada 12 nidana. Malah ada sutta-sutta di mana paticca-samuppada berisi urutan & jumlah nidana yang berbeda dari yang lazim.

Intisari paticca-samuppada terkandung dalam gatha ini:

"Imasming Sati Idang Hoti
Imassuppada Idang Uppajjati
Imasming Asati Idang Na Hoti
Imassa Nirodha Idang Nirujjati."


Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu.
Dengan berakhirnya ini, maka berakhirlah itu.

salam,
Hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Pak Hudoyo,

Quote
Saya ulangi, Sang Buddha bersabda: "Barang siapa melihat paticca-samuppada, ia melihat Dhamma; barang siapa melihat Dhamma, ia melihat paticca-samuppada."

Jadi Dhamma Sang Buddha itu IDENTIK dengan paticca-samuppada. Memang intisari paticca-samuppada itu bukan pada 12 nidana. Malah ada sutta-sutta di mana paticca-samuppada berisi urutan & jumlah nidana yang berbeda dari yang lazim.

Intisari paticca-samuppada terkandung dalam gatha ini:

"Imasming Sati Idang Hoti
Imassuppada Idang Uppajjati
Imasming Asati Idang Na Hoti
Imassa Nirodha Idang Nirujjati."

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu.
Dengan berakhirnya ini, maka berakhirlah itu.



Oh, kalo maksudnya seperti itu, saya setuju. Tadinya saya pikir harus rumusan paticca samuppada yang 12 itu.  ;D

Quote
Mungkin tidak secara paticca samuppada sistematik dari avijja sampai jara-marana, tetapi melihat semuanya adalah sebab akibat yang saling bergantung.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Bukankah ada penembusan dengan pengetahuan analitis, analyctic insight (tapi bukan intelektual) ?

Diskusi tentang ini saya alihkan ke thread MMD, karena sudah menjadi OOT di sini.

Salam,
Hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Jadi menurut Sayadaw U Aganna melihat kehidupan masa lampau hanya salah satu aspek saja untuk mengerti paticasamupada, karena masih banyak aspek lainnya, jadi bukan satu aspek saja. Dan kebanyakan arahat di jaman Sang Buddha kebanyakan memiliki abinna juga. Nah yg saya mo tanya apakah Pak Hudoyo mengetahui teknik meditasi almarhum Sunlun Sayadaw?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Terlepas dari "salah satu aspek", menurut Pa-Auk Sayadaw, gurunya Sayadaw U Aganna, melihat kehidupan masa lampau itu adalah ASPEK YANG MUTLAK PERLU, untuk bisa melihat paticca-samuppada:

"Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is..."

Itulah yang saya pertanyakan. ... :)

Maaf, saya tidak pernah membaca metode vipassana Sunlun Sayadaw.

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Don't know why...karena dia yg ngalamin langsung ;D, kalau Pak Hud nitip pertanyaan waktu saya retreat pasti saya tanya lagi sama Sayadaw U Aganna ttg tulisan gurunya kenapa mutlak he..he.


http://www.sunlun-meditation.com.mm , mungkin Pak Hud kalo sempat bisa baca2 konon katanya si Sunlun ini arahat, seangkatan dengan Mahasi Sayadaw.

 _/\_
« Last Edit: 24 May 2008, 06:47:36 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Kalo menurut teman2 atau Pak Hud, adakah cerita arahat tidak tahu kelahiran lalunya? karena setiap arahat pasti tau paticasamupada. Mungkin disini ada hubungannya lho. Nah ini yg harus dicermati.   _/\_
« Last Edit: 24 May 2008, 06:56:17 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Don't know why...karena dia yg ngalamin langsung ;D, kalau Pak Hud nitip pertanyaan waktu saya retreat pasti saya tanya lagi sama Sayadaw U Aganna ttg tulisan gurunya kenapa mutlak he..he.

hehe .. ;D  ... Nanti kalau beliau datang lagi ke Indonesia, tolong tanyakan, ya ... ;D
Ngomong-ngomong, kabarnya Pa-Auk Sayadaw sendiri akhir tahun ini akan datang mengajar meditasi selama 3 bulan di Indonesia, bertempat di Cibodas. Ada yang punya informasi? ...

Rekan Bond,

Kita latihan logika sedikit, ya. ... Taruhlah Pa-Auk Sayadaw bisa melihat kehidupan beliau yang lampau--saya percaya itu--dan karena itu beliau bisa melihat paticca-samuppada, ... maka dari pengalaman yang satu itu, berdasarkan logika, apakah valid untuk membuat pernyataan: "TANPA melihat kehidupan yang lampau TIDAK MUNGKIN untuk melihat paticca-samuppada!"? ...

Maksud saya, apakah dari pengalaman pribadi itu boleh dibuat generalisasi terhadap semua orang di muka bumi ini, sehingga menyimpulkan, "Tidak mungkin [siapa pun] melihat paticca-samuppada tanpa melihat kehidupan lampau?" ...

Analoginya, kalau saya naik kereta api bisa sampai ke Surabaya, apakah valid saya membuat pernyataan: "TANPA naik kereta api TIDAK MUNGKIN orang sampai ke Surabaya."? ... ;D ;D ;D


Quote
Kalo menurut teman2 atau Pak Hud, adakah cerita arahat tidak tahu kelahiran lalunya?

Rekan Kainyn_Kutho pernah menulis, ada arahat yang tidak punya abhinna apa pun ... dan saya rasa juga demikian (cuma saya tidak ingat lagi sumber referensinya).

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 24 May 2008, 07:39:37 PM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Don't know why...karena dia yg ngalamin langsung ;D, kalau Pak Hud nitip pertanyaan waktu saya retreat pasti saya tanya lagi sama Sayadaw U Aganna ttg tulisan gurunya kenapa mutlak he..he.

hehe .. ;D  ... Nanti kalau beliau datang lagi ke Indonesia, tolong tanyakan, ya ... ;D
Ngomong-ngomong, kabarnya Pa-Auk Sayadaw sendiri akhir tahun ini akan datang mengajar meditasi selama 3 bulan di Indonesia, bertempat di Cibodas. Ada yang punya informasi? ...

Rekan Bond,

Kita latihan logika sedikit, ya. ... Taruhlah Pa-Auk Sayadaw bisa melihat kehidupan beliau yang lampau--saya percaya itu--dan karena itu beliau bisa melihat paticca-samuppada, ... maka dari pengalaman yang satu itu, berdasarkan logika, apakah valid untuk membuat pernyataan: "TANPA melihat kehidupan yang lampau TIDAK MUNGKIN untuk melihat paticca-samuppada!"? ...

Maksud saya, apakah dari pengalaman pribadi itu boleh dibuat generalisasi terhadap semua orang di muka bumi ini, sehingga menyimpulkan, "Tidak mungkin [siapa pun] melihat paticca-samuppada tanpa melihat kehidupan lampau?" ...

Analoginya, kalau saya naik kereta api bisa sampai ke Surabaya, apakah valid saya membuat pernyataan: "TANPA naik kereta api TIDAK MUNGKIN orang sampai ke Surabaya."? ... ;D ;D ;D


Quote
Kalo menurut teman2 atau Pak Hud, adakah cerita arahat tidak tahu kelahiran lalunya?

