//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.  (Read 20400 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #15 on: 21 September 2009, 08:12:27 AM »
di dalam buddhist tidak ada ya badan tertnggi yang bisa jadi acuan tafsir PALING BOLEH DIPAKAI ? ;D

Acuan tafsir yang paling boleh dipakai....... mungkin >>> "Kalama Sutta".
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #16 on: 21 September 2009, 08:49:58 AM »
jadi inget jaman Togel :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #17 on: 21 September 2009, 09:51:33 PM »
Saudara Sobat Dharma yang baik,
Inilah seninya belajar spiritual, ajaran spiritual yang baik memberikan petunjuk yang jelas, lugas dan mudah dimengerti, tidak mengambang atau menggunakan kata-kata bersayap yang menyebabkan setiap pembacanya mengartikan secara berbeda.
Bila yang tertulis buruk memang demikianlah ajaran tersebut, bila yang tertulis baik memang demikianlah ajaran tersebut, bila ditafsirkan maka ajaran yang buruk bisa menjadi baik atau sebaliknya.

Bro fabian,
ada perbedaan antara belajar spiritual dengan mempelajari ajaran melalui sebuah teks. Jika berbicara tentang teks, mustahil seseorang bisa menghindari tafsir (interpretasi). Sebaliknya dalam berlatih meditasi, vipassana misalnya, interpretasi justru harus terus diamati dan diperhatikan, bukan dituruti. Tapi kalau kita bicara tentang pengetahuan yang diperoleh dari teks, interpretasi tidak bisa dielakkan.



Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #18 on: 21 September 2009, 10:33:08 PM »
Menafsirkan adalah mengartikan, menangkap maksud atas sebuah kata (kalimat , dsb) tidak menurut apa adanya, melainkan diterangkan juga apa yang tersirat (dengan mengutarakan pendapat sendiri). - KBBI

Ketika seseorang membaca teks ia tidak langsung menafsirkan teks itu, tetapi ia memahami teks tersebut berdasarkan makna kata sesuai dengan kesepakatan umum sesuai dengan kaidah bahasa. Ketika dalam memahami makna kata sesuai dengan kesepakatan umum ini terjadi kontradiksi, ketidakjelasan, maka muncullah penafsiran.

Memang dalam Bahasa Indonesia, kata "tafsir" bisa sangat sewenang-wenang. Namun, sebenarnya seringkali kita menggunakan secara tersirat untuk menggantikan kata "interpretation" atau "interpretasi" yang pengertiannya bukan semata-mata pemaknaan yang tersirat dengan melibatkan unsur pribadi. Jika berbicara tentang "tafsir teks" sebenarnya interpretasi yang saya maksudkan, bukan sekadar pengertian kata "tafsir" sebagaimana dalam versi KBBI. Interpretasi dalam hal ini adalah suatu tindakan merubah sesuatu tanda menjadi bermakna sehingga dipahami.

Interpretasi sendiri sifatnya berlapis-lapis . Dalam ilmu bahasa, percakapan antara dua belah pihak dengan menggunakan suatu simbol dalam penyampaian makna juga dikatakan menggunakan "interpretasi." Semua hal yang bersifat simbolik dan melibatkan tanda-tanda yang mewakili sesuatu yang hendak disampaikannya selalu membutuhkan proses interpretasi dalam membongkar makna yang terkandung di dalam pesan. Sebuah teks misalnya, tidak lain hanya kumpulan simbol-simbol (tulisan) yang diuntai  dalam sebuah rangkaian tertentu oleh pembuat pesan sehingga ditafsirkan oleh penerima pesan sebagai suatu makna tertentu. Dalam hal ini, sebenarnya tidak ada jaminan bahwa si penerima pesan selalu berhasil menangkap maskud pembuat pesan sebagaimana seharusnya, karena dalam proses komunikasi selalu terdapat yang namanya "noise" (gangguan). Noise bisa berasal dari pengirim pesan, dari penerima pesan maupun pihak di luar keduanya.

Dalam kasus pemahaman sebuah teks, misalnya, bisa jadi noise datang dari penulis teks yang menggunakan kata-kata yang ambigu dalam menyampaikan pesan sehingga akhirnya kata-kata tersebut menjadi bersayap dan multitafsir. Sedangkan noise yang datang dari penerima pesan, bisa terjadi antara lain jika si penerima pesan ternyata mempunyai keyakinan atau harapan tertentu terhadap pesan yang disampaikan sehingga ia memaksakan suatu makna tertentu (dalam hal ini, apa yang dikatakan melibatkan faktor pribadi dalam penafsiran). Namun, selain itu noise bisa juga karena faktor budaya atau masa yang berbeda sehinga menyebabkan si penerima pesan bisa dalam memahami makna yang disampaikan oleh si pengirim pesan. Di luar itu masih banyak lagi hal-hal yang bisa membelokkan suatu pesan yang hendak disampaikan dari makna "sebenarnya" yang hendak disampaikan oleh pembawa pesan. Contohnya, apabila pesan disampaikan secara berantai atau mengalami proses penerjemahan ke bahasa lain, maka tingkat kesalahan selama masa transmisi pesan semakin besar kemungkinan.  Atau adanya faktor di tengah-tengah yang merusak suatu pesan sehingga sulit dibaca lagi, misalnya teks kuno yang sobek atau hilang sebagian.

Dalam hal ini, interpretasi sendiri bukanlah masalah, namun yang jadi masalah adalah noise yang terjadi. Kita hanya bisa meminimalkan noise untuk mengurangi kesalahan dalam interpretasi guna mendapatkan pengertian yang sebenarnya dari si pembuat pesan. Namun sungguh mustahil jika kita berpikir bisa menerima pesan apa adanya dari si pembuat pesan tanpa harus melalui rangkaian penyampaian pesan yang saya sebutkan di atas, terutama untuk pemahaman terhadap teks. Penerimaan makna tanpa rangkaian penyampaian pesan hanya mungkin dilakukan oleh dua orang yang mempunyai kekuatan khusus, telepati misalnya  ;D, atau transmisi dalam tradisi zen "dari pikiran ke pikiran", yang keduanya pasti tidak menggunakan teks tertulis. Dalam memahami teks tertulis, sungguh sulit dilalui tanpa ada interpretasi sama sekali.

Di luar pengertian interpretasi yang telah saya terangkan di atas, dikenal interpretasi lain yang lebih kompleks, misalnya interpretasi dengan menggunakan alat statistik. Data-data diolah dengan suatu cara tertentu sehingga menghasilkan pemaparan sistematis yang kemudian harus diinterpretasikan maknanya sehingga bisa dipahami. Selain itu interpretasi dalam ilmu psikologi juga termasuk yang kompleks. Dari berbagai data tentang seorang individu yang sifatnya terbatas, psikolog kemudian berusaha menerangkan tentang karakter kepribadiannya dll. Dalam kasus seperti ini, persoalannya seringkali hanya masalah kredibilitas dalam interpretasi yang dilakukan karena tingkat kemungkinan kesalahannya menjadi lebih besar daripada yang pertama saya sebutkan.

Singkatnya, dari uraian saya yang panjang lebar ini, saya hanya hendak mengatakan bahwa interpretasi adalah proses yang alami dan wajar, bukan sesuatu yang harus dibuang atau dihindari, apalagi dianggap sebagai sumber masalah.

 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #19 on: 21 September 2009, 10:39:45 PM »
kalau pake contoh lain, ada mimpi lalu tafsir mimpi. mimpi satu hal, tafsir mimpi hal yang lainnya. demikian pula sebuah kalimat, bisa kita pahami kalimat itu dan bisa juga kita buat tafsirannya untuk mengisi gap yg ada

Mimpi sulit dipahami, hingga ditafsirkan  ;D Kita mengenal berbagai metode "tafsir mimpi" dari yang "ilmiah" sampai yang "tidak ilmiah"... Karena memang mimpi perlu ditafsirkan dulu sebelum bisa dipahami dengan baik

Kalau sebuah kalimat, kita jadi paham karena kita telah melakukan proses penafsiran/penginterpretasian terhadap simbol/penanda-petanda (kata-kata) yang digunakan untuk merangkainya. Hanya saja kita sudah sedemikian biasanya menggunakan tanda-tanda bahasa tersebut sehingga kita tidak merasakan proses penafsirannya yang sedemikian cepatnya. (untuk lebih jelasnya soal ini lihat postingku yang di atas)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #20 on: 22 September 2009, 12:38:02 AM »
Tidak perlu memperluas bahasan diskusi tentang penafsiran seluruh isi kitab agama. Thread ini mengangkat topik tentang penafsiran yang diterapkan pada doktrin Buddhisme. :)

Kebaikan apakah yang dapat ditafsirkan dari satu kasus pembunuhan?

Saya tidak menyatakan bahwa pembunuhan itu 100% buruk; apalagi 100% baik. Dalam satu kasus pembunuhan, mungkin saja dilandasi oleh keinginan baik (misalnya menyelamatkan orang lain). Tapi tetap saja perbuatan menghilangkan nyawa seseorang adalah tindakan amoral.

Para Bijaksana menyatakan bahwa pembunuhan adalah perbuatan yang tidak selaras dengan Dhamma. Namun jika ada pernyataan yang menyetujui pembunuhan sebagai jalan untuk menyelamatkan makhluk hidup lain, dan ini selaras dengan Dhamma; maka ini adalah penafsiran yang sangat buruk.

Buddhisme mengajarkan pemahaman benar agar semua orang mengetahui setiap konsekuensi dari perbuatannya. Bila pembunuhan untuk menyelamatkan makhluk hidup lain dinyatakan sebagai perbuatan mulia, lalu di mana letak konsistensi dari Dhamma itu sendiri?

Setelah pembunuhan itu dinyatakan sebagai perbuatan mulia, maka secara implisit Hukum Kamma pun runtuh, disiplin moralitas pun luntur, dan muncullah konsep cinta-kasih yang baru; yakni cinta-kasih yang mengorbankan darah.

Inilah salah satu contoh yang disinggung dalam topik ini. Saya harap bagi teman-teman yang memang punya kebiasaan menafsir doktrin-doktrin dalam Buddhisme bisa lebih jujur terhadap 'hati nurani'-nya sendiri.
« Last Edit: 22 September 2009, 12:40:08 AM by upasaka »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #21 on: 22 September 2009, 07:48:04 AM »
Aye menafsirkan bahwa alam neraka dewa dll itu hanya kiasan dan bisa ditafsirkan alam itu ada di alam manusia semua ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tak ingin kalah dalam debat kusir? Pakailah ilmu tafsir.
« Reply #22 on: 22 September 2009, 04:13:19 PM »
jadi inget jaman Togel :))

TOGEL tetap ada... namanya saja TOTO GELAP... kalau dulu mah sudah TOTO TERANG... karena jualnya TERANG TERANG-an... wkkkkk...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything