Lebih dari 2500 tahun yang lalu ketika Sang Bhagava menjelang ajal-Nya, Beliau beristirahat di bawah dua pohon sal kembar di hutan sal suku Malla di Kusinara. Tiba-tiba pohon sal kembar itu menggugurkan banyak sekali bunga-bunganya yang mekar tidak pada musimnya, yang jatuh bertaburan di atas tubuh Sang Bhagava. Bunga-bunga pohon koral surgawi jatuh dari angkasa, serbuk cendana surgawi jatuh dari angkasa, menaburkan dan menyelimuti tubuh Sang Bhagava. Musik dan nyanyian surgawi terdengar di angkasa. Semua ini sebagai penghormatan kepada Sang Bhagava. Sungguh kejadian yang luar biasa, tetapi Sang Bhagava berkata kepada Bhikkhu Ananda, siswa terdekat Beliau sekaligus pelayan pribadi-Nya:
"Ananda, pohon sala ini berbunga banyak tidak pada musimnya, yang jatuh bertaburan di atas tubuh Sang Tathagata. Bunga-bunga pohon koral surgawi jatuh dari angkasa, serbuk cendana surgawi jatuh dari angkasa, menaburkan dan menyelimuti tubuh Sang Tathagata. Musik dan nyanyian surgawi terdengar di angkasa. Semua ini sebagai penghormatan kepada Tathāgata. Belum pernah sebelumnya, Tathāgata begitu dihormati, dipuja, dihargai, dan disembah.
Akan tetapi, Ananda, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga yang mempraktikkan Dhamma dengan benar, dan dengan sempurna memenuhi jalan Dhamma, ia telah memberikan penghormatan dan pemujaan tertinggi kepada Sang Tathagata. Oleh karena itu, Ananda, 'Kami harus mempraktikkan Dhamma dengan benar dan dengan sempurna memenuhi jalan-Dhamma' – demikianlah seharusnya kalian berlatih." (DN 16 Mahaparinibbana Sutta)
Selamat hari Tri Suci Waisak 2557 BE