Mungkin tulisan saya terlalu acak yah? Sehingga gak nyaman dibaca... Muditacittena... kalo bisa membawa manfaat...
Prinsipnya: 'bhumi' dlm 'puggala' yg menempati 'loka', semua mmg eksis. Peranan pentingnya pd kualitas 'bhumi', sehingga termanivestasi pd 'puggala' & 'loka' yg sesuai... Nah, ada manusia (puggala) namun kualitas bathinnya (bhumi) berproses layaknya binatang atau penghuni neraka atau peta/i. Sehingga perilaku keseharian sdh tune-in pd karakter lobha, dosa, & moha yg dominan. Nah, artinya 'puggala' tsb sdh "mengkavling" pd kelahiran berikut sesuai dgn trend bathinnya. Jadi, bisa saja 'puggala' manusia ber'bhumi' setan, atau 'puggala' binatang ber'bhumi' manusia lho...
*
Menurut literatur Buddhisme, kebijaksanaan (pañña) bisa diperoleh dr beberapa pendalaman:
1) Sutamayapañña: kebijaksanaan intelectual knowledge dr: membaca, mendengar, diskusi Dhamma seperti di forum DC ini, dll...
2) Cintamayapañña: kebijaksanaan yg muncul dr kontemplasi antara pengalaman keseharian dr diri sendiri maupun makhluk lain dgn value № 1 di atas...
3) Bhavanamayapañña: kebijaksanaan luhur yg diperoleh dari pengembangan bathin yg mengarah kepada pengikisan total: lobha, dosa, & moha...
Nah, sesuai dgn prinsip Kamma-Niyama, maka tidak ada sebab tanpa akibat. Artinya tidak ada yg percuma & sia²; realitanya, ada yg mengembangkan bathin & ada yg memerosotkan bathin... So, tentunya selama motiv kita diskusi di sini semua didasari utk pengembangan bathin. Maka tidak ada yg percuma alias sia² yah... Tinggal manage reaksi bathin utk senantiasa mengarah kepada pengikisan lobha, dosa, & moha...
Yah, ekstrimnya nih... Jika ada topik diskusi dgn pertanyaan yg berbobot; namun dalam proses diskusi justru memerosotkan bathin, memupuk lobha, dosa, & moha ~ maka bisa saja intellectual knowledge bisa berkembang. Namun skill bathin merosot, hal ini sungguh sayang krn kurang optimum... Obyek dr 6 indera adalah "netral" hingga itu semua dipersepsikan oleh reaksi bathin kita masing²...
*
Oh yah... Dulu ketika kuliah, ada rekan yg sangat fasih dgn referensi Tipitaka sharing ttg Sutta. Yg ceritanya ttg dialog Sang Buddha dgn seorang bhikkhu pakar herbal/kesehatan. Sang Bhagava meminta bhikkhu tersebut mencari satu saja, tumbuhan yg tidak membawa manfaat bagi makhluk lain. Setelah sekian lama, bhikkhu tsb "melapor" bahwa tdk ditemukan satupun tanaman/tumbuhan yg tdk bermanfaat apabila dipergunakan baik & benar... Setahu saya, demikianlah alasan mengapa bahkan para pengikut Raja Kebenaran, bahkan rumput pun tidak diinjak, menghindari pengkondisian perusakan akan tanaman/tumbuhan yg berpotensi membawa manfaat bg pihak lain...
Bahkan menerima makanan pun, anggota sangha tdk boleh memakan yg masih utuh dgn benih/atau biji yg berpotensi utk dicocok-tanamkan (bisa tumbuh). Semua ini bukan karena adanya kesadaran dr tumbuhan, melainkan dr potensi kebermanfaatan bagi pihak lain...
Kalo soal nebang pohon, setahu saya: mencabik & memotong daging saat makan saja, dilarang (vinaya) utk anggota sangha... Gimana memotong pohon yah? Rumput saja dihindari utk dipijak khan?
*
Kalo sehubungan dgn sila ke-1 dr Pancasila Buddhis; tentu saja sdh ada kriteria dr literatur ttg 5 kriteria. Jika benar Bikshu TNH menyatakan demikian, saya pikir beliau sdh keluar dr konteks Pancasila Buddhis & justru bisa membingungkan umat. Namun, apabila konteksnya adalah pendalaman bathin yg halus, secara Abhidhamma ~ maka ini akan menarik dibedah... Jika seseorang bawa golok & membacok² pohon dgn penuh dosa mula citta, seakan² membunuh di pohon. Yah, secara proses bathin, dia membunuh (bukan dr koridor Pancasila Buddhis). Juga demikian dgn org cacat nyaris total, ekstrimnya hanya tinggal 2 indera: pikiran & penglihatan. Melihat obyek, timbul pikiran buruk, mau balas dendam tapi fisik gak mampu ~ dia berpikir seakan² dia membunuh obyek tesebut. Secara Citta Niyama, dia sdh membentuk trend bathin tsb, secara langsung kamma melalui pikiran sdh tereksekusi. Energi Potensial sdh ditanam saat itu utk menyambut vipakanya. Cash Basis, saat itu juga dia sdh "menerima akibat" yaitu trend bathin yg baru lagi. Citta-jarupa, saat itu fisiknya pun langsung bereaksi, jantung berdetak lebih kencang, darah dipacu, temperatur tdk berimbang, dll. Semua itu juga akan memberika reaksi ke sekelilingnya. Kita tahu, anjing tertentu yg terlatih, bahkan bisa "mengendus" niat bulus seseorang. Atau bahkan suka sekali dgn org asing... Dari mana semua itu? Karena ada materi yg terbentuk dr frekuensi pikiran maupun aksi fisik kita...
*
Bagi para Ariya Puggala… bathin mereka sudah murni, bebas total dr kekotoran bathin (lobha, dosa, & moha), kualitas ini tentunya juga membentuk materi tertentu (kamma-jarupa & citta-jarupa), sehingga fisik (rupa) mereka sungguh menawan, bahkan literatur mencatat bahwa kulit mereka bercahaya, suaranya sangat syahdu... Tentunya itu semua bukanlah hal yg over yah? Bukan "dongeng" hiperbola yah...