Rekan Kainyn_Kutho pernah menulis, ada arahat yang tidak punya abhinna apa pun ... dan saya rasa juga demikian (cuma saya tidak ingat lagi sumber referensinya).

Salam,
Hudoyo
 

Pak Hud bisa hubungi charles di 08121050996 dia yg menerima pendaftaran utk retreat dan informasi2 ttg Paauk Sayadaw. Nah kalo bisa Pak Hud bisa tanya langsung mumpung Pa-auknya datang. Setelah itu share sama kita2. ;D

Itukan hanya sekedar pernyataan saja mengenai mutlak atau tidak mutlak apalagi pengalaman/pengetahuan langsung itu sulit kita ukur dari logika berpikir biasa, karena hal ini menyangkut sesuatu yg harus dialami melalui penembusan langsung.

 Saya pribadi no comment mengenai kesimpulan Pa-auk atau pernyataan Bhikkhu besar lainnya yg pro dan kontra. Saya lebih memilih berlatih dulu nanti kalo sudah waktunya baru tau apakah mutlak mengetahui kehidupan lampau untuk mengerti paticasamupada atau tidak.

Mungkin bro Kainyn ada referensi suttanya atau yg lainnya mungkin mengetahui mengenai arahat yg tidak tahu kelahiran lampaunya. :) _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Pak Hud bisa hubungi charles di 08121050996 dia yg menerima pendaftaran utk retreat dan informasi2 ttg Paauk Sayadaw. Nah kalo bisa Pak Hud bisa tanya langsung mumpung Pa-auknya datang. Setelah itu share sama kita2. ;D

Saya tidak berminat untuk berdebat dengan siapa pun. ... Minat saya hanya membuka mata orang mengenai hal-hal yang menurut perasaan saya patut dipertanyakan. ... Sebatas itu saja. ... Silakan saja kalau ada yang mau menanyakan langsung kepada beliau. ...


Quote
Itukan hanya sekedar pernyataan saja mengenai mutlak atau tidak mutlak apalagi pengalaman/pengetahuan langsung itu sulit kita ukur dari logika berpikir biasa, karena hal ini menyangkut sesuatu yg harus dialami melalui penembusan langsung.

Sang Buddha sendiri tidak pernah membuat pernyataan bahwa "tanpa melalui meditasi X tidak mungkin orang mencapai pembebasan."


Quote
Saya pribadi no comment mengenai kesimpulan Pa-auk atau pernyataan Bhikkhu besar lainnya yg pro dan kontra. Saya lebih memilih berlatih dulu nanti kalo sudah waktunya baru tau apakah mutlak mengetahui kehidupan lampau untuk mengerti paticasamupada atau tidak.

Saya menghormati pendirian Anda. ... Sebaliknya, saya berpendirian bahwa apa pun yang tidak sesuai dengan pemahaman saya--siapa pun yang mengatakannya, bahkan sekalipun tercantum dalam Tipitaka Pali--patut saya pertanyakan.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 24 May 2008, 10:39:57 PM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Quote
V I P A S S A N A  B H A V A N A

Menuju      : P a n d a n g a n  T e r a n g
Objek      : Jasmani, Perasaan, Pikiran, Bentuk-bentuk ingatan (dhamma)
Pelaksanaan   : Menyadari proses-proses kehidupan dan melepaskannya
Rintangan   : Paliboda, Nivarana dan Vipassana Kilesa (Kekotoran Vipassana)
Pencapaian   : Nyana-nyana (16) = pengetahuan mengenai proses-proses kehidupan :

1.   Nama_Rupa Pariccheda Nyana (pengetahuan membedakan jasmani dan batin)
2.   Paccaya Pariggaha Nyana (pengetahuan mengenai sebab dan akibat)
3.   Sammasana Nyana (pengetahuan mengenai tiga corak umum)
4.   Udayabbaya Nyana (pengetahuan mengenai timbul dan lenyapnya proses-proses)
5.   Bhanga Nyana (pengetahuan mengenai peleburan)
6.   Bhaya Nyana (pengetahuan mengenai ketakutan)
7.   Adinava Nyana (pengetahuan mengenai kabur dan membosankan)
8.   Nibbida Nyana (pengetahuan mengenai kejenuhan dan kejelekan)
9.   Muncitukamyata Nyana (pengetahuan mengenai tegang, gelisah dan putus  asa)
10.   Patisankha Nyana (pengetahuan mengenai perasaan seperti tersiksa, ingin berhenti)
11.   Sankharupekkha Nyana (pengetahuan mengenai keseimbangan)
12.   Anuloma Nyana (pengetahuan mengenai Tilakkhana makin jelas)
13.   Gotrabhu Nyana (pengetahuan mengenai diam, tenang, damai)
14.   Magga Nyana (pengetahuan mengenai jalan)
15.   Phala Nyana (pengetahuan mengenai Hasil / Pahala)
16.   Paccavekkhana Nyana (pengetahuan mengenai pertimbangan / perenungan kembali)



Asavakkhayanyana (pengetahuan penghancuran noda-noda batin) -->   ke N I B B A N A

Vipassana Kilesa biasanya timbul pada Nyana ke-3 dan ke-4.
10 Vipassana Kilesa : Obhasa (sinar), Piti (kegiuran), Passadi (tenang), Sukha (kebahagiaan), Saddha (keyakinan), Paggaha (terlalu semangat), Upatthana (ingatan yang tajam), Nyana (ilmu pengetahuan), Upekkha (keseimbangan), Nikhanti (kepuasan)

Ini saya dapat dari vihara Brahma vihara yg sering dipakai latihan vipasanna teknik Mahasi.

Saya mau bertanya ke Pak Hudoyo, apakah Upatthana yg dimaksud bisa mengingat kehidupan lampau yg mana bisa menjadi kilesa dalam vipasanna jika tidak disikapi dengan panna tetapi bisa menembus paticasamupada bila menggunakan panna?
 
Karena kilesa2 ini pasti muncul saat vipasanna CMIIW

Sama dengan analogi kalau saya mau ke jalan C saya harus melewati jalan B, tetapi kalau saya terpaku pada B tidak akan sampai ke C. CMIIW

 _/\_
« Last Edit: 24 May 2008, 10:24:53 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Lebih dulu, pertanyaan saya: apakah dengan upatthana orang bisa melihat kehidupan yang lampau?

Kalau tidak salah, teorinya, melihat kehidupan lampau itu merupakan sebuah abhinna, yang hanya bisa diperoleh setelah orang mencapai sekurang-kurangnya jhana ke-4. ... Betulkah?

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Mestinya begitu Pak Hud, tetapi bagaimana dengan culapanthaka begitu tercerahkan langsung dapat abinna, dari satu bisa menjadi banyak. Demikian Sunlun sayadaw yg langsung dari vipasana murni mencapai arahat tapi juga mengetahui kehidupan lampau, bagaimana dengan Mahasi Sayadaw apakah dia tau kehidupan lalunya?

Kalau upatthana saya justru juga bertanya, karena ingatan tajam bisa memiliki banyak arti  ;D

Kayaknya mesti ada refrensi sutta nih....
« Last Edit: 24 May 2008, 11:55:53 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Setelah saya renungkan dengan mendalam dan membuka kembali Paticcasamupada saya berkesimpulan setuju dengan pendapat Paauk Sayadaw.

 Bahwa seorang arahat pasti mengetahui Paticcasamupada. Dan untuk mencapai arahat(yg telah mencapai nibbana) harus melakukan vipasanna yg mana dalam vipasanna muncul nyanna/pengetahuan langsung tentang proses-proses kehidupan(seperti tabel diatas yg saya dapat dari Brahma Vihara) dari situ muncul kebijaksanaan adiduniawi dengan memiliki asavakhayanyana yg dapat menghancurkan semua kilesa sehingga tercapainya nibbana.

Nah tentunya pengetahuan langsung berbeda dengan pengetahuan secara teoritis, artinya pengetahuan langsung/nyana adalah ia telah melihat dan membuktikannya sendiri.

Mari kita lihat paticasamupada:

1.   Avijja Paccaya Sankharang
Dengan adanya Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka muncullah
Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma).

2.   Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma), maka muncullah
Vinnana (kesadaran).

3.   Vinnana Paccaya Nama-Rupang
Dengan adanya Vinnana (kesadaran), maka muncullah
Nama-Rupa (batin dan jasmani).

4.   Nama-Rupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya Nama-Rupang (batin dan jasmani), maka muncullah
Salayatana (enam indera).

5.   Salayatana Paccaya Phassa
Dengan adanya Salayatana (enam indera), maka muncullah
Phassa (kesan-kesan).

6.   Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya Passa (kesan-kesan), maka muncullah
Vedana (perasaan)

7.   Vedana Paccaya Tanha
Dengan adanya Vedana (perasaan), maka muncullah
Tanha (keinginan/kehausan).

8.   Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya Tanha (keinginan/kehausan), maka muncullah
Upadana (kemelekatan).

9.   Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya Upadana (kemelekatan), maka muncullah
Bhava (proses tumimbal lahir).

10.   Bhava Paccaya Jati
Dengan adanya Bhava (proses tumimbal lahir), maka muncullah
Jati (kelahiran kembali).

11.   Jati Paccaya Jaramaranang
Dengan adanya Jati ( kelahiran kembali), maka muncullah
Jaramaranag (kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya).

12.   Jaramaranang
Kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya merupakan akibat dari adanya kelahiran kembali


Nah sekarang mari lihat kembali yg saya bold, untuk mengetahui nama rupa salayatanang, upadana pacaya bhavo, bhava pacaya jati, jati paccaya jaramaranang, dan jaramaranang hanya dengan kita melihat langsung kelahiran lampau baru bisa mengerti prosesnya dengan jelas. Apakah mungkin kita mengetahui proses dengan tidak melihat langsung lalu kita mengatakan mengerti seutuhnya padahal jelas sekali nyana2 yg dicapai melalui vipasanna adalah pengetahuan langsung tentang proses-proses kehidupan (tercakup tumimbal lahir).

Sama halnya jika orang berbicara tentang proses terjadinya jeruk, ini baru sebatas teori karena kita sendiri belum melihatnya sendiri dan membuktikannya bahkan tidak tahu jeruknya sendiri tetapi berbeda dengan jika kita telah melihat dan membuktikan langsung tentang proses terjadinya jeruk dan jeruknya sendiri.

Disinilah hubungannya dengan upattana yaitu ingatan tajam yg dapat menembus kelahiran lampau. Mari kita juga lihat pernyataan Mahasi Sayadaw "khanika samadhi yg terus menerus yg berkemampuan menekan rintangan batin, juga berhak atas nama "upacara samadhi" dan "citta visuddhi". Jika tidak, pemurnian pikiran tidak dapat muncul pada seseorang yg telah melakukan pandangan cerah murni sebagai kendaraanya dengan hanya menerapkan pandangan cerah(vipasanna) tanpa menghasilkan konsentrasi akses(upacara samadhi) maupun konsentrasi -penuh(jhana)".

Jadi abinna tentang melihat kelahiran lampau tidak selalu identik dengan pencapaian jhana ala visudhi magga seperti yg dikatakan Mahasi Sayadaw tentang khanika samadhi yg bisa seperti kekuatan jhana.

Di lain sisi Sang Buddha juga sering berulang kali menceritakan tentang kelahiran2 umat awam atau pun beberapa bhikkhu. Sebenarnya ini juga menyangkut penjelasan paticasamupada.

 _/\_

« Last Edit: 25 May 2008, 10:25:21 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
hehe ... ;D Rekan Bond, ... kok ini baru muncul sekarang? ... ;D

Justru itulah yang dipahami oleh mayoritas umat Buddha Theravada tentang paticca-samuppada, yakni menjelaskan kaitan antara kamma dalam kehidupan lampau dengan vipaka dalam kehidupan sekarang, dan kaitan antara kamma dalam kehidupan sekarang dengan vipaka dalam kehidupan yang akan datang. ... :)  Bagaimana pun juga terima kasih Anda telah mengingatkan saya akan pelajaran paticca-samuppada yang saya pelajari 40 tahun yang lalu, ketika saya masih mahasiswa. ... ;D

Nah, dalam hal ini Pa-Auk Sayadaw BENAR 100%. (Itulah sebabnya saya tidak mau berdebat dengan beliau, ketika Anda sarankan untuk itu. ;D) ...

Tapi implikasinya apa? ... Implikasinya ialah, kalau Anda tidak mempunyai abhinna untuk melihat kehidupan lampau, maka Anda tidak bisa melihat paticca-samuppada ... kalau Anda tidak bisa melihat paticca-samuppada, maka itu sama dengan Anda tidak melihat Dhamma ... kalau Anda tidak melihat Dhamma, maka Anda tidak bisa menjadi Sotapanna (dhammacakkhu tidak bisa terbuka) ... apalagi menjadi arahat:'(

Implikasinya apa lagi? ... Implikasi lain ialah, para arahat yang tidak memiliki abhinna apa pun ... tidak bisa melihat kehidupan lampau ... tidak melihat paticca-samuppada ... tidak melihat Dhamma (mata-dhamma/dhammacakkhu tidak terbuka) ... berarti para arahat itu Sotapanna pun belum:o  ... Apa iya?  :))

Nah, jadi kita harus mengkaji kembali secara mendasar pemahaman teoretis kita tentang paticca-samuppada ... Siapa yang berani melakukan itu, menentang tradisi yang sudah berurat berakar selama ribuan tahun? ...  :-?

Nah, selanjutnya silakan baca kembali tanggapan saya kepada Rekan Kelana yang dimuat sebagai 'Reply #11' ... jauh sebelum Anda menampilkan topik ini. ... :) Tanggapan saya itu saya tampilkan kembali di bawah ini.

Salam,
hudoyo


IMO, untuk menembus paticca samuppada kita tidak wajib mengetahui masa depan maupun masa lalu dalam arti melihat kelahiran sebelum dan sesudah. Lagi pula apalah artinya masa depan dan masa lalu itu ketika satu detik yang akan datang dari sekarang adalah masa depan dan satu detik sebelum sekarang adalah masa lalu. Saya melihat bahwa sekarang pun kita mengalami proses paticca samuppada dalam skala kecil.

Ini menarik. ... Saya setuju dengan ini. ...

Dari sini timbul permasalahan: Jadi, kalau untuk menembus paticca-samuppada tidak perlu mengetahui kehidupan masa lampau dan masa depan, maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali?? ...

Pelajaran paticca-samuppada secara tradisional mengajarkan bahwa paticca-samuppada menjelaskan hubungan antara tiga kehidupan: masa lampau (avijja, sankhara), masa kini (vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana, tanha, upadana, bhava), dan masa depan (jati, jara-marana).

Kalau paham seperti ini benar, maka implikasinya untuk menembus paticca-samuppada orang harus mampu melihat ke masa lampau dan ke masa depan, sebagaimana dinyatakan oleh Pa-Auk Sayadaw, seorang Master jhana.

Dan ini sudah diajarkan turun-temurun di kalangan umat Buddha Theravada.

Baru pada abad ke-20 M muncul sanggahan dari beberapa bhikkhu. Mula-mula dari alm. Nanavira Thera, seorang bhikkhu yang tinggal menyendiri untuk bermeditasi. Lalu, tidak tanggung-tanggung, dari Ajahn Buddhadasa Mahathera, seorang Guru vipassana bertaraf internasional. Dua-duanya adalah bhikkhu meditasi. Malah alm. Nanavira Thera, dalam salah satu surat anumertanya, menyatakan sudah terbuka "Dhammacakkhu"-nya (menjadi Sotapanna).

Kedua bhikkhu itu menyatakan bahwa kedua belas nidana dari paticca-samuppada akan terlihat--bukan secara linear--melainkan secara serentak, saling bergantungan, pada saat kini.

Mereka menekankan salah satu sifat Dhamma, yaitu 'akaliko'. Dalam buku-buku paritta, 'akaliko' diterjemahkan sebagai "tidak lapuk oleh waktu, abadi". Padahal arti sebenarnya dari 'akaliko' adalah "tanpa waktu" (a-kala), time-less. Artinya tidak ada masa lampau dan masa depan, yang ada adalah nidana-nidana yang berproses serentak dan saling-bergantungan pada saat kini.

Jadi, menurut pemahaman baru tentang paticca-samuppada ini, orang tidak perlu memiliki kemampuan untuk melihat kehidupan lampau untuk bisa menembus paticca-samuppada.

Pandangan baru tentang paticca-samuppada ini kini telah berkembang luas di kalangan bhikkhu-bhikkhu terpelajar di Barat, di kalangan bhikkhu-bhikkhu di Sri Lanka, dan mulai meluas di Thailand. Memang bhikkhu-bhikkhu Burma "ketinggalan" dalam hal ini.

Di dalam retret MMD, diskusi tentang 'waktu' merupakan diskusi yang penting. Dalam keheningan mendalam, di mana pikiran & si aku berhenti, pemeditasi berada pada saat kini terus-menerus, tidak ada masa lampau, tidak ada masa depan.

NB: Salah seorang bhikkhu yang terang-terangan menentang pemahaman 'akaliko' dari paticca-samuppada ini adalah Ajahn Brahmavamso, seorang Master jhana. ;D

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 May 2008, 10:58:33 AM by hudoyo »

Offline asunn

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 212
  • Reputasi: 13
menurut pendapat asun hehehe untuk mencapai nibanna tidak perlu bisa melihat past lives karena jawabannya simple saja
karena banyak jalan menuju ke roma....dan setiap orang bisa memilih jalan masing2 yg paling cocok. IMHO bahkan dengan mengamati gerak gerik alam saja bisa membuat orang menjadi *tercerahkan

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote from: bond
upattana yaitu ingatan tajam yg dapat menembus kelahiran lampau.

Di mana 'upatthana' upakilesa dinyatakan "bisa menembus kehidupan lampau"?
Saya belum pernah membacanya.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote from: bond
Nah sekarang mari lihat kembali yg saya bold, untuk mengetahui nama rupa paccaya salayatanang, upadana pacaya bhavo, bhava pacaya jati, jati paccaya jaramaranang, [...] hanya dengan kita melihat langsung kelahiran lampau baru bisa mengerti prosesnya dengan jelas.

Kok begitu ...?? ;D ... Yang saya pelajari 40 tahun lalu bukan begitu:

* 1. avijja dan 2. sankhara : adalah kamma (perbuatan, aktif) yang kita lakukan dalam kehidupan lampau;

* 3. vinnana, 4. nama-rupa, 5. salayatana, 6. phassa, 7. vedana : adalah vipaka (buah, pasif) yang kita terima dalam kehidupan sekarang;

* 8. tanha, 9. upadana, dan 10. bhava : adalah kamma (perbuatan, aktif) yang kita lakukan dalam kehidupan sekarang;

* 11. jati dan 12. jara-marana, soka, parideva, dukkha, domanassa, upayassa : vipaka (buah, pasif) yang kita terima dalam kehidupan mendatang.

Itulah INTERPRETASI "3 kehidupan" yang tradisional dari paticca-samuppada.

Menurut Ajahn Buddhadasa Mahathera dan sementara bhikkhu meditasi vipassana lain, ke-12 nidana itu terjadi serentak, saling bergantungan, pada saat kini, dari saat ke saat, mengalir terus. - Itulah INTERPRETASI "akalika" yang revolusioner terhadap paticca-samuppada.

Ngomong-ngomong, interpretasi 'akalika' yang revolusioner ini mengingatkan saya pada ajaran Krishnamurti, yang mengatakan bahwa yang nyata adalah saat kini yang mengalir terus, bahwa masa lampau dan masa datang tidak ada/tidak nyata; jadi saat kinilah yang bisa dilihat langsung, ditembus, seperti apa adanya (yathabhutam nyanadassanam).

Salam,
Hudoyo

« Last Edit: 25 May 2008, 11:50:30 AM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
 [at] Pak Hud

Tulisan yg saya bold maksudnya hanya untuk memperjelas diperlukannya melihat kehidupan lampau tanpa menghilangkan makna dari awal sampai akhir dari keseluruhan proses makanya saya tulis semuanya terlebih dahulu dan baru yg di bold sebagai penjelas saja( makanya lompat2).  ;D Tentunya bagaimana kemunculanya serentak atau satu2 saya juga belum memahami bagaimana kemunculan proses itu. Thanks Pak Hud atas kutipan Ajahn Buddhasa Mahatera karena ini pengetahuan baru juga buat saya.

 _/\_
« Last Edit: 25 May 2008, 02:50:47 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
SISTEMATIKA Paticca-samuppada menurut Interpretasi "3 Kehidupan" (tradisional)

1. avijja, 2. sankhara = KEHIDUPAN LAMPAU
3. vinnana, 4. nama-rupa, 5. salayatana, 6. phassa, 7. vedana, 8. tanha, 9. upadana, 10. bhava = KEHIDUPAN SEKARANG
11. jati, 12. jara-marana = KEHIDUPAN MENDATANG

1. avijja, 2. sankhara = 8. tanha, 9. upadana, 10. bhava = KAMMA (perbuatan, aktif)
3. vinnana, 4. nama-rupa, 5. salayatana, 6. phassa, 7. vedana = 11. jati, 12. jara-marana = VIPAKA (buah, pasif)

Jadi:
KAMMA (aktif) di KEHIDUPAN LAMPAU: 1. avijja, 2. sankhara
VIPAKA (pasif) di KEHIDUPAN SEKARANG: 3. vinnana, 4. nama-rupa, 5. salayatana, 6. phassa, 7. vedana
KAMMA (aktif) di KEHIDUPAN SEKARANG: 8. tanha, 9. upadana, 10. bhava
VIPAKA (pasif) di KEHIDUPAN MENDATANG: 11. jati, 12. jara-marana

Itulah INTERPRETASI "3 kehidupan" yang tradisional dari Paticca-samuppada.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 May 2008, 04:54:46 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote from: bond
upattana yaitu ingatan tajam yg dapat menembus kelahiran lampau.

Di mana 'upatthana' upakilesa dinyatakan "bisa menembus kehidupan lampau"?
Saya belum pernah membacanya.

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Sory Pak Hud Yg upathana kelewatan  ;D.  Setau saya dapat mengetahui kehidupan lampau karena munculnya ingatan demi ingatan yg dikarenakan kekuatan konsentrasi yg sedemikian rupa dalam vipasanna atau pun jhana. Dan  di Vipasana ada upatthana yg sama dengan ingatan tajam maka saya menyimpulkan demikian. Seperti yg saya jelaskan sebelumnya bahwa melalui Vipasanna murni juga bisa melihat kehidupan lampau. Jadi ingatan tajam memang tidak ada keterangan apa-apa yg spesifik sehingga memiliki arti yg luas pula.


Thanks juga untuk sistematika Paticasamupadanya, jadi saya bisa  mengerti lebih sistematis. _/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Sory Pak Hud Yg upathana kelewatan  ;D.  Setau saya dapat mengetahui kehidupan lampau karena munculnya ingatan demi ingatan yg dikarenakan kekuatan konsentrasi yg sedemikian rupa dalam vipasanna atau pun jhana. Dan  di Vipasana ada upatthana yg sama dengan ingatan tajam maka saya menyimpulkan demikian. [...] Jadi ingatan tajam memang tidak ada keterangan apa-apa yg spesifik sehingga memiliki arti yg luas pula.

Thanks juga untuk sistematika Paticasamupadanya, jadi saya bisa  mengerti lebih sistematis. _/\_

Oh, jadi itu kesimpulan Anda ... silakan saja kalau mau mengambil kesimpulan seperti itu.

Cuma dalam konteks sistematika ajaran Buddhisme, "melihat kehidupan lampau" itu adalah salah satu ABHINNA. Jadi, dengan kata lain, setajam apa pun ingatan pikiran biasa, tidak mungkin melihat kehidupan lampau tanpa ABHINNA. Dan ABHINNA hanya bisa diperoleh apabila sekurang-kurangnya orang sudah mencapai jhana ke-4.

Kalau ini ingin Anda pintasi juga ... ya silakan. ;D


Quote
Seperti yg saya jelaskan sebelumnya bahwa melalui Vipasanna murni juga bisa melihat kehidupan lampau.

Maaf, bisa ditunjukkan referensinya? :)

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 May 2008, 06:37:30 PM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Seperti yg Mahasi Sayadaw katakan "khanika samadhi yg terus menerus yg berkemampuan menekan rintangan batin, juga berhak atas nama "upacara samadhi" dan "citta visuddhi". Jika tidak, pemurnian pikiran tidak dapat muncul pada seseorang yg telah melakukan pandangan cerah murni sebagai kendaraanya dengan hanya menerapkan pandangan cerah(vipasanna) tanpa menghasilkan konsentrasi akses(upacara samadhi) maupun konsentrasi -penuh(jhana)".---> artinya kalau mau mencapai nibbana harus tau paticasamupada dan ini harus tau kelahiran lampau, dan Mahasi sayadaw mengatakan bahwa konsentrasi vipasana bisa setara dengan jhana, jadi adalah mungkin bisa melihat kehidupan lampau dengan vipasanna murni.

Apakah abinna selalu identik dengan jhana 4 ?

Bagaimana dalam beberapa kasus orang bisa melihat kehidupan lampau dengan sendirinya, apakah dengan jhana-4 dan apakah ini abinna?
Ada satu teknik meditasi di luar buddhis untuk melihat kehidupan lampau dengan mengingat-ingat kejadian lalu secara bertahap apakah itu juga melalui jhana-4? atau yg lagi ngetrend sekarang past regression.

Bagi saya kalau melihat kehidupan lampau diri sendiri belum tentu dapat disebut abinna, kecuali dapat melihat kehidupan lampau orang lain juga. Jadi harus diliat konteksnya.



Masalahnya bukan memintasinya(ttg upatthana) tetapi itu hanya kesimpulan sementara(yg biasanya saya konfirmasikan kembali dengan Guru2 meditasi yg handal) yg merupakan proses pembelajaran bagi saya dalam praktek Dhamma. ;D Tentunya berjalannya dengan waktu ada guru2/kalyanimita yg dapat memberi tahu lebih rinci lagi sesuai dengan pengalamannya, seperti halnya kebuntuan meditasi yg pernah saya alami mulai terkuak dengan adanya tuntunan langsung dari Sayadaw U Aganna pada suatu kesempatan retreat. Jadi dalam hal ini saya tidak terpaku pada satu titik. _/\_
« Last Edit: 25 May 2008, 09:53:35 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Seperti yg Mahasi Sayadaw katakan "......".  ---> artinya kalau mau mencapai nibbana harus tau paticasamupada dan ini harus tau kelahiran lampau, dan Mahasi sayadaw mengatakan bahwa konsentrasi vipasana bisa setara dengan jhana, jadi adalah mungkin bisa melihat kehidupan lampau dengan vipasanna murni.

O, ini lagi-lagi interpretasi Anda ... tidak tertulis secara eksplisit baik di Sutta maupun Visuddhimagga bahwa seorang sukhavipassaka bisa melihat kehidupan lampau.  ... Ya, silakan saja kalau mau berinterpretasi seperti itu. :)

Mahasi Sayadaw TIDAK PERNAH MENGATAKAN bahwa konsentrasi dalam vipassana setara dengan jhana; yang beliau katakan, konsentrasi dalam vipassana (khanika-samadhi) adalah setara dengan upacara-samadhi, masih di bawah jhana (apanna-samadhi); tapi itu cukup untuk menekan kelima rintangan batin, sehingga orang bisa mencapai nibbana.

Tentang yang saya beri bold merah, "keharusan" itu hanya merupakan konsekuensi logis dari interpretasi "3 kehidupan" dari paticca-samuppada. ... Menurut interpretasi "akalika" dari Ajahn Buddhadasa Mahathera dll, paticca-samuppada JUSTRU hanya bisa ditembus pada SAAT KINI, karena HANYA SAAT KINI YANG NYATA ADA, bukan dengan melihat kehidupan lampau dan mendatang.


Quote
Apakah abinna selalu identik dengan jhana 4 ?

Bagaimana dalam beberapa kasus orang bisa melihat kehidupan lampau dengan sendirinya, apakah dengan jhana-4 dan apakah ini abinna?
Ada satu teknik meditasi di luar buddhis untuk melihat kehidupan lampau dengan mengingat-ingat kejadian lalu secara bertahap apakah itu juga melalui jhana-4? atau yg lagi ngetrend sekarang past regression.

Bagi saya kalau melihat kehidupan lampau diri sendiri belum tentu dapat disebut abinna, kecuali dapat melihat kehidupan lampau orang lain juga. Jadi harus diliat konteksnya.

Memang ini topik tersendiri yang luas, yang saya tidak berminat memasukinya. ... Apakah yang dilihat dalam past life regression itu benar-benar kehidupan yang lampau? ... kalau ya, apakah orang yg bisa melakukan itu berarti sudah mencapai jhana ke-4 dan memiliki abhinna, sesuai Sutta? ...

Bagaimana pun juga, kalau "semudah" itu orang bisa melihat kehidupan lampau dengan "hanya" latihan past life regression, yang belakangan ini laku dijual, tentu tidak benar Sutta-Sutta yang menyatakan bahwa salah satu abhinna--yang hanya bisa diperoleh sesudah tercapai jhana ke-4--adalah kemampuan melihat kehidupan lampau. Itu namanya redundancy (berlebihan & tidak perlu). ...

Pubbenivasanussati-ñana adalah melihat kehidupan lampau sendiri, bukan kehidupan lampau orang lain.


Quote
Masalahnya bukan memintasinya(ttg upatthana) tetapi itu hanya kesimpulan sementara(yg biasanya saya konfirmasikan kembali dengan Guru2 meditasi yg handal) yg merupakan proses pembelajaran bagi saya dalam praktek Dhamma. ;D Tentunya berjalannya dengan waktu ada guru2/kalyanimita yg dapat memberi tahu lebih rinci lagi sesuai dengan pengalamannya, seperti halnya kebuntuan meditasi yg pernah saya alami mulai terkuak dengan adanya tuntunan langsung dari Sayadaw U Aganna pada suatu kesempatan retreat. Jadi dalam hal ini saya tidak terpaku pada satu titik.

O ya, silakan saja. ... :)  Bagi saya sendiri, masalah kemampuan melihat kehidupan lampau bukanlah masalah yang krusial, karena menurut saya paticca-samuppada tidak mensyaratkan itu ... jadi saya tidak merasa perlu mendalaminya lebih dari yang dikatakan dalam Sutta.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 26 May 2008, 02:39:16 AM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Bagaimana dengan pernyataan Mahasi Sayadaw yg ini? ;D

"......Dalam satu pola tunggal" berarti : meskipun objek2 dicatat,saat mereka muncul dengan sendirinya, mereka banyak dan beragam, namun kekuatan konsentrasi dari pikiran tak terganggu yg terpaku pada pencatatan nyaris tetap pada tingkat yg sama...............tidak terkalahkan oleh oposisinya : ini berarti bahwa konsentrasi sesaat dalam alirannya yg tak terganggu tidak terkuasai oleh rintangan2 batin. Seolah -olah dalam penyerapan : ini berarti bahwa kekuatan dari konsentrasi sesaat adalah mirip dengan konsentrasi yg telah mencapai penyerapan batin penuh. Namun, kesamaan konsentrasi sesaat dengan konsentrasi serapan penuh yg sedemikian itu akan muncul(hanya) ketika latihan terpola dari pandangan cerah mencapai puncaknya.

Bagaimana dengan abinna yg dihasilkan dari vipasanna yaitu Asavakkhayanyana (sesuai tabel Brahma Vihara  http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1304.0.html).?

 _/\_

« Last Edit: 26 May 2008, 03:20:23 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote
Bagaimana dengan pernyataan Mahasi Sayadaw yg ini?

Mohon referensinya, saya ingin membaca selengkapnya. Terima kasih. :)


Asavakkhayanyana (lenyapnya asava) adalah sinonim dari pencapaian nibbana. Jelas itu bisa dicapai lewat vipassana; dan menurut teori bisa pula dicapai sebagai abhinna ke-6 lewat jhana ke-4. Kenapa? Itu kan OOT.

Yang kita bicarakan di sini adalah "Pubbenivasanussati-ñana" ... saya belum pernah baca, nyana itu bisa dicapai lewat vipassana murni. ... Anda punya sutta-nya?

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 26 May 2008, 03:40:33 PM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Yg pendapat Mahasi Sayadaw dari buku bahasa indonesia judulnya meditasi vipasanna terbitan ehipasiko dan karaniya halaman 107

kalau sutta sementara belum dapat, tapi saya coba cari2 pak Hud, terus terang saya minim pengetahuan sutta, itung2 belajar ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Oh ya Pak Hud kebetulan ada referensi lagi tentang vipasana jhana dari Sayadaw U Pandita murid Mahasi Sayadaw http://en.wikipedia.org/wiki/Vipassana_jhanas

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
menurut saya pribadi paticca-samupadda bukanlah proses 3 kehidupan...

contoh sederhana saja,
karena ada ini maka terjadilah itu: karena ada cahaya terjadilah terang :P
timbulnya cahaya = timbulnya terang
tidak ada cahaya = tidak terjadi terang
berakhirnya cahaya = berakhirnya terang

jelas sekali bahwa 'terang' tidak terjadi setelah cahaya ada. melainkan terjadi bersama. tidak ada jeda waktu diantaranya...

ini sedikit kutipan mungkin ada titik temu:
Quote
In the case of insight-meditation (vipassanà) we need not go
to the Abhi¤¤à-stage
and we have no Abhi¤¤à- the power of which
we could make use of. But, if we have the necessary samàdhi and
the knowledge to characterize the mental and corporeal
phenomena (nàma-råpa) both internally (in one’s self) and
externally (in the others), then we can trace the current or stream
of arising and dissolving nàma-råpa backwards to the past lives.
The method is described in Samyutta Nikàya (II, 71 Myanmar),
in Khajjaniya Sutta, and it is being practised satisfactorily in
Pa-auk Tawya Meditation Centres.

OOT: Pa-auk Tawya Meditation Centres ini tempat Pa-auk Sayadaw bukan?
« Last Edit: 26 May 2008, 04:28:37 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
aye tambahkan link mengenai hasil pencapaian Vipassana atau nama kerennya Vipassana Nyana, silahken diklik linknya. Semoga membantu

http://web.ukonline.co.uk/buddhism/vpsnana.htm
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
menurut saya pribadi paticca-samupadda bukanlah proses 3 kehidupan...

contoh sederhana saja,
karena ada ini maka terjadilah itu: karena ada cahaya terjadilah terang :P
timbulnya cahaya = timbulnya terang
tidak ada cahaya = tidak terjadi terang
berakhirnya cahaya = berakhirnya terang

jelas sekali bahwa 'terang' tidak terjadi setelah cahaya ada. melainkan terjadi bersama. tidak ada jeda waktu diantaranya...

ini sedikit kutipan mungkin ada titik temu:
Quote
In the case of insight-meditation (vipassanà) we need not go
to the Abhi¤¤à-stage
and we have no Abhi¤¤à- the power of which
we could make use of. But, if we have the necessary samàdhi and
the knowledge to characterize the mental and corporeal
phenomena (nàma-råpa) both internally (in one’s self) and
externally (in the others), then we can trace the current or stream
of arising and dissolving nàma-råpa backwards to the past lives.
The method is described in Samyutta Nikàya (II, 71 Myanmar),
in Khajjaniya Sutta, and it is being practised satisfactorily in
Pa-auk Tawya Meditation Centres.

terjadi bersamaan?? jadi cahaya ada berbarengan dengan terang?? bagimana dengan cahaya lampu UV?? ada cahaya tapi tidak terang??
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Terima kasih, Rekan Tesla, buat rujukan Khajjaniya-sutta.
Tampaknya memang begitu, sekalipun sutta itu tidak bertujuan membahas kehidupan lampau, tetapi di situ ada pernyataan bahwa mereka yang melihat kehidupan lampau bisa melakukannya melalui past life regression, tanpa harus lewat abhinna. ... Mungkin pada abhinna, hal itu terjadi langsung; sedang dalam sutta ini, harus ditelusuri dulu. ...

Tetapi masalahnya adsalah, apakah melihat kehidupan lampau itu perlu untuk melihat paticca-samuppada?


Quote
menurut saya pribadi paticca-samupadda bukanlah proses 3 kehidupan...

Menurut Anda begitu, dan saya setuju ... :)

Tetapi, apakah yang diajarkan turun-temurun di kalangan umat Buddha? ... Cobalah tanya pada guru agama Buddha di SMU, atau pada anak-anak SMU yang belajar paticca-samuppada.

Mereka diajari paticca-samuppada menurut tafsiran "3 kehidupan", seperti pernah saya buatkan skemanya di atas.

Kalau itu yang diajarkan, secara logis tentu untuk melihat 'avijja' dan 'sankhara' orang harus bisa melihat kehidupan lampau. ... Itu pula yang dikatakan oleh Pa-Auk Sayadaw dalam posting pertama dari thread ini.

Tetapi ada tafsiran lain dari paticca-samuppada, yakni tafsiran "akalika", yang dikemukakan oleh Ajahn Buddhadasa Mahathera dll. ... Menurut tafsiran itu, ke-12 nidana dari paticca-samuppada bisa dan harus dilihat pada saat kini, dari saat ke saat. ... Jadi kita harus bisa melihat misalnya, "lahir" (jati) dan "usia tua, mati" (jara-marana) terjadi pada saat kini, pada nama-rupa kita.

Saya lebih cocok dengan tafsiran "akalika" ini daripada dengan skema "3 kehidupan" dari tafsiran tradisional.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 26 May 2008, 04:56:04 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Oh ya Pak Hud kebetulan ada referensi lagi tentang vipasana jhana dari Sayadaw U Pandita murid Mahasi Sayadaw http://en.wikipedia.org/wiki/Vipassana_jhanas

Ya, vipassana-jhana ini diajarkan oleh Sayadaw U Pandita, murid Mahasi Sayadaw.
Dari apa yang saya baca, ternyata vipassana-jhana ini hanya uraian lain yang paralel dengan vipassana-nyana. Vipassana-jhana ke-4 itu identik dengan 'bhanga-nyana'.

Jadi vipassana-jhana bukan jhana yang dicapai pada samatha-bhavana.

Membicarakan jhana & vipassana ini sangat rumit. Bhante Gunaratana bicara tentang lokiya-jhana dan lokuttara-jhana (ketika orang mencapai magga-phala). ... Saya tidak hafal lagi. ... :)  Lagi pula, untuk apa terlalu banyak dipikirkan ... jangan-jangan malah tidak jadi bermeditasi.  ;D

Salam,
hudoyo


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Bener juga Pak Hud. kalo dipikirin meditasinya bisa2 OOT ;D
Thanks banyak untuk sharingnya _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Tambahan saja.

Dalam Susima Sutta (Samyutta Nikaya, Nidana-Vagga 12.70), dikisahkan tentang Susima yang bertanya tentang pencapaian akhir dari Sangha Buddha Gotama, apakah disertai dengan kemampuan2 supranormal seperti membaca pikiran, mata dewa dan pengetahuan masa lampau. Buddha Gotama kemudian menguraikan 4 kesunyataan mulia dan bertanya apakah 4 kesunyataan mulia itu ada hubungannya dengan kemampuan2 supranormal, dan dijawab "tidak" oleh Susima. Kemudian Buddha membenarkan jawaban itu.


Offline pendekar kuning

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 250
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
disini saya sangat tidak setuju dengan Ven Pa Auk Sayadaw.
Ngak perlu untuk melihat past live untuk mengenal paticha samupada.
kenapa? dalam meditasi vipasana di dalam nyana kedua (pacaya parigaha nyana) gambaran paticha samupada udah jelas disitu dengan jelas bisa melihat hubungan sebab akibat.
yang lain meditasi vipasana juga bisa jelas terlihat kalau sekarang adalah akibat yang sebelumnya ini bisa di realisasikan dalam daily activity( dalam hal hal yang sangat sederhana mis makan mandi atau berpakaian (paticha samupada memperlihatkan diri setiap saat)), duduk atau jalan.
ngapain cape cape melatih untuk melihat past live untuk sekedar mengerti paticha samupada

tujuan mengenal paticha samupada untuk apa?
untuk menimbulkan kebijaksanaan, menimbulkan hiri, menimbul kan otapa, kebahagiaan dalam sila dst dst

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
tujuan mengenal paticha samupada untuk apa?
untuk menimbulkan kebijaksanaan, menimbulkan hiri, menimbul kan otapa, kebahagiaan dalam sila dst dst
kalau menurut saya, mengenal paticha samupada utk mengenal "apa itu aku"...
misalnya:

...tanha > upadana > bhava > jati...

kalau ditelusuri balik, tesla ada karena sebelumnya tesla lahir
sebelumnya lagi karena ada proses menjadi tesla
sebelumnya lagi karena ada kemelekatan :)
jadi apa itu tesla? ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Akur Bro Tesla.... :jempol:

Yang saya tangkap dari belajar Abhidhamma (sori...pake kata alergi ini)... proses paticcasamuppada itu terjadi di dalam batin kita dan terus menerus. (cmiiw)

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
apa yang dimaksud dengan past, present dan future ?

apakah past itu harus past live (kehidupan yang lampau/kelahiran sebelum kehidupan ini) ? tidak bukan, 1 detik yang telah berlalu itu juga disebut dengan past.

Kehidupan kita ini kalau diibaratkan frame frame film, itu terdiri dari tak terhingga frame, ketika 1 detik berlalu maka sudah banyak frame yang sudah dilewati. Setiap waktu terjadi "kelahiran" dan "kematian", jadi paticca samupada itu bisa ditembus dengan vipasanna (pandangan terang) tentang "kelahiran" dan "kematian" pada saat sekarang ini, kelahiran pada 1 detik sebelumnya, kematian pada 1 detik setelah itu.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Akur Bro Tesla.... :jempol:

Yang saya tangkap dari belajar Abhidhamma (sori...pake kata alergi ini)... proses paticcasamuppada itu terjadi di dalam batin kita dan terus menerus. (cmiiw)

_/\_ :lotus:

dalam hal ini saya setuju dengan pendapat ci lily, bahwa proses paticcasamupada itu terjadi di dalam diri kita terus menerus setiap saat. (setiap saat terjadi "kelahiran" dan "kematian").
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Peaceful mind

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 0
  • metta
setuju
Peace for all, all for Peace

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Marilah kita renungkan proses itu....

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Marilah kita renungkan proses itu....

_/\_ :lotus:

Namaste

Semoga cici Lily segera tercerahkan, sehingga saya bisa banyak belajar dari cici.

Trims be happy

Andi
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline steve

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
Setiap guru mengajarkan sesuai dengan pengalaman mereka. jika kita masih berada pada dualisme, benar dan salah, berarti kita belum layak menilai kemampuan orang yang memiliki kemampuan diatas kita. Ingat! benar salah yang kita bahas sekarang adalah kebenaran relatif. jawaban seorang guru hanya untuk siswa yang dituju pada saat itu. jadi, jangan menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan satu atau dua kejadian. ada banyak keterbatasan pada kita.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Marilah kita renungkan proses itu....

_/\_ :lotus:

Namaste

Semoga cici Lily segera tercerahkan, sehingga saya bisa banyak belajar dari cici.

Trims be happy

Andi

Sadhu...sadhu...sadhu...

Bro Andi...Anumodana... _/\_
 
_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Oh ya Pak Hud kebetulan ada referensi lagi tentang vipasana jhana dari Sayadaw U Pandita murid Mahasi Sayadaw http://en.wikipedia.org/wiki/Vipassana_jhanas

Ya, vipassana-jhana ini diajarkan oleh Sayadaw U Pandita, murid Mahasi Sayadaw.
Dari apa yang saya baca, ternyata vipassana-jhana ini hanya uraian lain yang paralel dengan vipassana-nyana. Vipassana-jhana ke-4 itu identik dengan 'bhanga-nyana'.

Jadi vipassana-jhana bukan jhana yang dicapai pada samatha-bhavana.

Membicarakan jhana & vipassana ini sangat rumit. Bhante Gunaratana bicara tentang lokiya-jhana dan lokuttara-jhana (ketika orang mencapai magga-phala). ... Saya tidak hafal lagi. ... :)  Lagi pula, untuk apa terlalu banyak dipikirkan ... jangan-jangan malah tidak jadi bermeditasi.  ;D

Salam,
hudoyo




namaste  _/\_

daripada banyak dipikirkan lebih baik duduk hening, jalan hening, bobo hening  :)

semoga terheningkan  8)


sukhi hotu

andi

Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Setiap guru mengajarkan sesuai dengan pengalaman mereka. jika kita masih berada pada dualisme, benar dan salah, berarti kita belum layak menilai kemampuan orang yang memiliki kemampuan diatas kita. Ingat! benar salah yang kita bahas sekarang adalah kebenaran relatif. jawaban seorang guru hanya untuk siswa yang dituju pada saat itu. jadi, jangan menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan satu atau dua kejadian. ada banyak keterbatasan pada kita.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
bagi para ahli pilihan nya adalah sedikit sedangkan yang awam adalah tak berhingga

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo




masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo




masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

Uda capai nibbana om?
Tau proses mencapai nibbana?
Apa tanda dari bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung rugi?
Om ika masih pegang duit?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light

masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

no no no...
:no:  :no: :no: :no:  :no:  :no:  :no:  :no:

bukan begitu om........

orang yg bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung rugi mah..... orang gila juga bisa om....
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
:jempol:

Jadi siapa yang gila di sini?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo




masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

Uda capai nibbana om?
Tau proses mencapai nibbana?
Apa tanda dari bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung rugi?
Om ika masih pegang duit?

IMHO, itulah pentingnya utk mampu melakukan "pengembalian fungsi semua indria" tsb!!!

jika pada saat mata melihat "sesuatu" dan lantas "tergiur" atau "terheran" atau "bingung", anda sdh mencederai fungsi melihatnya indria mata !!!

akibatnya???, ...

anda bisa pikirkan sendiri dgn organ Otak anda, dan jgn pakai organ hidung!!!


ika.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo




masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

Uda capai nibbana om?
Tau proses mencapai nibbana?
Apa tanda dari bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung rugi?
Om ika masih pegang duit?

IMHO, itulah pentingnya utk mampu melakukan "pengembalian fungsi semua indria" tsb!!!

jika pada saat mata melihat "sesuatu" dan lantas "tergiur" atau "terheran" atau "bingung", anda sdh mencederai fungsi melihatnya indria mata !!!

akibatnya???, ...

anda bisa pikirkan sendiri dgn organ Otak anda, dan jgn pakai organ hidung!!!


ika.

Tidak menjawab pertanyaan . ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ika_polim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 323
  • Reputasi: -16
Yang berikut ini saya baca dalam buku Pak-Auk Sayadaw:

Quote
"The splendour, radiance, light, brilliance and brightness of wisdom that you have developed [dengan konsentrasi seperti diuraikan terdahulu/hh] enables you to go back along the line of successive mentality-materiality from the present to the moment of your rebirth in this life, to the moment of your death in your past life, and further back in the same way to as many lives as you can discern, and then also look into the future, to the time of your own Parinibbāna. ...

Without seeing past lives and future lives it is impossible for you to understand dependent origination as it really is: to know and see how past causes have given results in the present, and present causes will give results in the future, and how the cessation of the causes gives the cessation of the results. And without knowing and seeing dependent origination, it is impossible to know and see the Noble Truth of the Origin of Suffering as it really is. ...
"

Betulkah ini? Betulkah untuk bisa MELIHAT/MENEMBUS Paticcasamuppada--dan dengan demikian untuk mencapai nibbana--orang harus memiliki abhinna untuk melihat kehidupannya di masa lampau dan masa depan?
Adakah arahat yang tidak memiliki abhinna itu?

Lalu argumentasi itu dihubungkan dengan kutipan dari Visuddhimagga:

Quote
"It is explained in the Visuddhi Magga:

There is no one, even in a dream, who has got out of the fearful round of rebirths, which is ever destroying like a thunderbolt, unless he has severed with the knife of knowledge well whetted on the stone of sublime concentration, this Wheel of Becoming, which offers no footing owing to its great profundity, and is hard to get by owing to the maze of many methods.

And this has been said by the Blessed One:
'This dependent origination is profound, Ānanda, and profound it appears. And, Ānanda, it is through not understanding, through not penetrating it, that this generation has become a tangled skein, a knotted ball of thread, matted as the roots in a bed of reeds, and finds no way out of the round of rebirths, with its states of loss, unhappy destinations… perdition.' (Maha-nidana Sutta, DN 15)"

(Pa-Auk Sayadaw, "Knowing and Seeing", Revised Edition, halaman 30-31)

Sepertinya kutipan Visuddhimagga itu kok tidak nyambung dengan argumentasi di atasnya, ya. ...

Salam,
hudoyo




masa lalu ???

apakah masa lalu itu ada ???

IMHO, yang diperlukan utk realisasi Nibbana adalah "bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung-rugi".

itu saja, realistis, efektif dan praktis!!!

ika.

Uda capai nibbana om?
Tau proses mencapai nibbana?
Apa tanda dari bebas dari mentalitas bisnis/jual-beli/untung rugi?
Om ika masih pegang duit?

IMHO, itulah pentingnya utk mampu melakukan "pengembalian fungsi semua indria" tsb!!!

jika pada saat mata melihat "sesuatu" dan lantas "tergiur" atau "terheran" atau "bingung", anda sdh mencederai fungsi melihatnya indria mata !!!

akibatnya???, ...

anda bisa pikirkan sendiri dgn organ Otak anda, dan jgn pakai organ hidung!!!


ika.

Tidak menjawab pertanyaan . ^-^

jika ttg hal "Knowing & Seeing" dan tulisan saya dikatakan tidak menjwb pertanyaan,...

saya pikir anda seharusnya menemukan dulu "frekuensi relax dan nyaman" anda kembali baru meneruskan tanya jwb ini.

ika.