//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta  (Read 44462 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« on: 10 December 2009, 07:20:32 AM »
Apakah yg dimaksud moralitas seorang sotapanna? hayo kita kumpulkan rujukannya.
« Last Edit: 11 December 2009, 06:55:31 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #1 on: 10 December 2009, 08:50:54 AM »
Penjelasan tentang Sotapanna yang memiliki Sila yang sempurna dapat dilihat di Anguttara Nikaya 3.85:
“Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucap ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

Praktek yang sesuai dengan Dhamma lazimnya merujuk pada pelatihan lima kemoralan(Sila). Sedangkan moralitas Ariya yang tercakup dalam Jalan Ariya Berunsur Delapan terdiri dari 3 bagian yakni: Perbuatan/ Tindakan Benar, Perkataan/Ucapan Benar serta Penghidupan/ Mata pencaharian Benar.

Sekarang penjelasan tentang Perbuatan/ Tindakan Benar adalah sebagai berikut :
Ada orang yang tidak menghancurkan kehidupan, dengan kail dan senjata yang
disingkirkan, dia berhati-hati dan baik hati serta berdiam dalam kasih sayang terhadap semua makhluk. (Sila Pertama)
Dia tidak mengambil apa yang tidak diberikan kepadanya dan tidak didorong
oleh niat mencuri barang-barang milik orang lain, baik di desa maupun di hutan. (Sila Kedua)
Dia menghentikan perilaku seksual yang salah dan tidak melakukannya. Dia tidak melakukan hubungan seksual dengan mereka yang berada di bawah perlindungan ayah, ibu... tidak pula dengan mereka yang bertunangan dengan kalungan bunga di lehernya. (Sila Ketiga)

Kemudian penjelasan tentang Perkataan/ Ucapan Benar adalah sebagai berikut :
(Semua unsur–unsur di bawah ini merupakan Sila Keempat)
Ada orang yang telah menghentikan ucapan yang tidak benar dan tidak melakukannya. Ketika dia berada di antara komunitasnya atau di kelompok lain, atau di antara sanak saudara, rekan sekerja, di pengadilan negara, atau ketika dipanggil sebagai saksi dan diminta mengutarakan apa yang diketahuinya, maka bila tahu, dia akan berkata, “Saya tahu; dan bila tidak tahu, dia akan berkata, “Saya tidak tahu”; bila telah
melihat, dia akan berkata, “Saya telah melihat”; dan bila tidak melihat, dia akan berkata, “Saya tidak melihat”. Dia tidak mengucapkan kebohongan yang disengaja, baik demi dirinya sendiri, orang lain, maupun keuntungan materi.
Dia telah menghentikan ucapan yang memecah belah dan tidak melakukannya. Apa yang sudah didengarnya di sini tidak akan dilaporkannya di tempat lain untuk menimbulkan perselisihan di sana; dan apa yang telah didengarnya di sana tidak akan dilaporkannya di sini untuk menimbulkan perselisihan di sini. Dengan demikian dia mempersatukan mereka yang sedang bermusuhan dan mendukung mereka yang bersatu. Kerukunan membuatnya senang, dia bergembira dan bersukacita dalam kerukunan, dan dia mengucapkan kata-kata yang menyebabkan kerukunan.
Dia telah menghentikan ucapan yang kasar dan tidak melakukannya. Kata-katanya lembut, enak didengar, penuh kasih, menghangatkan hati, sopan, dapat diterima banyak orang, menyenangkan banyak orang.
Dia telah menghentikan percakapan yang tidak bermanfaat. Dia berbicara pada saat yang tepat, yang sebenarnya dan tentang hal-hal yang bermanfaat. Dia berbicara tentang Dhamma dan Vinaya dan berbicara dengan cara yang pantas disimak. Pembicaraannya bermanfaat, membantu, pantas dan penuh makna.

Sila yang terakhir (Sila kelima) adalah sebagai berikut :
Menghindari konsumsi arak/ganja/narkoba dan hal-hal lainnya yang mengakibatkan lemahnya kewaspadaan.
Dewasa ini, banyak orang yang meremehkan pelatihan Sila Kelima, terutama dalam hal minum arak, dengan mengatakan asalkan tidak mabuk, tidak menjadi masalah. Tetapi sejauh manakah anda menyadari kadar arak telah mempengaruhi kewaspadaan anda. Sering kita melihat, dari pelanggaran yang di anggap kecil ini, menimbulkan pelanggaran terhadap Sila–Sila yang lainnya.

Selanjutnya penjelasan tentang Penghidupan/ Mata Pencaharian Benar adalah sebagai berikut (Lihatlah Anguttara Nikaya 5.177) :
Menghindari perdagangan senjata
Menghindari perdagangan makhluk hidup
Menghindari perdagangan daging
Menghindari perdagangan benda-benda yang memabukkan
Serta menghindari perdagangan racun

Praktek yang sesuai dengan Dhamma selain pelatihan kemoralan di atas, dapat juga berupa tindakan–tindakan seperti dana, mengembangkan pikiran cinta kasih, tidak dengki, iri hati, cemburu dengan keberhasilan orang lain, tidak serakah, dsbnya.
Pentingnya menjalankan sila sungguh tidak dapat dianggap remeh. Bahkan Anguttara Nikaya 9.20 menyebutkan pahala daripada orang yang menjaga Sila adalah melebihi jenis pemberian (dana) manapun juga. Karena dengan menjaga Sila, kita sesungguhnya telah mempersembahkan dana terbesar bagi kesejahteraan makhluk hidup lain dan diri kita sendiri.
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #2 on: 10 December 2009, 09:21:08 AM »
bro, utk yg AN 3.85 ini ada sumbernya?
Quote
Penjelasan tentang Sotapanna yang memiliki Sila yang sempurna dapat dilihat di Anguttara Nikaya 3.85:
“Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucap ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

dari kutipan diatas diketahui bahwa mahir dalam sila tapi bukan "sempurna" tanpa cela.


Quote
Sedangkan moralitas Ariya yang tercakup dalam Jalan Ariya Berunsur Delapan terdiri dari 3 bagian yakni: Perbuatan/ Tindakan Benar, Perkataan/Ucapan Benar serta Penghidupan/ Mata pencaharian Benar.
kalau ini kita bisa lihat juga di magga-vibhanga sutta, CMIIW mapping diatas itu diambil dari berbagai sumber dan dirangkum sendiri. bener nda bro?

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta
...
"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.
...
There is no place like 127.0.0.1

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #3 on: 10 December 2009, 09:56:21 AM »
bro, utk yg AN 3.85 ini ada sumbernya?
Quote
Penjelasan tentang Sotapanna yang memiliki Sila yang sempurna dapat dilihat di Anguttara Nikaya 3.85:
“Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucap ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

dari kutipan diatas diketahui bahwa mahir dalam sila tapi bukan "sempurna" tanpa cela.


kalau saya lihat sih, secara lengkap disebutnya : SEPENUHNYA MAHIR di dalam moralitas......

Quote
seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #4 on: 10 December 2009, 10:07:00 AM »
yah sepenuhnya mahir, tapi masih melanggar gitu, jadi tidak bisa dikategorikan sempurna :) tanpa pelanggaran toh
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #5 on: 10 December 2009, 10:09:32 AM »
baca aja sotapattisamyutta

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #6 on: 10 December 2009, 10:18:07 AM »
jgn to the point dunk hehehe... hayo keluarkan...
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #7 on: 10 December 2009, 10:21:58 AM »
semuanya akan terjawab dalam sotapattisamyutta, gue mau posting, tapi maaf... license blm ada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #8 on: 10 December 2009, 10:24:41 AM »
:)) license dah dapet, cuma surat kontrak yg belon jadi.
There is no place like 127.0.0.1

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #9 on: 10 December 2009, 11:00:08 AM »
pake license juga yah? emang siapa yg buat sotapattisamyutta ??
...

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #10 on: 10 December 2009, 11:03:43 AM »
yah sepenuhnya mahir, tapi masih melanggar gitu, jadi tidak bisa dikategorikan sempurna :) tanpa pelanggaran toh

bro, utk yg AN 3.85 ini ada sumbernya?
Quote
Penjelasan tentang Sotapanna yang memiliki Sila yang sempurna dapat dilihat di Anguttara Nikaya 3.85:
“Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucap ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

dari kutipan diatas diketahui bahwa mahir dalam sila tapi bukan "sempurna" tanpa cela.


kalau saya lihat sih, secara lengkap disebutnya : SEPENUHNYA MAHIR di dalam moralitas......

Quote
seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan.


penjelasan sila tsb saya kutip dari artikel Pemasuk Arus di perpustakaan DC.
http://dhammacitta.org/perpustakaan/stream-entry-pemasuk-arus-sotapanna/
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #11 on: 10 December 2009, 11:09:37 AM »
pake license juga yah? emang siapa yg buat sotapattisamyutta ??
itu bagian dari Samyutta Nikaya yg akan di terbitkan DCPress :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #12 on: 10 December 2009, 11:20:05 AM »
kapan terbitnya :P
...

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #13 on: 10 December 2009, 11:22:19 AM »
bocoran dong.. 8)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #14 on: 10 December 2009, 11:37:32 AM »
2010
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #15 on: 10 December 2009, 12:14:34 PM »
"Para Bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari. Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan." [Silasampada Sutta - Suryapeyyala]


Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #16 on: 10 December 2009, 12:32:30 PM »
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #17 on: 10 December 2009, 01:31:17 PM »
Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

ia harus rela dibunuh demi menjaga kesempurnaan silanya, demi Pencerahan itu sndiri.
"... Pengorbanan hidupku sendiri (lebih) tidak penting ketimbang seonggok rumput. Bagiku pelanggaran sila lebih
penting ketimbang bumi terjungkir-balik."
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #18 on: 10 December 2009, 01:37:47 PM »
^
^

Kamu harus membunuh nyamuk, atau serahkan hartamu ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #19 on: 10 December 2009, 01:44:31 PM »
2010

ngejar target sebelum kiamat 2012  :))

Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #20 on: 10 December 2009, 02:11:03 PM »
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #21 on: 10 December 2009, 03:01:40 PM »
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”
dari yg saya baca, informasinya adalah:

moralitas stabil & mantap ---> 3 belenggu patah (aka Sotapanna)...

bukan kebalikannya Sotapanna ---> moralitas stabil & mantap.
:-?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #22 on: 10 December 2009, 03:25:10 PM »
kapan ya bisa capai sotapana,, ini aja melanggar sila sedikit aja rasanya batin nga enak bgtttt.

hehe

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #23 on: 11 December 2009, 12:19:47 PM »
Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

ia harus rela dibunuh demi menjaga kesempurnaan silanya, demi Pencerahan itu sndiri.
"... Pengorbanan hidupku sendiri (lebih) tidak penting ketimbang seonggok rumput. Bagiku pelanggaran sila lebih
penting ketimbang bumi terjungkir-balik."


Apa itu namanya bukan silabbataparamasa?

2010



Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh


Yap...dikatakan seorang sotapanna tidak akan mampu melakukan enam kamma berat (cha chabbiṭṭhānāni abhabbo katuṃ) termasuk membunuh ortu.. Kalau nyamuk bisa nggak ya? Selain itu, dikatakan pula seorang sotapanna juga bisa melakukan pelanggaran moralitas melalu jasmani, ucapan maupun pikiran namun ia tidak akan mampu menyembunyikannya (Kiñcapi so kammaṃ karoti pāpākaṃ, kāyena vācā uda cetasavā, abbhabbo so tassa paṭicchadaya).

Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #24 on: 11 December 2009, 12:53:52 PM »
kapan ya bisa capai sotapana,, ini aja melanggar sila sedikit aja rasanya batin nga enak bgtttt.

hehe

selamat!!!.... anda sudah merintis karir ke arah sotapanna... kalo aye masih soto panas  :))


2010



Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh


Yap...dikatakan seorang sotapanna tidak akan mampu melakukan enam kamma berat (cha chabbiṭṭhānāni abhabbo katuṃ) termasuk membunuh ortu.. Kalau nyamuk bisa nggak ya? Selain itu, dikatakan pula seorang sotapanna juga bisa melakukan pelanggaran moralitas melalu jasmani, ucapan maupun pikiran namun ia tidak akan mampu menyembunyikannya (Kiñcapi so kammaṃ karoti pāpākaṃ, kāyena vācā uda cetasavā, abbhabbo so tassa paṭicchadaya).

Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


itulah yg disebut "saat seseorang mencapai sotapanna, pintu alam apaya sudah tertutup untuk dirinya"  _/\_

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #25 on: 11 December 2009, 12:54:26 PM »
koq bisa sam? bknnya itu menjaga kesempurnaan silanya.. kan bukan melekat ama praktek sila. klo itu silabataparamasa brati bodhisatta yg melakukan parami dgn mendanakan anggota tubuh ato hidupnya jg silabataparamasa dunk.. mohon dijelasin..  ^:)^
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #26 on: 11 December 2009, 01:47:47 PM »
semalam waktu membaca Tipitaka Tematik, menemukan sabda Buddha mengenai 4 kualitas seorang pemasuk arus, yaitu:
- berlindung kepada Buddha (isi dari Buddhanussati)
- berlindung kepada Dhamma (isi dari Dhammanussati)
- berlindung kepada Sangha (isi dari Sanghanussati)
- memiliki kebajikan yang dipuji oleh para bijaksana
dapat ditemukan di Samyutta Nikaya 55:1 bait 342 dan juga Samyutta Nikaya 55:2 bait 343-344.
Barusan browse di Access to Insight ketemu SN 55:1 bait 342:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn55/sn55.001.than.html
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #27 on: 11 December 2009, 01:53:47 PM »
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Ini kaya seseorang yang hanya bisa bahasa Indonesia ditanya (1) ia harus bicara bahasa latin atau (2) ia harus rela dibunuh.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #28 on: 11 December 2009, 01:56:47 PM »
Ini sebenarnya sudah pernah ditampilkan di thread sebelah. tapi ditempel jg ah,

Quote from: Raja Sutta: The Emperor" (SN 55.1), translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu. Access to Insight, June 7, 2009.
...
He/she is endowed with virtues that are appealing to the noble ones: untorn, unbroken, unspotted, unsplattered, liberating, praised by the wise, untarnished, leading to concentration.
...

thanks bro udah mengingatkan kembali

nah ... apakah sila/virtues yg dimaksud diatas? apakah Sila dalam pengelompokan jalan mulia berunsur 8? apakah sila secara umum?

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta
...
"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.
...
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #29 on: 11 December 2009, 02:13:13 PM »
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


Entahlah jika kitab komentar menyatakan hal itu.

Saya pikir Sotapanna hanyalah tingkat kesucian di mana berbagai pandangan salah mulai ditanggalkan; dan justru berada dalam arus yang benar. Seperti yang kita ketahui, seorang yang sudah mencapai Sotapanna tidak lagi menggenggam pandangan akan adanya substansi aku, tidak lagi menggenggam pandangan bahwa ritual agama itu yang bisa memberi keselamatan, tidak menggenggam pandangan ragu akan Kebenaran. Karena 3 pandangan keliru ini sudah ditanggalkan, maka moralitasnya pun akan berkembang seiring bertambahnya kebijaksanaan.

Orang yang mencapai tingkat Sotapanna memiliki moralitas bagus, karena atas dasar kebijaksanaan; yang dihasilkan dari tidak menggenggam pandangan keliru. Karena itu, menurut saya seorang Sotapanna bukan tidak bisa membunuh seekor anak lalat sekalipun; namun ia memilih tidak mau membunuh. Seperti yang kita ketahui, seorang Sotapanna masih memiliki lobha dan dosa; masih memiliki keserakahan dan kebencian.

Berangkat dari pemahaman ini, saya berpendapat bahwa seorang Sotapanna sekalipun bisa dikacaukan pikirannya oleh masalah dunia. Jika masalah dunia sudah mengacaukan pikirannya, mungkin saja terbesit dalam pikirannya untuk mencelakai atau membunuh makhluk lain. Namun atas dasar pandangan benar -> kebijaksanaannya, maka ia mampu memilih untuk menjaga moralitas; tidak mencelakai atau membunuh makhluk hidup.

Saya pikir seorang yang sudah mencapai Sotapanna mungkin masih bisa melakukan pembunuhan, tetapi dengan sangat terpaksa. Tapi "pembunuhan" ini perlu kita definisikan agar jelas. Yaitu pembunuhan yang memang dilandasi keinginan untuk meniadakan kehidupan; dengan niat sebagai awal, mengambil tindakan, melakukan aksi, dan kematian makhluk lain sebagai akibatnya.

Saya pikir seorang Sotapanna masih bisa "membunuh" seekor semut; misalnya ketika ia mandi di kamar mandi dan ternyata ada semut di lantainya. Awalnya dia hanya mandi, dan ternyata air siraman itu membuat semut terhanyut. Meskipun dia melihat semut itu mulai hanyut bersama air, namun ia tidak menolong semut itu. Sekali lagi... ini hanya "misalnya".

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #30 on: 11 December 2009, 02:16:36 PM »
koq bisa sam? bknnya itu menjaga kesempurnaan silanya.. kan bukan melekat ama praktek sila. klo itu silabataparamasa brati bodhisatta yg melakukan parami dgn mendanakan anggota tubuh ato hidupnya jg silabataparamasa dunk.. mohon dijelasin..  ^:)^

Kalau memang tidak melekat (upādāna), memang tidak ada masalah. Dan seorang Sotapanna, pada kenyataannya, telah menghancurkan belenggu sīlabbataparamasa. Ia mempraktikkan sīla bukan karena kemelekatan namun karena ia mengetahui manfaat sīla. Karena pengetahuan inilah (diṭṭhisampanno), secara alami, tanpa adanya paksaan, sīlanya akan terjaga. Oleh karena itu, ia dikatakan sudah perfect dalam moralitas, dan kalaupun ia lengah dan melakukan kesalahan ia tidak akan mampu menyembunyikannya (abbhabbo so paṭichādāya). Jadi dalam hal ini, kemurniaan sīla seorang sotapanna terjaga bukan sekedar karena ia INGIN menjaga kemurnian sīlanya, namun lebih pada karena ia MENGETAHUI melalui pengalaman sendiri manfaat sīla yang murni. Kemelekatan terhadap sīla yang sering menjerumuskan seseorang telah dikatakn dalam Suttanipāta sebagai berikut:

"Sīluttamā saññamenāhu suddhiṃ, vataṃ samādāya upaṭṭhitāse;
Idheva sikkhema athassa suddhiṃ, bhavūpanītā kusalā vadānā".

"Sace cuto sīlavatato hoti, pavedhatī kamma virādhayitvā;
Pajappatī patthayatī ca suddhiṃ, satthāva hīno pavasaṃ gharamhā".

"Ia yang memegang praktik sīla sebagai akhir yang paling tinggi dan mengatakan kesucian muncul hanya dari pengendalian, mengambil tekad padanya, dan secara kuat mengikutinya, sementara tenggelam dalam dumadi, ,mengklaim dirinya sebagai ahli dan mengatakan, 'Biarlah kita melatih diri kita di sini dan mungkin akan ada kesucian".

"Jika ia jatuh dari praktik sīla dan tekad sucinya, ia bergetar karena ia gagal mempraktikkannya. Ia menginginkan dan merindukan kesucian di sini (praktik sīlanya) seperti seorang yang tinggal terpisah dari rumah dikarenakan tertinggal oleh caravan".

Di atas hanya pendapt pribadi.. Mungkin teman2 atau Saudari Yumi memiliki pendapat lain?

Mengenai seorang Bodhisatta, ia bukan seorang sotapanna. Sejauh tipitaka memandang, Bodhisatta adalah seorang puthujjana. Ia belum menghancurkan silabbataparamasa. Tentu masih ada kemungkinan bahwa ketika ia mempraktikkan sīla ia masih memiliki  kemelekatan terhadap silanya tersebut.

Be happy.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #31 on: 11 December 2009, 02:29:33 PM »
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


Entahlah jika kitab komentar menyatakan hal itu.

Saya pikir Sotapanna hanyalah tingkat kesucian di mana berbagai pandangan salah mulai ditanggalkan; dan justru berada dalam arus yang benar. Seperti yang kita ketahui, seorang yang sudah mencapai Sotapanna tidak lagi menggenggam pandangan akan adanya substansi aku, tidak lagi menggenggam pandangan bahwa ritual agama itu yang bisa memberi keselamatan, tidak menggenggam pandangan ragu akan Kebenaran. Karena 3 pandangan keliru ini sudah ditanggalkan, maka moralitasnya pun akan berkembang seiring bertambahnya kebijaksanaan.

Orang yang mencapai tingkat Sotapanna memiliki moralitas bagus, karena atas dasar kebijaksanaan; yang dihasilkan dari tidak menggenggam pandangan keliru. Karena itu, menurut saya seorang Sotapanna bukan tidak bisa membunuh seekor anak lalat sekalipun; namun ia memilih tidak mau membunuh. Seperti yang kita ketahui, seorang Sotapanna masih memiliki lobha dan dosa; masih memiliki keserakahan dan kebencian.

Berangkat dari pemahaman ini, saya berpendapat bahwa seorang Sotapanna sekalipun bisa dikacaukan pikirannya oleh masalah dunia. Jika masalah dunia sudah mengacaukan pikirannya, mungkin saja terbesit dalam pikirannya untuk mencelakai atau membunuh makhluk lain. Namun atas dasar pandangan benar -> kebijaksanaannya, maka ia mampu memilih untuk menjaga moralitas; tidak mencelakai atau membunuh makhluk hidup.

Saya pikir seorang yang sudah mencapai Sotapanna mungkin masih bisa melakukan pembunuhan, tetapi dengan sangat terpaksa. Tapi "pembunuhan" ini perlu kita definisikan agar jelas. Yaitu pembunuhan yang memang dilandasi keinginan untuk meniadakan kehidupan; dengan niat sebagai awal, mengambil tindakan, melakukan aksi, dan kematian makhluk lain sebagai akibatnya.

Saya pikir seorang Sotapanna masih bisa "membunuh" seekor semut; misalnya ketika ia mandi di kamar mandi dan ternyata ada semut di lantainya. Awalnya dia hanya mandi, dan ternyata air siraman itu membuat semut terhanyut. Meskipun dia melihat semut itu mulai hanyut bersama air, namun ia tidak menolong semut itu. Sekali lagi... ini hanya "misalnya".

Membaca komennya saudara Upasaka, entah mengapa, pikiran menjadi adem. :D

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #32 on: 11 December 2009, 02:36:10 PM »
Membaca komennya saudara Upasaka, entah mengapa, pikiran menjadi adem. :D

Sadhu sadhu sadhu...

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #33 on: 11 December 2009, 03:03:32 PM »
koq bisa sam? bknnya itu menjaga kesempurnaan silanya.. kan bukan melekat ama praktek sila. klo itu silabataparamasa brati bodhisatta yg melakukan parami dgn mendanakan anggota tubuh ato hidupnya jg silabataparamasa dunk.. mohon dijelasin..  ^:)^

Kalau memang tidak melekat (upādāna), memang tidak ada masalah. Dan seorang Sotapanna, pada kenyataannya, telah menghancurkan belenggu sīlabbataparamasa. Ia mempraktikkan sīla bukan karena kemelekatan namun karena ia mengetahui manfaat sīla. Karena pengetahuan inilah (diṭṭhisampanno), secara alami, tanpa adanya paksaan, sīlanya akan terjaga. Oleh karena itu, ia dikatakan sudah perfect dalam moralitas, dan kalaupun ia lengah dan melakukan kesalahan ia tidak akan mampu menyembunyikannya (abbhabbo so paṭichādāya). Jadi dalam hal ini, kemurniaan sīla seorang sotapanna terjaga bukan sekedar karena ia INGIN menjaga kemurnian sīlanya, namun lebih pada karena ia MENGETAHUI melalui pengalaman sendiri manfaat sīla yang murni. Kemelekatan terhadap sīla yang sering menjerumuskan seseorang telah dikatakn dalam Suttanipāta sebagai berikut:

"Sīluttamā saññamenāhu suddhiṃ, vataṃ samādāya upaṭṭhitāse;
Idheva sikkhema athassa suddhiṃ, bhavūpanītā kusalā vadānā".

"Sace cuto sīlavatato hoti, pavedhatī kamma virādhayitvā;
Pajappatī patthayatī ca suddhiṃ, satthāva hīno pavasaṃ gharamhā".

"Ia yang memegang praktik sīla sebagai akhir yang paling tinggi dan mengatakan kesucian muncul hanya dari pengendalian, mengambil tekad padanya, dan secara kuat mengikutinya, sementara tenggelam dalam dumadi, ,mengklaim dirinya sebagai ahli dan mengatakan, 'Biarlah kita melatih diri kita di sini dan mungkin akan ada kesucian".

"Jika ia jatuh dari praktik sīla dan tekad sucinya, ia bergetar karena ia gagal mempraktikkannya. Ia menginginkan dan merindukan kesucian di sini (praktik sīlanya) seperti seorang yang tinggal terpisah dari rumah dikarenakan tertinggal oleh caravan".

Di atas hanya pendapt pribadi.. Mungkin teman2 atau Saudari Yumi memiliki pendapat lain?

Mengenai seorang Bodhisatta, ia bukan seorang sotapanna. Sejauh tipitaka memandang, Bodhisatta adalah seorang puthujjana. Ia belum menghancurkan silabbataparamasa. Tentu masih ada kemungkinan bahwa ketika ia mempraktikkan sīla ia masih memiliki  kemelekatan terhadap silanya tersebut.

Be happy.


anumodana atas penjelasannya sam..  _/\_
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #34 on: 11 December 2009, 03:21:18 PM »
kalau membaca tulisan samanera artinya bisa lengah tapi tidak bisa ditutupi. nah kalau kasusnya demikian, bagaimana kalau pilihannya membunuh nyamuk atau demam berdarah? apakah yg akan dilakukan seorang sotapanna ?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #35 on: 11 December 2009, 03:25:36 PM »
kalo menurut sotapattisamyutta sih faktor2 sotapanna adalah: keyakinan yg tidak tergoyahkan pada BDS (baca: fanatik) dan moralitas yang disenangi oleh para mulia

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #36 on: 11 December 2009, 03:29:00 PM »
hmm.. masih ada pilihan lain kok
pake celana panjang? pake lontion? aku malah make celana pendek, di gigit, cuma tiup, ato di sentuh , ato pake tangan ngusirnya, selama ini ga kena demam berdarah, keknya banyak cara supaya tidak tergigit nyamuk, to walaupun tergigit, klo gak salah dgr gigitan ke 3 (di tempat yg sama) yg membawa virus... (itu pun klo dia carrier), jd selama gigitan pertama/ kedua, di usir, setelah pergi.. gigitan berikutnya..di hitung dari pertama lagi :P
...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #37 on: 11 December 2009, 03:30:24 PM »
kalo menurut sotapattisamyutta sih faktor2 sotapanna adalah: keyakinan yg tidak tergoyahkan pada BDS (baca: fanatik) dan moralitas yang disenangi oleh para mulia

Teman2 ada yang punya rujukan kriteria detil seorang yang sudah mencapai Sotapanna??
Soalnya bisa dijadikan referensi neh, sapa tau aja ada anggota DC yang udah Sotapanna >:D

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #38 on: 11 December 2009, 03:38:57 PM »
yah contohnya nyamuk masih bisa diakalin nih, mesti mikir kasus yg lebih extreme ;D


jadi dari pengumpulan data kita, sotapanna
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4.....

next?

nah back to moralitasnya, seperti apakah moralitas yg disenangi para mulia dan mengarahkan pada konsentrasi?
There is no place like 127.0.0.1

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #39 on: 11 December 2009, 03:58:52 PM »
Ini sebenarnya sudah pernah ditampilkan di thread sebelah. tapi ditempel jg ah,

Quote from: Raja Sutta: The Emperor" (SN 55.1), translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu. Access to Insight, June 7, 2009.
...
He/she is endowed with virtues that are appealing to the noble ones: untorn, unbroken, unspotted, unsplattered, liberating, praised by the wise, untarnished, leading to concentration.
...

thanks bro udah mengingatkan kembali

>> sama-sama

nah ... apakah sila/virtues yg dimaksud diatas? apakah Sila dalam pengelompokan jalan mulia berunsur 8? apakah sila secara umum?

>> interpretasi ketika membaca sutta ini, virtue/sila yang dimaksud adalah sila dalam pengelompokan jalan mulia berunsur 8 seperti dalam quote Magga-vibhanga Sutta di bawah ini dan yang juga ditulis oleh bro DNA pada awal tread ini.

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta
...
"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.
...
Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

ia harus rela dibunuh demi menjaga kesempurnaan silanya, demi Pencerahan itu sndiri.
"... Pengorbanan hidupku sendiri (lebih) tidak penting ketimbang seonggok rumput. Bagiku pelanggaran sila lebih
penting ketimbang bumi terjungkir-balik."


>> saya pribadi setuju dengan statement sis Yumi. tapi bila kita disudutkan pada sebuah situasi dimana kita bisa menghentikan langkah seorang penjahat yang dalam aksinya bisa mencelakakan sejumlah orang dalam waktu seketika, dan pilihan sikap (hanya ada membunuh atau dibunuh beserta sejumlah orang lainnya) hanya 1 detik, sikap apa yang akan kita ambil? diam membiarkan penjahat membunuh kita dan sejumlah orang, atau membunuh si penjahat itu? kalo membunuh kita melanggar sila, diam kita ngga melanggar sila, tapi mati beserta lainnya. kalo ada pilihan hanya melumpuhkan si penjahat tanpa membunuhnya, mudah bukan. bila demi kebaikan orang banyak tetapi mengorbankan sila-nya adalah jalan terbaik, kenapa tidak?
kalau membaca tulisan samanera artinya bisa lengah tapi tidak bisa ditutupi. nah kalau kasusnya demikian, bagaimana kalau pilihannya membunuh nyamuk atau demam berdarah? apakah yg akan dilakukan seorang sotapanna ?

>> mungkin seorang sotapanna akan memilih kena demam berdarah. kan masih bisa diobati pula toh hehe... paling masuk rs dan di-infus...
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #40 on: 11 December 2009, 05:22:32 PM »
jadi dari pengumpulan data kita, sotapanna
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4.....

next?

bro, bagaimana dengan sutta ini:
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn25/sn25.003.than.html

masih relevan?
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #41 on: 11 December 2009, 05:25:21 PM »
thanks. jadi kelupaan yg itu :)

jadi dari pengumpulan data kita, sotapanna
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.

next ?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #42 on: 11 December 2009, 05:29:55 PM »
Maksimal akan bertumimbal lahir 7 kali lagi, dan pada akhirnya pasti akan mencapai Pembebasan.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #43 on: 11 December 2009, 05:40:18 PM »
Gihi Sutta: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an05/an05.179.than.html

Disebutkan abstain from .... (isinya 5 sila)
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sotapanna -> Moralitas
« Reply #44 on: 11 December 2009, 06:55:00 PM »
 [at] upasaka: thanks
 [at] gachapin: kekna itu adalah latihannya utk abstain. dibagian belakangnya sama seperti sutta2x yg sudah diangkat seblumnya. masukan baru-> cara mencapai sotapanna


adi dari pengumpulan data kita, sotapanna adalah
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.
5. Terlahir max 7x lagi.

Cara merealisasikan
1. Menjalankan pancasila

note: judul diganti, kita perluas jadi all about sotapanna
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #45 on: 11 December 2009, 07:00:48 PM »
Quote
Association with people of integrity is a factor for stream-entry.
Listening to the true Dhamma is a factor for stream-entry.
Appropriate attention is a factor for stream-entry.
Practice in accordance with the Dhamma is a factor for stream-entry.
— SN 55.5

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma. Which six?

"He is not endowed with a (present) kamma obstruction, a defilement obstruction, or a result-of-(past)-kamma obstruction; he has conviction, has the desire (to listen), and is discerning.

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma."

— AN 6.86

tambahan lagi

adi dari pengumpulan data kita, sotapanna adalah
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.
5. Terlahir max 7x lagi.

Cara merealisasikan
1. Menjalankan pancasila
2. Berteman/berasosiasi dengan orang yang berintegritas
3. Mendengarkan Dhamma Sejati
4. Perhatian yg cocok/sesuai/tepat *yoniso manasikara?*
5. Berlatih sesuai Dhamma

6 requisite/syarat yang harus dipenuhi
1. tidak ada halangan dari kamma
2. tidak ada halangan kekotoran batin
3. tidak ada halangan dari kamma lampau
4. memiliki keyakinan/saddha(?)
5. Ingin mendengar
6. Memahami
« Last Edit: 11 December 2009, 07:07:42 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #46 on: 15 December 2009, 03:57:04 AM »
tambahan..
pernah baca di buku..
salah satu pertanda sotta panna..
sotta = telinga..
panna = kebijaksanaan..

kebijaksanaan berasal dari telinga

artinya, saat telinga ini mendengar hal-hal yang baik atau buruk.. bermanfaat atau tidak bermanfaat..
seorang sottapanna akan tetap mendengar.. namun setelah informasi masuk, maka dalam batinnya akan berproses sebagai filter.. mana yang baik dan mana yang buruk yang mendukung pencerahan..
begituuu para avuso ^^

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #47 on: 15 December 2009, 05:49:09 AM »
thanks bro, tapi kekna itu sudah masuk dalam point "Mendengarkan Dhamma Sejati"
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #48 on: 15 December 2009, 09:04:15 AM »
Tulisan yang benar itu "sottapanna" atau "sotapanna" ya?
Terus, pelafalannya yang benar itu "sotapan-na" atau "sotapan-nya" yah?

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #49 on: 15 December 2009, 12:24:57 PM »
sotāpanna

es o te aa pe a en en a
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #50 on: 15 December 2009, 12:27:51 PM »
sotāpanna

es o te aa pe a en en a

Kalau begitu, maka gabungan kata yang membentuk "panna" itu bukan "panna" dalam arti "kebijaksanaan", bukan?

Lalu referensi darimana yang menyimpulkan bahwa sotapanna adalah "sotta" (telinga) + "panna" (kebijaksanaan)... Apakah Bro Gachapin tahu?

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #51 on: 15 December 2009, 07:43:51 PM »
hmm..
wah.. bagus tuch di koreksi ^^

jadi artinya sotapanna itu apa?

mungkin saya tidak terlalu mengurusi artinya tapi maknanya ^^..

sota pada sotapanna itu sama dengan sota pada kemampuan telinga dewa bukan?

saya tambah belajar dech ^^

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #52 on: 15 December 2009, 07:50:26 PM »
ok.. saya mengaku salah..
sebagai gantinya.. saya akan klarifikasi..
hehe.. ketemu dech bukunya ^^

Sotapanna
kalo dipecah jadi

So-ta-pan-na

Sota = pendengar
Panna = telah sampai

jadi Sotapanna = seseorang yang telah mendengarnya...

keseluruhan artinya adalah
seseorang yang dapat/menerima untuk mendengar. arti lengkapnya sama dengan yang saya berikan di postingan sebelumnya ^^


hehe.. impas dech ^^

Mettacitena

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #53 on: 15 December 2009, 07:53:00 PM »
grp utk bro ario :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #54 on: 16 December 2009, 12:55:12 AM »
ok.. saya mengaku salah..
sebagai gantinya.. saya akan klarifikasi..
hehe.. ketemu dech bukunya ^^

Sotapanna
kalo dipecah jadi

So-ta-pan-na

Sota = pendengar
Panna = telah sampai

jadi Sotapanna = seseorang yang telah mendengarnya...

keseluruhan artinya adalah
seseorang yang dapat/menerima untuk mendengar. arti lengkapnya sama dengan yang saya berikan di postingan sebelumnya ^^


hehe.. impas dech ^^

Mettacitena

Sepertinya yang ini lebih tepat. ;D
Referensinya darimana Bro?
*mau belajar juga

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #55 on: 16 December 2009, 01:33:16 AM »
Kriteria tambahan(?):
- Mencapai pandangan benar dan terbebas melalui keyakinan setelah melihat dengan kebijaksanaan dan sebagian dari asava berhenti, yaitu ditthi-asava. Dgn demikian seorang sotapanna tdk akan terjebak dlm pandangan2 spekulatif lagi dan memahami hakikat "segala sesuatu yg timbul memiliki penyebabnya, demikian pula dengan lenyapnya."
- tidak ada kekikiran terutama terkait dana thdp BDS. (lupa pernah baca di mana)
ralat: utk poin ke-5(?) kalau tdk salah maksimal 7x kelahiran adl termasuk kehidupan ini, sehingga maksimal 6x kelahiran lagi.

Tambahan utk cara merealisasikan:
- menjalankan JMB8
- mengembangkan persepsi yg sesuai dengan 4KM

Tambahan utk syarat:
- yoniso manasikara
appamadena sampadetha

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #56 on: 16 December 2009, 02:28:18 AM »
ok.. saya mengaku salah..
sebagai gantinya.. saya akan klarifikasi..
hehe.. ketemu dech bukunya ^^

Sotapanna
kalo dipecah jadi

So-ta-pan-na

Sota = pendengar
Panna = telah sampai

jadi Sotapanna = seseorang yang telah mendengarnya...

keseluruhan artinya adalah
seseorang yang dapat/menerima untuk mendengar. arti lengkapnya sama dengan yang saya berikan di postingan sebelumnya ^^


hehe.. impas dech ^^

Mettacitena

Sepertinya yang ini lebih tepat. ;D
Referensinya darimana Bro?
*mau belajar juga


Sebagai perbandingan aja.

Kata sotāpanna pada dasarnya berasal dari dua kata, yakni sotaṃ dan āpanna. Sotam bisa diartikan sebagai stream / arus atau ear / telinga. Sementara itu, āpanna bisa diartikan sebagai 'has entered / has gone". Dari dua terjemahan kata sotaṃ, mengingat konteks yang ada, terjemahan 'arus' akan lebih cocok ketimbang telinga. Oleh karena itu, sotāpanna sering diterjemahkan sebagai 'stream enterer'. Bhikkhu Bodhi juga menerjemahkan demikian. Dalam bahasa Indonesia, sering dikenal sebagai 'Pemasuk arus'. Definisi kata sotāpanna juga telah dijelaskan dalam Kitab Komentar yang berbasis pada sutta sebagai berikut:

"Sotāpannoti sotaṃ āpanno. Sototi ca maggassetaṃ adhivacanaṃ. Sotāpannoti taṃsamaṅgipuggalassa. Yathāha ‘‘soto sototi hidaṃ, sāriputta, vuccati. Katamo nu kho, sāriputta, sototi? Ayameva hi, bhante, ariyo aṭṭhaṅgiko maggo. Seyyathidaṃ, sammādiṭṭhi…pe… sammāsamādhīti. Sotāpanno sotāpannoti hidaṃ, sāriputta, vuccati. Katamo nu kho, sāriputta, sotāpannoti? Yo hi, bhante, iminā aṭṭhaṅgikena maggena samannāgato, ayaṃ vuccati sotāpanno, yoyaṃ āyasmā evaṃnāmo evaṃgotto’’ti. Idha pana maggena phalassa nāmaṃ dinnaṃ, tasmā phalaṭṭho ‘‘sotāpanno’’ti veditabbo".

Bisa diterjemahkan sebagai berikut:

"Istilah sotāpanna adalah orang yang telah memasuki (āpanno) arus (sotaṃ). Kata 'sota' adalah nama lain dari Jalan (magga). Sotāpanna adalah seseorang yang memiliki (kwalitas) demikian (Jalan). Demikianlah, ini dikatakan dalam (sutta), 'Sāriputta, sota, sota, demikianlah dikatakan. Apa yang dimaksud dengan sota? Bhante, ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan, yakni pandangan benar....konsentrasi benar. Sāriputta, sotāpanna, sotāpanna, demikianlah dikatakan. Apa yang dimaksud dengan sotāpanna? Bhante, seseorang yang dibekali dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah ia yang disebut sebagai sotāpanna. Teman ini memilki nama dan suku demikian'. Di sini, sotāpanna juga harus dimengerti sebagai  buah (phala) karena melalui Jalan (magga) ia mendapatkan buah (phala)".

Di banyak Kitab komentar, sotāpanna juga secara sama didefiniskan sebagai seseorang yang telah memasuki arus Jalan Mulia (Sotāpannāti ariyamaggasotaṃ āpannā). Karena definisi inilah, tidak sedikit orang yang telah menerjemhkan kata sotāpanna sebagai 'stream winner /  pemenang arus'. Ia telah memenangkan Ariyamagga / Jalan Mulia (Jalan Mulia Berunsur Delapan) dan akhirnya melihat Dhammacakkhu untuk pertama kalinya.

Be happy.
« Last Edit: 16 December 2009, 02:31:38 AM by Peacemind »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #57 on: 16 December 2009, 05:33:39 AM »
 [at] jerry: sources please

 [at] peacemind: kl tidak salah itu adalah SN 55.5

Quote from: SN 55.5
"Sariputta, 'The stream, the stream': thus it is said. And what, Sariputta, is the stream?"

"This noble eightfold path, lord, is the stream: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration."

"Very good, Sariputta! Very good! This noble eightfold path — right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration — is the stream."

-----

Rekap

sotapanna adalah
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.
5. Terlahir max 7x lagi.
6. Orang yg memiliki semua faktor JMB8

Cara merealisasikan
1. Menjalankan pancasila
2. Berteman/berasosiasi dengan orang yang berintegritas
3. Mendengarkan Dhamma Sejati
4. Perhatian yg cocok/sesuai/tepat *yoniso manasikara?*
5. Berlatih sesuai Dhamma

6 requisite/syarat yang harus dipenuhi
1. tidak ada halangan dari kamma
2. tidak ada halangan kekotoran batin
3. tidak ada halangan dari kamma lampau
4. memiliki keyakinan/saddha(?)
5. Ingin mendengar
6. Memahami

-------

ok, karena ada point sotapanna ke 6 ini ada implikasi baru. Jika sotapanna memiliki semua faktor JMB8 sesuai yg dijelaskan dalam Magga Vibhanga Sutta, artinya seorang sotapanna memilki samma samadhi dimana itu adalah Jhana. Right?
There is no place like 127.0.0.1

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #58 on: 16 December 2009, 12:45:07 PM »

ok, karena ada point sotapanna ke 6 ini ada implikasi baru. Jika sotapanna memiliki semua faktor JMB8 sesuai yg dijelaskan dalam Magga Vibhanga Sutta, artinya seorang sotapanna memilki samma samadhi dimana itu adalah Jhana. Right?


bro, saya jadi ingat dengan buku Kebebasan Sempurna yang diterbitkan oleh DC Press. pada halaman 14 sekitar akhir alinea kedua, disebutkan: "Sangat menarik untuk kita perhatikan bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak secara khusus mempunyai konsentrasi yang sempurna (misalnya jhana bukanlah prasyarat)."
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #59 on: 16 December 2009, 01:54:14 PM »
justru itu yg hendak kita bicarakan bro. kalau menurut SN55.5 itu dikatakan sotapanna memiliki semua faktor jalan mulia berunsur 8. mari kita kuak lebih jauh.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #60 on: 16 December 2009, 04:06:03 PM »
kalo kita merujuk pada belenggu yang berhasil dipatahkan oleh seorang sotapanna, sepertinya tidak perlu jhana (merujuk pada penjelasan dalam buku yang sama, halaman yang sama pada alinea selanjutnya (alinea 3). apa mungkin yang dimaksud 'stream' dalam SN55.5 itu bukan pemasuk arus tetapi sakadagami ke atas yang notabene sudah berada pada arus itu sendiri?
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #61 on: 17 December 2009, 10:57:21 AM »
apa mungkin yang dimaksud 'stream' dalam SN55.5 itu bukan pemasuk arus tetapi sakadagami ke atas yang notabene sudah berada pada arus itu sendiri?

hehe... mo ralat tulisan saya sendiri di atas. semalam baca tipitaka tematik lagi seputar sotapanna. dalam terjemahan SN55.5 tersebut disebut pemasuk arus, jadi kesimpulan saya sendiri kata 'stream' itu diterjemahkan ke pemasuk arus. dalam sutta tersebut tidak disebut-sebut jhana. ketika saya membuka halaman mengenai yang kembali sekali, dalam Majjhima Nikaya 64 Mahamalunkya Sutta disinggung mengenai jhana mulai jhana 1 sampai jhana 4. maaf saya tidak bisa quote isinya saat ini (setelah browse sana sini tidak menemukan link ke sutta tersebut dan di kantor saya tidak bawa buku tipitaka tematik).
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #62 on: 17 December 2009, 11:05:59 AM »
Kalau menurut sutta atau commy pada upacara samadhi saja sudah bisa melakukan vipasanna berarti sotapanna tidak perlu jhana bisa dicapai.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #63 on: 18 December 2009, 08:29:14 AM »
 [at] ciputras: kalau dari SN 55.5 itu memang tidak disinggung Jhana sih, akan tetapi Samma Samadhi pada JMB8 itu adalah Jhana itu sendiri.

 [at] bond: pada sutta saya belum pernah ketemu definisi upacara samadhi, CMIIW. Kita akan coba telaah dari berbagai sutta, kalau ada rujukannya, tolong donk bro buat pembelajaran kita semua.
There is no place like 127.0.0.1

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #64 on: 18 December 2009, 09:54:03 AM »
 [at]  suhu

Sutta sih ngak ada. ;D Yang ada di commy dan abhidhamma .

http://www.greatwesternvehicle.org/accessconcentration.htm
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #65 on: 18 December 2009, 01:54:39 PM »
duh, dari greatwesternvehicle pulak :hammer:
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #66 on: 18 December 2009, 06:10:10 PM »
[at] jerry: sources please
Berbagai sumber.. Lupa om.. Muup. ^:)^ Tp ada yg ini nih. Sotapanna adalah mereka yg telah menggenapi 5 indriya (MN 70: kitagiri sutta)

appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #67 on: 18 December 2009, 08:29:25 PM »
Quote from: MN 70: Kitagiri Sutta
...
"And what is the individual who is a Dhamma-follower? There is the case where a certain individual does not remain touching with his body those peaceful liberations that transcend form, that are formless, nor — having seen with discernment — are his fermentations ended. But with a [sufficient] measure of reflection through discernment he has come to an agreement with the teachings proclaimed by the Tathagata. And he has these qualities: the faculty of conviction, the faculty of persistence, the faculty of mindfulness, the faculty of concentration, & the faculty of discernment. This is called an individual who is a Dhamma-follower.9 Regarding this monk, I say that he has a task to do with heedfulness. Why is that? [I think:] 'Perhaps this venerable one, when making use of suitable resting places, associating with admirable friends, balancing his [mental] faculties, will reach & remain in the supreme goal of the holy life for which clansmen rightly go forth from home into homelessness, knowing & realizing it for himself in the here & now.' Envisioning this fruit of heedfulness for this monk, I say that he has a task to do with heedfulness.
...
kalau menurut commy Dhamma-follower itu adalah sotapanna magga, senada dengan SN 25.3 - Viññana Sutta, jadi sebelum sotapanna phala. Nah disana dikatakan salah satu kualitasnya adalah konsentrasi, apakah itu jhana  :-?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #68 on: 18 December 2009, 09:09:03 PM »
Kayanya kalo konsentrasi sotapanna apakah sama dengan jhana, iMo, masih relatif. Beberapa sotapanna spt Ananda jelas sudah punya Jhana. Tapi tidak menutup kemungkinan ada yg mencapai tanpa via Jhana. Mis: Anathapindika.
Minimal, konsentrasi di sana yg dimaksud adl konsentrasi yg "cukup" utk indriya-kebijaksanaan dalam mengamati timbul-tenggelamnya fenomena. Konsentrasi yg "cukup" ini mungkin yg kadang di Sutta2 dirujuk dg konsentrasi yg timbul berawal dari kesenangan, lalu dr kesenangan timbul kegiuran, dr kegiuran timbul ketenangan, dari ketenangan kebahagiaan muncul, dan dr kebahagiaan maka konsentrasi timbul. Konsentrasi jenis ini belum sekuat Jhana yg bebas dr panca-nivarana tetapi sudah "cukup" sbg definisi konsentrasi pd samadhi-indriya di atas, konsentrasi yg cukup bagi timbulnya mata Dhamma. Dan btw tahapan yg dilaluinya juga hampir mirip dg Jhana.
« Last Edit: 18 December 2009, 09:21:46 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #69 on: 18 December 2009, 10:35:37 PM »
any ref?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #70 on: 18 December 2009, 11:05:40 PM »
Referensi ttg konsentrasi yg bukan Jhana tsb? Ada, tp saat ini tidak kondusif utk nyari. Ada yg bs membantu? :D
The whole I wrote itu sih interpretasi personal dr berbagai sumber.. :-[
appamadena sampadetha

Offline Ario_botax

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #71 on: 22 December 2009, 01:59:00 AM »
wah menarik ya..
referensi saya itu dari kutipan Dhamma yang diterbitkan oleh Buddha Metta Arama. Materinya itu disusun dari ceramah Bhante Luangpo Bhud Thaniyo.

hmm.. pada majalah yang saya tidak sengaja temukan itu terdapat pada halaman 2.
hehe..

waah menarik y..
saya sependapat dengan pencapaian sottapanna belum tentu memiliki jhana yang tinggi. hanya saja jhana (konsentrasi) yang cukup untuk mendukung sila makhluk tersebut.
karena dalam buku Bhikku Bodhi yang mengenai jalan mulia beruas 8. Dikatakan bahwa terdapat 1 jalan mulia tapi memiliki 8 ruas. sama seperti kumpulan batang yang diikat. jika salah satu dari ke 8 batang tersebut diangkat. Maka ke 7 batang lainnya juga ikut terangkat.

Dengan penafsiran seperti di atas, maka saya sependapat bahwa seorang atau semakhluk sottapanna minimal memiliki samadhi dalam hal ini konsentrasi yang mendukung syarat2 untuk tercapainya tingkat kesucian tersebut ^^


Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #72 on: 22 December 2009, 02:11:59 AM »
Mungkin resensi tentang sotapanna dari link ini lebih cocok menurut saya
http://www.patria.or.id/downloads/liberation.pdf

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #73 on: 22 December 2009, 06:05:58 AM »
 [at] carinex: itu juga sudah dilihat di pepustakaan dhammacitta di http://dhammacitta.org/perpustakaan/kebebasan-sempurna/, akan tetapi ada sutta lain yg menjelaskan bahwa semua faktor JMB8 ada apada pemasuk arus, silahkan baca dari awal.
« Last Edit: 22 December 2009, 06:10:02 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #74 on: 24 December 2009, 06:54:05 PM »
Quote
Quote
[at] ciputras: kalau dari SN 55.5 itu memang tidak disinggung Jhana sih, akan tetapi Samma Samadhi pada JMB8 itu adalah Jhana itu sendiri.

 [at] bond: pada sutta saya belum pernah ketemu definisi upacara samadhi, CMIIW. Kita akan coba telaah dari berbagai sutta, kalau ada rujukannya, tolong donk bro buat pembelajaran kita semua.

Bos mau nanya nih, menurut bos pencapaian Jhana melibatkan nimitta nggak?
Pertanyaan kedua bila konsentrasi kita hampir mencapai Jhana apakah itu termasuk samma-samadhi atau tidak?

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #75 on: 24 December 2009, 07:04:14 PM »
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


Entahlah jika kitab komentar menyatakan hal itu.

Saya pikir Sotapanna hanyalah tingkat kesucian di mana berbagai pandangan salah mulai ditanggalkan; dan justru berada dalam arus yang benar. Seperti yang kita ketahui, seorang yang sudah mencapai Sotapanna tidak lagi menggenggam pandangan akan adanya substansi aku, tidak lagi menggenggam pandangan bahwa ritual agama itu yang bisa memberi keselamatan, tidak menggenggam pandangan ragu akan Kebenaran. Karena 3 pandangan keliru ini sudah ditanggalkan, maka moralitasnya pun akan berkembang seiring bertambahnya kebijaksanaan.

Orang yang mencapai tingkat Sotapanna memiliki moralitas bagus, karena atas dasar kebijaksanaan; yang dihasilkan dari tidak menggenggam pandangan keliru. Karena itu, menurut saya seorang Sotapanna bukan tidak bisa membunuh seekor anak lalat sekalipun; namun ia memilih tidak mau membunuh. Seperti yang kita ketahui, seorang Sotapanna masih memiliki lobha dan dosa; masih memiliki keserakahan dan kebencian.

Berangkat dari pemahaman ini, saya berpendapat bahwa seorang Sotapanna sekalipun bisa dikacaukan pikirannya oleh masalah dunia. Jika masalah dunia sudah mengacaukan pikirannya, mungkin saja terbesit dalam pikirannya untuk mencelakai atau membunuh makhluk lain. Namun atas dasar pandangan benar -> kebijaksanaannya, maka ia mampu memilih untuk menjaga moralitas; tidak mencelakai atau membunuh makhluk hidup.

Saya pikir seorang yang sudah mencapai Sotapanna mungkin masih bisa melakukan pembunuhan, tetapi dengan sangat terpaksa. Tapi "pembunuhan" ini perlu kita definisikan agar jelas. Yaitu pembunuhan yang memang dilandasi keinginan untuk meniadakan kehidupan; dengan niat sebagai awal, mengambil tindakan, melakukan aksi, dan kematian makhluk lain sebagai akibatnya.

Saya pikir seorang Sotapanna masih bisa "membunuh" seekor semut; misalnya ketika ia mandi di kamar mandi dan ternyata ada semut di lantainya. Awalnya dia hanya mandi, dan ternyata air siraman itu membuat semut terhanyut. Meskipun dia melihat semut itu mulai hanyut bersama air, namun ia tidak menolong semut itu. Sekali lagi... ini hanya "misalnya".

Contoh yang jelas, bagaimana bila seorang Sotapanna kena cacingan? atau kena cacing filaria? atau seorang Sotapanna umat awam rambutnya menjadi sarang kutu apa yang harus dilakukan?

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #76 on: 24 December 2009, 07:10:49 PM »
Quote
Association with people of integrity is a factor for stream-entry.
Listening to the true Dhamma is a factor for stream-entry.
Appropriate attention is a factor for stream-entry.
Practice in accordance with the Dhamma is a factor for stream-entry.
— SN 55.5

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma. Which six?

"He is not endowed with a (present) kamma obstruction, a defilement obstruction, or a result-of-(past)-kamma obstruction; he has conviction, has the desire (to listen), and is discerning.

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma."

— AN 6.86

tambahan lagi

adi dari pengumpulan data kita, sotapanna adalah
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.
5. Terlahir max 7x lagi.

Cara merealisasikan
1. Menjalankan pancasila
2. Berteman/berasosiasi dengan orang yang berintegritas
3. Mendengarkan Dhamma Sejati
4. Perhatian yg cocok/sesuai/tepat *yoniso manasikara?*
5. Berlatih sesuai Dhamma

6 requisite/syarat yang harus dipenuhi
1. tidak ada halangan dari kamma
2. tidak ada halangan kekotoran batin
3. tidak ada halangan dari kamma lampau
4. memiliki keyakinan/saddha(?)
5. Ingin mendengar
6. Memahami


Bagaimana bila diganti dengan menyelami?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #77 on: 24 December 2009, 07:21:19 PM »
... minum obat cacing dan botakin rambut..., jelas bukan bertujuan untuk membunuh, tp bertujuan untuk menjaga kesehatan
...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #78 on: 24 December 2009, 07:47:32 PM »
Mungkin resensi tentang sotapanna dari link ini lebih cocok menurut saya
http://www.patria.or.id/downloads/liberation.pdf

Bhante Dhammavuddho dalam buku kebebasan sempurna, pentingnya Suta-Vinaya terdapat kontradiktif antara pernyataannya yang satu dengan yang lain.

Di satu sisi mengatakan bahwa hanya dengan mendengarkan Dhamma bisa menjadi pemenang arus, dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.

Logika sederhananya adalah, bagaimana seseorang mengetahui ada akhir dari dukkha (ariya sacca ke 3) bila ia sendiri belum pernah merasakan berhentinya dukkha/dukkha nirodha (belum mengalami Nibbana/mencapai Pencerahan)?

 _/\_
« Last Edit: 24 December 2009, 07:54:57 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #79 on: 24 December 2009, 07:49:26 PM »
... minum obat cacing dan botakin rambut..., jelas bukan bertujuan untuk membunuh, tp bertujuan untuk menjaga kesehatan

Saudara Ronald yang baik,
bila minum obat cacing, bukankah ada cetana untuk mengambil kehidupan mahluk lain?

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #80 on: 01 March 2010, 03:17:12 PM »
Quote
Quote
[at] ciputras: kalau dari SN 55.5 itu memang tidak disinggung Jhana sih, akan tetapi Samma Samadhi pada JMB8 itu adalah Jhana itu sendiri.

 [at] bond: pada sutta saya belum pernah ketemu definisi upacara samadhi, CMIIW. Kita akan coba telaah dari berbagai sutta, kalau ada rujukannya, tolong donk bro buat pembelajaran kita semua.

Bos mau nanya nih, menurut bos pencapaian Jhana melibatkan nimitta nggak?
Pertanyaan kedua bila konsentrasi kita hampir mencapai Jhana apakah itu termasuk samma-samadhi atau tidak?

 _/\_
ya ampun, terlupa thread ini

jhana pake nimitta? belum tentu.

hampir jhana apakah itu samma samadhi? samma-samadhi=jhana, hampir samma samadhi itu samma samadhi bukan?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #81 on: 01 March 2010, 03:30:41 PM »
Quote
Association with people of integrity is a factor for stream-entry.
Listening to the true Dhamma is a factor for stream-entry.
Appropriate attention is a factor for stream-entry.
Practice in accordance with the Dhamma is a factor for stream-entry.
— SN 55.5

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma. Which six?

"He is not endowed with a (present) kamma obstruction, a defilement obstruction, or a result-of-(past)-kamma obstruction; he has conviction, has the desire (to listen), and is discerning.

"Endowed with these six qualities, a person is capable of alighting on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities even while listening to the true Dhamma."

— AN 6.86

tambahan lagi

adi dari pengumpulan data kita, sotapanna adalah
1. mematahkan 3 belenggu rendah
2. keyakinan pada Tiratana yg tak tergoyahkan
3. Memiliki moralitas yg disenangi para mulia + mengarahkan pada konsentrasi
4. Dia tidak dapat melakukan perbuatan yang akan membuatnya terlahir di neraka, rahim binatang, atau di alam setan kelaparan.
5. Terlahir max 7x lagi.

Cara merealisasikan
1. Menjalankan pancasila
2. Berteman/berasosiasi dengan orang yang berintegritas
3. Mendengarkan Dhamma Sejati
4. Perhatian yg cocok/sesuai/tepat *yoniso manasikara?*
5. Berlatih sesuai Dhamma

6 requisite/syarat yang harus dipenuhi
1. tidak ada halangan dari kamma
2. tidak ada halangan kekotoran batin
3. tidak ada halangan dari kamma lampau
4. memiliki keyakinan/saddha(?)
5. Ingin mendengar
6. Memahami


Bagaimana bila diganti dengan menyelami?
nda pas mbah. menyelami kek kata kerja. ini kata sifat.
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #82 on: 01 March 2010, 04:27:08 PM »
Quote
Quote
[at] ciputras: kalau dari SN 55.5 itu memang tidak disinggung Jhana sih, akan tetapi Samma Samadhi pada JMB8 itu adalah Jhana itu sendiri.

 [at] bond: pada sutta saya belum pernah ketemu definisi upacara samadhi, CMIIW. Kita akan coba telaah dari berbagai sutta, kalau ada rujukannya, tolong donk bro buat pembelajaran kita semua.

Bos mau nanya nih, menurut bos pencapaian Jhana melibatkan nimitta nggak?
Pertanyaan kedua bila konsentrasi kita hampir mencapai Jhana apakah itu termasuk samma-samadhi atau tidak?

 _/\_
ya ampun, terlupa thread ini

jhana pake nimitta? belum tentu.

hampir jhana apakah itu samma samadhi? samma-samadhi=jhana, hampir samma samadhi itu samma samadhi bukan?

Waduh... jadi kelupaan lagi yah apa sih yang kita diskusikan?  :)
saudara Tuhan yang baik.. apakah pada Jhana terjadi absorpsi atau tidak?
 
Jadi gimana tuh? bila hampir Jhana juga termasuk samma-samadhi, maka Samma-samadhi tidak selalu harus Jhana kan? Atau apakah bro beranggapan bahwa mendekati Jhana belum termasuk Samma-samadhi?

Tolong berikan rujukan yang mengatakan  bahwa Samma-samadhi harus Jhana, diluar itu bukan Samma-samadhi.

 _/\_
« Last Edit: 01 March 2010, 04:29:40 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #83 on: 01 March 2010, 04:34:37 PM »
Waduh... jadi kelupaan lagi yah apa sih yang kita diskusikan?  :)
saudara Tuhan yang baik.. apakah pada Jhana terjadi absorpsi atau tidak?
 
Jadi gimana tuh? bila hampir Jhana juga termasuk samma-samadhi, maka Samma-samadhi tidak selalu harus Jhana kan? Atau apakah bro beranggapan bahwa mendekati Jhana belum termasuk Samma-samadhi?

Tolong berikan rujukan yang mengatakan  bahwa Samma-samadhi harus Jhana, diluar itu bukan Samma-samadhi.

 _/\_
emang nih, udah kelamaan :))

apakah jhana itu absorbsi atau tidak? pertanyaan aneh. absorbsi adalah terjemahan dari jhana.

memang sudah jelas koq dipostingan sebelumnya kalau baru mendekati artinya belum sampe :)

samma samadhi = jhana? sepertinya sudah bosan diberikan bro.

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta
...
"Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki & berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian. (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi, dia memasuki & berdiam didalam jhana kedua: kegirangan dan kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam. (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan, perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia memasuki & berdiam didalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang Mulia, 'Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus menerus.' (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki & berdiam didalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan & perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit. Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar."
...
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #84 on: 01 March 2010, 05:12:47 PM »
Quote
Tolong berikan rujukan yang mengatakan  bahwa Samma-samadhi harus Jhana, diluar itu bukan Samma-samadhi.
Mindfulness, bliss and beyond by Ajahn Brahm
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #85 on: 01 March 2010, 05:56:42 PM »
Waduh... jadi kelupaan lagi yah apa sih yang kita diskusikan?  :)
saudara Tuhan yang baik.. apakah pada Jhana terjadi absorpsi atau tidak?
 
Jadi gimana tuh? bila hampir Jhana juga termasuk samma-samadhi, maka Samma-samadhi tidak selalu harus Jhana kan? Atau apakah bro beranggapan bahwa mendekati Jhana belum termasuk Samma-samadhi?

Tolong berikan rujukan yang mengatakan  bahwa Samma-samadhi harus Jhana, diluar itu bukan Samma-samadhi.

 _/\_
emang nih, udah kelamaan :))

apakah jhana itu absorbsi atau tidak? pertanyaan aneh. absorbsi adalah terjemahan dari jhana.

memang sudah jelas koq dipostingan sebelumnya kalau baru mendekati artinya belum sampe :)

samma samadhi = jhana? sepertinya sudah bosan diberikan bro.

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta
...
"Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki & berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian. (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi, dia memasuki & berdiam didalam jhana kedua: kegirangan dan kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam. (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan, perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia memasuki & berdiam didalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang Mulia, 'Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus menerus.' (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki & berdiam didalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan & perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit. Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar."
...

Ya benar memang absorpsi adalah terjemahan dari Jhana, absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?

Bagaimana dengan rujukan di Tipitaka, dimanakah dikatakan bahwa hanya Jhana yang disebut Samma-samadhi? Saya ulangi pertanyaan ini karena kutipan Magga-vibhanga sutta tidak ada pernyataan harus atau hanya

Apakah bro pernah mendengar mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati dll (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #86 on: 01 March 2010, 06:05:34 PM »
Quote
Tolong berikan rujukan yang mengatakan  bahwa Samma-samadhi harus Jhana, diluar itu bukan Samma-samadhi.
Mindfulness, bliss and beyond by Ajahn Brahm

bro Gachapin yang baik, maksudnya rujukan Tipitaka . Ajahn Brahm berlatih satu sisi saja, yaitu metode pro Jhana. Setahu saya beliau belum pernah berlatih metode direct Vipassana. Jadi beliau hanya mengemukakan pendapat satu sisi. Sesuai dengan pengalaman beliau saja.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #87 on: 01 March 2010, 07:37:38 PM »
Ya benar memang absorpsi adalah terjemahan dari Jhana, absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?
sebenarnya aye tidak ingin mengulang lagi apa yg udah dibahas di thread sebelah yg membahas jhana.

tapi mungkin sudut pandang kita yg berbeda tentang jhana itu sendiri. yah jika bro berpendapat bahwa jhana itu seperti itu, silahkan saja :) hanya jgn paksa aye utk sependapat saja.


Bagaimana dengan rujukan di Tipitaka, dimanakah dikatakan bahwa hanya Jhana yang disebut Samma-samadhi? Saya ulangi pertanyaan ini karena kutipan Magga-vibhanga sutta tidak ada pernyataan harus atau hanya
Buat aye sih cukup jelas. Samma Samadhi itu adalah jhana. kalau ada yg lain, sang Buddha pasti tidak lupa menyebutkannya bukan?

Kalau bermain bahasa nanti bisa muncul pertanyaan seperti ini juga. Tolong sebutkan rujukan yg menyatakan bahwa Samma Samadhi bukan hanya jhana. nah loh..... :)

Apakah bro pernah mendengar mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati dll (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
]
Nah ini yang menarik. Kalau menurut Bro karena Jhana itu adalah terserap penuh dan "seperti patung" dimana ada bomb kencang tidak terasa dan hanya fixed pada objek diam/tetap itu saja. nah kalau soal merasakan tubuh atau tidak itu sudah dibahas di thread sebelah, jadi skip. tapi soal objek diam/tetap *misalnya cahaya* sehingga tidak bisa digunakan utk "pandangan cerah". maka itu bro berpendapat bahwa jhana tidak bisa digunakan. lalu mengganggap yg "hampir" jhana itu adalah samma samadhi *utk menggenapkan faktor samma samadhi*.

Tapi......

Dalam AN 8.63 Sankhitta Sutta, secara explisit menyatakan bahwa 4 frame of references itu digunakan sebagai bentuk latihan konsentrasi/jhana.

ini aye sertakan satu bagiannya

Quote from: AN 8.63: Sankhitta Sutta
...
"When this concentration is thus developed, thus well-developed by you, you should then train yourself thus: 'I will remain focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.' That's how you should train yourself. When you have developed this concentration in this way, you should develop this concentration with directed thought & evaluation, you should develop it with no directed thought & a modicum of evaluation, you should develop it with no directed thought & no evaluation, you should develop it accompanied by rapture... not accompanied by rapture... endowed with a sense of enjoyment; you should develop it endowed with equanimity.
...

Menarik bukan? tubuh sebagai object sampai jhana ke 4. Singkatnya yah kombinasi "metoda samatha" dan "metoda vipassana". *catet, itu pakai tanda kutip ;D*

Menurut bro yah CMIIW bahwa hal itu tidak bisakan?

Yah maka itu aye sudah bilang kalau memang pendapat kita beda :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #88 on: 01 March 2010, 07:53:27 PM »
Mungkin resensi tentang sotapanna dari link ini lebih cocok menurut saya
http://www.patria.or.id/downloads/liberation.pdf

Bhante Dhammavuddho dalam buku kebebasan sempurna, pentingnya Suta-Vinaya terdapat kontradiktif antara pernyataannya yang satu dengan yang lain.

Di satu sisi mengatakan bahwa hanya dengan mendengarkan Dhamma bisa menjadi pemenang arus, dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.

Logika sederhananya adalah, bagaimana seseorang mengetahui ada akhir dari dukkha (ariya sacca ke 3) bila ia sendiri belum pernah merasakan berhentinya dukkha/dukkha nirodha (belum mengalami Nibbana/mencapai Pencerahan)?

 _/\_

Di situ di katakan tidak memasuki arus karena memasuki arus yang di maksud adalah tidak memasuki arus anagami atau arahat, Jadi kesucian anagami dan arahat membutuhkan jhana, sedangkan sotapanna dan asakadagami tidak membutuhkan jhana.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #89 on: 01 March 2010, 09:41:13 PM »

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.
_/\_

Sang BUddha tampaknya memang telah merenungkan Empat Kesunyataan Mulia terlebih dahulu sebelum merealisasinya. Merenungkan dan merealisasi harus dibedakan. Ada beberapa sutta yang mengindikasikan bahwa Sang Buddha setidaknya telah sadar sepenuhnya tentang kemungkinan lenyapnya penderitaan sebelum beliau benar2 merealisasinya. Salah satu contoh sutta itu adalh Ariyapariyesanasutta dari Majjhimanikaya di mana Sang Buddha menceritakn kisahnya sewaktu belum mencapai sammāsambuddha. Beliau merenungkan bahwa sewaktu masih sebagai bodhisatta yang tidak lepas dari kelahiran, usia tua, sakit kematian dan kekotoran batin, beliau juga masih mencari hal2 yang merupakan obyek kelahiran, usia tua, dst. Selanjutnya, beliau merenungkan dan bertekad untuk mencari keadaan tanpa kematian, usiatua, sakit, kematian dan keadaan tanpa kekotoran batin. Beliau bertekad untuk mencari keadaan pelenyapan / nibbāna.  Meskipun perenungan ini bukan Empat Kesunyataan Mulia in the full-fledged, setidaknya masih berkaitan dengannya.

Juga dalam Nidānasamyutta, sewaktu masih Bodhisatta, sesaat sebelum beliau mencari penerangan sempurna, Sang BUddha juga menceritakn bahwa beliau merenungkn 12 mata rantai sebab musabab yang saling bergantungan secara berurutan dari kemunculan mereka dan pelenyapannya. Kita tahu bahwa dvadasaṇgapaṭiccasamuppāda ini sangat berkaitan erat dengan Empat Kesunyataan Mulia.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #90 on: 01 March 2010, 09:49:12 PM »
wow..good thread :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #91 on: 02 March 2010, 08:17:07 AM »
Quote
Ya benar memang absorpsi adalah terjemahan dari Jhana, absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?
sebenarnya aye tidak ingin mengulang lagi apa yg udah dibahas di thread sebelah yg membahas jhana.

tapi mungkin sudut pandang kita yg berbeda tentang jhana itu sendiri. yah jika bro berpendapat bahwa jhana itu seperti itu, silahkan saja :) hanya jgn paksa aye utk sependapat saja.

Wah sama sekali saya tidak bermaksud untuk memaksa bro, saya kan hanya bertanya, Jhana adalah absorpsi kita sependapat dalam hal ini, saya hanya menanyakan absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan? Bagaimana menurut bro?

Quote
Bagaimana dengan rujukan di Tipitaka, dimanakah dikatakan bahwa hanya Jhana yang disebut Samma-samadhi? Saya ulangi pertanyaan ini karena kutipan Magga-vibhanga sutta tidak ada pernyataan harus atau hanya
Buat aye sih cukup jelas. Samma Samadhi itu adalah jhana. kalau ada yg lain, sang Buddha pasti tidak lupa menyebutkannya bukan?

Kalau bermain bahasa nanti bisa muncul pertanyaan seperti ini juga. Tolong sebutkan rujukan yg menyatakan bahwa Samma Samadhi bukan hanya jhana. nah loh..... :)
Ini bukan permainan kata, karena di bagian yang lain dari sutta dikatakan bahwa bahwa dengan sila juga batin menjadi bersih, coba baca Muluposatha sutta berikut ini:
Quote
And how is the defiled mind cleansed through the proper technique? There is the case where the disciple of the noble ones recollects his own virtues... As he is recollecting virtue, his mind is cleansed, and joy arises; the defilements of his mind are abandoned. He is thus called a disciple of the noble ones undertaking the virtue-Uposatha. He lives with virtue. It is owing to virtue that his mind is calmed, that joy arises, and that whatever defilements there are in his mind are abandoned. This is how the mind is cleansed through the proper technique. (Muluposatha Sutta:AN 3.70)

Bukankah dalam sutta ini berarti seolah-olah ada jalan lain membersihkan batin selain  dari Satipatthana? Oleh karena itu kita harus melihat ajaran Sang Buddha tidak hanya dari Sutta tetapi juga dari Abhidhamma dan Vinaya juga sebagai satu kesatuan utuh.

Dalam sutta yang sama juga dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan melakukan perenungan terhadap Sila, ini menjawab pertanyaan bahwa pikiran terkonsentrasi tidak harus Jhana:
Quote
"Furthermore, there is the case where you recollect your own generosity: 'It is a gain, a great gain for me, that — among people overcome with the stain of possessiveness — I live at home, my awareness cleansed of the stain of possessiveness, freely generous, openhanded, delighting in being magnanimous, responsive to requests, delighting in the distribution of alms.' At any time when a disciple of the noble ones is recollecting generosity, his mind is not overcome with passion, not overcome with aversion, not overcome with delusion. His mind heads straight, based on generosity. And when the mind is headed straight, the disciple of the noble ones gains a sense of the goal, gains a sense of the Dhamma, gains joy connected with the Dhamma. In one who is joyful, rapture arises. In one who is rapturous, the body grows calm. One whose body is calmed experiences ease. In one at ease, the mind becomes concentrated.

Disini tidak dikatakan Jhana kan?

Quote
Apakah bro pernah mendengar mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati dll (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
]
Nah ini yang menarik. Kalau menurut Bro karena Jhana itu adalah terserap penuh dan "seperti patung" dimana ada bomb kencang tidak terasa dan hanya fixed pada objek diam/tetap itu saja. nah kalau soal merasakan tubuh atau tidak itu sudah dibahas di thread sebelah, jadi skip. tapi soal objek diam/tetap *misalnya cahaya* sehingga tidak bisa digunakan utk "pandangan cerah". maka itu bro berpendapat bahwa jhana tidak bisa digunakan. lalu mengganggap yg "hampir" jhana itu adalah samma samadhi *utk menggenapkan faktor samma samadhi*.

Tapi......

Dalam AN 8.63 Sankhitta Sutta, secara explisit menyatakan bahwa 4 frame of references itu digunakan sebagai bentuk latihan konsentrasi/jhana.

ini aye sertakan satu bagiannya

Quote from: AN 8.63: Sankhitta Sutta
...
"When this concentration is thus developed, thus well-developed by you, you should then train yourself thus: 'I will remain focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.' That's how you should train yourself. When you have developed this concentration in this way, you should develop this concentration with directed thought & evaluation, you should develop it with no directed thought & a modicum of evaluation, you should develop it with no directed thought & no evaluation, you should develop it accompanied by rapture... not accompanied by rapture... endowed with a sense of enjoyment; you should develop it endowed with equanimity.
...

Menarik bukan? tubuh sebagai object sampai jhana ke 4. Singkatnya yah kombinasi "metoda samatha" dan "metoda vipassana". *catet, itu pakai tanda kutip ;D*

Menurut bro yah CMIIW bahwa hal itu tidak bisakan?

Yah maka itu aye sudah bilang kalau memang pendapat kita beda :)

Coba perhatikan pertanyaan saya bro, yang saya tanyakan adalah mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?

 _/\_

« Last Edit: 02 March 2010, 08:26:50 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #92 on: 02 March 2010, 08:32:08 AM »
Mungkin resensi tentang sotapanna dari link ini lebih cocok menurut saya
http://www.patria.or.id/downloads/liberation.pdf

Bhante Dhammavuddho dalam buku kebebasan sempurna, pentingnya Suta-Vinaya terdapat kontradiktif antara pernyataannya yang satu dengan yang lain.

Di satu sisi mengatakan bahwa hanya dengan mendengarkan Dhamma bisa menjadi pemenang arus, dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.

Logika sederhananya adalah, bagaimana seseorang mengetahui ada akhir dari dukkha (ariya sacca ke 3) bila ia sendiri belum pernah merasakan berhentinya dukkha/dukkha nirodha (belum mengalami Nibbana/mencapai Pencerahan)?

 _/\_

Di situ di katakan tidak memasuki arus karena memasuki arus yang di maksud adalah tidak memasuki arus anagami atau arahat, Jadi kesucian anagami dan arahat membutuhkan jhana, sedangkan sotapanna dan asakadagami tidak membutuhkan jhana.

Apakah maksud sdr Carinex Sotapanna belum memasuki arus?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #93 on: 02 March 2010, 09:10:55 AM »
Quote
Coba perhatikan pertanyaan saya bro, yang saya tanyakan adalah mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
tetap disebut samma-samadhi, tetapi mungkin objek nya tidak dapat membawa pada jhana...

secara ringkas menurut saya, sang Buddha memberi objek-objek itu guna melawan rintangan batin untuk awal-awal....misalkan ketika dalam samadhi kita, kita selalu di penuhi nafsu indrawi....kalau pakai anapanasati saja semata, pasti sulit menurut saya apalagi tingkat kemampuan setiap orang berbeda...
maka dari itu bisa ganti ke Asubha sementara, ketika batin sudah terkendali baru kembali anapanasati...
memang nya dalam samma-samadhi dilarang ganti objek ya? ;D
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #94 on: 02 March 2010, 09:27:00 AM »

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.
_/\_

Sang BUddha tampaknya memang telah merenungkan Empat Kesunyataan Mulia terlebih dahulu sebelum merealisasinya. Merenungkan dan merealisasi harus dibedakan. Ada beberapa sutta yang mengindikasikan bahwa Sang Buddha setidaknya telah sadar sepenuhnya tentang kemungkinan lenyapnya penderitaan sebelum beliau benar2 merealisasinya. Salah satu contoh sutta itu adalh Ariyapariyesanasutta dari Majjhimanikaya di mana Sang Buddha menceritakn kisahnya sewaktu belum mencapai sammāsambuddha. Beliau merenungkan bahwa sewaktu masih sebagai bodhisatta yang tidak lepas dari kelahiran, usia tua, sakit kematian dan kekotoran batin, beliau juga masih mencari hal2 yang merupakan obyek kelahiran, usia tua, dst. Selanjutnya, beliau merenungkan dan bertekad untuk mencari keadaan tanpa kematian, usiatua, sakit, kematian dan keadaan tanpa kekotoran batin. Beliau bertekad untuk mencari keadaan pelenyapan / nibbāna.  Meskipun perenungan ini bukan Empat Kesunyataan Mulia in the full-fledged, setidaknya masih berkaitan dengannya.

Juga dalam Nidānasamyutta, sewaktu masih Bodhisatta, sesaat sebelum beliau mencari penerangan sempurna, Sang BUddha juga menceritakn bahwa beliau merenungkn 12 mata rantai sebab musabab yang saling bergantungan secara berurutan dari kemunculan mereka dan pelenyapannya. Kita tahu bahwa dvadasaṇgapaṭiccasamuppāda ini sangat berkaitan erat dengan Empat Kesunyataan Mulia.

