Sori banyak nanya
pencatatan terhadap rasa sakit (sakit...sakit...sakit dst dst dst), apakah terus dilakukan sampai sakitnya lenyap (atau muncul sensasi lain yg lebih dominan)
atau hanya pencatatan awal, untuk seterusnya hanya pengamatan terhadap rasa sakit saja
saudara Ruby yang baik, maaf baru jawab sekarang sebenarnya ini adalah masalah yang seringkali muncul pada meditator Vipassana, bila muncul rasa sakit kita boleh catat: sakit...sakit... sambil terus diperhatikan hingga rasa sakit itu hilang, lalu kembali ke objek utama, yaitu kembung-kempis perut.
Tetapi kadang-kadang rasa sakit tersebut tak mau hilang juga setelah diperhatikan, malah rasa sakit tersebut bertambah kuat. Dalam menghadapi keadaan ini diperlukan kesabaran untuk menghadapi rasa sakit tersebut. Bila rasa sakit bertambah kuat kita hanya perhatikan rasa sakit tersebut disertai sikap batin yang menerima dengan penuh kesabaran, karena rasa sakit hanya fenomena perasaan, tubuh anda tak akan luka, kaki anda tak akan patah atau lumpuh. Rasa sakit hanya suatu bentuk ketidak-nyamanan yang timbul, tetapi tidak kita sukai/kita tolak.
Bila mulai tak kuat menghadapi rasa sakit tersebut coba perhatikan penolakan-penolakan yang ada dalam batin, coba konsentrasi melihat penolakan-penolakan (terhadap rasa sakit) tersebut. Perhatikan, sadari dan catat menolak..menolak... hingga penolakan tsb hilang.
Bila telah hilang kembali perhatikan kembung-kempis, Demikian seterusnya.
Bila penolakan dan rasa sakit tak mau hilang maka sadari kehendak yang timbul untuk merubah posisi, kemudian perlahan-lahan tanpa lepas perhatian terhadap gerakan tubuh rubahlah posisinya (atau berdiri) sambil terus mencatat setiap gerakan yang timbul, misalnya: berdiri...berdiri.... atau catatan lain menurut cara anda.
Hal yang harus diingat: dalam meditasi kita hanya memperhatikan satu hal pada satu saat.
selamat mencoba.