Saya ingin berpendapat
Saya pernah baca, mungkin ntar saya car lagi sumbernya, penyebab Buddhisme jatuh di India karena penyebarannya memusat pada satu tempat, misal dari kisah2 pun kita tahu bahwa para guru2 Buddhis dan cendekiawan terkumpul dalam satu vihara/ universitas, katakanlah kalau bukan Nalanda ya Vikramashila dan Odantapuri.
Pusat-pusat ini justru yang membuat Buddhisme lemah. Kenapa? Karena universitas2 yang menopang Buddhisme ini dihancurkan oleh tentara Muslim fanatik dan dampaknya tentu sangat berat terhadap Buddhisme. Lain kasus dengan Hindu dan Jain yang merata penyebarannya, tidak bergantung pada satu vihara atau universitas.
Faktor kedua adalah apa yang diomongkan Alexander Berzin. Para umat dari kalangan pedagang yang menganut Buddhisme sangatlah sedikit, kebanyakan masuk Hindu atau Islam karena tekanan invasi saat itu. Buddhisme hanya kuat di kalangan miskin dan papa, sehingga tentu ini sangat tidak menguntungkan melihat India juga punya sistem kasta yang kuat.
Zaman modern ini, India mengalami pertumbuhan Buddhisme yang pesat drpd agama lainnya. Puluhan selebritis Bollywood menganut Buddhisme. Setidaknya ada 3 faktor kemajuan Buddhisme di India: BR. Ambedkar, Dalai Lama dan Soka Gakkai. Ketiga pilar ini yang membangkitkan kembali Buddhisme. Tanya kenapa???
Suatu agama yang dulu pernah hampir sirna di India, sekarang kemajuannya paling cepat di antara yang lain? Tanya kenapa???
Dan memang, gerakan Ambedkar dan gerakan Soka Gakkai menekankan pada pembinaan umat awam (laity), dengan sedikit campur tangan anggota Sangha. Saya sangat setuju bahwa Buddhis kalau mau survive harus juga memperhatiikan kemajuan umat awam. Sering hal ini terabaikan. Kita harus belajar kepada aliran Soka Gakkai yang berhasil mengumpulkan 60.000 pemuda pemudi Amerika dalam suatu kegiatan perdamaian Buddhis, kepada Tzu Chi yang umat awamnya sangat besar ataupun kepada tetangga kita umat Kristiani. Kita ambil yang baik dari umat-umat agama lain, yang menurut kita jelek tidak usah diambil mislanya pemaksaan agama dsb tentu tidak kita lakukan.
Jainisme sendiri juga memuja dewi2 yang sekarang dikenali sebagai dewi2 Hindu, misalkan Sarasvati dipuja umat Jains ebagai Sruta-devi, mereka juga memuja Laksmi. Umat Jain juga memohon bantuan kepada Padmavati, dewi dari zaman Tirthankara Parsva. Jainisme juga memuja Rama, Krishna dan Balarama sebagai bagian dari 9 Baladeva dan 9 Vasudeva. Ini menunjukkan bahwa Jainisme juga menyerap Hinduisme. Di dalam Janisme ada juga kisah Ramayana, jd tidak cuma Jataka Buddhis doang. Bahkan kaum Svetambara Jain juga memuja Ganesha. Maka poin ketiga yang sdr. ariyakumara sebutkan tidaklah benar-benar seperti itu adanya.
Para sjarawan pun juga mengamini bahwa banyak Bodhisattva yang orisinil dari Buddhisme, bukan comot dari dewa Hindu. Yang paling terkenal ambillah contoh Tara. Dewi Tara ini asli Buddhis tapi kemudian dicomot oleh Hinduisme. Sejarawan2 banyak yang mengamini demikian. Kalau kita melihat Manjusri, Samantabhadra, Amitabha dll kita tahu jelas bahwa tidak ada dewa dewi seperti itu dalam Hinduisme.
Dalam kasus Avalokitesvara, ini dikarenakan sedari awal kitab Lotus Sutra menyebutkan beliau bisa berwujud sebagai Braha, Vishnu dll sehingga tentu ikonografinya mendapat pengaruh. Jika kita melihat kuil2 Hindu di India dan Nepal, jejak Buddhis kebanyakan ada pada Avalokitesvara ini.