Samanera yang saya hormati, Sang Buddha waktu masih menjadi Bodhisatta merenungkan dan mencari akhir dari kelahiran, tua , sakit dan mati, tetapi belum menemukan hal itu. (hanya menduga)

Bila Beliau sudah tahu Empat Kebenaran Ariya, mungkin Beliau tak perlu berjuang enam tahun di Uruvela. Sebelum Beliau mencapai pencerahan Beliau tidak mengetahui akhir dari dukkha, perhatikan kutipan sutta berikut:

Quote
1 "Monks, [likewise2] before I attained supreme Enlightenment, while I was still a Bodhisatta,3 the thought occurred to me: 'This world, alas, has fallen into sore distress. There is being born, growing old, dying, passing over and being reborn. But from all this suffering, from decay and death, no way of release is apparent. Surely there must be some way of release discoverable from this suffering, this decay-and-death.'(Mahaa Sakyamuni Gotamo Sutta: Gotama the Great Sage of the Sakya: SN 12.10)
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn12/sn12.010.wlsh.html#n-4
Jadi sampai tahap ini Beliau belum jelas mengenai akhir dari lahir, tua, mati.


Lalu kemudian Beliau mempraktekkan Satipatthana/Vipassana dijelaskan disini:
Quote
"Then, monks, this thought occurred to me 'What being present does decay-and-death come to be? What conditions decay-and-death?' Then, monks, as I considered this thoroughly,4 the insight and comprehension dawned on me: 'Birth being present, death-and-decay comes to be; decay-and-death is conditioned by birth.' Then the thought occurred to me: 'What being present does birth come to be? What conditions birth?... becoming... grasping... craving... feeling... contact... the six sense-bases... name-form... consciousness... (kamma-) formations?5...' Then, as I considered this thoroughly, the insight and comprehension dawned on me: 'Ignorance being present the formations come to be; the formations are conditioned by ignorance.' And so we have it like this: 'Conditioned by ignorance are the formations, conditioned by the formations is consciousness... So there comes about the arising of this entire mass of suffering.'

"'Arising, arising!' — At this thought, monks, there arose in me, concerning things unheard of before, vision,6 knowledge,7 understanding,8 light.
Perhatikan "as I considered this thoroughly, 4" angka 4 adalah keterangan dalam web tersebut bahwa yang dimaksud disini adalah yoniso manasikara, yang berarti memperhatikan dengan penuh perhatian. yang merupakan ciri Vipassana.

Kemudian muncullah vision,6 knowledge,7 understanding,8 light.ini adalah Nibbana, seperti yang terdapat dalam Dhammacakkappavattana sutta.

Pada tahap ini Sang Buddha sudah melihat sebab dari dukkha (Dukkha Samudaya Ariya Sacca)

lalu perhatikan bagian terakhir berikut:
Quote
"Then, monks, the thought occurred to me: 'By the absence of what does decay-and-death not come to be?' Then, monks, as I considered this thoroughly, the insight and comprehension dawned on me: 'In the absence of birth, decay-and-death does not come to be; from the ceasing of birth comes the ceasing of decay-and-death... becoming... grasping... craving... feeling... contact... the six sense-bases... name-form... consciousness... the formations... by the ceasing of ignorance comes the ceasing of the formations... So comes about the cessation of this entire mass of suffering.'

"'Cessation, cessation!' — At this thought, monks, there arose in me, concerning things unheard of before, vision, knowledge, understanding, light."

Sekarang setelah Beliau mengalami Nibbana, maka Beliau mengerti bahwa dengan berhentinya Avijja maka berhenti juga dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca).

pengertian seperti ini juga dialami oleh sotapanna.

 _/\_
« Last Edit: 02 March 2010, 09:32:07 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #95 on: 02 March 2010, 09:30:10 AM »
Quote
Coba perhatikan pertanyaan saya bro, yang saya tanyakan adalah mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
tetap disebut samma-samadhi, tetapi mungkin objek nya tidak dapat membawa pada jhana...

secara ringkas menurut saya, sang Buddha memberi objek-objek itu guna melawan rintangan batin untuk awal-awal....misalkan ketika dalam samadhi kita, kita selalu di penuhi nafsu indrawi....kalau pakai anapanasati saja semata, pasti sulit menurut saya apalagi tingkat kemampuan setiap orang berbeda...
maka dari itu bisa ganti ke Asubha sementara, ketika batin sudah terkendali baru kembali anapanasati...
memang nya dalam samma-samadhi dilarang ganti objek ya? ;D

Saya setuju dengan bro Marcedes  bahwa Samma-samadhi tidak selalu harus Jhana.
« Last Edit: 02 March 2010, 09:37:35 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline carinex

  • Teman
  • **
  • Posts: 71
  • Reputasi: 4
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #96 on: 02 March 2010, 01:38:30 PM »
Mungkin resensi tentang sotapanna dari link ini lebih cocok menurut saya
http://www.patria.or.id/downloads/liberation.pdf

Bhante Dhammavuddho dalam buku kebebasan sempurna, pentingnya Suta-Vinaya terdapat kontradiktif antara pernyataannya yang satu dengan yang lain.

Di satu sisi mengatakan bahwa hanya dengan mendengarkan Dhamma bisa menjadi pemenang arus, dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.

Logika sederhananya adalah, bagaimana seseorang mengetahui ada akhir dari dukkha (ariya sacca ke 3) bila ia sendiri belum pernah merasakan berhentinya dukkha/dukkha nirodha (belum mengalami Nibbana/mencapai Pencerahan)?

 _/\_

Di situ di katakan tidak memasuki arus, karena memasuki arus yang di maksud adalah tidak memasuki arus anagami atau arahat, Jadi kesucian anagami dan arahat membutuhkan jhana, sedangkan sotapanna dan sakadagami tidak membutuhkan jhana.

Apakah maksud sdr Carinex Sotapanna belum memasuki arus?

sotapanna sudah memasuki arus. Hanya saja karena belum ada jhana, jadi belum bisa masuk ke arus anagami atau arahat.

Quote
dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

arus yang Bhante maksudkan di situ adalah tidak mencapai anagami atau arahat karena belum mencapai jhana.

Tahu maksudnya?

Ketika mendengarkan kotbah dhamma ada yang mencapai sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat.
Mereka yang mendengarkan dhamma dari kata kata sang Buddha langsung, berhasil memasuki tingkat kesucian anagami dan arahat karena sudah mempunyai jhana, mungkin pada kehidupan lampaunya sudah memiliki jhana , seandainya kehidupan ini ga pernah meditasi(pendapat saya sendiri), sedangkan bagi mereka yang mendengarkan kata kata sang Buddha, kemudian menjadi sotapanna dan sakadagami dikarenakan belum memiliki jhana.

btw,
saya belum menemukan kata2 Bhante Dhammavuddho yang menyatakan

Quote
dibagian lain menyatakan kita mendengarkan Dhamma tak mencapai arus karena tak memiliki Jhana.

Bhante bilang bahwa "kita tidak berhasil mencapai pencerahan karena tidak memiliki jhana"(hal 8: Liberation), bukannya tidak berhasil memasuki arus karena mencapai jhana.
Itu tidak sama, sebab di bawah kalimat itu juga tertulis "pencerahan sempurna (tingkat kesucian arahat)". Itu pencerahan yang dia maksud.

Pencerahan ya berarti seperti Buddha, Arahat.
Sotapanna belum mencapai pencerahan, tapi sudah memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap Buddha. Sotapanna memang sudah memasuki arus, tapi belum mencapai pencerahan seperti Buddha.
« Last Edit: 02 March 2010, 01:57:19 PM by carinex »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #97 on: 03 March 2010, 07:24:19 AM »
Wah sama sekali saya tidak bermaksud untuk memaksa bro, saya kan hanya bertanya, Jhana adalah absorpsi kita sependapat dalam hal ini, saya hanya menanyakan absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan? Bagaimana menurut bro?
Baguslah jika tidak memaksa.
Seperti pada diskusi kita yg sebelumnya dimana bro bertanya saya menjawab, saya bertanya lalu bro tidak menjawab. nanti seperti interogasi, bukan diskusi. Utk diskusi yg baik,bro juga menjawab supaya terjadi diskusi 2 arah.

Utk definisi jhana sendiri sudah saya kemukakan di thread ini http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,157.0.html

Jhana adalah kondisi dimana konsentrasi mendalam pada objek. sebuah kata ini bisa ditafsirkan banyak, utk guidelinenya ada di link diatas.

Menurut bro sendiri apa itu jhana? apakah dipanggil tidak terasa? apakah sense tubuh hilang?


Ini bukan permainan kata, karena di bagian yang lain dari sutta dikatakan bahwa bahwa dengan sila juga batin menjadi bersih, coba baca Muluposatha sutta berikut ini:
Quote
And how is the defiled mind cleansed through the proper technique? There is the case where the disciple of the noble ones recollects his own virtues... As he is recollecting virtue, his mind is cleansed, and joy arises; the defilements of his mind are abandoned. He is thus called a disciple of the noble ones undertaking the virtue-Uposatha. He lives with virtue. It is owing to virtue that his mind is calmed, that joy arises, and that whatever defilements there are in his mind are abandoned. This is how the mind is cleansed through the proper technique. (Muluposatha Sutta:AN 3.70)

Bukankah dalam sutta ini berarti seolah-olah ada jalan lain membersihkan batin selain  dari Satipatthana? Oleh karena itu kita harus melihat ajaran Sang Buddha tidak hanya dari Sutta tetapi juga dari Abhidhamma dan Vinaya juga sebagai satu kesatuan utuh.

Nah ini aye tidak nyambung. Apa hubungannya mbah dengan membersihkan batin dengan jhana?
Lalu apa hubungannya sutta itu dengan "sutta-abhidhamma-vinaya"?

Dalam sutta yang sama juga dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan melakukan perenungan terhadap Sila, ini menjawab pertanyaan bahwa pikiran terkonsentrasi tidak harus Jhana:
Quote
"Furthermore, there is the case where you recollect your own generosity: 'It is a gain, a great gain for me, that — among people overcome with the stain of possessiveness — I live at home, my awareness cleansed of the stain of possessiveness, freely generous, openhanded, delighting in being magnanimous, responsive to requests, delighting in the distribution of alms.' At any time when a disciple of the noble ones is recollecting generosity, his mind is not overcome with passion, not overcome with aversion, not overcome with delusion. His mind heads straight, based on generosity. And when the mind is headed straight, the disciple of the noble ones gains a sense of the goal, gains a sense of the Dhamma, gains joy connected with the Dhamma. In one who is joyful, rapture arises. In one who is rapturous, the body grows calm. One whose body is calmed experiences ease. In one at ease, the mind becomes concentrated.

Disini tidak dikatakan Jhana kan?

mbah, beneran, potongan itu tidak ditemukan dalam muluppsatha sutta coba cari di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.070.than.html

kalau udah ada, nanti kita boangkar lebih jauh utk sutta tersebut :)

Quote
Apakah bro pernah mendengar mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati dll (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
]
Nah ini yang menarik. Kalau menurut Bro karena Jhana itu adalah terserap penuh dan "seperti patung" dimana ada bomb kencang tidak terasa dan hanya fixed pada objek diam/tetap itu saja. nah kalau soal merasakan tubuh atau tidak itu sudah dibahas di thread sebelah, jadi skip. tapi soal objek diam/tetap *misalnya cahaya* sehingga tidak bisa digunakan utk "pandangan cerah". maka itu bro berpendapat bahwa jhana tidak bisa digunakan. lalu mengganggap yg "hampir" jhana itu adalah samma samadhi *utk menggenapkan faktor samma samadhi*.

Tapi......

Dalam AN 8.63 Sankhitta Sutta, secara explisit menyatakan bahwa 4 frame of references itu digunakan sebagai bentuk latihan konsentrasi/jhana.

ini aye sertakan satu bagiannya

Quote from: AN 8.63: Sankhitta Sutta
...
"When this concentration is thus developed, thus well-developed by you, you should then train yourself thus: 'I will remain focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.' That's how you should train yourself. When you have developed this concentration in this way, you should develop this concentration with directed thought & evaluation, you should develop it with no directed thought & a modicum of evaluation, you should develop it with no directed thought & no evaluation, you should develop it accompanied by rapture... not accompanied by rapture... endowed with a sense of enjoyment; you should develop it endowed with equanimity.
...

Menarik bukan? tubuh sebagai object sampai jhana ke 4. Singkatnya yah kombinasi "metoda samatha" dan "metoda vipassana". *catet, itu pakai tanda kutip ;D*

Menurut bro yah CMIIW bahwa hal itu tidak bisakan?

Yah maka itu aye sudah bilang kalau memang pendapat kita beda :)

Coba perhatikan pertanyaan saya bro, yang saya tanyakan adalah mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?

 _/\_



wah sepertinya aye kurang explisit. maksud dari aye itu adalah jhana itu adalah kualitas konsentrasi. ketika kita melakukan perenungan seperti buddhanussati dst, jhana bisa muncul disana (note: tidak ada nimitta dkk)

maka itu aye dah bilang kalau dasar pandangan kita beda :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #98 on: 03 March 2010, 06:56:54 PM »

Saya tidak setuju pernyataan Bhikkhu Dhammavuddho mengenai empat kebenaran Ariya. Sang Buddha dikatakan mencapai Pencerahan setelah merenungkan Empat Kebenaran Ariya.
Menurut saya Sang Buddha mengetahui Empat Kebenaran Ariya setelah mencapai Pencerahan.
_/\_

Sang BUddha tampaknya memang telah merenungkan Empat Kesunyataan Mulia terlebih dahulu sebelum merealisasinya. Merenungkan dan merealisasi harus dibedakan. Ada beberapa sutta yang mengindikasikan bahwa Sang Buddha setidaknya telah sadar sepenuhnya tentang kemungkinan lenyapnya penderitaan sebelum beliau benar2 merealisasinya. Salah satu contoh sutta itu adalh Ariyapariyesanasutta dari Majjhimanikaya di mana Sang Buddha menceritakn kisahnya sewaktu belum mencapai sammāsambuddha. Beliau merenungkan bahwa sewaktu masih sebagai bodhisatta yang tidak lepas dari kelahiran, usia tua, sakit kematian dan kekotoran batin, beliau juga masih mencari hal2 yang merupakan obyek kelahiran, usia tua, dst. Selanjutnya, beliau merenungkan dan bertekad untuk mencari keadaan tanpa kematian, usiatua, sakit, kematian dan keadaan tanpa kekotoran batin. Beliau bertekad untuk mencari keadaan pelenyapan / nibbāna.  Meskipun perenungan ini bukan Empat Kesunyataan Mulia in the full-fledged, setidaknya masih berkaitan dengannya.

Juga dalam Nidānasamyutta, sewaktu masih Bodhisatta, sesaat sebelum beliau mencari penerangan sempurna, Sang BUddha juga menceritakn bahwa beliau merenungkn 12 mata rantai sebab musabab yang saling bergantungan secara berurutan dari kemunculan mereka dan pelenyapannya. Kita tahu bahwa dvadasaṇgapaṭiccasamuppāda ini sangat berkaitan erat dengan Empat Kesunyataan Mulia.

Samanera yang saya hormati, Sang Buddha waktu masih menjadi Bodhisatta merenungkan dan mencari akhir dari kelahiran, tua , sakit dan mati, tetapi belum menemukan hal itu. (hanya menduga)

Bila Beliau sudah tahu Empat Kebenaran Ariya, mungkin Beliau tak perlu berjuang enam tahun di Uruvela. Sebelum Beliau mencapai pencerahan Beliau tidak mengetahui akhir dari dukkha, perhatikan kutipan sutta berikut:

Quote
1 "Monks, [likewise2] before I attained supreme Enlightenment, while I was still a Bodhisatta,3 the thought occurred to me: 'This world, alas, has fallen into sore distress. There is being born, growing old, dying, passing over and being reborn. But from all this suffering, from decay and death, no way of release is apparent. Surely there must be some way of release discoverable from this suffering, this decay-and-death.'(Mahaa Sakyamuni Gotamo Sutta: Gotama the Great Sage of the Sakya: SN 12.10)
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn12/sn12.010.wlsh.html#n-4
Jadi sampai tahap ini Beliau belum jelas mengenai akhir dari lahir, tua, mati.


Lalu kemudian Beliau mempraktekkan Satipatthana/Vipassana dijelaskan disini:
Quote
"Then, monks, this thought occurred to me 'What being present does decay-and-death come to be? What conditions decay-and-death?' Then, monks, as I considered this thoroughly,4 the insight and comprehension dawned on me: 'Birth being present, death-and-decay comes to be; decay-and-death is conditioned by birth.' Then the thought occurred to me: 'What being present does birth come to be? What conditions birth?... becoming... grasping... craving... feeling... contact... the six sense-bases... name-form... consciousness... (kamma-) formations?5...' Then, as I considered this thoroughly, the insight and comprehension dawned on me: 'Ignorance being present the formations come to be; the formations are conditioned by ignorance.' And so we have it like this: 'Conditioned by ignorance are the formations, conditioned by the formations is consciousness... So there comes about the arising of this entire mass of suffering.'

"'Arising, arising!' — At this thought, monks, there arose in me, concerning things unheard of before, vision,6 knowledge,7 understanding,8 light.
Perhatikan "as I considered this thoroughly, 4" angka 4 adalah keterangan dalam web tersebut bahwa yang dimaksud disini adalah yoniso manasikara, yang berarti memperhatikan dengan penuh perhatian. yang merupakan ciri Vipassana.

Kemudian muncullah vision,6 knowledge,7 understanding,8 light.ini adalah Nibbana, seperti yang terdapat dalam Dhammacakkappavattana sutta.

Pada tahap ini Sang Buddha sudah melihat sebab dari dukkha (Dukkha Samudaya Ariya Sacca)

lalu perhatikan bagian terakhir berikut:
Quote
"Then, monks, the thought occurred to me: 'By the absence of what does decay-and-death not come to be?' Then, monks, as I considered this thoroughly, the insight and comprehension dawned on me: 'In the absence of birth, decay-and-death does not come to be; from the ceasing of birth comes the ceasing of decay-and-death... becoming... grasping... craving... feeling... contact... the six sense-bases... name-form... consciousness... the formations... by the ceasing of ignorance comes the ceasing of the formations... So comes about the cessation of this entire mass of suffering.'

"'Cessation, cessation!' — At this thought, monks, there arose in me, concerning things unheard of before, vision, knowledge, understanding, light."

Sekarang setelah Beliau mengalami Nibbana, maka Beliau mengerti bahwa dengan berhentinya Avijja maka berhenti juga dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca).

pengertian seperti ini juga dialami oleh sotapanna.

 _/\_

Yap, setuju sekali. Jadi intinya, memang sebelum mencapai penerangan sempurna, berhubungan dengan lenyapnya penderitaan / nibbāna sebagai Kebenaran Mulia ke-tiga, Sang Buddha hanya menggunakan inference knowledge (anumāna) atau pengetahuan menduga (yang tentu dilandasi investigasi yang dalam dan bijaksana) bahwa lenyapnya penderitaan is possible. 

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #99 on: 03 March 2010, 07:34:00 PM »
Quote
Wah sama sekali saya tidak bermaksud untuk memaksa bro, saya kan hanya bertanya, Jhana adalah absorpsi kita sependapat dalam hal ini, saya hanya menanyakan absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan? Bagaimana menurut bro?
Baguslah jika tidak memaksa.
Seperti pada diskusi kita yg sebelumnya dimana bro bertanya saya menjawab, saya bertanya lalu bro tidak menjawab. nanti seperti interogasi, bukan diskusi. Utk diskusi yg baik,bro juga menjawab supaya terjadi diskusi 2 arah.

Utk definisi jhana sendiri sudah saya kemukakan di thread ini http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,157.0.html

Jhana adalah kondisi dimana konsentrasi mendalam pada objek. sebuah kata ini bisa ditafsirkan banyak, utk guidelinenya ada di link diatas.

Menurut bro sendiri apa itu jhana? apakah dipanggil tidak terasa? apakah sense tubuh hilang?
Wah maaf bro, mungkin saya ada yang kelewatan yang tidak terjawab (rasanya saya berusaha menjawab setiap pertanyaan), bolehkah saya tahu pertanyaan yang mana ya? 

Link yang bro berikan nampaknya tidak menjawab pertanyaan saya, perkenankan saya ulangi pertanyaannya: "absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?".

Setelah ini terjawab saya akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan bro: apa itu jhana? apakah dipanggil tidak terasa? apakah sense tubuh hilang?

Quote
Ini bukan permainan kata, karena di bagian yang lain dari sutta dikatakan bahwa bahwa dengan sila juga batin menjadi bersih, coba baca Muluposatha sutta berikut ini:
Quote
And how is the defiled mind cleansed through the proper technique? There is the case where the disciple of the noble ones recollects his own virtues... As he is recollecting virtue, his mind is cleansed, and joy arises; the defilements of his mind are abandoned. He is thus called a disciple of the noble ones undertaking the virtue-Uposatha. He lives with virtue. It is owing to virtue that his mind is calmed, that joy arises, and that whatever defilements there are in his mind are abandoned. This is how the mind is cleansed through the proper technique. (Muluposatha Sutta:AN 3.70)

Bukankah dalam sutta ini berarti seolah-olah ada jalan lain membersihkan batin selain  dari Satipatthana? Oleh karena itu kita harus melihat ajaran Sang Buddha tidak hanya dari Sutta tetapi juga dari Abhidhamma dan Vinaya juga sebagai satu kesatuan utuh.

Nah ini aye tidak nyambung. Apa hubungannya mbah dengan membersihkan batin dengan jhana?
Lalu apa hubungannya sutta itu dengan "sutta-abhidhamma-vinaya"?

Tentu ada hubungannya, bro beranggapan bahwa kebersihan batin harus dicapai dengan Jhana, ternyata di Sutta ini dikatakan bahwa kebersihan batin bisa dicapai dengan sila.

Kaitannya dengan Abhidhamma? Karena di Abhidhamma dijelaskan lebih rinci mengenai cara membersihkan kekotoran batin, demikian juga dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan Jhana. lebih rinci dan jelas di Abhidhamma dibandingkan dengan Sutta. Oleh karena itu bila kita ingin tahu lebih menyeluruh sebaiknya mempelajari Abhidhamma dan Vinaya juga selain dari Sutta.
(hanya sharing)

Dalam sutta yang sama juga dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan melakukan perenungan terhadap Sila, ini menjawab pertanyaan bahwa pikiran terkonsentrasi tidak harus Jhana:
Quote
"Furthermore, there is the case where you recollect your own generosity: 'It is a gain, a great gain for me, that — among people overcome with the stain of possessiveness — I live at home, my awareness cleansed of the stain of possessiveness, freely generous, openhanded, delighting in being magnanimous, responsive to requests, delighting in the distribution of alms.' At any time when a disciple of the noble ones is recollecting generosity, his mind is not overcome with passion, not overcome with aversion, not overcome with delusion. His mind heads straight, based on generosity. And when the mind is headed straight, the disciple of the noble ones gains a sense of the goal, gains a sense of the Dhamma, gains joy connected with the Dhamma. In one who is joyful, rapture arises. In one who is rapturous, the body grows calm. One whose body is calmed experiences ease. In one at ease, the mind becomes concentrated.

Disini tidak dikatakan Jhana kan?


mbah, beneran, potongan itu tidak ditemukan dalam muluppsatha sutta coba cari di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.070.than.html

kalau udah ada, nanti kita boangkar lebih jauh utk sutta tersebut :)[/b]

Oh ya maaf link untuk sutta yang ini lupa saya cantumkan:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an11/an11.012.than.html#recall-virtue
Ini dari (Mahanama Sutta: To Mahanama (1): AN 11.12)
Perhatikan disini dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan bermeditasi terhadap kemurahan hati?

Quote
Quote
Apakah bro pernah mendengar mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati dll (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
]
Nah ini yang menarik. Kalau menurut Bro karena Jhana itu adalah terserap penuh dan "seperti patung" dimana ada bomb kencang tidak terasa dan hanya fixed pada objek diam/tetap itu saja. nah kalau soal merasakan tubuh atau tidak itu sudah dibahas di thread sebelah, jadi skip. tapi soal objek diam/tetap *misalnya cahaya* sehingga tidak bisa digunakan utk "pandangan cerah". maka itu bro berpendapat bahwa jhana tidak bisa digunakan. lalu mengganggap yg "hampir" jhana itu adalah samma samadhi *utk menggenapkan faktor samma samadhi*.

Tapi......

Dalam AN 8.63 Sankhitta Sutta, secara explisit menyatakan bahwa 4 frame of references itu digunakan sebagai bentuk latihan konsentrasi/jhana.

ini aye sertakan satu bagiannya

Quote from: AN 8.63: Sankhitta Sutta
...
"When this concentration is thus developed, thus well-developed by you, you should then train yourself thus: 'I will remain focused on the body in & of itself — ardent, alert, & mindful — putting aside greed & distress with reference to the world.' That's how you should train yourself. When you have developed this concentration in this way, you should develop this concentration with directed thought & evaluation, you should develop it with no directed thought & a modicum of evaluation, you should develop it with no directed thought & no evaluation, you should develop it accompanied by rapture... not accompanied by rapture... endowed with a sense of enjoyment; you should develop it endowed with equanimity.
...

Menarik bukan? tubuh sebagai object sampai jhana ke 4. Singkatnya yah kombinasi "metoda samatha" dan "metoda vipassana". *catet, itu pakai tanda kutip ;D*

Menurut bro yah CMIIW bahwa hal itu tidak bisakan?

Yah maka itu aye sudah bilang kalau memang pendapat kita beda :)

Coba perhatikan pertanyaan saya bro, yang saya tanyakan adalah mengenai meditasi 4 unsur? apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?

 _/\_



wah sepertinya aye kurang explisit. maksud dari aye itu adalah jhana itu adalah kualitas konsentrasi. ketika kita melakukan perenungan seperti buddhanussati dst, jhana bisa muncul disana (note: tidak ada nimitta dkk)

maka itu aye dah bilang kalau dasar pandangan kita beda :)

Rasanya pertanyaan saya belum dijawab bro:
"apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?

 _/\_
« Last Edit: 03 March 2010, 07:39:23 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #100 on: 04 March 2010, 09:50:12 AM »
Wah maaf bro, mungkin saya ada yang kelewatan yang tidak terjawab (rasanya saya berusaha menjawab setiap pertanyaan), bolehkah saya tahu pertanyaan yang mana ya? 

Sebenarnya pada diskusi sebelumnya setiap kali bertanya malahan diberikan pertanyaan lagi. Saya sendiri sudah lupa juga di thread yg mana. akan tetapi kita lupakan masa lalu dan fokus pada sekarang ini saja bukan?

Link yang bro berikan nampaknya tidak menjawab pertanyaan saya, perkenankan saya ulangi pertanyaannya: "absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?".

Ok, saya lengkapi yah. Tentu jhana itu konsentrasi pada objek yg menjadi perhatian. Kenapa disebut absorpsi? Karena yg menerjemahkan dahulu memilih kata absorption bukan aborsi ;D. mungkin karena kemiripan sifat dimana kita terserap. tapi mungkin kurang pas juga karena terserap/absorpbed itu si objek yg menyerap/menarik padahal perhatian kita yg kita konsentrasikan pada objek.




Setelah ini terjawab saya akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan bro: apa itu jhana? apakah dipanggil tidak terasa? apakah sense tubuh hilang?
Silahkeen :)

Bukankah dalam sutta ini berarti seolah-olah ada jalan lain membersihkan batin selain  dari Satipatthana? Oleh karena itu kita harus melihat ajaran Sang Buddha tidak hanya dari Sutta tetapi juga dari Abhidhamma dan Vinaya juga sebagai satu kesatuan utuh.
Hubungan dengan membersihkan batin itu apa yah bro apakah menjadi sotapanna *sesuai topik kita*? Saya sih tidak bilang kalau dengan melihat pancakhanda batin akan bersih, tetapi pandangannya yg akan benar.

Tentu kita menilai dari sudut sutta-abhidhamma-vinaya. seperti biasa, kita urutkan berdasarkan prioritas.

Quote
Nah ini aye tidak nyambung. Apa hubungannya mbah dengan membersihkan batin dengan jhana?
Lalu apa hubungannya sutta itu dengan "sutta-abhidhamma-vinaya"?

Tentu ada hubungannya, bro beranggapan bahwa kebersihan batin harus dicapai dengan Jhana, ternyata di Sutta ini dikatakan bahwa kebersihan batin bisa dicapai dengan sila.

Seingat saya, saya tidak pernah bilang kalau kita membersihkan batin kita dengan jhana? Apakah karena mbah mengira saya berpendapat bahwa dengan jhana *saja* bisa mencapai kesucian?

Kalau dalam sutta itu rangkumannya kira2x demikian kalau tidak salah. Kita tahu sifat A, lalu kita merenungkan sifat2x A. dengan merenungkan itu pikirannya menjadi bersih. lalu dengan meniru A kita melakukan uposatha.

Apakah membersihkan seperti ini yg dinamakan mencapai tingkat2x kesucian mbah?


Kaitannya dengan Abhidhamma? Karena di Abhidhamma dijelaskan lebih rinci mengenai cara membersihkan kekotoran batin, demikian juga dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan Jhana. lebih rinci dan jelas di Abhidhamma dibandingkan dengan Sutta. Oleh karena itu bila kita ingin tahu lebih menyeluruh sebaiknya mempelajari Abhidhamma dan Vinaya juga selain dari Sutta.
(hanya sharing)
Tentu sudah pernah saya pelajari mbah. and then again, priority take places. prioritas saya menempatkan sutta diatas abhidhamma.



Oh ya maaf link untuk sutta yang ini lupa saya cantumkan:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an11/an11.012.than.html#recall-virtue
Ini dari (Mahanama Sutta: To Mahanama (1): AN 11.12)
Perhatikan disini dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan bermeditasi terhadap kemurahan hati?
Menurut Bro kan pikiran terkonsentrasi itu tidak harus jhana dengan landasan sutta tersebut.

IMO kalau yang namanya konsentrasi itu adalah samadhi, kalau samadhi menurut buddhisme itu adalah jhana. dalam sutta tersebut juga jelas bagi aye kalau yg disinggung adalah jhana.
Quote from: AN 11.12
...
In one who is joyful, rapture arises. In one who is rapturous, the body grows calm. One whose body is calmed experiences ease. In one at ease, the mind becomes concentrated.
...

Yah kita masing2x mungkin menggunakan "pembenaran" kita masing2x :)




Rasanya pertanyaan saya belum dijawab bro:
"apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
Wah, maap aye kurang explisit lebih jauh. Kalau dipostingan sebelumnya kan aye ada bilang kalau dalam nussati itu bisa jhana. karena samma-samadhi itu jhana, maka...... ? yakkk benarrrr

Menurut bro bagaimana? apakah dalam nussati itu tidak bisa jhana? apakah bisa membaca pada kesucian?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #101 on: 04 March 2010, 10:08:32 PM »
Izinkan saya berkomentar...!!

Apakah Sotapanna sudah terlepas dari belenggu keinginan?atau masih bisa terjebak didalam belenggu keinginan? :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #102 on: 04 March 2010, 10:34:28 PM »
Izinkan saya berkomentar...!!

Apakah Sotapanna sudah terlepas dari belenggu keinginan?atau masih bisa terjebak didalam belenggu keinginan? :)

Anumodana _/\_
Belenggu keinginan itu maksudnya seperti apa bro?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #103 on: 05 March 2010, 01:17:00 PM »
Izinkan saya berkomentar...!!

Apakah Sotapanna sudah terlepas dari belenggu keinginan?atau masih bisa terjebak didalam belenggu keinginan? :)

Anumodana _/\_
Belenggu keinginan itu maksudnya seperti apa bro?

Contohnya belenggu keinginan untuk berbuat,berpikir dan berbicara...apakah tiada lagi nafsu keinginan bagi seorang pemasuk arus?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #104 on: 05 March 2010, 01:48:34 PM »
mungkin pemakaian kata belenggu nya yg rancu sama 10 belenggu (samyojana).

dalam sutta2x kita bisa lihat Sang Buddha sendiri masih ada keinginan berbuat, berpikir dan berbicara koq.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #105 on: 05 March 2010, 01:51:02 PM »
mungkin pemakaian kata belenggu nya yg rancu sama 10 belenggu (samyojana).

dalam sutta2x kita bisa lihat Sang Buddha sendiri masih ada keinginan berbuat, berpikir dan berbicara koq.

"keinginan" apakah yang dimaksudkan itu?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #106 on: 05 March 2010, 02:07:20 PM »
yah sederhana saja, misalnya ingin berpindapatta, ingin berkhotbah, ingin tidur dst
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #107 on: 05 March 2010, 02:15:02 PM »
yah sederhana saja, misalnya ingin berpindapatta, ingin berkhotbah, ingin tidur dst

bukankah itu bukan dimaksud "keinginan" tetapi "kebutuhan"? misalnya makan adalah kebutuhan untuk jasmani agar dapat bertahan?

kembali ke kasus Sotapanna dulu...saya bingung..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #108 on: 05 March 2010, 02:16:22 PM »
kalo balik ke sotapanna sih yg pasti semua masih ada. di sotapanna hanya "pandangan" nya saja yg benar.

kalau soal keinginan dan kebutuhan.... ini dibahas di topic lain aja yah
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #109 on: 05 March 2010, 02:28:55 PM »
kalo balik ke sotapanna sih yg pasti semua masih ada. di sotapanna hanya "pandangan" nya saja yg benar.

kalau soal keinginan dan kebutuhan.... ini dibahas di topic lain aja yah

OK...back to the topic..

Nah yang sotapanna bukan hanya dicapai oleh Bhikkhu saja bukan,umat awam juga bisa mencapainya,dan yang saya bingung antara mahir dan sempurna..
saya rasa sila seorang Sotapanna tidaklah sempurna...bagaimana pendapat yang lainnya?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #110 on: 05 March 2010, 05:39:40 PM »
kalau soal sila kekna dulu pernah dibahas. dari satu sudut ada yg mengatakan sempurna silanya. ada juga yg mengatakan silanya dipuji oleh para bijaksana yg mengarah pada konsentrasi. kalau tidak salah sih gitu.

imo sih tidak TOTALLY tidak melanggar pancasila. yah artinya masih bisa melanggar.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #111 on: 05 March 2010, 08:16:32 PM »
kalau soal sila kekna dulu pernah dibahas. dari satu sudut ada yg mengatakan sempurna silanya. ada juga yg mengatakan silanya dipuji oleh para bijaksana yg mengarah pada konsentrasi. kalau tidak salah sih gitu.

imo sih tidak TOTALLY tidak melanggar pancasila. yah artinya masih bisa melanggar.

sebelum ke arah itu,saya mau ajukan pertanyaan :

3 belenggu musnah = sotapanna
atau sotapanna = 3 belenggu musnah?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #112 on: 05 March 2010, 08:31:13 PM »
kekna sih 3 patah = sotapanna :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #113 on: 05 March 2010, 09:53:10 PM »
kekna sih 3 patah = sotapanna :)

Kalau sesuai dengan kata Buddha ya..dalam 4 kebenaran Mulia..yaitu "Mengenali[fenomena],memahami[tahu secara pasti],kemudian merealisasikannya.."

dan sekarang bahwa pencapaian sotapanna adalah masalah "kesadaran"[kira2 rekan2 setuju tidak ya?] bukan soal memantapkan sila dahulu baru bisa menjadi sotapanna..bukan soal berpandangan tidak salah dulu soal aku,yakin dulu dengan Tisarana,meninggalkan ritual2 dulu...bagi saya sotapanna dulu baru dipenuhi lah ke 3 faktor tersebut..kira2 bagaimana? :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #114 on: 05 March 2010, 09:59:11 PM »
mungkin ini model permainan kata. bisa dilihat dari dua sudut. sama seperti topik arahant dalhulu baru nibbana atau nibbana dahulu baru jadi arahant.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #115 on: 05 March 2010, 10:02:16 PM »
mungkin ini model permainan kata. bisa dilihat dari dua sudut. sama seperti topik arahant dalhulu baru nibbana atau nibbana dahulu baru jadi arahant.

permainan kata seperti apa? kira2 cara untuk menghancur ke 3 belenggu bagaimana ya?karena banyak kasus dimana umat awam yang tidak melaksanakan sila saja bisa mencapai tataran kesucian sotapanna dengan mendengar Dhamma dari Bhagava,kalau salah 1 contoh yang paling jelas si bungkuk[apa nama Palinya saya lupa yang berteman dengan Samawati],walau dia melakukan pencurian dengan membohongi Samawati,tapi setelah mendengarkan Dhamma Bhagava dia mencapai tataran kesucian,sejak mencapai tataran kesucian,sebagai sotapanna tentunya dia tidak bisa berbohong..Bagaimana kalau kasus itu? :)

Anumodana _/\_
« Last Edit: 05 March 2010, 10:24:50 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #116 on: 05 March 2010, 10:21:52 PM »
mungkin ini model permainan kata. bisa dilihat dari dua sudut. sama seperti topik arahant dalhulu baru nibbana atau nibbana dahulu baru jadi arahant.

permainan kata seperti apa? kira2 cara untuk menghancur ke 3 belenggu bagaimana ya?karena banyak kasus dimana umat awam yang tidak melaksanakan sila saja bisa mencapai tataran kesucian sotapanna dengan mendengar Dhamma dari Bhagava,kalau salah 1 contoh yang paling jelas si bungkuk[apa nama Palinya saya lupa yang berteman dengan Samawati],walau dimelakukan pencurian dengan membohongi Samawati,tapi setelah mendengarkan Dhamma Bhagava dia mencapai tataran kesucian,sejak mencapai tataran kesucian,sebagai sotapanna tentunya dia tidak bisa berbohong..Bagaimana kalau kasus itu? :)

Anumodana _/\_

kasus lain adalah Dewa Sakka yang sudah Sotapanna mencuri relik gigi taring Sang Buddha dari Brahmana Dona

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #117 on: 05 March 2010, 10:23:07 PM »
mungkin perlu kita isolir satu2x

1. tanpa melaksanakan sila bisa mencapai kesucian sotapanna
2. apakah sotapanna bisa berbohong?

cmiiw?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #118 on: 05 March 2010, 10:27:05 PM »
mungkin perlu kita isolir satu2x

1. tanpa melaksanakan sila bisa mencapai kesucian sotapanna
sekarang masalahnya bukan soal melaksanakan sila atau tidak melaksanakan sila,masalah utamanya adalah apakah dengan "sila" yang mantap dulu,baru seseorang bisa mencapai sotapanna?
bagi saya yang namanya Ariya itu pokok permasalahannya ada pada kesadaran..apakah orang yang menjalankan sila dengan penuh dan berhati2 bisa tiba2 mencapai kesucian sotapana?jika ada ,mohon rujukannya untuk dikaji dan dibahas disini secara tuntas..:)

Seperti judul Thread ini,"Kupas tuntas"



Quote
2. apakah sotapanna bisa berbohong?

cmiiw?
Yang ini saya kagak tahu deh.. :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #119 on: 06 March 2010, 12:10:53 PM »
koq sapi???
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta
« Reply #120 on: 15 March 2010, 09:37:02 PM »
Quote
Wah maaf bro, mungkin saya ada yang kelewatan yang tidak terjawab (rasanya saya berusaha menjawab setiap pertanyaan), bolehkah saya tahu pertanyaan yang mana ya? 

Sebenarnya pada diskusi sebelumnya setiap kali bertanya malahan diberikan pertanyaan lagi. Saya sendiri sudah lupa juga di thread yg mana. akan tetapi kita lupakan masa lalu dan fokus pada sekarang ini saja bukan?

 :)

Quote
Link yang bro berikan nampaknya tidak menjawab pertanyaan saya, perkenankan saya ulangi pertanyaannya: "absorpsi terhadap apa? apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?".

Ok, saya lengkapi yah. Tentu jhana itu konsentrasi pada objek yg menjadi perhatian. Kenapa disebut absorpsi? Karena yg menerjemahkan dahulu memilih kata absorption bukan aborsi ;D. mungkin karena kemiripan sifat dimana kita terserap. tapi mungkin kurang pas juga karena terserap/absorpbed itu si objek yg menyerap/menarik padahal perhatian kita yg kita konsentrasikan pada objek.

Setelah ini terjawab saya akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan bro: apa itu jhana? apakah dipanggil tidak terasa? apakah sense tubuh hilang?
Silahkeen :)

Bro Sumedho yang baik, Saya rasa pertanyaan saya belum terjawab bro... "absorpsi terhadap apa?"
Pertanyaan berikutnya: "apakah yang menyebabkan disebut absorpsi atau penyerapan?" jawaban bro : " tapi mungkin kurang pas juga karena terserap/absorpbed itu si objek yg menyerap/menarik padahal perhatian kita yg kita konsentrasikan pada objek." Apakah maksudnya objeknya menyerap kita? menyerap bagaimana? Saya agak bingung jawaban ini...

Quote
Bukankah dalam sutta ini berarti seolah-olah ada jalan lain membersihkan batin selain  dari Satipatthana? Oleh karena itu kita harus melihat ajaran Sang Buddha tidak hanya dari Sutta tetapi juga dari Abhidhamma dan Vinaya juga sebagai satu kesatuan utuh.
Hubungan dengan membersihkan batin itu apa yah bro apakah menjadi sotapanna *sesuai topik kita*? Saya sih tidak bilang kalau dengan melihat pancakhanda batin akan bersih, tetapi pandangannya yg akan benar.

Tentu kita menilai dari sudut sutta-abhidhamma-vinaya. seperti biasa, kita urutkan berdasarkan prioritas.

Benar disinilah akan timbul masalah kalau kita hanya berpatokan mati pada satu sutta saja. Yang bisa menyebabkan muncul penafsiran yang berbeda-beda karena dalam satu sutta kadang-kadang tidak diterangkan semuanya, karena Sang Buddha hanya membabarkan Dhamma sesuai kebutuhan.

Dalam beberapa Sutta diterangkan mengenai perhatian murni terhadap pancakhandha akan mencapai tingkat kesucian Sotapanna coba baca SN 25.2 Rupa Sutta; SN25.3 Vinnana Sutta; SN25.5 Vedana Sutta; SN25.6 Sanna Sutta; SN25.10 Kandha Sutta

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/index.html#sagatha

Jelas diterangkan bahwa pengamatan terhadap Pancakhandha akan membawa kita pada kesucian Sotapanna (pemasuk arus) Pancakhandha pada meditator Vipassana sering disingkat Nama-rupa.

Quote
Quote
Nah ini aye tidak nyambung. Apa hubungannya mbah dengan membersihkan batin dengan jhana?
Lalu apa hubungannya sutta itu dengan "sutta-abhidhamma-vinaya"?

Tentu ada hubungannya, bro beranggapan bahwa kebersihan batin harus dicapai dengan Jhana, ternyata di Sutta ini dikatakan bahwa kebersihan batin bisa dicapai dengan sila.

Seingat saya, saya tidak pernah bilang kalau kita membersihkan batin kita dengan jhana? Apakah karena mbah mengira saya berpendapat bahwa dengan jhana *saja* bisa mencapai kesucian?

Kalau dalam sutta itu rangkumannya kira2x demikian kalau tidak salah. Kita tahu sifat A, lalu kita merenungkan sifat2x A. dengan merenungkan itu pikirannya menjadi bersih. lalu dengan meniru A kita melakukan uposatha.

Apakah membersihkan seperti ini yg dinamakan mencapai tingkat2x kesucian mbah?

Itulah sebabnya saya selalu membantah bila ada yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai kalau kita memiliki Jhana.

Disinilah letak dilemmanya, bila seseorang berpatokan hanya pada Sutta tersebut, dia bisa berargumen: lihat di Sutta itu dikatakan dengan merenungkan sila juga bisa membersihkan batin, tak perlu Vipassana. Sulit juga membantah argumennya, karena di Sutta itu memang tertulis demikian kan?

Sebenarnya ada keterangan lain tetapi terdapat di Sutta yang lain yang saling melengkapi dengan khotbah Sang Buddha dalam Muluposatha Sutta tersebut. Umpamanya setelah tercapai konsentrasi kemudian perhatian diarahkan melihat ketiga karakteristik (tilakkhana) Nama-rupa.

Quote
Kaitannya dengan Abhidhamma? Karena di Abhidhamma dijelaskan lebih rinci mengenai cara membersihkan kekotoran batin, demikian juga dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan Jhana. lebih rinci dan jelas di Abhidhamma dibandingkan dengan Sutta. Oleh karena itu bila kita ingin tahu lebih menyeluruh sebaiknya mempelajari Abhidhamma dan Vinaya juga selain dari Sutta.
(hanya sharing)
Tentu sudah pernah saya pelajari mbah. and then again, priority take places. prioritas saya menempatkan sutta diatas abhidhamma.

Ya Saya setuju priority takes place, tetapi Abhidhamma juga banyak berasal dari Sutta, hanya lebih rinci, lebih sistematis dan lebih teknis sifatnya, tetapi bukan berarti bila ada di Abhidhamma dan tak ada di Sutta dianggap tak valid.

Kitab suci agama Buddha mazhab Theravada adalah Tipitaka, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka.

Quote
Oh ya maaf link untuk sutta yang ini lupa saya cantumkan:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an11/an11.012.than.html#recall-virtue
Ini dari (Mahanama Sutta: To Mahanama (1): AN 11.12)
Perhatikan disini dikatakan bahwa pikiran terkonsentrasi dengan bermeditasi terhadap kemurahan hati?
Menurut Bro kan pikiran terkonsentrasi itu tidak harus jhana dengan landasan sutta tersebut.
IMO kalau yang namanya konsentrasi itu adalah samadhi, kalau samadhi menurut buddhisme itu adalah jhana. dalam sutta tersebut juga jelas bagi aye kalau yg disinggung adalah jhana.
Quote from: AN 11.12
...
In one who is joyful, rapture arises. In one who is rapturous, the body grows calm. One whose body is calmed experiences ease. In one at ease, the mind becomes concentrated.
...
Yah kita masing2x mungkin menggunakan "pembenaran" kita masing2x :)

Jadi bro beranggapan meditasi dengan objek kemurahan hati (caganussati) bisa mencapai Jhana juga.

Quote

Rasanya pertanyaan saya belum dijawab bro:
"apakah meditasi terhadap 4 unsur (4 elements meditation) samma-samadhi atau bukan? apakah pernah mendengar mengenai Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, devatanussati, caganussati, silanussati (6 anussati/perenungan) Apakah meditasi-meditasi dengan objek-objek ini termasuk samma-samadhi atau bukan?
Wah, maap aye kurang explisit lebih jauh. Kalau dipostingan sebelumnya kan aye ada bilang kalau dalam nussati itu bisa jhana. karena samma-samadhi itu jhana, maka...... ? yakkk benarrrr

Menurut bro bagaimana? apakah dalam nussati itu tidak bisa jhana? apakah bisa membaca pada kesucian?
Sayang sekali menurut yang saya baca di Visuddhi Magga, beberapa objek meditasi tertentu tak akan membawa kita pada Jhana (absorption), hanya membawa kita pada Upacara Samadhi (access concentration).
objek-objek meditasi yang tak akan membawa kita pada Jhana diantaranya adalah enam Anussati dan empat unsur. Yang telah saya singgung diatas.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata