kata si bangun_pw, dulu sewaktu Majapahit diambil alih secara paksa ama orang2 selam yg barbaric..
Buddhism di diskriminasi, dan mo dipunahin..
yg ikut jalan Buddhism, di susahin...yg ikut jalan selam di kasih jabatan dan privilege...
gitu deh kira2..trus yg tetep mo jadi Buddhist mereka lari ke hutan2 dan gunung2 idup menyendiri..
trus trus...
Buddhism akhirne mulai dilupakan, dan kata Buddha itu di ban!...so, untuk mempertahankan ajaran Buddha, mereka pake nama lain, dimasukin dan dicampurin ama unsur2 selam(ini menurut gw)...
jadilah kejawen yg campur Buddhism, Hinduism dan Selamnism..=_="
...
si Bangun_pw cuma kasih tao sampe Buddhism jadi kejawen...
kalo yg campur2 ama unsur2 selam itu menurut gw aja..:D
eniwei bangun_pw itu pribumi Buddhist...so, seharusnya dia lebih tao..
tanya langsung dia aja...:D
buku yak?..si Bangun_pw ada tuh bukune..namane dharmo gandul..
Kronologisnya memang kurang lebih seperti itu... Agama Buddha yang pertama kali berkembang di Nusantara pada awalnya adalah Aliran Mulasavartivada (Hinayana). Menurut para ahli sejarah, mereka menemukan jejak sejarah bahwa ada seorang pangeran dari Negeri Khasmir yang menjadi bhikkhu dan tinggal di Srilanka. Dari Srilanka dia pergi ke Cho-p'o dan dengan pertolongan ibunya (seorang ratu yang memerintah di Jawa), ia pun menyebarkan Agama Buddha. Bukti-bukti arkeologis tentang pernah berkembangnya Agama Buddha Hinayana di Tanah Jawa diperoleh dari Situs Batujaya. Salah satu petunjuk sisa upacara dari Agama Buddha Hinayana adalah ditemukannya tsa-tsa dari tanah liat bakar. Tsa-tsa pada masa kini masih eksis di Myanmar, Laos dan Thailand; dimana sebagian besar masyaraktnya menganut kepercayaan Agama Buddha Theravada.
Agama Buddha di Nusantara pada awalnya berkembang pesat di Pulau Sumatera dan sekitar Jawa. Sementara itu di Semenanjung Tanah Melayu dan Asia Tenggara daratan, Agama Buddha yang berkembang di sana adalah Agama Buddha Aliran Mahayana. Ada sebuah sumber yang menyatakan bahwa pada masa itu ada seorang bhiksu terkenal yang bernama Dharmapala, dan ia berasal dari Kanci (India). Bhiksu ini berkelana dan akhirnya tiba di Sumatera untuk kemudian mengajarkan Agama Buddha Mahayana. Pada mulanya ia mengajar di Perguruan Tinggi Agama Buddha Nalanda di India. Setelah itulah ia baru mengajar di Svarnnadvipa (Pulau Emas). Sumber itu juga menyatakan bahwa Bhiksu Dharmapala datang 50 tahun lebih awal di Svarnnadvipa daripada Bhiksu I-Tsing.
Bhiksu I-Tsing adalah salah satu bhiksu (Aliran Mahayana) yang datang ke Sriwijaya untuk mengembangkan Agama Buddha Mahayana. Dari tujuh orang bhiksu yang datang ke Sriwijaya bersamaan dengan waktu kedatangan Bhiksu I-Tsing, ada seorang bhiksu yang tetap tinggal di Sriwijaya yang bernama Sakyakirti. Dia adalah bhiksu yang menulis kitab suci Hastadanda-sastra. Pada tahun 711 M, kitab suci ini diterjemahkan dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin oleh I-Tsing.
Sumber tertulis dan arca-arca yang ditemukan menandakan bahwa Agama Buddha yang berkembang pada masa Sriwijaya adalah Agama Buddha Aliran Mahayana. Akan tetapi, bhiksu yang datang tidak hanya untuk mengembangkan Agama Buddha Mahayana maupun menerjemahkan kitab suci dari Bahasa Sansekerta saja. Para bhiksu yang datang pada masa Sriwijaya juga mengembangkan Agama Buddha Aliran Tantrayana dan Agama Buddha Aliran Mantrayana. Bukti keberadaan Agama Buddha Mahayana dapat diketahui dari isi Prasasti Talang Tuo. Di Sriwijaya juga ditemukan sejumlah besar arca Bodhisattva.
Demikianlah Agama Buddha berkembang di Nusantara pada masa Kerajaan Sriwijaya, Mataram, Sailendra, Singosari dan Majapahit. Ketika Patih Gajah Mada wafat, Kerajaan Majapahit pun tidak lagi sekuat dahulu ketika Patih masih hidup. Pada tahun 1522, Kerajaan Majapahit runtuh karena perang saudara dan munculnya Kerajaan Malaka yang membawa kebudayaan Islam.
--------------------------------------
Kepercayaan Kejawen memang memiliki kemiripan dengan Buddhisme. Suatu saat saya dan teman-teman saya pergi ke Baduy. Di sana kami melihat beberapa sketsa dari kepercayaan masyarakat Baduy yang disebut dengan Sunda Wiwitan. Rupanya kepercayaan mereka ini juga mengenal meditasi; tidak diperbolehkan membunuh hewan, namun boleh memakan daging bila hewan itu mati (bukan dibunuh); tidak boleh bernyanyi, tidak makan lewat tengah hari, tidak merias diri (mirip dengan atthasila versi Buddhisme). Namun ketika kami bertanya pada salah seorang warga Baduy: "Darimana kepercayaan ini bermula?", warga Baduy itu berkata bahwa kepercayaan ini diturunkan oleh Nabi Adam. :)
Menarik, bukan?