//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - ChandraOyuget

Pages: 1 2 [3] 4 5 6
31
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 19 April 2011, 12:49:54 PM »
perkataan dan tulisan orang semacam ini sangat tidak pantas untuk di dengar dan di lihat, sangat tidak sopan
bukan tidak pantas.... lebih tepatnya bagaimana kita menanggapinya.... karena perkataan itu netral...
jika yang menyebutnya dengan intonasi bercanda, pasti tidak terdengar tidak sopan....
lebih baik tidak marah walaupun tujuannya adalah menegur....  _/\_

32
Diskusi Umum / Re: Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 19 April 2011, 12:46:32 PM »
daripada orang munafik kayak loe yg dulu dah sumpah dan janji gk masuk DC lage, tapi rupannya masih aja kayak banci, suka komplen disini...
_/\_ kata-kata di atas awal mulanya berawal dari kebencian.....

33
namo buddhaya,

pertanyaan simpel dari saya, sudah kita ketahui bahwa banyak umat buddha tradisi keturunan tionghoa pasti 95% memiliki altar dewa bumi, dewa langit, dkk beserta juga altar leluhur. nah, yang jadi pertanyaan saya, andaikan seorang umat buddha tradisi tersebut telah mengerti dhamma dan tidak ingin lagi berurusan dengan altar2x tersebut, bagaimana seh cara yang tepat untuk membuang altar2x itu secara buddhisme?? berbagai macam pendapat pun muncul, seperti "harus buang ke laut", "udah langsung bongkar saja", "gak boleh dibongkar, harus tetap dipasang", "harus dengan upacara khusus... ini..itu...bla..bla..bla" dan lain-lain.

yah, saya kira kita perlu membahas tentang cara untuk menyingkirkan altar2x secara budhisme karena beberapa kasus/permasalahan:
1. Terkadang kita sudah menjadi umat Buddha yang mengerti Dhamma, mungkin saja timbul perasaan aneh jika ada altar2x tersebut di rumah. Saya sendiri contohnya : rasanya kurang nyaman aja dengan kehadiran altar2x yang sama sekali tidak saya ketahui asal usulnya. kalau altar buddha, it's different bro. kalau soal altar dewa bumi,dkk.. entah kenapa kok gak nyaman aja.. rasanya seperti ada penunggunya, apalagi yg udah bertahun2x. Entah benar atau gak. yang jelas lebih nyaman deh gak ada altar2x itu. ini pendapatku secara pribadi lho..

2. Atau ada umat yang tinggal di rumah sewaan, tetapi tetap memasang altar dewa bumi, dkk. well, memang gak salah seh.. tetapi jika umat tersebut pindah rumah suatu saat karena masa kontrakan/sewaan telah habis, sering sekali umat tersebut meninggalkan begitu saja altar dewa bumi, dewa langit, dkk di rumah tersebut. yang dibawa paling2x altar leluhur. Tentunya ini sangat mengganggu bagi pemilik rumah dan calon penyewa rumah baru, apalagi calon penyewa rumah atau pemilik rumah bukanlah buddhist/tionghoa. tentunya akan menimbulkan konflik hanya gara2x umat yang otaknya gak bisa berpikir panjang dan dikendalikan oleh tradisi. Dan ini sudah terjadi di keluarga saya, oke saya langsung ceritakan saja :

STORY :
bibi saya menyewa sebuah rumah dan tinggal selama dua tahun. bibi saya ini tentu saja memasang altar dewa bumi,dewa langit, dkk. tentu tidak ketinggalan altar leluhur. nah setelah masa sewa rumahnya habis selama 2 tahun habis, bibi saya pun mencari rumah sewaan yang lain. Nah, masalahnya ini altar dewa bumi, dan dewa langit itu di tinggal di rumah tersebut. Kemudian bibi saya pindah ke rumah baru dan memasang kembali altar dewa bumi dan dewa langit yang baru. Bibi saya ini orang yang sangat ketat dengan tradisi. Walaupun ekonomi pas pasan, tak segan2x dia mengikuti tradisi yg sudah dipercaya. seolah2x bibi saya ini udah menjadi budak tradisi, walaupun dia sekolah sampai sma dan sangat cerdas selama SMA, tetapi pemikirannya tak ada bedanya dengan orang jaman dulu soal tradisi. maaf kata kolot banget deh kalau udah bicara tradisi. maaf oot dikit. back to story lagi.

Masalah muncul ketika rumah lama bibi saya ternyata sudah ada penyewa baru. dan penyewa baru itu orang K tentunya pasti sangat2x gak nyaman dengan adanya kehadiran bekas altar dewa bumi, dkk. tentunya penyewa baru komplain kepada pemilik rumah, lalu pemilik rumah pun meminta bibi saya untuk membereskan altar2x tersebut sebagai pemilik dari altar2x itu. namun jawaban dari bibi saya, "Altar itu tidak boleh di lepas, karena...bla..bla..blaa". Jadi intinya bibi saya mempunyai pemikiran "Altar yang sudah dipasang tidak boleh di lepas lagi", entah benar atau gak seh. tetapi yang jelas ini menimbulkan sedikit konflik. Mama saya yang notabene umat K berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Saya tidak tahu persis kelanjutannya gimana, sepertinya mama saya membantu penyewa rumah baru untuk menyingkirkan altar2x tersebut. tentunya mama saya langsung menceritakan hal ini kepada saya, dan coba tebak, lagi2x kesempatan deh mama saya mempromosikan ajaran K yang dianggap simpel dan tidak repot. Lagi2x buddhisme dianggap sebagai agama yang repot dan menyusahkan. Sebal deh jadinya.. tapi saya ya coba tetap sabar aja deh.

Intinya, kesalahan saya anggap bersumber dari bibi saya. Saya tidak menyalahkan tradisi. Kita memang punya hak untuk melakukan tradisi, tetapi orang lain juga punya hak yang sama untuk tidak mengikuti tradisi tersebut. Dalam kasus tersebut, bibi saya memang punya hak untuk memasang altar di rumah sewaan selama masa sewa rumah masih berlaku. Tetapi ketika masa sewa rumah habis, bibi saya juga seharusnya wajib menghormati hak penyewa rumah baru yang tentunya tidak ingin mengikuti tradisi tersebut dengan cara membereskan altar2x yang telah dipasang, jadi biar lebih fair.

QUESTION :
Saya pun secara pribadi jika menjadi penyewa rumah atau pembeli rumah, tidak akan mau deh mendapatkan rumah dengan kondisi altar2x tak jelas yang di tinggalkan oleh pemilik lama. Tetapi andaikan jika, saya lagi apes/sial dapat rumah dengan kondisi terpasang altar2x gak jelas kayak gitu. kira2x gimana ya cara membuang altar tersebut secara buddhisme. Belum lagi ada altar2x dewa bumi,dkk yang sudah cukup berumur dan takutnya ada penunggunya pula tuh. katanya seh, entah benar atau gak. Dan belum lagi, kita jga belum tentu tahu aktivitas apa2x aja yang dilakukan pemilik lama terhadap altar tersebut.. bisa2x saja altar tersebut bekas praktik perdukunan, upacara yg aneh2x, dsb. nah ini yang buat saya bingung, jadi intinya gimana carannya menyingkirkan altar2x tersebut dengan cara yang sopan dan tentunya sesuai dengan buddhisme. agar tidak meninggalkan efek buruk pada kita di kemudian hari. mohon sarannya dan kalau ada pengalaman mohon share...


oke sepertinya itu dulu deh masalahnya. mohon bantuannya.
Terima kasih

namo Buddhaya



Dimanapun seorang bijaksana membangun rumahnya,

Disitu ia sepantasnya memberi makan ke orang bijak,

Yang terkendali dalam menjalani kehidupan suci.

Juga kepada para Dewata di sana,

Dia harus memberikan persembahan.

Bila ia hormat, mereka akan menghormatinya.

Bila ia menghargai, mereka akan menghargainya.

Mereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya,

Seperti seorang Ibu kepada anaknya sendiri.

Seseorang yang dikasihi oleh para Dewata,

Selalu mempunyai keberuntungan yang baik.

(Udana VIII,6)

 _/\_

34
Humor / Re: KENTUT (Sebuah puisi)
« on: 18 April 2011, 03:30:36 PM »
puitis abis ~ salam :P PREET ~

35
kalau ceritanya seperti yang dijelaskan di atas....[quote Namo buddhaya _/\_,
mohon maaf sebelumnya, saya lihat belakangan ini banyak umat awam yang tindakannya seperti seorang bhikkhu, kadang suka pake baju bergambar yang buddhis2, pakai atribut buddhis kadang kalau lagi ceramah dia meditasi, sampai dia juga membotaki palanya mirip pilm shaolin, dan meditasinya kadang2 melebihi umat vihara lainnya, dan kadang2 pas kotak dana lewat dia jg diem aja, sampai lewat sendiri ;D, dan itu yang terlihat kala sedang divihara, namun kenyataannya diluar dari vihara, misalnya dia berubah 180 derajat,..dikantor malah nggak ada kerjasamanya, mau menang sendiri saja ,disodori kupon dana menolak dg berbagai alasan,  nggak mau nurut sama orang tua, suka berantem sama adik/kakaknya, nah bagaimana nih?? apakah ini merupakan sebuah kemajuan dalam agama Buddha??ataukah yang menjadi baik pada saat di vihara saja?? bagaimana tanggapan rekan-rekan sekalian, mohon maaf karena teman saya spt ini.tq_/\_ Namste
[/quote]
ini bukan meniru sih.... karna ga mirip....
 mungkin jawabannya anda sudah tahu sendiri

36
Diskusi Umum / Re: [ask] Siapakah gadis tercatik dalam tripitaka?
« on: 14 April 2011, 08:48:57 PM »
maaf permisi ke atas bawah kanan kiri depan belakang ~~
bagaimana jika istri dari Pangeran Siddharta ?? _/\_

37
Mahayana / Re: Kumpulan arti LIAM KENG
« on: 14 April 2011, 12:17:47 PM »
 _/\_ in my opinion....

sebuah mantra , dharani, paritta , dan sebagainya memiliki kekuatan dahsyat tergantung pembacanya....
semoga yang membacanya tulus.... membaca dengan usaha sepenuh hati sebanyak yang dianjurkan.... 7x 21x 108.. 1000x... 5000x...
semoga pembacanya yakin.... kalau tidak yakin dari awal, kenapa masih membacanya ?... haha....
semoga moralitasnya mendukung.... semoga karma baiknya mencukupi....
semoga tujuannya mulia....

 _/\_
semoga kita bahagia


38
Diskusi Umum / Re: Umat Budha atau Siswa Buddha?
« on: 13 April 2011, 07:33:52 PM »
kalau menurut saya pribadi sih, yah penyebutan ini jarang terlalu dipentingkan perbedaannya bagi mayoritas orang sih...
jadi ini sepertinya persepsional saja deh, masing2 individu memliki gayanya tersendiri dalam mengutarakan dirinya yang beragama Buddha _/\_

39
Lingkungan / Re: Siswa SD Belajar Agama Budha Harus Nyebrang Lautan
« on: 13 April 2011, 07:30:57 PM »
 _/\_sama....  _/\_ mari kita bersyukur bisa mendapatkan ajaran Buddha tidak sesulit mereka

40
 _/\_
semoga umat tidak tertipu.... semoga mereka smua diarahkan ke yang baik2....

41
Studi Sutta/Sutra / tanya tentang para Buddha
« on: 13 April 2011, 06:48:26 PM »
Nama-nama Buddha antara lain:
 _/\_
Dipankara Buddha
Sakyamuni Buddha
Amitabha Buddha
Bhaisajyaguru Buddha
Anantakayah Tathagata (Tathagata adalah julukan lain dari Sang Buddha)
Ratnakara Tathagatha
Padmajina Tathagatha
Simhanada Tathagatha
Vipasyi Tathagata
Prabhutaratna Tathagata

maaf temen2...
saya jarang sekali membaca Sutta....
dan jadi bingung
temen2 ada ga yang punya link untuk menjelaskan dari mana kita mengetahui adanya para Buddha selain buddha Siddharta ?
dan awalnya dari mana bisa tahu ada Buddha2 yang lain ? apakah pernah dijelaskan oleh Sang Buddha Siddharta secara langsung ?
semoga saya dapat jawabannya dari teman-teman smua  _/\_

Namo Buddhaya !

42
 _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_ _/\_
beginilah jika ada 12 Bikkhu yang sedang berada dalam persamuan

 8)
mau nanya... kenapa mencari Bikkhu yang baik :| dan tidak baik :D ( :| VS  :D)

43
Diskusi Umum / Re: Hubungan Musik dengan Dhamma?
« on: 13 April 2011, 01:04:34 PM »
IMO sila ditetapkan bukan untuk mencegah kita melukai makhluk lain, misalnya sila musavada, walaupun berbohong dilakukan untuk menolong orang lain, hal itu juga merupakan pelanggaran. bermain musik apakah musik pop, classic, atau metal menurut saya sama saja, itu sebabnya dalam sila, tidak disebutkan, menghindari musik jenis tertentu. nanti akan muncul lagi polemik "kalau lagu buddhis kan tidak apa2", padahal sebenarnya tidak ada yg disebut lagu buddhis. secara sederhana lagu buddhis adalah lagu yg mengeksploitasi umat buddhis untuk membeli albumnya.

sbg umat awam, kita memang tidak dilarang untuk bermain musik, tapi bermain musiklah dengan sadar, bahwa musik sesungguhnya dapat menimbulkan kemelekatan. tidak perlu mencari pembenaran, "ah saya kan bukan bhikkhu", dll.
_/\_ yup demikian lebih terkoreksi...

44
Diskusi Umum / Re: Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami
« on: 13 April 2011, 12:47:49 PM »
waktu memulai jogging saya selalu melafal Amitofo ... Amitofo... dst...
moga yang dipijek tidak mati... kalau bisa jangan sampai ada yang terpijak... kalau terpijak smoga dilahirkan di alam yang lebih baik ...
manjur ga yah ?? hahaha ^:)^

45
Diskusi Umum / Re: Hubungan Musik dengan Dhamma?
« on: 13 April 2011, 12:39:02 PM »
 _/\_
setelah melalui proses perbincangan, saya jadi punya pendapat untuk dikoreksi sama tmen2...

untuk musik, sudah dilarang dalam Athasila dengan tujuan untuk memurnikan kembali indera kita , simplenya begitu toh ?....
dan bagi umat awam pun biasa Athasila dijalankan sebisanya di hari Uposatha saja....

ternayta sebgai umat awam, kt tdk dilarang untuk bermain musik.... karena bermain musik tidak melukai siapa2 toh....
hanya bermain alat musik dengan musik2 yang keras.... dengan musik2 yang mengerahkan emosi2 keras....
aliran Trashmetal dan Underground, menurut saya pribadi itu tidak baik bagi umat Buddhist
selain dapat mengikis kemampuan indera pendengaran kita....
dan juga jangan sampai kita terobsesi dengan kenikmatan bermain alat musik, sehingga muncul niat2 yang aneh2
dan diusahakan kita dapt mengimbanginya dengan meditasi....

kecuali kita adalah seorang Bikkhu, bukan Biku Gitar yah  8) _/\_

Pages: 1 2 [3] 4 5 6