Santati seorang menteri yang ketika mendengarkan khotbah Buddha, menjadi Arahant dan parinibbana dengan kasina api sesaat setelahnya, masih dalam baju dinas kementeriannya. Para bhikkhu yang masih dibingungkan oleh tampilan luar sebagai tolok ukur, bertanya pada Buddha apakah Santati ini seorang petapa atau perumah-tangga. Buddha mengatakan:
"Walaupun seseorang terbungkus pakaian indah, jika ia tenang, bebas dari kekotoran, dan inderanya terkendali, jika ia kokoh dalam pandangan jalan, jika ia murni, dan telah menyingkirkan senjata terhadap semua makhluk, ia adalah seorang Brahmana, seorang Samana, dan seorang bhikkhu."
Walaupun seseorang masih berjubah perumah-tangga, belum ditahbiskan, belum bercukur ataupun mengenakan jubah kuning, belum ambil perlindungan apapun, jika pikirannya telah bebas dari noda bathin, ia bisa disebut sebagai bhikkhu. Jadi yang saya simpulkan dari sini, "Siswa Buddha" atau bukan adalah dilihat dari bathin, bukan hal eksternal.