//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TUMBUHAN: Makhluk hidup?  (Read 22944 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #15 on: 20 October 2007, 02:34:30 PM »
krn sy yg posting, berarti pertanyaan ini jadi tanggung jawab sy  ;D

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
jawab:
hmmm... secara umum tidak. tapi bagi beberapa pribadi, mungkin bisa bermanfaat.

- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?
jawab: pertanyaan ini bisa bermanfaat / tidak tergantung dari pribadi masing2. Tergantung apa? tergantung batin juga:
~ Ada yg melekati pertanyaan ini, tanpa mendapat jawaban secara memuaskan akan membuatnya menderita (penasaran terus)
~ Ada yg menganggap ini hanya sebagai studi akademis, mendapat jawaban / tidak, tidak apa2, minimal ada manfaat berdiskusi
~ Ada yg reaksi bathinnya timbul penolakan terhadap pertanyaan ini. Ini juga tidak bagus, karena telah melatih akusala citta.

Kira-kira begitu menurut saya, tergantung ekspektasi yg ditanam


Anumodana,


 
 _/\_
« Last Edit: 20 October 2007, 02:39:52 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #16 on: 20 October 2007, 02:49:37 PM »
saya tambahkan sedikit lagi, kenapa sy pikir pertanyaan ini bermanfaat.

Kalau kita menguasai jawaban atas pertanyaan ini dengan baik akan sangat bagus, karena akan berguna bagi kita untuk menjelaskan kembali kepada awam yg tertarik Dhamma.

Seperti tadi pagi, rekan kantor sy yg mulai tertarik ajaran Buddha, yg memulai pertanyaan ini, meski tidak mendapat jawaban yg PASTI, minimal kita dapat memberi jawaban yg baik, agar mereka tertarik lebih jauh dan terus menggali dan melempar pertanyaan (berdiskusi).

 _/\_
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #17 on: 20 October 2007, 03:20:01 PM »
kehidupan merupakan gabungan dari NAMA dan RUPA

RUPA: bentuk jasmani

NAMA: pikiran (bathin)

merupakan gabungan dari
~ perasaan
~ pencerapan
~ bentukan mental
~ kesadaran

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa
Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa
Rebirth (tumimbal lahir) adalah: bergabungnya kembali nama dan rupa

disarikan dari: Kepercayaan umat Buddha, V. Sri Dhammananda halaman 103

Menurut SN 12.2

Quote
And what is name-&-form? Feeling, perception, intention, contact, & attention: This is called name. The four great elements, and the form dependent on the four great elements: This is called form. This name & this form are called name-&-form.

Memang ada perbedaan definisi antara sutta dan abhidhamma yang saya tahu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #18 on: 20 October 2007, 03:22:15 PM »
Konon katanya,
ada mahluk yg memiliki nama dan rupa
ada mahluk yg memiliki nama saja tanpa rupa
ada mahluk yg memiliki rupa saja tanpa nama

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa

Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa

Apakah kalau nama saja tanpa rupa berarti mati?
Apakah kalau rupa saja tanpa nama juga berarti mati?
Kok membingungkan? :??
Itu kalau tidak salah ada dalam definisi 31 alam kehidupan. Ada alam yang hanya rupa saja tanpa nama, ada juga nama saja tanpa rupa. dan ada kedua2xnya.

Apakah mati ? kalau menurut definisi itu yah tidak.
IMO definisi mati itu memang tidak sesimple itu
« Last Edit: 20 October 2007, 03:28:10 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #19 on: 20 October 2007, 03:57:21 PM »
Pertanyaan saya simple saja :

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?

Mohon dijawab dulu dua pertanyaan tsb diatas sebelum membahas lebih lanjut.

Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)

Thanks Bro
be happy ^^

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #20 on: 20 October 2007, 05:28:00 PM »
Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)
Thanks Bro

Anumodana Bro San dan juga Bro Suchamda,
Atas niat naik hendak mengingatkan kita semua agar jangan terlalu terfokus pada kepuasan intelektual.

Seperti yg saya jelaskan tadi, semuanya terpulang ke bathin masing2. Tentu ada manfaat yg bisa dipetik dari setiap diskusi Dhamma.

Tentu saja ada pertanyaan2 yg tidak bermanfaat kalau ditanyakan, seperti: adakah asal dunia, apakah Buddha ada setelah parrinibbana, dsbnya. Pertanyaan pertanyaan itu termasuk ke dalam: Accinteya (tidak terpikirkan) sehingga akan sia-sia bagi kita untuk membahasnya.

Namun atas pertanyaan: "apakah tanaman, virus atau mikroorganisme termasuk makhluk hidup"; apakah ini termasuk accinteya juga (tidak terpikirkan)? Saya rasa tidak yah, karena kita mempunyai referensi2 yg memadai untuk membahas hal ini. Ini merupakan pembahasan Nama dan Rupa, Pancakhanda dan pengklasifikasian, serta ada sutta-sutta pendukungnya.

Nah, dari segi accinteya, pertanyaan ini sudah lolos dan 'sah' untuk dibahas.

Kemudian dari segi manfaatnya, apakah pembahasan ini bermanfaat? Seperti yg telah saya posting di atas, tentu saja ada manfaat yg dapat kita petik dari setiap pembahasan Dhamma, kadarnya tentu terpulang ke bathin kita masing2, yg penting jangan sampai timbul ekstrim kemelekatan ataupun penolakan.

Ini sama halnya dengan kita membahas: pengklasifikasian citta atau kelompok rupa atau niyama2 (hukum2 alam), semuanya tidak ada manfaatnya secara langsung bagi pengembangan bathin, tetapi, secara tidak langsung, akan banyak gunanya.


::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #21 on: 20 October 2007, 06:04:48 PM »
Pertanyaan saya simple saja :

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?

Mohon dijawab dulu dua pertanyaan tsb diatas sebelum membahas lebih lanjut.

Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)

Thanks Bro

klo gt anda tdk usah belajar lg dech nanti melekat lagi..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #22 on: 20 October 2007, 06:49:22 PM »
Aku justru sudah melekat nich sama DC, gimana yah? LANJUTTTTTT
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #23 on: 20 October 2007, 06:59:58 PM »
Aku justru sudah melekat nich sama DC, gimana yah? LANJUTTTTTT
melekat ama DC atau ama Can****  ^-^
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #24 on: 20 October 2007, 11:01:22 PM »
menarik..
masih menunggu pencerahan dari sesepuh  :-?


 _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #25 on: 21 October 2007, 09:13:19 AM »
Oh ya, baru terpikir bahwa Sang Buddha pernah bersabda:

"Wahai para Bhikkhu, terdapat banyak kehidupan, bahkan di air dalam mangkok itu terdapat beribu kehidupan"

Bunyinya tidak tepat begitu, saya juga tidak tau pasti Buddha mengatakan "Kehidupan" ataukah "makhluk hidup" (tolong nih kalau ada yg tau kata2 lengkapnya)...

Kesimpulan sementara saya berdasarkan sutta ini:
Mikroorganisme, yang tidak mempunyai panca indera lengkap (mata, hidung, lidah dan telinga) sudah termasuk makhluk hidup. Pikir saya tidak ada perbedaan yg signifikan antara mikroorganisme sederhana (bakteri, amuba) dan tanaman (ganggang, cendawan dsbnya).

Kita akan lebih kagum lagi jika melihat kehidupan di lautan, yang tidak jelas perbedaan antara binatang dan tumbuhan.

Tidak ada pembatas yg jelas diantara kehidupan. Batasannya adalah gradien (perlahan2 berubah/tidak absolut), contohnya: bintang laut (tidak mempunyai mata, ataupun otak), ubur-ubur sponge/bunga karang  ---> termasuk hewan.

Mungkin semuanya adalah makhluk hidup, maka dari itu Sang Buddha tidak mensyaratkan HARUS VEGETARIAN, karena semua kehidupan adalah makhluk hidup, termasuk tanaman. Kalau harus vegetarian, nantinya umat akan pusing sendiri karena sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan akan tersingkap bahwa tidak ada batasan yg jelas antara binatang dan tumbuhan.

* Ini hanya pendapat pribadi (sementara)*


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #26 on: 21 October 2007, 12:01:32 PM »
Saya melihat bahwa tanggapan dari rekan2, Sdr.Willibordus, Sdr.San, Sdr.Hendra Susanto, tentang pertanyaan retorik yang saya lemparkan ada pointnya.
Selama point2 itu bisa dipahami secara proporsional maka tentunya akan menumbuhkan kebijaksanaan. Anumodana.

Tetapi ada point lain yg belum terungkap dari tujuan saya melemparkan pertanyaan. Marilah coba saya kemukakan disini secara tidak langsung.

----------

Sebuah pertanyaan, darimana munculnya?
Sebuah pertanyaan, apakah harus selalu dicari jawabnya?
Keingintahuan manusia, apakah ada habisnya?
Apakah kita selalu membutuhkan kepastian?
Apakah artinya sebuah keyakinan (saddha)?

Sebuah contoh, barangkali mungkin terkesan OOT, tetapi tidak. Begini :

Kita bisa saja menanyakan : "Apakah kita dilahirkan di dunia ini menjadi orang susah / orang senang itu semata-mata karena karma masa lalu? Barangkali semua itu hanya sebuah kebetulan saja dan tidak memiliki pola. Bagaimanakah kita mencari penjelasan ilmiahnya?"

Nah, dalam menghadapi ketidaktahuan ini, kita bisa menyikapi dengan :
1. Percaya penuh
2. Setengah percaya setengah tidak percaya :
   a. Tidak peduli (diabaikan)
   b. Peduli (diadopsi), tapi membiarkan menunggu datangnya jawaban dari analisa / pengalaman langsung.
3. Tidak percaya

Bila anda orang tipe no.1 dan 3, maka selesailah sudah, tidak akan muncul permasalahan ini.
Tapi bila anda orang tipe no.2 terutama 2b, tentu akan mencari 'pembuktian2' dari sutta2, atau jawaban dari tokoh2 agama.

Tetapi, apakah anda akan puas dengan jawaban itu? Jawabannya, bisa puas dan bisa tidak puas.
Kalau anda puas, maka selesailah sudah. Tapi bila tidak puas, apa lagi yg akan anda lakukan?

Seandainya anda puas, mungkin juga akan muncul pertanyaan dari diri / orang lain: atas landasan apa anda percaya apa yg dikatakan dalam sutta2 itu?

Anda perhatikan saja seluruh proses yg saya coba gambarkan di atas. Apa hikmahnya?

Hikmahnya adalah :
1. Keraguan anda tidak akan pernah berhenti bila anda memang mau tidak berhenti. Keyakinan anda akan muncul dimana saja anda mau yakin.

2. Agama adalah sesuatu yang bersifat kepercayaan. Perlu dibedakan dengan ilmu pengetahuan yg memang didasarkan oleh suatu penelitian obyektif. Mencari legitimasi sebuah kepercayaan berdasarkan ilmu pengetahuan adalah suatu landasan yang rapuh. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu berubah. Saat ini kepercayaan anda didukung oleh suatu teori iptek, tapi mungkin 20 tahun lagi barangkali ipteklah yg akan meruntuhkan kepercayaan itu.
Implikasinya apa?
Anda mendasarkan fondasi bangunan keyakinan anda pada tanah gembur.

3. Banyak hal2 dalam ajaran yang bersifat provisional (perlu didukung oleh suatu penafsiran atau pengarah tertentu). Berbeda dengan ajaran yg bersifat definitif. Ajaran yg bersifat provisional membicarakan kebenaran2 relatif. Ajaran bersifat definitif membicarakan sesuatu dari sudut pandang absolut itu sendiri (paramatha sacca).
Thus, anjuran tidak membunuh mahluk hidup itu adalah sebuah upaya kausalya. Pencerahan bukan didapat dari situ. Itu saja sudah berat, apakah anda merasa itu kurang berat sehingga kita perlu berpantang membunuh tanaman?
Apalah arti semua pantangan2 itu?
Mengapa kita tidak terima saja pembedaan antara mahluk hidup dan bukan itu dari sudut pandang pengetahuan manusia pada masa itu utk kemudian bagai memeras santan : mengambil esensinya dan membuang ampasnya?
Apa korelasinya dengan mengkaitkan hal2 yg bersifat provisional dengan pemahaman iptek pada masa kini?
Apakah anda mengira bahwa klasifikasi mahluk hidup itu adalah sebuah ajaran definitif?

4. Pemahaman terhadap ajaran tidaklah boleh diterjemahkan secara kaku. Akusala citta adalah sesuatu yg perlu kita hindari. Tapi apakah bisa kita senantiasa bisa hidup tanpa akusala citta?
So, what's wrong bila kita memiliki akusala citta selama hal itu masih bisa diterima secara normatif dan etis oleh masyarakat?
- Memikirkan kesalahan itu akan memunculkan sebuah kesalahan yg lainnya lagi (akusala citta yg lain).
- Menghindari kita memiliki akusala citta adalah hal yang absurd. Pikiran tak mungkin menghentikan pikiran.
Aku tak mungkin berupaya menuju 'tanpa aku'.
Satu-satunya cara untuk menuju ke perhentian pikiran (menghentikan proses prapanca-sanna-sankha), adalah dengan restfull within mindfulness. Bila anda tegang, apalagi bersifat diskursif dengan persoalan itu, maka pesan yg ingin disampaikan dalam permasalahan itu menjadi hilang. Hal itu menjadi belenggu baru.
Menurut saya, menjalankan Dhamma itu harus santai, jangan tegang. Sebaiknya disertai dengan hati yang riang / gembira dan ringan fleksibel.
a. Bila kita berdiri dengan berjinjit maka tidak akan dapat berdiri lama.
   Berlari dengan terlalu condong ke depan akan menyebabkan kita terjungkal.
b. Orang makan untuk hidup,
    tapi orang yang berpikir terlalu keras mengapa kita harus makan untuk hidup, akhirnya akan mati kelaparan karena lupa untuk makan yg sesungguhnya.
c. Kerbau makan rumput adalah dharma.
    Tapi berfilosofi mengapa kerbau makan rumput, hal inilah yang harus dipatahkan.
d. Pisau tumpul tidak dapat digunakan untuk memotong,
    Tapi pisau yang diasah terlalu tajam akan cepat tumpul.
    Menelaah Dhamma memang harus dengan analisa yang tajam,
    tapi penelaahan yg terlalu meruncing tidak menghasilkan apa-apa kecuali setumpuk teori kering.

Mudah2an dapat dipahami.

Salam,
Suchamda
« Last Edit: 21 October 2007, 12:10:00 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #27 on: 21 October 2007, 02:08:59 PM »
Wew,,, saya telah dicerahkan ama bro suchamda...  :)
penjelasan yg cukup mendetail.. Walaupun baru hanya berdasarkan intelektualitas.. Maybe....  ;D

Quote
Aku tak mungkin berupaya menuju 'tanpa aku'.
Satu-satunya cara untuk menuju ke perhentian pikiran (menghentikan proses prapanca-sanna-sankha), adalah dengan restfull within mindfulness. Bila anda tegang, apalagi bersifat diskursif dengan persoalan itu, maka pesan yg ingin disampaikan dalam permasalahan itu menjadi hilang. Hal itu menjadi belenggu baru.
Menurut saya, menjalankan Dhamma itu harus santai, jangan tegang. Sebaiknya disertai dengan hati yang riang / gembira dan ringan fleksibel.

Ini sangat mencerahkan buat saya...

Anumodana  _/\_
mohon bimbingan Anda lebih lanjut...  ^:)^

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #28 on: 21 October 2007, 03:39:44 PM »
Di dlm pembahasan 31 Alam Proses Kehidupan. Ada 2 poin penting yg dibahas:
1) Puggala (makhluk)...
2) Bhumi (alam kesadaran/bathin); bedakan dgn loka (alam fisik/material)...

'Puggala' memiliki kualitas 'bhumi' selama prosesnya di suatu 'loka' (suatu 'loka' bisa didiami berbagai jenis 'puggala'); kualitas 'bhumi' (alam bathin) ini berakumulasi selama itu, akan menentukan nantinya 'puggala' ini rebirth ke 'loka' apa? sebagai 'puggala' apa?

*

31 Alam, jelas tidak ada 'puggala' maupun 'bhumi' yg disebut tumbuhan. Nah, panca-indera (jelas beda jauh dgn pancakkhandha; waspada, Sdr Kemenyan) merupakan pintu akses ke bathin/kesadaran (bhumi). Ada manusia yg lahir tanpa indera tertentu; alam rupa brahma juga minus beberapa indera yg seperti umumnya kita tahu di kama-bhumi (alam kesadaran nafsu-indera)...
Prinsipnya adalah pd bathin serta semua varian prosesnya...

*

Artinya, ada alam brahma yg tdk memiliki pencerapan: Asañña-Sattâ... Walaupun hanya rupa (seperti apa, tdk dijelaskan), namun tetap dikategorikan sebagai 'puggala' ~ karena itulah varian dr proses bathin. Itu merupakan vipaka dr micca-samadhi yg berpandangan bahwa bathinlah satu²nya kendala samsara ini. Sehingga, hasil akumulasi 'puggala' (manusia) dgn kualitas 'bhumi' (asañña) selama di 'loka' kita ini... Itulah yg menjadi passportnya utk migrasi ke 'loka' yg sesuai pula... So, tidak ada penjelasan utk ke "puggala tumbuhan"...

*

Nama; baik itu jasmani makhluk hidup (manusia, binatang, setan, dewa/i) maupun materi (tumbuhan, bebatuan, pasir, udara, ion, quartz) minimal memiliki 4 Elemen Primer:
1) Solid/keras-lembek... (pathavī-dhātu)
2) Cairan-perekat... (āpo-dhātu)
3) Panas-dingin... (tejo-dhātu)
4) Gerak... (vāyo-dhātu)
Maksimum turunannya menjadi 28 elemen lainnya (warna, rasa, feminim/maskulin, aroma, dll)...
Nah, artinya badan/jasmani kita juga memiliki elemen² yg juga dimiliki oleh tumbuhan, kan? Jika kita sebagai 'puggala' manusia yg memiliki hal yg sama dgn semua komponen 'rupa' yg ada di jagad raya ini, artinya kita bisa berinteraksi. Cuma saja perlu diselaraskan "frekuensinya" sesuai dgn Panca Niyama, betul?
Kamma-jarupa (perbuatan yg menghasilkan materi) & citta-jarupa (pikiran yg mengasilkan materi)... Kesemua ini bisa menjadi araha (makanan/nutrisi) bagi lingkungan di sekitar kita. Termasuk air, tumbuhan, batu, dll... Bukan lah krn tumbuhan memiliki kesadaran, namun menimbulkan rangsangan sesuai materi yg terpancar dr suara, hawa, getaran pikiran dari kita; yg mana itu merupakan ahara (nutrisi/makanan) baginya...
Ahara bg indera mata adalah: kontak mata dgn obyek bentuk & warna...
Ahara bg indera hidung adalah: kontak hidung dgn obyek aroma...
Ahara bg indera pikiran adalah: kontak bathin dgn obyek/bentuk pikiran (ide, gagasan, analisa, dll)...
Dst...

*

Jika pd konsetrasi & perhatian yg sangat optimum, pd level meditasi tertentu (jhana), maka jasmani bisa dimanifestasikan selaras dgn unsur elemen tertentu, tanah misalnya, sehingga tubuh ini bisa menyelam ke dalam tanah seperti menyelam ke dalam air...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #29 on: 21 October 2007, 04:26:02 PM »
Bro Gunasaro,

Penjelasan inilah yg saya tunggu-tunggu dan tampaknya harus sy print untuk bisa dibaca pelan2 dan berulang2  ;D

Untuk sementara dari tulisan Bro Gunasaro, hal yg dapat saya petik adalah:

~ 31 alam sebenarnya adalah 31 bhumi (alam kesadaran) dan bukanlah alam loka/alam materi (sebelumnya saya tidak terlalu memperhatikan hal ini)

~ Meskipun tumbuh2an dan lingkungan sekitar (batu, tanah, lautan dsbnya) tidak tergolong sebagai makhluk hidup, namun kita tidak bisa menyepelekan mereka begitu saja. Kenapa? Apa hubungannya menjaga bathin yg baik dengan para tanaman, batu2an dan lautan?
Karena.... adanya Panca Niyama.
Perbuatan dan pikiran kita sebenarnya merupakan 'makanan' (ahara) bagi lingkungan di sekitar kita. Tubuh fisik kita tersusun atas materi yg dasarnya sama dengan seluruh materi bumi ini, artinya ada keselarasan antar tubuh kita dan alam dan dalam 'frekuensi' yg sesuai bahkan bisa berinteraksi langsung.

Aku teringat lagi dengan kata2 bijak: jagalah lingkungan, maka lingkungan akan menjaga anda....
dan dapat juga diplesetkan menjadi: jagalah kamma yg baik, maka  akan baik bagi lingkungan dan lingkungan akan selaras dengan anda...

hmmm sy baca2 lagi deh, ntar kalo ada yg nggak jelas akan sy tanya lagi


Anumodana
 _/\_
 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

 

anything