LSY menurut rohul kudus
Lembaran Eden
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Jibril tentang master-master spiritual berbagai agama yang berada di berbagai belahan dunia? Bagaimana pendapat Jibril tentang Sri Sathya Sai Baba yang mengaku sebagai avatara terakhir, Avatara Kalki; Supreme Master Ching Hai yang mengaku inkarnasi Dewi Kwan; Maha Acarya Lu Sheng-Yen yang mengaku inkarnasi murid Buddha Sakyamuni, yakni Sariputra; Muhammad Subuh pendiri Subud? Bagaimana pendapat Jibril tentang Anand Khrisna, komunitas Sambhala, dan Reiki?
Ruhul Kudus Menjawab:
Perenialisme New Age memungkinkan mengubah dunia. Spiritualis-spiritualis Sophia Perennis menjamur di dunia. Perenialisme selalu menghidupkan pesan sejati fitrah manusia. Kebenaran abadi yang dianut semua agama akan bermuara di perdamaian dan kerukunan antar agama. Apabila para pengemban perenial mengambil alih transformasi spiritual-sosial di kalangan orang-orang yang muak dengan permusuhan dan peledakan bom yang berlarut-larut, kejenuhan itu akan melarut dalam spirit perdamaian lintas agama menuju spiritualitas universal. Spiritualitas Perenial akan memberikan afirmasi positif kepada manusia modern untuk hidup “di tengah”, tak di kiri dan tak di kanan.
Sosok Perenialis tak menakutkan, tak sama dengan kaum fanatik radikal. Sosok Perenialis memberi harapan dan bernuansa sejuk mengesankan. Jihad fisabilillah (karena dendam) dengan kekerasan akan surut kalau mereka sudah mengetahui bahwa Tuhan mengayomi jihad perdamaian antar agama. Pergerakan suci lintas agama akan diusung, karenanya orang-orang yang berkapasitas terhadap perdamian seperti Anand Khrisna, Sai Baba, Dalai Lama, dan komunitas-komunitas yang berafiliasi ke New Age (Shambala, Brahma Kumaris, Celestine, Suma Ching Hai dan lain-lain) akan bertemu menjadi pusaran komunitas cinta damai. Dalam bahasa rohani apa pun, komunitas tersebut mudah tergalang untuk berteman karena kesamaan ideologi. Ruhul Kudus memandu semuanya untuk bersekutu menjadi kekuatan perdamaian, menuju perdamaian dunia.
Bila hanya mengutuk, maka kefanatikan takkan luruh, tapi semakin berang dan solid serta menggemparkan kemarahannya. Pembalasan dendam takkan menjadi gerakan suci, hanya mengalirkan darah dan puing-puing berserakan. Nyawa-nyawa terlepas penasaran. Hasil pembangunan diruntuhkan sia-sia. Hanya meningkatkan kemelaratan dan mendatangkan kutukan.
Ruhul Kudus menggemparkan jihad perdamaian dan membawa ideologi Perenial. Kaum pecinta damai mencontohkan kebenaran pilihannya dengan sikap dan pandangan yang penuh kasih sayang dalam ideologi Perenial yang terlihat beragam tapi satu arah. Itu akan terlihat seperti bermacam-macam bunga dan daun yang terangkai dalam satu rangkaian nan indah dan semerbak. Semua orang yang memandanginya merasa nyaman hatinya. Seperti itulah bila terlihat diantara golongan orang-orang yang pemarah dan yang berkecamuk dalam peperangan, bagaikan besi panas diperbandingkan dengan mawar. Tiba-tiba orang-orang pun dihadapkan kepada dua pilihan yang berbeda. Ada kesadaran sebagian golongan yang menghimpun kedamaian, seberapapun kecilnya akan menimbulkan nuansa. Sementara itu, di lain wilayah ada lagi golongan yang sama pandangannya. Getaran sukmanya satu sama lain menembus jarak, mencuatkan rasa rindu yang penuh damai. Seperti yang dirasakan kaum Salamullah di Jakarta dengan komunitas Shambala di Pekalongan. Atau menciptakan persahabatan sejati diantara kaum Eden di Indonesia dengan Gie Tjin, seorang penganut Theosofi, di negeri Belanda. Begitu pun kaum pembaharu spiritualitas di manca negara. Mereka akan saling memantau dan mendekat.
Tak mengena bila dikatakan ini adalah ideologi orang-orang pelarian dari agama-agama formal. Karena ajaran Bhagawan Sri Satya Sai Baba menurutku tak berbeda dengan ajaran Anand Khrisna yang mengutamakan perbaikan akhlak dan moral, tapi tetap mempertahankan ketauhidan. Aspek-aspek monotheisme dari agama-agama formal dipertahankan, persis seperti Yesus atau Muhammad kala menyampaikan ajarannya dahulu. Semuanya membenarkan Kitab-Kitab Suci yang terdahulu dan ajaran-ajaran para nabi sebelumnya, sebelum mengusung amanat Allah yang terkini ke masyarakat yang lebih luas.
Tuhan selalu menyuruh para nabinya mengutuhkan ajaran-Nya yang terdahulu, baru membeberkan peringatan-peringatan-Nya. Setiap nabi yang diutus biasanya karena ada masalah pengkultusan atau penyimpangan ajaran. Tapi Tuhan selalu terbuka dalam penyampaian ajaran-Nya yang terbaru. Di dalam keterbukaan-Nya itu, Dia sangat memaklumi keadaan yang menimpa ajaran-ajaran-Nya yang terdahulu. Nabi yang diutus tak putus asa menghadapi perlawanan-perlawanan terhadapnya karena kebenaran yang disampaikan dari Tuhan tetap sama walau terasa sulit memprakarsainya karena perbaikan-perbaikan dari Tuhan itu senantiasa bertolak dari kesalahan yang lazim dan mengakurat. Tapi nasib semua rasul Tuhan itu selalu seperti itu. Itu pun cara pensucian para nabi.
Tapi sekarang ini cara Tuhan agak berlainan dengan yang sudah-sudah. Ruhul Kudus diprogramkan memberi pencerahan rohani kepada banyak orang sekaligus. Siapa-siapa yang bertahan berupaya mengenali suara kalbunya dan selalu meningkatkan keingintahuannya dan kedekatannya terhadap Tuhan, niscaya tercerahkan oleh-Nya. Ruhul Kudus pun sibuk menjalin komunikasi batin terhadap mereka. Pencerahan dan pengilhaman berdetak mengarahkan komunitas-komunitas itu mengikuti arahan kami menuju perdamaian dunia. Sistem komunikasi terpulang pada masing-masing keyakinan, tapi ada satu fokus program yaitu meredakan pertentangan agama dan penggalangan perdamaian. Program pencerahan itu lebih untuk mengimbangi maraknya pergaulan jin dengan manusia dan untuk menyudahi keakuratan pengkultusan.
Sebab apa para penggagas ajaran-ajaran perdamaian itu tak mau mengutak-atik kemapanan agama-agama formal, bahkan mereka menganjurkan tetap di dalam agama dan keyakinan masing-masing? Karena mereka menghargai kebenaran setiap agama. Pewahyuan yang mengilhami pergerakan mereka tak disangka sebagai wahyu Tuhan yang turun kepada mereka. Seperti halnya Anand Khrisna tak merasa dirinya dituruni wahyu. Getaran keinginan mengajak masyarakat berspiritual untuk perdamaian umat, jikalau keinginan itu sangat kuat dan jalan yang dicapai sesuai dengan yang dinubuatkan malaikat, niscaya itu dalam keliputan wahyu Allah.
Akankah jalan yang diretas Anand Khrisna itu berbeda dengan Subud atau Shambala atau pun Salamullah? Ideologinya sama persis, hanya satu sama lain memiliki istilah-istilah kebaktian yang berbeda. Satu sama lain dapat dimaklumi setara.
Kekakuan dan keakuan penganut agama formal yang militan tak jarang melecehkan umat agama lain. Pengkultusan terhadap Yesus, Muhammad, dan Musa oleh masing-masing umatnya menyebabkan Tuhan kini royal utusan atau rasul dan tak mendiktekan syariat. Shalat lima waktu telah bergeser dari kewajiban ikhlas menjadi kewajiban tuntunan. Peribadatan yang ikhlaslah yang dipandang Tuhan. Sebagaimana kalau Anda memberi sedekah seseorang, kalau ikhlas baru berpahala. Kalau tak ikhlas, sia-sialah pengeluaran uang itu. Begitu pun shalat itu.
Kalau itu mau diperbandingkan dengan syariat agama lain yang diberkahi Allah, maukah mengubah kutub doktrin tersebut? Shalatlah bila Anda merindukan Tuhan. Sediakan lima waktu shalat itu senantiasa dalam kerinduan kepada-Nya. Jangan memaksa orang shalat kalau dia tak ikhlas. Biarkan dia berani mencela dirinya jauh dari Tuhan, sampai dia meyakini dirinya butuh Tuhan. Ajarkan kebajikan dan kebenaran agama. Orang jangan dipaksa beragama kalau tidak mau, bahkan dia akan semakin menjauh dan membenci agama. Perenialisme mengajarkan kekonkritan kebenaran dan kebenaran agama. Ketika seseorang yakin akan kebenaran dia akan beragama.
Di Shambala ada rasul, di Baha’i ada rasul, Sai Baba rasul, Anand Khrisna rasul, Muhammad Subuh rasul. Li Hongzhi (pendiri Falun Gong) dan Suma Ching Hai tentulah bisa dianggap rasul. Ah, itu semua mudah bagi Tuhan. Masa kebangkitan saat ini, dimulai dengan mencuatkan ke permukaan kebangkitan para rasul. Di Injil, Matius 5:9, dalam “Khotbah di Bukit”, Yesus berkata:
9. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Keakuan umat kr****n terhadap anggapan bahwa Yesus satu-satunya anak Tuhan terbantahkan sendiri oleh Yesus di dalam ayat itu. Para pejuang perdamaian yang mensucikan diri itu adalah anak-anak Allah yang bisa disebut Rasul Allah.
Dan dari Injil, “Kisah Para Rasul”, ayat 8, “Roh Kudus Dijanjikan”:
8. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Sementara di Al Quran ada ayat di Al Waqiah ayat 1-3:
1.
Apabila terjadi sebuah peristiwa besar.
2.
Tidaklah kejadian itu dapat didustakan.
3.
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan mengangkat (satu golongan).
Inilah kasih Allah yang menurunkan Roh Kudus atas orang-orang yang cinta damai dan menjadi saksi Allah atas kejadian-kejadian pahit di Yerussalem, Yudea, Samaria, peperangan bangsa Israel dan Palestina, yang peperangannya menguatirkan orang hingga ke ujung bumi. Dari kesaksian itu terbetiklah getaran sukma yang ingin berjuang di jalan damai. Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka itu adalah rasul-rasul perdamaian, anak-anak Allah. Kebangkitan New Age di seluruh dunia adalah kejadian yang tak dapat didustakan. (Al Waqiah ayat 2).
Akulah Ruhul Kudus yang mempunyai perjanjian dengan umat dan Tuhan. Bahwa di dalam pencerahan Ruhul Kudus, kita menyatu dalam kebersamaan untuk menumbangkan kebencian-kebencian yang berlarut. Karena kita sama-sama menjadi perintah Allah yang cinta damai. Seperti perkataan Buddha dalam Dhammapada, bab Sukha Vagga, “Kebahagiaan”:
“Berbahagialah, sesungguhnya kita hidup tanpa kebencian diantara yang membenci, diantara orang-orang yang membenci kita tinggal tanpa kebencian”.
Sungguh damai ajaran Buddha ini. Perenialisme melarang membenci. Karena itulah di dalam Al Quran Surat Al Waqiah Tuhan berjanji di hari yang besar, yaitu hari turunnya kembali perjanjian-perjanjian Tuhan dan di hari itu juga turunnya Ruhul Kudus menjadi Raja dan Hakim-Nya. Tuhan menjanjikan ada golongan orang-orang yang direndahkan, tapi ada golongan orang-orang yang diangkat-Nya. Peristiwa saat inilah yang dimaksudkan ayat di Al Waqiah tersebut. Kaum pecinta damai semacam pergerakan New Age itu, walaupun sporadis, merekalah yang akan diangkat Tuhan. Akan dimuliakan Allah yang mempunyai perjanjian akan hal ini. Ayat di Surat Al Waqiah itulah perjanjian Tuhan terhadap para rasul perdamaian.
Peperangan agama menguatkan kearifan perenial. Nilai-nilai asasi fitrah manusia itu sudah kering dari lingkungan tradisi agama-agama formal. Umat manusia telah menjadi merasa asing dengan ajaran agamanya sendiri, setelah melihat pertentangan itu sedemikian hebat dan telah menyebabkan kematian-kematian massal dan darah serta dendam yang berlimpah.
Aku mengingatkan tentang adanya kerasulan di atas bumi ini kembali. Tuhan membangkitkan persatuan dan perdamaian di dunia ini dengan mengutus para rasul di berbagai belahan bumi ini. Di berbagai negara dan bangsa-bangsa, semua orang yang tampil menyuarakan perdamaian agama adalah utusan-Nya.
Ajaran-ajaran Sai Baba, Brahma Kumaris, Anand Khrisna, Muhammad Subuh (almarhum pendiri Subud), mulai memberi nuansa kerasulan modern. Apa mau dikata kalau Tuhan memang ingin menggantikan nuansa spiritual itu dengan spiritual perenial? Seberapapun yang telah tampil sebagai fenomena di dunia itu, tak baik menepiskan bahwa mereka itu tergerak oleh wahyu-wahyu yang diterima oleh suara hati nurani mereka. Keimanan mereka terhadap Tuhan semakin tebal, keindahan rohani tersebar, gerakan New Age mengembang.
Ketakutan para ulama dan pendeta terhadap eksistensi para rasul modern itu takkan menyurutkan langkah umatnya. Sebaik Falun Gong yang kini telah mencapai jumlah berjuta-juta di seluruh dunia, seperti halnya Baha’i, kaum perenial Islam yang sama dengan Salamullah yang meretas Islam rahmatan lil ‘alamin kembali. Spiritualitas Timur memang sedang disukai orang-orang Barat. Layaklah orang-orang seperti Supreme Master Ching Hai dan Maha Acarya Lu Sheng-Yen, berkedudukan sebagai guru spiritual yang mengajarkan suluk melalui jalan Buddha, tapi terkandung asas Perenial di dalam ajarannya.
Komunitas yang penuh damai, tak mencela, saling menghormati, penuh kasih sayang, sesungguhnya mereka itu telah di dalam Surga. Janganlah lagi mencela mereka sebagai orang-orang sesat yang harus disingkirkan. Karena mereka sedang memperjuangkan hakekat kebenaran di atas bumi yang penuh kebencian dan kemunafikan. Kebenaran yang mereka inginkan justru kebenaran yang sangat sulit, karena berada di tengah kecurigaan dan tuduhan serta dendam dan kebencian dan trend kekerasan agama. Karenanya kukutipkan lagi cuplikan “Khotbah di Bukit” oleh Yesus. Matius 5:10:
10. “ Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”.
Kaum Theosofi, kaum Baha’i, Dalai Lama, Falun Gong, Anand Khrisna, Suma Ching Hai, Salamullah, adalah orang-orang yang teraniaya oleh sebab kebenaran. Surga mengayominya.
Kalau ingin mencari kebenaran di dunia ini, jalani saja ajaran perdamaian yang telah tercantum dalam semua agama. Takkan ada pertentangan kalau perdamaianlah yang diinginkan. Subyektifitas setiap ajaran itu akan selalu dengan mudah ditolerir dan dimaklumi keadaannya. Kebenarannyalah yang ditengok. Tak baik menyimpan anggapan-anggapan miring, biar saja Tuhan yang melempangkannya. Tuhan lebih adil dalam mengingatkan.
Di dalam setiap kaum senantiasa ada saja oknum yang berafiliasi pada kejahatan. Itu adalah oknum, orang jahat di suatu komunitas agama tertentu. Tindak tanduknya dapat mempengaruhi kalangannya. Kalau itu menyebar dan mempengaruhi keyakinan dan menjadi persyarikatan, kekeliruan itu pun mengancamkan bahaya. Kefanatikan dan radikalisme kalau diusung oleh orang yang ambisius dan munafik, itu akan membahayakan eksistensi suatu agama. Perilaku Hambali, Amrozi atau Pendeta Mangapin Sibuea itu dapat kucontohkan. Tapi Tuhan sudah mengungkap kesalahan mereka. Itulah pengadilan Tuhan. Lebih baik Tuhan yang mengadili. Kesalahan yang tersingkap menjadi ajang pengajaran.
Ajaran Tasawuf di kalangan kaum sufi mulai tak janggal menerima pemahaman Theosofi dan Perenialisme. Kalangan umat Islam, kaum sufi yang bertasawuf bisa menerima dengan ikhlas tarian Jalaluddin Rumi, menjadi hakekat pengajaran enlightenment, dan itu tersanggupkan mengiringi hakekat bershalat dan berzikir. Apabila kesenimanan Jalaluddin Rumi itu kuadaptasikan ke dalam perjalanan ruh Tchaikowsky, akankah umat Islam melarang tarian Rumi? Ah, burung saja bisa terbang ke mana saja. Keleluasaan semesta ini menjadi haknya juga. Kebangkitan ruh memperturutkan nasib yang bermacam-macam untuk mengisi keleluasaan alam semesta. Jangan sempit menilai, seperti meraba dalam kegelapan. Alam semesta terang benderang, sangat leluasa dan lapang. Bisa diisi apa saja. Jauhi pandangan yang cupat!
Komunitas Anand Ashram, Shambala, Reiki, Subud, Tibet dan lain-lain, merupakan pembawa aspirasi New Age. Dapat dikatakan dari merekalah keakuan beragama itu berubah wajah menuju agama universal.
Ciri-ciri khas komunitas itu adalah healing dan enlightenment. Dengan kekuatan aura diperoleh daya penyembuhan. Adapun itu kukatakan sebagai berkah perdamaian yang kini memang dicurahkan Tuhan pada orang-orang pecinta perdamaian. Healing dan enlightenment itu adalah berkah Tuhan yang mudah diperoleh kalau mengamalkan persatuan umat dan memperjuangkan perdamaian.
Kekalutan dunia dan hingar-bingarnya kalau dibawa ke perenungan meditasi cepat mendapat sambutan Tuhan. Hati nurani yang pekak diperbandingkan Tuhan dengan keridhaan-Nya mencurahkan pencerahan hati seketika. Kepada orang-orang yang menggali suara hati nurani, Tuhan memang sedang bekerja keras mencerahkan hati nurani dan mengobral penyembuhan melalui pelatihan rohani. Karena umat manusia sedang mengalami masa-masa kegelapan dan sedang tertimpa kutukan-Nya. Sebagai perimbangan, Tuhan sangat bermurah hati kepada orang-orang yang mencari pencerahan dan menempuh jalan damai.
Ulasan tentang New Age di website kami ada dalam “Lembaran Eden”, silahkan melihat penjelasan kami lebih jauh di sana.
Salam Sejahtera
Jibril Ruhul Kudus
Jakarta, 13 Februari 2004