//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TUMBUHAN: Makhluk hidup?  (Read 22925 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« on: 20 October 2007, 10:10:51 AM »
Makhluk hidup menurut pengertian Buddhism adalah gabungan dari Pancakhanda: rupa dan bathin, so: manusia dan binatang, jelas masuk kelompok ini.

PERTAMA:
Bagaimana dengan tumbuh2an?
~ Ada yang mengatakan tumbuhan terdiri atas: 'Rupa' saja
~ Ada yang bilang teridir atas: 'Rupa dan Vedana (kesadaran)'
Jadi ada yg menggolongkan tumbuhan kedalam: Benda hidup.
Ada juga yg menggolongkan: makhluk hidup

KEDUA:
Bagaimana dengan mikroorganisme dan virus, masuk kategori manakah?
Kalau dinilai dari struktur pusat saraf (otak), semuanya tidak mempunyai otak, bahkan ubur2 juga tidak mempunyai otak, tapi ubur2 masuk kategori makhluk hidup. Bagaimana dengan bintang laut, sponge, coral  dsbnya? Mereka berkembang biak, bereaksi dengan lingkungan dan ada penelitian yg mengatakan mereka merasakan sakit juga.

Terus terang, sampai sekarang, saya masih bingung dengan klasifikasi Virus, Tumbuhan, dan mikroorganisme.

Semoga bisa kita bahas dengan baik disini...

 _/\_

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #1 on: 20 October 2007, 10:33:48 AM »
menurut sy yg dikategorikan mahluk hidup adalah yg mempunyai perasaan...
no 1. msk kategori benda hidup spt yg u blg termasuk jg mikro organisme n virus

Quote
Kalau dinilai dari struktur pusat saraf (otak), semuanya tidak mempunyai otak, bahkan ubur2 juga tidak mempunyai otak, tapi ubur2 masuk kategori makhluk hidup. Bagaimana dengan bintang laut, sponge, coral  dsbnya? Mereka berkembang biak, bereaksi dengan lingkungan dan ada penelitian yg mengatakan mereka merasakan sakit juga.
mempunyai perasaan



Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #2 on: 20 October 2007, 10:42:09 AM »
Saya pernah membaca mengenai ini di forum Buddhisme Indonesia di Friendster. Silakan klik INI

Quote from: Hendrick
Menanggapi adanya beberapa pertanyaan mengenai apakah tumbuhan adalah makhluk hidup, maka saya postingkan sebuah artikel yang sudah sedari dulu saya tulis, tentu dengan beberapa editan.

Saya ingin membahas masalah-masalah yang cukup kontroversial. Yang ingin saya bahas dalam topik ini, apakah tumbuhan adalah makhluk hidup? Telah diketahui bahwa banyak penelitian-penelitian tentang kesadaran tumbuhan. Tumbuhan ini dilihat bereaksi terhadap emosi dan kehendak seseorang serta lingkungan sekitarnya dengan menggunakan peralatan modern tertentu. Tumbuhan ini juga dianggap dapat menderita dan dapat berteriak. Namun banyak juga yang menolak tentang pendapat ini, krn belum dibuktikan secara jelas apakah memang hal itu dapat disebut sebagai suatu kesadaran, dan banyak argumen-argumen lainnya yg pro dan kontra.

Dalam agama Jain, tumbuhan dan benda-benda mati lainnya (api, angin) dianggap sebagai makhluk dengan satu indra, bbrp sekte dari agama Hindu, menganggap tumbuhan dengan mempunyai jiwa. Kita tahu dalam agama Buddha, tumbuhan bukanlah makhluk hidup dan tidak termasuk dalam roda samsara. Namun, bisa saja kesadaran bereinkarnasi dalam tumbuhan, namun hanya sebagai 'rumah'. Misalnya para Yaksha atau Gandharva yang tinggal di pepohonan. Dalam website Theravada, accesstoinsight.org, para bikkhu dalam Vinaya juga dilarang memotong tumbuhan, di sana tumbuhan juga dibedakan menjadi Bijagama dan Bhutagama di mana Bhutagama adalah tumbuhan yg sudah lengkap strukturnya, berada di tempat dan dapat dimasuki makhluk sebagai rumahnya. Tumbuhan dapat dikategorikan sebagai Bhutagama mulai dari tumbuhnya daun pertama dan batang hijau pertama. Fungi atau sekelas jamur digolongkan sebagai Bijagama, bukan Bhutagama. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang telah dipindahkan / dicabut dari tempat asalnya diklasifikasikan sebagai Bijagama.

Ven. Chin Kung juga pernah mengatakan bahwa pada saat pohon seukuran tinggi manusia, maka di dalam pohon tersebut terdapat kesadaran. Dalam sutra Mahayana yaitu Shurangama Sutra, dikatakan bahwa seorang Bodhisattva hendaknya tidak menginjak rumput (mungkin ini adalah pengaruh dari Kitab Vinaya). Ini menunjukkan cinta kasih seorang Bodhisattva. Ven. Thubten Chodron mengatakan bahwa tumbuhan dapat bereaksi terhadap musik, itu hanya seperti magnet yang bereaksi terhadap besi. Ven. Tai Situ Rinpoche pernah ditanya mengapa sekarang kok ada penelitian yang menunjukkan bahwa tumbuhan tampak dapat berkomunikasi satu sama lain? Rinpoche menjawab kemungkinan itu karena memang banyak kesadaran suatu makluk yang masuk ke dalam tumbuhan, namun perlu diingat bahwa tidak semua tumbuhan seperti itu atau tidak semua tumbuhan memiliki kesadaran. Banyak sutra-sutra agama Buddha dengan gamblang menyebutkan bahwa kita harus melindungi alam serta tumbuh-tumbuhan juga.

Dalam Sutta-Nipata, Buddha menyebutkan klasifikasi berbagi makhluk hidup, yang ternyata juga memasukkan kategori tumbuh-tumbuhan! Sedangkan dalam Gilana Sutta juga disebutkan : "That was because garden devas, forest devas, tree devas, and devas inhabiting herbs, grasses, & forest giants have assembled and said to me:...".

Ven. Thich Nhat Hanh menyebutkan bahwa sila pertama tidak membunuh juga berlaku pada tumbuhan juga. Dalam Vajracchendika Prajnaparamita Sutra, menurut Ven.Thich Nhat Hanh, disebutkan bahwa sebenarnya tidak mungkin kita dapat memastikan mana yang mempunyai kesadaran dan mana yang tidak berkesadaran(dan ini tampaknya terbukti dengan adanya kasus tumbuhan). Bahkan dalam tradisi Mahayana, terutama sekte Tian Tai(Tendai)dikatakan bahwa benda mati dan tumbuhan bahkan dapat menjadi Buddha. Tentunya hal ini berkaitan dengan apa yg dinamakan dlm Mahayana Sifat Asli Buddha atau Buddha Nature. Dlm Yogacara, tumbuhan dan benda mati dan seluruh makhluk hidup dan semua yg ada di dunia ini mempunyai kesadaran alaya atau alaya-vijnana. Saya tidak begitu tahu tentang hal ini, oleh krn itu saya tidak membahas lebih lanjut apakah benar tumbuhan dpt menjadi Buddha atau tidak. Bahkan menurut bbrp orang, argumen benda mati mempunyai Buddha-nature, sedikitnya berimbas pada majunya penemuan robot di Jepang, yg di mana filosofi Zen Buddhisme mengakar dalam budaya Jepang.

Saya sudah melihat banyak debat tentang kesadaran tumbuhan ini, salah satunya ada yg mengatakan bahwa benda mati hanya mempunyai bhava, tumbuhan : bhava dan bhuta(makhluk), dan manusia dan binatang terdiri dari bhava, bhuta, dan pranin. Di mana kata-kata 'pranin' ini menunjukkan bahwa suatu makhluk disebut sebagai 'sentient being'. Dalam Milinda Panha, Ven. Nagasena mengatakan bahwa sebatang pohon tidak mempunyai kesadaran, namun ada satu kasus di mana Buddha diceritakan berkomunikasi dengan pohon, yang dimaksud adalah makhluk yang menghuni pohon tersebut sebagai rumah, bukannya pohon itu sendiri.

Orang banyak berargumen bahwa tumbuhan itu memiliki kesadaran karena tumbuhan memilki ciri-ciri seperti halnya makhluk hidup lain. Kita tahu bahwa memang tumbuhan ditunjang dengan Utu(hukum fisik-air, api) dan Bija Niyama(hukum tumbuh-tumbuhan dan organisme) sama halnya dengan manusia dan binatang, namun Kamma Niyama dan Citta Niyama tidak berlaku pada tumbuhan. Ada yg mengatakan tumbuhan hanya punya satu skandha dari 5 skandha, yaitu rupa namun ada juga yang berkata bahwa tumbuhan juga memiliki vedana dan rupa. Ada juga yang mengatakan tumbuhan hanya memiliki 'rudimentary consciousness' (kesadaran tak sempurna), klo saya nggak salah dari bukunya Bhante Narada. Hal ini saya rasa bersumber dari Vinaya Pitaka, di mana terdapat Vinaya yang melarang pembunuhan tanaman. Peraturan ini ditetapkan oleh sang Buddha karena ada 2 sebab: yaitu ketika ada seorang bhikkhu yang memotong pohon, tanpa diketahuinya, perbuatannya melukai anak dari makhluk devata yang hidup di pohon tersebut sebagai rumah. Sebab kedua adalah banyak orang mempergunjingkan para Bhikkhu, mengapa mereka kok membunuh tanaman yang pada waktu itu dianggap mempunyai kehidupan satu indriya yaitu indra perasa (sentuhan).

Dalam Suka Sutra disebutkan (kira-kira terjemahannya seperti demikian), Apabila para makhluk hidup terus menerus melakukan 10 perbuatan buruk, maka akibatnya akan menimbulkan penderitaan pada lingkungan. Apakah yang disebut sebagai 10 perbuatan buruk? Pertama, pembunuhan makhluk hidup menyebabkan tanah menjadi asin dan tumbuhan tidak dapat tumbuh. Dalam Kitab-kitab Agama (ekuivalen dengan Sutta Pitaka), Sang Buddha pernah berkata bahwa menanam pohon dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan kebajikan bagi diri sendiri. Dalam bab kelima dari Vinaya-matrka-satra dikatakan, Seorang Bhiksu yang menanam tiga macam pepohonan sebagai tanda penghormatan pada Triratna, yaitu pohon buah, pohon bunga dan pohon daun, akan mendapatkan berkah dan tidak melakukan pelanggaran. Dari kutipan-kutipan di atas, tampak bahwa Sang Buddha juga sangat memperhatikan lingkungan dan tumbuh-tumbuhan.

Dalam Tipitaka Pali disebutkan: O para bhikkhu, terdapat 5 macam bija, yaitu yang berasal dari akar, batang, ruas, tunas dan biji-bijian. Demikian juga yang disebutkan dalam kitab Vibhanga yaitu yang dari akar / rhizome yaitu misalnya kentang/ tulip, dari batang seperti willow dan mawar, dari ruas seperti tebu dan bamboo, dari sulur seperti stroberi dan dari biji-bijian seperti jagung dan kacang-kacangan

Kita dapat melihat apakah tumbuhan ini memiliki kesadaran atau tidak dengan contoh 'kerasukan'. Dlm agama Buddha, kerasukan ini tidak berarti bahwa kita dimasuki oleh makhluk lain, namun kita hanya dipengaruhi, ini karena manusia bukan seperti botol kosong yang dapat dimasuki sesuatu, namun memiliki kesadaran. Lalu apabila ada makhluk yang masuk ke dalam tumbuhan sebagai rumah, apakah ini menandakan bahwa memang tumbuhan tidak memiliki kesadaran sehingga dapat dimasuki?

Bija atau biji dianggap sebagai suatu wujud dari energi kalori (utu). Contohnya dalam bji mangga terdapat unsur-unsur: pertumbuhan, kohesi, panas, warna, rasa, bau, nutrisi dan gerak. Panas berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan tanaman, dan factor-faktor lainnya hanya sebagai pendukung. Fungsi pertumbuhan ini tentu juga harus mendapatkan stimulus atau rangsangan dari tanah dan air, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjadi.

Banyak orang mengaitkan makhluk hidup dengan adanya otak atau 'central nervous system', namun bagaimana dengan ubur-ubur atau sejenisnya, mereka tak ada otak. Demikian juga mikroorganisme dan virus. Sering soal 'nervous system' ini dijadikan alasan untuk mendukung bahwa tumbuhan tidak dapat menderita atau bukan makhluk hidup, karena tidak mempunyai 'nervous system'.

Dalam agama Buddha sendiri, berdasar sutra-sutra Buddhis, terutama Mahayana, Buddha sendiri sudah mengetahui adanya mikroorganisme walaupun pada masa itu belum ada mikroskop. Dalam Avatamsaka Sutra, mengatakan bahwa dalam satu mangkok berisi air terdapat 84000 makhluk hidup. Bahkan dalam satu sutra lagi yang berkaitan dengan penyembuhan penyakit, Buddha mengatakan bahwa dalam tubuh kita ini banyak sekali terdapat cacing. Cacing-cacing ini juga disebutkan dalam Tipitaka Theravada, di mana cacing-cacing dalam tubuh ini dideskripsikan secara lebih jelas dan bbrp tingkah lakunya. Dalam Sutra Perlindungan Terhadap Anak-anak disebutkan tentang bakteri: berubah bentuk menjadi cacing ganas dan bakteri beracun masuk ke perut bayi. Saya juga pernah baca Visudhi-Magga karangan Buddhagosa di mana mikrorganisme ini juga disebutkan. Tapi masalahnya, selama ini jadinya kita membunuh bermiliar-miliar bahkan lebih mikrorganisme? Apakah ini karma buruk?? Ada yang mengatakan bahwa mikroorganisme itu spt tumbuhan, diatur oleh Bija Niyama ? Bagaimana ini? Apakah mikroorganisme bukan makhluk hidup? Bila tumbuhan diketahui adalah memang makhluk hidup, maka fondasi vegetarianisme juga akan hancur lebur. Apakah benar bahwa tumbuhan hanya 'benda hidup' seperti yang dikatakan oleh para umat Buddhis? Klo dlm Jainisme, membunuh tumbuhan dan benda mati dianggap karma buruk, namun lebih kecil daripada yg memiliki indra-indra lebih dari satu, misalnya serangga, hewan atau manusia sehingga diharuskan vegetarian. Bahkan banyak penganut Jain yang menggunakan semacam penutup hidung untuk menghindari membunuh mikroorganisme pada saat bernapas. Yang saya bingung, Ven. Hsuan Hua dalam transkrip interview di internet mengatakan bahwa kesadaran manusia bisa terpecah menjadi kesadaran 10 binatang, oleh krn itu binatang itu bodoh, dan dapat terpecah lagi mjd bagian yg lebih kecil lagi dan menjadi tumbuhan. Agak nggak masuk akal ini saya rasa, karena dalam agama Buddha tidak ada ajaran bahwa kesadaran dapat terpecah, tapi entah benar atau tidak Ven. Hsuan Hua yang mengatakan itu.

Menjawab pertanyaan yang timbul tentang vegetarian, disebabkan oleh adanya perdebatan mengenai mikroorganisme, Ven. Thich Nhat Hanh berkata:
"To practice nonviolence, first of all we have to practice it within ourselves. In each of us, there is a certain amount of violence and a certain amount of nonviolence. Depending on our state of being, our response to things will be more or less nonviolent. Even if we take pride in being vegetarian, for example, we have to acknowledge that the water in which we boil our vegetables contains many tiny microorganisms. We cannot be completely nonviolent, but by being vegetarian, we are going in the direction of nonviolence. If we want to head north, we can use the North Star to guide us, but it is impossible to arrive at the North Star. Our effort is only to proceed in that direction."
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #3 on: 20 October 2007, 10:43:17 AM »
Quote from: Lanjutan
Dan setelah itu saya menemukan dari berbagai website mengenai apakah tumbuhan memiliki kesadaran dan
dapat merasakan penderitaan.

Dalam sebuah website dituliskan:
Quote:

The truth is that plants, when stressed, release a chemical called ethylene. This chemical indicates that the plant needs to increase cell growth or take other measures against the perceived stressor. Scientists measured levels of ethylene released from stressed plants by listening to them using lasers until a certain frequency was measured.
While this research shows that plants might have a stress-avoidance response, it is quite a stretch to refer to this as pain. It is even more erroneous to equate this response with the pain suffered by animals and human beings. Plants lack nerve endings, brains, hormones, and other structures that would allow them to experience pain. They also lack the ability to move away from sources of stress, an evolutionary trait linked with the ability to feel pain.


Dalam sebuah website Tanya jawab:
Quote:

Plants, when stressed, release a chemical called ethylene. This chemical indicates that the plant needs to increase cell growth or take other measures against the perceived stressor. Scientists measured levels of ethylene released from stressed plants by listening to them using lasers until a certain frequency was measured. This producers the "screams" that people will tell you is proof that plants feel pain. While this research shows that plants might have a stress-avoidance response, it is quite a stretch to refer to this as pain.
The World Health Organization has defined pain as an unpleasant sensory or emotional experience associated with actual or potential tissue damage, or described in terms of such damage. Plants lack nerve endings, brains, hormones, and other structures that would allow them to experience pain. They also lack the ability to move away from sources of stress, an evolutionary trait linked with the ability to feel pain. It is even more erroneous to equate this response with the pain suffered by animals and human beings. I am not aware of any scientific proof that unequivocally proves plants feel pain. I usually ask the person asking to prove that plants feel pain.


Quote:

Isn't it hypocritical to kill and eat plants?There is currently no reason to believe that plants experience pain, devoid as they are of central nervous systems, nerve endings, and brains. It is theorized that the main reason animals have the ability to experience pain is as a form of self-protection. If you touch something that hurts and could possibly injure you, you will learn from the pain it produces to leave it alone in the future. Since plants cannot locomote and do not have the need to learn to avoid certain things, this ability would be superfluous and evolutionarily illogical. Furthermore, the fact that plants may or may not be able to suffer doesn't justify causing pain and distress to animals like dogs, cows, rats, or chickens who we know are capable of suffering a great deal.
It would be hypocritical IF the same criteria or morally relevant attributes that are used to justify animal rights also applied to plants. The criteria cited by the AR movement are "pain and suffering" and being "subjects-of-a-life". An assessment of how plants measure up to these criteria leads to the following conclusions.
First, our best science to date shows that plants lack any semblance of a central nervous system or any other system design for such complex capacities as that of conscious suffering from felt pain.
Second, plants simply have no evolutionary need to feel pain. Animals being mobile would benefit from the ability to sense pain; plants would not. Nature does not gratuitously create such complex capacities as that of feeling pain unless there is some benefit for the organism's survival.
The first point is dealt with in more detail in questions. The general hypocrisy argument is discussed in question

But how can you prove that plants don't feel pain?
Lest we forget the ultimate point of what follows, let us not forget the central thesis of AR. Simply stated: to the extent other animals share with us certain morally relevant attributes, then to that extent we confer upon them due regard and concern. The two attributes that are arguably relevant are: a) our capacity for pain and suffering, and b) the capacity for being the "subject-of-a-life", i.e., being such that it matters to one whether one's life fares well or ill.
Both of these qualities require the existence of mental states. Also note that in order to speak of "mental states" proper, we would denote, as common usage would dictate, that such states are marked by consciousness. It is insufficient to mark off mental states by only the apparent presence of purposefulness or intentionality since, as we shall see below, many material objects possess purposeful-looking behaviors.
So then, how do we properly attribute the existence of mental states to other animals, or even to ourselves for that matter? We cannot infer the presence of felt pain simply by the presence of a class of behaviors that are functional for an organism's amelioration or avoidance of noxious stimuli. Thermostats obviously react to thermal changes in the environment and respond in a functionally appropriate manner to restore an initial "preferred" state. We would be foolish, however, to attribute to thermostats a capability to "sense" or "feel" some kind of thermal "pain". Even placing quotes around our terms doesn't protect us from absurdity.
Clearly, the behavioral criterion of even functional avoidance/defense reactions is simply not sufficient nor even necessary for the proper attribution of pain as a felt mental state.
Science, including the biological sciences, are committed to the working assumption of scientific materialism or physicalism (see "The Metaphysical Foundations of Modern Science", E. A. Burtt, 1924). We must then start with the generally accepted scientific assumption that matter is the only existent or real primordial constituent of the universe.
Let it be said at the outset that scientific materialism as such does not preclude the existence of emergent or functional qualities like that of mind, consciousness, and feeling (or even, dare I say it, free will), but all such qualities are dependent upon the existence of organized matter. If there is no hardware, there is nothing for the software to run on. If there is no intact, living brain, there is no mind. It should also be said that even contemporary versions of dualism or mind-stuff theories will also make embodiment of mental states dependent on the presence of sufficiently organized matter.
To briefly state the case, cognitive functions like consciousness and mind are seen as emergent properties of sufficiently organized matter. Just as breathing is a function of a complex system of organs referred to as the respiratory system, so too is consciousness a function of the immensely complex information-processing capabilities of a central nervous system. It is possible, in theory, that future computers, given a sufficiently complex and orderly organization of hardware and clever software, could exhibit the requisite emergent qualities. While such Compute rs do not exist, we DO know that certain living organisms on this planet possess the requisite complexity of specialized and highly organized structure for the emergence of mental states.
In theory, plants could possess a mental state like pain, but if, and only if, there were a requisite complexity of organized plant tissue that could serve to instantiate the higher order mental states of consciousness and felt pain.
There is no morphological evidence that such a complexity of tissue exists in plants. Plants lack the specialized structures required for emergence of mental states. This is not to say that they cannot exhibit complex reactions, but we are simply over-interpreting such reactions if we designate them as "felt pain".
With respect to all mammals, birds, and reptiles, we know that they possess a sufficiently complex neural structure to enable felt pain plus an evolutionary need for such consciously felt states. They possess complex and specialized sense organs, they possess complex and specialized structures for processing information and for centrally orchestrating appropriate behaviors in accordance with mental representations, integrations, and reorganizations of that information. The proper attribution of felt pain in these animals is well justified. It is not for plants, by any stretch of the imagination. --TA
The absurdity (and often disingenuity) of the plant-pain promoters can be easily exposed by asking them the following two questions:
1) Do you agree that animals like dogs and cats should receive pain-killing drugs prior to surgery?
2) Do you believe that plants should receive pain-killing drugs prior to pruning? --DG

Aren't there studies that show that plants can scream, etc.?
How can something without vocal apparatus scream? Perhaps the questioner intends to suggest that plants somehow express feelings or emotions. This notion is popularized in the book "The Secret Life of Plants", by Tompkins and Bird, 1972. The book describes "experiments" in which plants are claimed to respond to injury and even to the thoughts and emotions of nearby humans. The responses consist of changes in the electrical conductivity of their leaves. The truth is, however, that nothing but a dismal failure has resulted from attempts to replicate these experiments. For some definitive reviews, see Science, 1975, 189:478 and The Skeptical Inquirer, 1978, 2(2):57.
But what about plant responses to insect invasion? Does this suggest that plants "feel" pain? No published book or paper in a scientific journal has been cited as indeed making this claim that "plants feel pain". There is interesting data suggesting that plants react to local tissue damage and even emit signaling molecules serving to stimulate chemical defenses of nearby plants. But how is this relevant to the claim that plants feel and suffer from pain? Where are the replicated experiments and peer-reviewed citations for this putative fact? There are none.
Let us, for the sake of argument, consider the form of logic employed by the plant-pain promoters:
premise 1: Plants are responsive to "sense" impressions.
premise 2: As defined in the dictionary, anything responsive to sense impressions is sentient.
conclusion 1: Plants are sentient.
premise 3: Sentient beings are conscious of sense impressions.
conclusion 2: Plants are conscious of sense impressions.
premise 4: To be conscious of a noxious stimuli is unpleasant.
conclusion 3: Noxious stimuli to plants are unpleasant, i.e., painful.
There is a major logical sleight-of-hand here. The meaning of the term "sentient" changes between premise 2 ("responsive to sense impressions") and premise 3 ("conscious of sense impressions"). Thus, equivocation on the usage of "sentient" is used to bootleg the false conclusion 3. There is also an equivocation on the meaning of "painful" ("unpleasant" versus the commonly understood meaning).


Dan menurut kesimpulan saya sendiri, mengenai tumbuhan dalam agama Buddha:
1. Tumbuhan hanyalah "benda hidup" bukan "makhluk hidup"
2. Tumbuhan ditunjang oleh Utu Niyama dan Bija Niyama
3. Tumbuhan hanya memiliki Rupa, sedangkan Empat Skandha lainnya tidak ada
4. Tumbuhan diklasifikasikan menjadi Bijagama dan Bhutagama
5. Tumbuhan dapat dijadikan tempat tinggal oleh para makhluk dari alam Peta atau Deva Tavatimsa dan Caturmaharajika, sehingga ada kesadaran yang tinggal dalam tumbuhan tersebut.

Hal ini sama ketika dalam ilmu pengetahuan, manusia bersama-sama hewan dimasukkan ke dalam Kingdom Animalia. Tetapi dalam agama Buddha, tentu alam Manusia dan hewan adalah berbeda. Demikian juga menurut ilmu pengetahuan, tumbuhan adalah makhluk hidup, namun dalam agama Buddha dianggap sebagai "benda hidup".

Namaste,
The Siddha Wanderer
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #4 on: 20 October 2007, 10:53:44 AM »
Quote from: sikecil [at
ABBM]Kesadaran atau Vijnana  ( sankrit ) Vinnana ( pali ) .
Dalam kitab Visuddhi Magga XV,
yang dimaksud dengan <kesadaran> dalam agama buddha adalah
pengabungan seluruh bentuk Kesadaran panca Indra ( panca khandha = lima unsur )

MATA yg menimbulkan Kesadaran Melihat terjadi karena pengertian fungsi objek secara physik dan physis,
demikian juga dengan HIDUNG , TELINGA , LIDAH dan TUBUH .

Melalui bhavanga Mano , Dhamma , Manasikara (= avajjana ) terjadi Mano Vinnana ( kesadaran Astral lanjutan ) .

Vinnana ini mempunyai 14 fungsi disebut Vinnana Kicca .
Vinnana Kicca menentukan Tumimbal Lahir .

Manusia dan Binatang / Hewan mempunyai komplett ke 14 Fungsi Vinnana Kicca ini .
Pada Tumbuhan² tidak terdapat beberapa point dari ke 14 Fungsi ini , seperti fungsi Tad Arammana

Jadi pada Manusia dan Hewan dapat disebut mempunyai Fungsi yg Aktip,
sedangkan pada Tumbuhan² mempunyai Fungsi yg Pasip,

karena itu dalam Ajaran Buddha Tumbuhan² tidak termasuk / tidak disamakan / tidak dikategorikan sebagai mahluk yg berpotensi Tumimbal Lahir seperti kedua Mahluk lainnya, tapi bukan tidak bisa .
« Last Edit: 20 October 2007, 10:55:25 AM by Kemenyan »

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #5 on: 20 October 2007, 11:47:51 AM »
thanks Bro Menyan.

Penjelasan untuk tumbuhan ini terpaksa masuk ke Abhidhamma lagi, karena menyangkut masalah KESADARAN. Citta!

Cuman sy bingung dengan beberapa uraian diatas.
Ada baiknya kita uraikan satu persatu dulu.

Dimulai dari 14 macam kesadaran.

Sy terus terang, tidak begitu tau, mungkin bisa kita bedah sama2 plus bantuan dgn teman2 yg lainnya...


Anumodana

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #6 on: 20 October 2007, 11:53:20 AM »
Anumodana Bro Hadi, ternyata pokok pikirannya (yg di quote) banyak miripnya dgn pertanyaan sy.

Pertanyaan sy pun timbulnya dari diskusi dgn sejawat di kantor pagi ini...

oke, kita lanjutkan

::

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #7 on: 20 October 2007, 12:02:04 PM »
Quote
Vinnana ini mempunyai 14 fungsi disebut Vinnana Kicca

Bro Kemenyan....

Bisa tolong sebutkan ke 14 fungsi itu?

Anumodana


 _/\_  :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #8 on: 20 October 2007, 01:09:04 PM »
selingan:

Konon katanya,
ada mahluk yg memiliki nama dan rupa
ada mahluk yg memiliki nama saja tanpa rupa
ada mahluk yg memiliki rupa saja tanpa nama
There is no place like 127.0.0.1

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #9 on: 20 October 2007, 01:16:55 PM »
selingan:
Konon katanya,
ada mahluk yg memiliki nama dan rupa
ada mahluk yg memiliki nama saja tanpa rupa
ada mahluk yg memiliki rupa saja tanpa nama

Kalo berdasarkan penjelasan ini, tumbuhan bisa saja makhluk hidup (rupa tanpa nama)
Tapi sepertinya yang dimaksud makhluk 'rupa tanpa nama' ini bukan berada di alam manusia yah? Berarti status tumbuhan kembali nggak jelas nih.

 ???




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #10 on: 20 October 2007, 01:18:08 PM »
OOT dikit
Definisi Rupa n Nama apa ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #11 on: 20 October 2007, 01:46:39 PM »
kehidupan merupakan gabungan dari NAMA dan RUPA

RUPA: bentuk jasmani

NAMA: pikiran (bathin)
merupakan gabungan dari
~ perasaan
~ pencerapan
~ bentukan mental
~ kesadaran

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa
Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa
Rebirth (tumimbal lahir) adalah: bergabungnya kembali nama dan rupa

disarikan dari: Kepercayaan umat Buddha, V. Sri Dhammananda halaman 103
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #12 on: 20 October 2007, 01:55:49 PM »
Oh.. Thanks bro atas infonya.
Baru tahu neh.. Maklum newbie  :-[
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #13 on: 20 October 2007, 01:59:58 PM »
Konon katanya,
ada mahluk yg memiliki nama dan rupa
ada mahluk yg memiliki nama saja tanpa rupa
ada mahluk yg memiliki rupa saja tanpa nama

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa

Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa

Apakah kalau nama saja tanpa rupa berarti mati?
Apakah kalau rupa saja tanpa nama juga berarti mati?
Kok membingungkan? :??
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #14 on: 20 October 2007, 02:02:13 PM »
Pertanyaan saya simple saja :

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?

Mohon dijawab dulu dua pertanyaan tsb diatas sebelum membahas lebih lanjut.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #15 on: 20 October 2007, 02:34:30 PM »
krn sy yg posting, berarti pertanyaan ini jadi tanggung jawab sy  ;D

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
jawab:
hmmm... secara umum tidak. tapi bagi beberapa pribadi, mungkin bisa bermanfaat.

- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?
jawab: pertanyaan ini bisa bermanfaat / tidak tergantung dari pribadi masing2. Tergantung apa? tergantung batin juga:
~ Ada yg melekati pertanyaan ini, tanpa mendapat jawaban secara memuaskan akan membuatnya menderita (penasaran terus)
~ Ada yg menganggap ini hanya sebagai studi akademis, mendapat jawaban / tidak, tidak apa2, minimal ada manfaat berdiskusi
~ Ada yg reaksi bathinnya timbul penolakan terhadap pertanyaan ini. Ini juga tidak bagus, karena telah melatih akusala citta.

Kira-kira begitu menurut saya, tergantung ekspektasi yg ditanam


Anumodana,


 
 _/\_
« Last Edit: 20 October 2007, 02:39:52 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #16 on: 20 October 2007, 02:49:37 PM »
saya tambahkan sedikit lagi, kenapa sy pikir pertanyaan ini bermanfaat.

Kalau kita menguasai jawaban atas pertanyaan ini dengan baik akan sangat bagus, karena akan berguna bagi kita untuk menjelaskan kembali kepada awam yg tertarik Dhamma.

Seperti tadi pagi, rekan kantor sy yg mulai tertarik ajaran Buddha, yg memulai pertanyaan ini, meski tidak mendapat jawaban yg PASTI, minimal kita dapat memberi jawaban yg baik, agar mereka tertarik lebih jauh dan terus menggali dan melempar pertanyaan (berdiskusi).

 _/\_
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #17 on: 20 October 2007, 03:20:01 PM »
kehidupan merupakan gabungan dari NAMA dan RUPA

RUPA: bentuk jasmani

NAMA: pikiran (bathin)

merupakan gabungan dari
~ perasaan
~ pencerapan
~ bentukan mental
~ kesadaran

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa
Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa
Rebirth (tumimbal lahir) adalah: bergabungnya kembali nama dan rupa

disarikan dari: Kepercayaan umat Buddha, V. Sri Dhammananda halaman 103

Menurut SN 12.2

Quote
And what is name-&-form? Feeling, perception, intention, contact, & attention: This is called name. The four great elements, and the form dependent on the four great elements: This is called form. This name & this form are called name-&-form.

Memang ada perbedaan definisi antara sutta dan abhidhamma yang saya tahu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #18 on: 20 October 2007, 03:22:15 PM »
Konon katanya,
ada mahluk yg memiliki nama dan rupa
ada mahluk yg memiliki nama saja tanpa rupa
ada mahluk yg memiliki rupa saja tanpa nama

Kehidupan adalah: Gabungan nama dan rupa

Kematian adalah: berpisahnya nama dan rupa

Apakah kalau nama saja tanpa rupa berarti mati?
Apakah kalau rupa saja tanpa nama juga berarti mati?
Kok membingungkan? :??
Itu kalau tidak salah ada dalam definisi 31 alam kehidupan. Ada alam yang hanya rupa saja tanpa nama, ada juga nama saja tanpa rupa. dan ada kedua2xnya.

Apakah mati ? kalau menurut definisi itu yah tidak.
IMO definisi mati itu memang tidak sesimple itu
« Last Edit: 20 October 2007, 03:28:10 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #19 on: 20 October 2007, 03:57:21 PM »
Pertanyaan saya simple saja :

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?

Mohon dijawab dulu dua pertanyaan tsb diatas sebelum membahas lebih lanjut.

Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)

Thanks Bro
be happy ^^

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #20 on: 20 October 2007, 05:28:00 PM »
Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)
Thanks Bro

Anumodana Bro San dan juga Bro Suchamda,
Atas niat naik hendak mengingatkan kita semua agar jangan terlalu terfokus pada kepuasan intelektual.

Seperti yg saya jelaskan tadi, semuanya terpulang ke bathin masing2. Tentu ada manfaat yg bisa dipetik dari setiap diskusi Dhamma.

Tentu saja ada pertanyaan2 yg tidak bermanfaat kalau ditanyakan, seperti: adakah asal dunia, apakah Buddha ada setelah parrinibbana, dsbnya. Pertanyaan pertanyaan itu termasuk ke dalam: Accinteya (tidak terpikirkan) sehingga akan sia-sia bagi kita untuk membahasnya.

Namun atas pertanyaan: "apakah tanaman, virus atau mikroorganisme termasuk makhluk hidup"; apakah ini termasuk accinteya juga (tidak terpikirkan)? Saya rasa tidak yah, karena kita mempunyai referensi2 yg memadai untuk membahas hal ini. Ini merupakan pembahasan Nama dan Rupa, Pancakhanda dan pengklasifikasian, serta ada sutta-sutta pendukungnya.

Nah, dari segi accinteya, pertanyaan ini sudah lolos dan 'sah' untuk dibahas.

Kemudian dari segi manfaatnya, apakah pembahasan ini bermanfaat? Seperti yg telah saya posting di atas, tentu saja ada manfaat yg dapat kita petik dari setiap pembahasan Dhamma, kadarnya tentu terpulang ke bathin kita masing2, yg penting jangan sampai timbul ekstrim kemelekatan ataupun penolakan.

Ini sama halnya dengan kita membahas: pengklasifikasian citta atau kelompok rupa atau niyama2 (hukum2 alam), semuanya tidak ada manfaatnya secara langsung bagi pengembangan bathin, tetapi, secara tidak langsung, akan banyak gunanya.


::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #21 on: 20 October 2007, 06:04:48 PM »
Pertanyaan saya simple saja :

- Apakah dengan tidak membunuh tumbuhan hidup kita akan menjadi bertambah baik?
- Apakah dengan bertanya apakah tumbuhan mahluk hidup kita menjadi bertambah bijaksana? ataukah justru sebaliknya hal ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?

Mohon dijawab dulu dua pertanyaan tsb diatas sebelum membahas lebih lanjut.

Hmm, saya rasa Bro Suchamda ini ingin mengingatkan kita, terkadang kita nggak sadar bahwa kita melekat pada keserakahan (Lobha) , kehausan akan pengetahuan intelektual  yang klo nggak diwaspadai akibatnya bisa fatal --> NATO (NO ACTION TALK ONLY) ;)

Thanks Bro

klo gt anda tdk usah belajar lg dech nanti melekat lagi..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #22 on: 20 October 2007, 06:49:22 PM »
Aku justru sudah melekat nich sama DC, gimana yah? LANJUTTTTTT
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #23 on: 20 October 2007, 06:59:58 PM »
Aku justru sudah melekat nich sama DC, gimana yah? LANJUTTTTTT
melekat ama DC atau ama Can****  ^-^
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline lim

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 113
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #24 on: 20 October 2007, 11:01:22 PM »
menarik..
masih menunggu pencerahan dari sesepuh  :-?


 _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #25 on: 21 October 2007, 09:13:19 AM »
Oh ya, baru terpikir bahwa Sang Buddha pernah bersabda:

"Wahai para Bhikkhu, terdapat banyak kehidupan, bahkan di air dalam mangkok itu terdapat beribu kehidupan"

Bunyinya tidak tepat begitu, saya juga tidak tau pasti Buddha mengatakan "Kehidupan" ataukah "makhluk hidup" (tolong nih kalau ada yg tau kata2 lengkapnya)...

Kesimpulan sementara saya berdasarkan sutta ini:
Mikroorganisme, yang tidak mempunyai panca indera lengkap (mata, hidung, lidah dan telinga) sudah termasuk makhluk hidup. Pikir saya tidak ada perbedaan yg signifikan antara mikroorganisme sederhana (bakteri, amuba) dan tanaman (ganggang, cendawan dsbnya).

Kita akan lebih kagum lagi jika melihat kehidupan di lautan, yang tidak jelas perbedaan antara binatang dan tumbuhan.

Tidak ada pembatas yg jelas diantara kehidupan. Batasannya adalah gradien (perlahan2 berubah/tidak absolut), contohnya: bintang laut (tidak mempunyai mata, ataupun otak), ubur-ubur sponge/bunga karang  ---> termasuk hewan.

Mungkin semuanya adalah makhluk hidup, maka dari itu Sang Buddha tidak mensyaratkan HARUS VEGETARIAN, karena semua kehidupan adalah makhluk hidup, termasuk tanaman. Kalau harus vegetarian, nantinya umat akan pusing sendiri karena sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan akan tersingkap bahwa tidak ada batasan yg jelas antara binatang dan tumbuhan.

* Ini hanya pendapat pribadi (sementara)*


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #26 on: 21 October 2007, 12:01:32 PM »
Saya melihat bahwa tanggapan dari rekan2, Sdr.Willibordus, Sdr.San, Sdr.Hendra Susanto, tentang pertanyaan retorik yang saya lemparkan ada pointnya.
Selama point2 itu bisa dipahami secara proporsional maka tentunya akan menumbuhkan kebijaksanaan. Anumodana.

Tetapi ada point lain yg belum terungkap dari tujuan saya melemparkan pertanyaan. Marilah coba saya kemukakan disini secara tidak langsung.

----------

Sebuah pertanyaan, darimana munculnya?
Sebuah pertanyaan, apakah harus selalu dicari jawabnya?
Keingintahuan manusia, apakah ada habisnya?
Apakah kita selalu membutuhkan kepastian?
Apakah artinya sebuah keyakinan (saddha)?

Sebuah contoh, barangkali mungkin terkesan OOT, tetapi tidak. Begini :

Kita bisa saja menanyakan : "Apakah kita dilahirkan di dunia ini menjadi orang susah / orang senang itu semata-mata karena karma masa lalu? Barangkali semua itu hanya sebuah kebetulan saja dan tidak memiliki pola. Bagaimanakah kita mencari penjelasan ilmiahnya?"

Nah, dalam menghadapi ketidaktahuan ini, kita bisa menyikapi dengan :
1. Percaya penuh
2. Setengah percaya setengah tidak percaya :
   a. Tidak peduli (diabaikan)
   b. Peduli (diadopsi), tapi membiarkan menunggu datangnya jawaban dari analisa / pengalaman langsung.
3. Tidak percaya

Bila anda orang tipe no.1 dan 3, maka selesailah sudah, tidak akan muncul permasalahan ini.
Tapi bila anda orang tipe no.2 terutama 2b, tentu akan mencari 'pembuktian2' dari sutta2, atau jawaban dari tokoh2 agama.

Tetapi, apakah anda akan puas dengan jawaban itu? Jawabannya, bisa puas dan bisa tidak puas.
Kalau anda puas, maka selesailah sudah. Tapi bila tidak puas, apa lagi yg akan anda lakukan?

Seandainya anda puas, mungkin juga akan muncul pertanyaan dari diri / orang lain: atas landasan apa anda percaya apa yg dikatakan dalam sutta2 itu?

Anda perhatikan saja seluruh proses yg saya coba gambarkan di atas. Apa hikmahnya?

Hikmahnya adalah :
1. Keraguan anda tidak akan pernah berhenti bila anda memang mau tidak berhenti. Keyakinan anda akan muncul dimana saja anda mau yakin.

2. Agama adalah sesuatu yang bersifat kepercayaan. Perlu dibedakan dengan ilmu pengetahuan yg memang didasarkan oleh suatu penelitian obyektif. Mencari legitimasi sebuah kepercayaan berdasarkan ilmu pengetahuan adalah suatu landasan yang rapuh. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu berubah. Saat ini kepercayaan anda didukung oleh suatu teori iptek, tapi mungkin 20 tahun lagi barangkali ipteklah yg akan meruntuhkan kepercayaan itu.
Implikasinya apa?
Anda mendasarkan fondasi bangunan keyakinan anda pada tanah gembur.

3. Banyak hal2 dalam ajaran yang bersifat provisional (perlu didukung oleh suatu penafsiran atau pengarah tertentu). Berbeda dengan ajaran yg bersifat definitif. Ajaran yg bersifat provisional membicarakan kebenaran2 relatif. Ajaran bersifat definitif membicarakan sesuatu dari sudut pandang absolut itu sendiri (paramatha sacca).
Thus, anjuran tidak membunuh mahluk hidup itu adalah sebuah upaya kausalya. Pencerahan bukan didapat dari situ. Itu saja sudah berat, apakah anda merasa itu kurang berat sehingga kita perlu berpantang membunuh tanaman?
Apalah arti semua pantangan2 itu?
Mengapa kita tidak terima saja pembedaan antara mahluk hidup dan bukan itu dari sudut pandang pengetahuan manusia pada masa itu utk kemudian bagai memeras santan : mengambil esensinya dan membuang ampasnya?
Apa korelasinya dengan mengkaitkan hal2 yg bersifat provisional dengan pemahaman iptek pada masa kini?
Apakah anda mengira bahwa klasifikasi mahluk hidup itu adalah sebuah ajaran definitif?

4. Pemahaman terhadap ajaran tidaklah boleh diterjemahkan secara kaku. Akusala citta adalah sesuatu yg perlu kita hindari. Tapi apakah bisa kita senantiasa bisa hidup tanpa akusala citta?
So, what's wrong bila kita memiliki akusala citta selama hal itu masih bisa diterima secara normatif dan etis oleh masyarakat?
- Memikirkan kesalahan itu akan memunculkan sebuah kesalahan yg lainnya lagi (akusala citta yg lain).
- Menghindari kita memiliki akusala citta adalah hal yang absurd. Pikiran tak mungkin menghentikan pikiran.
Aku tak mungkin berupaya menuju 'tanpa aku'.
Satu-satunya cara untuk menuju ke perhentian pikiran (menghentikan proses prapanca-sanna-sankha), adalah dengan restfull within mindfulness. Bila anda tegang, apalagi bersifat diskursif dengan persoalan itu, maka pesan yg ingin disampaikan dalam permasalahan itu menjadi hilang. Hal itu menjadi belenggu baru.
Menurut saya, menjalankan Dhamma itu harus santai, jangan tegang. Sebaiknya disertai dengan hati yang riang / gembira dan ringan fleksibel.
a. Bila kita berdiri dengan berjinjit maka tidak akan dapat berdiri lama.
   Berlari dengan terlalu condong ke depan akan menyebabkan kita terjungkal.
b. Orang makan untuk hidup,
    tapi orang yang berpikir terlalu keras mengapa kita harus makan untuk hidup, akhirnya akan mati kelaparan karena lupa untuk makan yg sesungguhnya.
c. Kerbau makan rumput adalah dharma.
    Tapi berfilosofi mengapa kerbau makan rumput, hal inilah yang harus dipatahkan.
d. Pisau tumpul tidak dapat digunakan untuk memotong,
    Tapi pisau yang diasah terlalu tajam akan cepat tumpul.
    Menelaah Dhamma memang harus dengan analisa yang tajam,
    tapi penelaahan yg terlalu meruncing tidak menghasilkan apa-apa kecuali setumpuk teori kering.

Mudah2an dapat dipahami.

Salam,
Suchamda
« Last Edit: 21 October 2007, 12:10:00 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #27 on: 21 October 2007, 02:08:59 PM »
Wew,,, saya telah dicerahkan ama bro suchamda...  :)
penjelasan yg cukup mendetail.. Walaupun baru hanya berdasarkan intelektualitas.. Maybe....  ;D

Quote
Aku tak mungkin berupaya menuju 'tanpa aku'.
Satu-satunya cara untuk menuju ke perhentian pikiran (menghentikan proses prapanca-sanna-sankha), adalah dengan restfull within mindfulness. Bila anda tegang, apalagi bersifat diskursif dengan persoalan itu, maka pesan yg ingin disampaikan dalam permasalahan itu menjadi hilang. Hal itu menjadi belenggu baru.
Menurut saya, menjalankan Dhamma itu harus santai, jangan tegang. Sebaiknya disertai dengan hati yang riang / gembira dan ringan fleksibel.

Ini sangat mencerahkan buat saya...

Anumodana  _/\_
mohon bimbingan Anda lebih lanjut...  ^:)^

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #28 on: 21 October 2007, 03:39:44 PM »
Di dlm pembahasan 31 Alam Proses Kehidupan. Ada 2 poin penting yg dibahas:
1) Puggala (makhluk)...
2) Bhumi (alam kesadaran/bathin); bedakan dgn loka (alam fisik/material)...

'Puggala' memiliki kualitas 'bhumi' selama prosesnya di suatu 'loka' (suatu 'loka' bisa didiami berbagai jenis 'puggala'); kualitas 'bhumi' (alam bathin) ini berakumulasi selama itu, akan menentukan nantinya 'puggala' ini rebirth ke 'loka' apa? sebagai 'puggala' apa?

*

31 Alam, jelas tidak ada 'puggala' maupun 'bhumi' yg disebut tumbuhan. Nah, panca-indera (jelas beda jauh dgn pancakkhandha; waspada, Sdr Kemenyan) merupakan pintu akses ke bathin/kesadaran (bhumi). Ada manusia yg lahir tanpa indera tertentu; alam rupa brahma juga minus beberapa indera yg seperti umumnya kita tahu di kama-bhumi (alam kesadaran nafsu-indera)...
Prinsipnya adalah pd bathin serta semua varian prosesnya...

*

Artinya, ada alam brahma yg tdk memiliki pencerapan: Asañña-Sattâ... Walaupun hanya rupa (seperti apa, tdk dijelaskan), namun tetap dikategorikan sebagai 'puggala' ~ karena itulah varian dr proses bathin. Itu merupakan vipaka dr micca-samadhi yg berpandangan bahwa bathinlah satu²nya kendala samsara ini. Sehingga, hasil akumulasi 'puggala' (manusia) dgn kualitas 'bhumi' (asañña) selama di 'loka' kita ini... Itulah yg menjadi passportnya utk migrasi ke 'loka' yg sesuai pula... So, tidak ada penjelasan utk ke "puggala tumbuhan"...

*

Nama; baik itu jasmani makhluk hidup (manusia, binatang, setan, dewa/i) maupun materi (tumbuhan, bebatuan, pasir, udara, ion, quartz) minimal memiliki 4 Elemen Primer:
1) Solid/keras-lembek... (pathavī-dhātu)
2) Cairan-perekat... (āpo-dhātu)
3) Panas-dingin... (tejo-dhātu)
4) Gerak... (vāyo-dhātu)
Maksimum turunannya menjadi 28 elemen lainnya (warna, rasa, feminim/maskulin, aroma, dll)...
Nah, artinya badan/jasmani kita juga memiliki elemen² yg juga dimiliki oleh tumbuhan, kan? Jika kita sebagai 'puggala' manusia yg memiliki hal yg sama dgn semua komponen 'rupa' yg ada di jagad raya ini, artinya kita bisa berinteraksi. Cuma saja perlu diselaraskan "frekuensinya" sesuai dgn Panca Niyama, betul?
Kamma-jarupa (perbuatan yg menghasilkan materi) & citta-jarupa (pikiran yg mengasilkan materi)... Kesemua ini bisa menjadi araha (makanan/nutrisi) bagi lingkungan di sekitar kita. Termasuk air, tumbuhan, batu, dll... Bukan lah krn tumbuhan memiliki kesadaran, namun menimbulkan rangsangan sesuai materi yg terpancar dr suara, hawa, getaran pikiran dari kita; yg mana itu merupakan ahara (nutrisi/makanan) baginya...
Ahara bg indera mata adalah: kontak mata dgn obyek bentuk & warna...
Ahara bg indera hidung adalah: kontak hidung dgn obyek aroma...
Ahara bg indera pikiran adalah: kontak bathin dgn obyek/bentuk pikiran (ide, gagasan, analisa, dll)...
Dst...

*

Jika pd konsetrasi & perhatian yg sangat optimum, pd level meditasi tertentu (jhana), maka jasmani bisa dimanifestasikan selaras dgn unsur elemen tertentu, tanah misalnya, sehingga tubuh ini bisa menyelam ke dalam tanah seperti menyelam ke dalam air...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #29 on: 21 October 2007, 04:26:02 PM »
Bro Gunasaro,

Penjelasan inilah yg saya tunggu-tunggu dan tampaknya harus sy print untuk bisa dibaca pelan2 dan berulang2  ;D

Untuk sementara dari tulisan Bro Gunasaro, hal yg dapat saya petik adalah:

~ 31 alam sebenarnya adalah 31 bhumi (alam kesadaran) dan bukanlah alam loka/alam materi (sebelumnya saya tidak terlalu memperhatikan hal ini)

~ Meskipun tumbuh2an dan lingkungan sekitar (batu, tanah, lautan dsbnya) tidak tergolong sebagai makhluk hidup, namun kita tidak bisa menyepelekan mereka begitu saja. Kenapa? Apa hubungannya menjaga bathin yg baik dengan para tanaman, batu2an dan lautan?
Karena.... adanya Panca Niyama.
Perbuatan dan pikiran kita sebenarnya merupakan 'makanan' (ahara) bagi lingkungan di sekitar kita. Tubuh fisik kita tersusun atas materi yg dasarnya sama dengan seluruh materi bumi ini, artinya ada keselarasan antar tubuh kita dan alam dan dalam 'frekuensi' yg sesuai bahkan bisa berinteraksi langsung.

Aku teringat lagi dengan kata2 bijak: jagalah lingkungan, maka lingkungan akan menjaga anda....
dan dapat juga diplesetkan menjadi: jagalah kamma yg baik, maka  akan baik bagi lingkungan dan lingkungan akan selaras dengan anda...

hmmm sy baca2 lagi deh, ntar kalo ada yg nggak jelas akan sy tanya lagi


Anumodana
 _/\_
 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #30 on: 21 October 2007, 07:17:32 PM »
Wah kayak the secret nih, biarkan alam yang mengatur dan bekerja dengan caranya sendiri, kita tinggal mempergunakannya dan membimbingnya agar sesuai dengan keinginan kita.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #31 on: 21 October 2007, 08:06:06 PM »
Mungkin tulisan saya terlalu acak yah? Sehingga gak nyaman dibaca... Muditacittena... kalo bisa membawa manfaat...

Prinsipnya: 'bhumi' dlm 'puggala' yg menempati 'loka', semua mmg eksis. Peranan pentingnya pd kualitas 'bhumi', sehingga termanivestasi pd 'puggala' & 'loka' yg sesuai... Nah, ada manusia (puggala) namun kualitas bathinnya (bhumi) berproses layaknya binatang atau penghuni neraka atau peta/i. Sehingga perilaku keseharian sdh tune-in pd karakter lobha, dosa, & moha yg dominan. Nah, artinya 'puggala' tsb sdh "mengkavling" pd kelahiran berikut sesuai dgn trend bathinnya. Jadi, bisa saja 'puggala' manusia ber'bhumi' setan, atau 'puggala' binatang ber'bhumi' manusia lho...

*

Menurut literatur Buddhisme, kebijaksanaan (pañña) bisa diperoleh dr beberapa pendalaman:
1) Sutamayapañña: kebijaksanaan intelectual knowledge dr: membaca, mendengar, diskusi Dhamma seperti di forum DC ini, dll...
2) Cintamayapañña: kebijaksanaan yg muncul dr kontemplasi antara pengalaman keseharian dr diri sendiri maupun makhluk lain dgn value № 1 di atas...
3) Bhavanamayapañña: kebijaksanaan luhur yg diperoleh dari pengembangan bathin yg mengarah kepada pengikisan total: lobha, dosa, & moha...

Nah, sesuai dgn prinsip Kamma-Niyama, maka tidak ada sebab tanpa akibat. Artinya tidak ada yg percuma & sia²; realitanya, ada yg mengembangkan bathin & ada yg memerosotkan bathin... So, tentunya selama motiv kita diskusi di sini semua didasari utk pengembangan bathin. Maka tidak ada yg percuma alias sia² yah... Tinggal manage reaksi bathin utk senantiasa mengarah kepada pengikisan lobha, dosa, & moha...
Yah, ekstrimnya nih... Jika ada topik diskusi dgn pertanyaan yg berbobot; namun dalam proses diskusi justru memerosotkan bathin, memupuk lobha, dosa, & moha ~ maka bisa saja intellectual knowledge bisa berkembang. Namun skill bathin merosot, hal ini sungguh sayang krn kurang optimum... Obyek dr 6 indera adalah "netral" hingga itu semua dipersepsikan oleh reaksi bathin kita masing²...

*

Oh yah... Dulu ketika kuliah, ada rekan yg sangat fasih dgn referensi Tipitaka sharing ttg Sutta. Yg ceritanya ttg dialog Sang Buddha dgn seorang bhikkhu pakar herbal/kesehatan. Sang Bhagava meminta bhikkhu tersebut mencari satu saja, tumbuhan yg tidak membawa manfaat bagi makhluk lain. Setelah sekian lama, bhikkhu tsb "melapor" bahwa tdk ditemukan satupun tanaman/tumbuhan yg tdk bermanfaat apabila dipergunakan baik & benar... Setahu saya, demikianlah alasan mengapa bahkan para pengikut Raja Kebenaran, bahkan rumput pun tidak diinjak, menghindari pengkondisian perusakan akan tanaman/tumbuhan yg berpotensi membawa manfaat bg pihak lain...
Bahkan menerima makanan pun, anggota sangha tdk boleh memakan yg masih utuh dgn benih/atau biji yg berpotensi utk dicocok-tanamkan (bisa tumbuh). Semua ini bukan karena adanya kesadaran dr tumbuhan, melainkan dr potensi kebermanfaatan bagi pihak lain...
Kalo soal nebang pohon, setahu saya: mencabik & memotong daging saat makan saja, dilarang (vinaya) utk anggota sangha... Gimana memotong pohon yah? Rumput saja dihindari utk dipijak khan?

*

Kalo sehubungan dgn sila ke-1 dr Pancasila Buddhis; tentu saja sdh ada kriteria dr literatur ttg 5 kriteria. Jika benar Bikshu TNH menyatakan demikian, saya pikir beliau sdh keluar dr konteks Pancasila Buddhis & justru bisa membingungkan umat. Namun, apabila konteksnya adalah pendalaman bathin yg halus, secara Abhidhamma ~ maka ini akan menarik dibedah... Jika seseorang bawa golok & membacok² pohon dgn penuh dosa mula citta, seakan² membunuh di pohon. Yah, secara proses bathin, dia membunuh (bukan dr koridor Pancasila Buddhis). Juga demikian dgn org cacat nyaris total, ekstrimnya hanya tinggal 2 indera: pikiran & penglihatan. Melihat obyek, timbul pikiran buruk, mau balas dendam tapi fisik gak mampu ~ dia berpikir seakan² dia membunuh obyek tesebut. Secara Citta Niyama, dia sdh membentuk trend bathin tsb, secara langsung kamma melalui pikiran sdh tereksekusi. Energi Potensial sdh ditanam saat itu utk menyambut vipakanya. Cash Basis, saat itu juga dia sdh "menerima akibat" yaitu trend bathin yg baru lagi. Citta-jarupa, saat itu fisiknya pun langsung bereaksi, jantung berdetak lebih kencang, darah dipacu, temperatur tdk berimbang, dll. Semua itu juga akan memberika reaksi ke sekelilingnya. Kita tahu, anjing tertentu yg terlatih, bahkan bisa "mengendus" niat bulus seseorang. Atau bahkan suka sekali dgn org asing... Dari mana semua itu? Karena ada materi yg terbentuk dr frekuensi pikiran maupun aksi fisik kita...

*

Bagi para Ariya Puggala… bathin mereka sudah murni, bebas total dr kekotoran bathin (lobha, dosa, & moha), kualitas ini tentunya juga membentuk materi tertentu (kamma-jarupa & citta-jarupa), sehingga fisik (rupa) mereka sungguh menawan, bahkan literatur mencatat bahwa kulit mereka bercahaya, suaranya sangat syahdu... Tentunya itu semua bukanlah hal yg over yah? Bukan "dongeng" hiperbola yah...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline asunn

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 212
  • Reputasi: 13
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #32 on: 21 October 2007, 11:43:32 PM »
thanks for the info :) *sering2 post yah hehehhe

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #33 on: 22 October 2007, 11:30:33 AM »
Bro Suchamda..

Diskusi mengenai pertanyaan yg tidak bermanfaat  telah saya pisahkan ke thread baru saja agar tidak membiaskan diskusi topik ini.

Judul Topiknya adalah "Apakah ada pertanyaan yang sia-sia?"...

Saya pikir masalah ini perlu diluruskan agar umat Buddha tidak perlu ragu untuk bertanya apa saja yang masih tidak dimengerti.

Anumodana
Willibordus

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: TUMBUHAN: Makhluk hidup?
« Reply #34 on: 22 October 2007, 01:31:21 PM »
Saya setuju saja untuk dipisah menjadi thread baru.
Tapi saya rasa judul topik "Adakah pertanyaan yang sia-sia" rasanya kurang tepat. Karena esensinya bukan itu. Sekonyol apapun sebuah pertanyaan tentu ada manfaatnya asalkan kita bisa menyikapi dengan tepat.

Judul yang lebih tepat untuk point yg ingin saya kemukakan barangkali adalah:
"Bagaimana menyikapi sebuah pertanyaan yang tak terjawab"

Kemudian, saya mohon maaf apabila komentar saya bisa menyebabkan umat Buddha takut mengajukan pertanyaan. Saya rasa bukan itu pointnya, dan mereka yang menyimak dengan teliti komentar saya tentu tidak akan menyimpulkan demikian.

Salam.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho