Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: inJulia on 18 October 2009, 11:33:25 AM

Title: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 18 October 2009, 11:33:25 AM
Hai Mr Bond,

Quote from: Bond_post #172
Kalau ada yg bertanya/bersharing dan kita bertujuan membuktikan melalui penjelasan dari bukti yg sederhana sehubungan pembuktian HK, apakah harus diam? kalau memang demikian jangan bertanya atau sharing  . Memang jhana untuk menelusuri dan vipasana mengetahui dan membuktikan essensi hukum kamma. Biasanya kalo vipasannanya sukses dibarengi jhana maka penelusurannya bisa lebih jauh lagi. Dan banyak mereka juga bisa tahu kenapa dia lahir disini dan disitu, begitu dan begini. Demikian tentang org lain. Hanya penelusurannya tidak sejauh dan selengkap SB.
Bukan demikian maksud saya, kan sudah saya post di atas, saya akan berterima kasih kalau ada yang mampu meluruskan pemahaman saya.

Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.

Tapi kalau Anda atau siapapun beranggapan, menyebut itu sebagai BUKTI. Yah, ngga ada yang melarang, lah. he he he

Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma.

Dalam suasana persaingan konsep inilah, sebagian penganutnya berusaha menggungulkan konsep yang dianutnya. Salah satunya dengan berusaha MEMBUKTIKAN secara argumentasi.
Quote from: Bond
Imasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah itu
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Dalam situasi persaingan, maka kutipan itu hanya menunjukkan adanya SEBAB AKIBAT. Karena di Konsep Tuhan Pencipta juga mengakui adanya SEBAB AKIBAT, maka adanya satu proses sebab akibat, belum bisa diakui sebagai kebenaran konsep Hk Karma.

Coba cek post # 187, Bro Bond.

Quote from: Bond
Quote
Benar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)
Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Coba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.

Thanks Bro.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 18 October 2009, 11:35:26 AM
To All....

maaf buat Pak Momod, saya merasa perlu menuliskan ini sedikit sebagai akhir.

Quote from: Bond
Tau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?
Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.

Pemahaman saya, bila kita SANGAT TAHU penyebabnya DENGAN JELAS TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN, barukah itu bisa disebut PASTI, alias BUKTI.

Tapi, kita memahami proses karma itu tidak simpel, justru berbelit-belit, tidak berdiri sendiri, tergantung pada situasi dan kondisi lain, tergantung karma lain(penguat, pelemah dlsb) saling kait, maka demi kejujuran, kita HANYA bisa mengatakan: "DUGAAN SAYA".

Karena hanya DUGAAN, maka sepatutnya jangan disebut sebagai BUKTI.

Dengan berani menyebutnya sebagai PASTI KARENA ini, menurut saya ini memaksakan diri dan menipu diri sendiri. Musavada lah. Ini yang saya maksud TERPEROSOK, TERPELESET.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 18 October 2009, 11:53:25 AM
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Nevada on 18 October 2009, 12:03:08 PM
Saya rasa melalui diskusi di thread "Membuktikan kebenaran Hukum Kamma (versi I)" itu semua sudah mengerti, bahwa Hukum Kamma berjalan bersama dengan hukum-hukum lainnya. Maka dari itu, semua akibat yang ditimbulkan oleh kamma (perbuatan); baik reaksi sosial orang lain, keadaan batin (psikologis) si pelaku, dan efek jangka panjang karena keseimbangan niyama, itu disebut sebagai buah perbuatan (vipaka).

Kalau kita semua sudah sepakat, maka kita seharusnya juga sepakat bahwa sebab-akibat itu memang ada (Hukum Kamma). Tapi yang menjadi poin penting dalam diskusi ini adalah:
- pihak yang meyakini Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan menuntut mekanisme kongkrit dari Hukum Kamma
- pihak yang menyakini Hukum Kamma bisa dibuktikan hanya menyajikan mekanisme sederhana Hukum Kamma

Diskusi ini berangkat dari sudut yang berbeda. Pihak yang meyakini Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan, menuntut bukti sistematis dari satu perbuatan hingga akibat yang tidak terduga. Misalnya jika A membunuh seseorang, maka kelak akan ada petir yang menyambar A. Itu sebabnya mereka menolak mentah-mentah bukti nyata yang bisa terlihat langsung dari Hukum Kamma.

Sedangkan pihak yang menyakini Hukum Kamma bisa dibuktikan memberikan bukti sistematis dalam lingkup sangat terbatas dan jangka waktu yang pendek. Dalam hal ini, bukti yang disodorkan terlihat seperti argumentasi rasionalis. Sedangkan pihak yang meyakini Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan menuntut bukti yang (mungkin) irasionalis. Karena belum ada bukti kongkrit mengenai akibat dari perbuatan ini, maka pihak yang meyakini Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan tetap bersikukuh bahwa "HUKUM KAMMA TIDAK BISA DIBUKTIKAN".

Menurut saya ini adalah kesimpulan prematur. :) Karena sejauh yang kita paham, Hukum Kamma menjelaskan setiap perbuatan akan memunculkan akibat-akibat. Apakah reaksi orang dan keadaan psikologis itu bukan akibat? Tidak mengerti hal ini dan tidak mau mengerti hal ini sangatlah berbeda. Baik, dengan jujur saya mengakui bahwa saya tidak bisa memberikan bukti kongkrit akibat dominan seperti apa yang akan terjadi bila seseorang melakukan sebuah perbuatan. Tapi ini karena tidak ada putthujana yang bisa melihat akibat yang akan terjadi jauh di masa depan. Bayangkan saja, setiap perbuatan Anda akan terakumulasi dengan perbuatan-perbuatan dan akibat-akibat yang lain. Bagaimana saya bisa membuktikan Hukum Kamma sejelas-jelasnya jika saya saja tidak tahu apa yang akan Anda perbuat dan Anda terima beberapa menit setelah ini.

Jika masih ngotot bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, maka saya pikir Anda semua juga melihat bahwa anicca, dukkha, anatta, paticcasamuppada, punabbhava, juga tidak bisa dibuktikan. Apalagi Nibbana.

Semua praktik Dhamma dilakukan bukan atas dasar perhitungan kelak. Semua dilakukan untuk saat ini; prioritas. Hukum Kamma memang belum bisa kita buktikan sejelas-jelasnya. Tapi coba kembangkan moralitas dan kebijaksanaan saat kini, dan saya yakin Anda akan mendapatkan buah nyatanya saat kini juga. Inilah Hukum Kamma.

Percaya pada Hukum Kamma, tapi menganggap bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, adalah dua sikap yang tidak saling mendukung. Ibarat Anda percaya bahwa ada peraturan yang baik, tapi Anda tidak percaya bisa melihat kebaikan dari peraturan itu. Lalu percaya pada Hukum Kamma itu hanya sekadar pertimbangan rasional? Inilah yang sedikit saya tekankan, bahwa kita harus memiliki saddha (keyakinan setelah mempraktikkan).




Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 18 October 2009, 12:25:08 PM
bro Jul ...

Ada sebab ada akibat ... ITU NYATA dan TERBUKTI ! ...

Semua ajaran mengakui hal ini walau "penyajian"nya menurut versi masing-masing ...
Yang ada dan menjadi tren pada manusia awam itu adalah DUALISME >>> baik-buruk

Karena itulah "penyajian" tentang hukum kamma ini jadi sedemikian rupa, sampai-sampai banyak orang yang bila menemui kesulitan, berkonsultasi ingin tau penyebab yang dianggapnya sebagai bukti nyata (dari mulai mendatangi "orang pintar" s/d ikut hypnoteraphy) ...

Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...

Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...

Lebih jauh mengenai kejadian yang kita tidak ketahui sebabnya apa memang masih hipotesa dan tidak bisa dibuktikan ?

Ketidak tahuan kita (tanpa berusaha untuk berkonsultasi pada orang lain) itulah SEBAB dan BUKTINYA!

Ini hal nyata dan merupakan bukti yang terus menerus disanggah karena MANUSIA ITU MASIH SANGAT AWAM AKAN DIRINYA !

Lalu bagaimana dengan hasil konsultasi dengan orang lain untuk mengetahui sebab dari kondisi yang diterima ?

Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...

Selama masih timbul pemikiran untuk berbuat sesuatu yang dimotori dari ketidak tahuan, maka semua akan terlihat saling berkait dan berputar-putar ...

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 18 October 2009, 12:32:34 PM
seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...

anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...

mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...

salam,
dhanuttono
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 18 October 2009, 12:43:31 PM
Permisiii....boleh ikutan ngisi ?

Saya ngikuti thread ini hanya muncul satu kalimat dalam benak saya "CAPE DEH"
Kenapa kalian meributkan sesuatu yang sudah jelas2 ada buktinya?
apa kalian melupakan kisah2 Theragatha dan Therigatha ? bukankah disana mereka memberikan kesaksian tentang betapa beratnya hukuman yg mereka tanggung akibat mereka melakukan pelanggaran...

Sering kita dengar ada yang bergurau mengatakan "darimana tahu kalo neraka itu ada? darimana tahu klo neraka sangat menyiksa ? karena yang masuk neraka tidak pernah laporan tuh ?"

Ato sebaliknya "darimana tahu bahwa surga itu ada? mereka tidak ada yang menelpon tuh setelah masuk surga bahwa disana enak?"

Namun sayang mereka melupakan kisah Theragatha dan Therigatha yang amat jelas2 memang ada semua itu, mereka telah menjalani siksaan akibat pelanggaran mereka, namun karena mereka memiliki tekad yang kuat untuk "menembus penerangan sempurna", memiliki timbunan parami yang cukup, memiliki sila yang tinggi, maka mereka dapat meraih tingkat kesucian Arahat, sehingga mereka mampu mengingat kelahiran masa lampau mereka dan menceritakan dlm kisah Theragatha dan Therigatha yang masih bisa kita baca hingga kini.

Kalau dibaca dari Thread awal dan lanjutan ini, maka kenapa masih juga ragu tentang "HUKUM KAMMA BISA DIBUKTIKAN" jelas2 sdh ada buktinya dari kisah mereka. Kalau kalian masih ingin mendesak lagi coba buktikan dlm kehidupan sekarang, apa hayo?

Saya ada cerita masa lalu (ini kisah nyata)
Sewkt sy kerja dlu, pagi itu ada intelejen mendatangi kepala cabang dan minta untuk menutup saat itu juga, karena kami akan dirampok, kami diminta segera menghitung uang dan memasukkan uang kedalam ruang tahan api (semua bank menyimpan uang didlm ruangan tahan api). Siang hari sy lapar dan keluar utk beli makan, semua teman menahan saya agar jangan keluar karena nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana? saya tetap keluar sambil berkata kepada teman2 siapa yang mau nitip ? kalau saya beli makan nanti ketembak perampok kalian harus ngirim makanan buat saya ya, karena sekarang saya membelikan kalian makanan. Disebelah kantor kami ada RM.Bakmi Gajah Mada yang enak, saya makan disana, ternyata bertemu teman SMA dan kami sempat ngobrol, saya juga udah lupa dengan dia krn wajahnya amat berbeda (lebih seram) tapi saya tetap baik dg dia, juga dlu di SMA sy juga baik dg dia sering bantu dia buat PR, sehingga kami bergurau masa2 SMA dlu, setelah selesai saya kembali kantor dan membagi pesanan yang dipesan teman2. Semua aman2 saja, ternyata di harian berita koran keesokannya ada berita BRI dirampok dengan korban ditembak dihalaman bank setelah mengambil uangnya dari counter bank, pelaku dlm pengejaran, selang beberapa hari terjadi lagi di BRI lagi, dg modus yang sama, setelah terjadi 3 kali kemudian pelaku dapat tertembak sewaktu melarikan diri dalam pengejaran polisi sehingga tewas. Yang membuat saya terkejut adalah dia teman SMA saya yg ketemu di sebelah kantor saya itu. Saya lemas dan tidak tahu harus ngomong apa waktu itu.

nah dari cerita saya ini bukankah sangat amat jelas sekali, bahwa HUKUM KAMMA dapat dibuktikan, bahkan sangat jelas, BARANG SIAPA YANG MENANAM METTA (saya selalu baik dengan dia) MAKA AKAN MENUAI METTA pula (saya selamat, serta berikut kantor saya, selanjutnya tidak pernah dijadikan target perampokan mereka). BARANG SIAPA YANG MENANAM KEJAHATAN (merampok, membunuh, dll) MAKA AKAN MENUAI HASIL nya berupa penembakan dari penegak hukum.

apakah kalian masih meragukan pembuktian hukum kamma yg sy coba sampaikan dengan cerita kisah nyata ini? apabila saya tidak menanam METTA begitu ketemu dia saya cuek (pura2 ga kenal, krn mukanya seram, ihhh sapa lu? lalu segera pergi) DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.

Semoga apa yg ingin saya sampaikan ini bisa ada yg mengerti, bukan maksud saya untuk mengganggu kalian diskusi, itu tidak, bukan maksud saya untuk mengkritik itu tidakk, justru saya mendapat banyak hal dari DC, saya hanya ingin sedikit ikutan menambahkan saja... semoga dapat diterima.

may all beings be happy

mettacittena,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 18 October 2009, 12:49:33 PM
Bro Dhanu,
saya setuju...+GRP  :jempol:
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Jerry on 18 October 2009, 12:50:21 PM
:jempol: utk penjelasan Upasaka

Concisely explained. Too bad I've to wait for another 720hrs. :P _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 18 October 2009, 12:53:32 PM
bro Dhanuttono ...

Ilmu pengetahuan kan bukan hanya tenaga nuklir aja ... Dan profesornya juga bisa ngajar ilmu-ilmu laen yang lebih sederhana dan gak ngejelimet ... :))

Cuma emang anak-anak SD nya aja yang terlalu pengen tau dan diskusinya juga sebatas anak SD, gak nungguin si profesor ada, jadi emang sebegini dah hasil diskusinya ... :))

salam juga,
g.citra
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Jerry on 18 October 2009, 12:56:49 PM
Anumodana utk sharing kesaksian dari Samaneri. _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 18 October 2009, 01:03:02 PM
bro g.citra

memang ilmu pengetahuan buka cm hanya tenaga nuklir, tp jika anda memahami tingkat pendidikan, maka anda tau apa maksud sy, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin spesifik pemahaman ilmu nya... seorang profesor tenaga nuklir tidak mungkin bisa membuat bangunan bertingkat 10, begitu pula sebaliknya profesor bidang konstruksi/sipil tidak mungkin bisa membuat pembangkit tenaga nuklir...

nah tuk mencapai tingkat profesor, seseorang harus belajar dan berusaha tuk kuliah S1, S2 dan S3 kemudian melakukan penelitian (adanya usaha) yg akhirnya ia dapat mencapai tingkat profesor, bukannya langsung lulus SMA langsung jd profesor, mustahil banget bukan ? ini dunia real bukan imajinasi/mie instant

nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...

ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 18 October 2009, 01:08:00 PM
Jadi pengen nulis daftar nih kubu mana yang memandang Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dengan kubu yang memandang Hukum kamma bisa dibuktikan.
Ada yang mau menulis? ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 18 October 2009, 01:11:41 PM
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 18 October 2009, 01:13:42 PM
To All....

maaf buat Pak Momod, saya merasa perlu menuliskan ini sedikit sebagai akhir.

Quote from: Bond
Tau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?
Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.

Pemahaman saya, bila kita SANGAT TAHU penyebabnya DENGAN JELAS TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN, barukah itu bisa disebut PASTI, alias BUKTI.

Tapi, kita memahami proses karma itu tidak simpel, justru berbelit-belit, tidak berdiri sendiri, tergantung pada situasi dan kondisi lain, tergantung karma lain(penguat, pelemah dlsb) saling kait, maka demi kejujuran, kita HANYA bisa mengatakan: "DUGAAN SAYA".

Karena hanya DUGAAN, maka sepatutnya jangan disebut sebagai BUKTI.

Dengan berani menyebutnya sebagai PASTI KARENA ini, menurut saya ini memaksakan diri dan menipu diri sendiri. Musavada lah. Ini yang saya maksud TERPEROSOK, TERPELESET.

 _/\_
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 18 October 2009, 01:14:26 PM
sy mengerti dan memahami akan hukum sebab akibat dalam kehidupan nyata saya, namun sy hanya seorang anak SD yg baru mempelajari kimia dasar dan ingin terus belajar hingga harapan sy, dapat mencapai tingkat yg lebih tinggi sehingga sy dapat membuktikan dengan jelas teknik tenaga nuklir... selama itu belum dapat tercapai, sy tidak akan berstatment bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 18 October 2009, 01:38:03 PM
sy mengerti dan memahami akan hukum sebab akibat dalam kehidupan nyata saya, namun sy hanya seorang anak SD yg baru mempelajari kimia dasar dan ingin terus belajar hingga harapan sy, dapat mencapai tingkat yg lebih tinggi sehingga sy dapat membuktikan dengan jelas teknik tenaga nuklir... selama itu belum dapat tercapai, sy tidak akan berstatment bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan...

gak salah ... gak juga betul ... jadi 'diam' memang terlihat diluar salah dan betul ... :))

Sekedar ngobrol yah bro ...
Kira-kira sampai seberapa paham seseorang akan baru memulai berstatement bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: coecoe on 18 October 2009, 01:41:20 PM
baru mo angkat jempol buat bro dhanu, loh koq gak tahunya banyak muncul statement aneh-aneh... yang lain!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 18 October 2009, 01:46:19 PM
Hai Mr Bond,

Quote from: Bond_post #172
Kalau ada yg bertanya/bersharing dan kita bertujuan membuktikan melalui penjelasan dari bukti yg sederhana sehubungan pembuktian HK, apakah harus diam? kalau memang demikian jangan bertanya atau sharing  . Memang jhana untuk menelusuri dan vipasana mengetahui dan membuktikan essensi hukum kamma. Biasanya kalo vipasannanya sukses dibarengi jhana maka penelusurannya bisa lebih jauh lagi. Dan banyak mereka juga bisa tahu kenapa dia lahir disini dan disitu, begitu dan begini. Demikian tentang org lain. Hanya penelusurannya tidak sejauh dan selengkap SB.
Bukan demikian maksud saya, kan sudah saya post di atas, saya akan berterima kasih kalau ada yang mampu meluruskan pemahaman saya.

Kalau begitu selamat mencari...
:whistle:

Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^
Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)

Tapi kalau Anda atau siapapun beranggapan, menyebut itu sebagai BUKTI. Yah, ngga ada yang melarang, lah. he he he



Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma.

Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan.  ^-^  Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.


Dalam suasana persaingan konsep inilah, sebagian penganutnya berusaha menggungulkan konsep yang dianutnya. Salah satunya dengan berusaha MEMBUKTIKAN secara argumentasi.
Jangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.:))

Quote from: Bond
Imasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah itu
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Dalam situasi persaingan, maka kutipan itu hanya menunjukkan adanya SEBAB AKIBAT. Karena di Konsep Tuhan Pencipta juga mengakui adanya SEBAB AKIBAT, maka adanya satu proses sebab akibat, belum bisa diakui sebagai kebenaran konsep Hk Karma.

Lagi2 membandingkan dengan konsep Tuhan. Apakah Anda tidak bisa melihat korelasi  sebab akibat dan hukum kamma.? koq jadi OOT  :P

Coba cek post # 187, Bro Bond.

Quote from: Bond
Quote
Benar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)
Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Coba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.

Thanks Bro.
Mengena atau tidak mengena adalah tergantung bagaimana Anda memandang seperti yg pernah anda katakan sendiri sebelumnya. Bagi saya tidak ada masalah.

Mettacitena.


 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 18 October 2009, 01:51:10 PM
To All....

maaf buat Pak Momod, saya merasa perlu menuliskan ini sedikit sebagai akhir.

Quote from: Bond
Tau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?
Nah, ujung-ujung nya kita harus kembali pada definisi. Apa artinya BUKTI dan apa artinya DUGAAN. Ini Bro Kelana ahlinya.

Pemahaman saya, bila kita SANGAT TAHU penyebabnya DENGAN JELAS TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN, barukah itu bisa disebut PASTI, alias BUKTI.

Tapi, kita memahami proses karma itu tidak simpel, justru berbelit-belit, tidak berdiri sendiri, tergantung pada situasi dan kondisi lain, tergantung karma lain(penguat, pelemah dlsb) saling kait, maka demi kejujuran, kita HANYA bisa mengatakan: "DUGAAN SAYA".

Karena hanya DUGAAN, maka sepatutnya jangan disebut sebagai BUKTI.

Dengan berani menyebutnya sebagai PASTI KARENA ini, menurut saya ini memaksakan diri dan menipu diri sendiri. Musavada lah. Ini yang saya maksud TERPEROSOK, TERPELESET.

 _/\_

Coba pukul kepala Anda dengan botol sekeras-kerasnya. Apakah sebab dan akibatnya adalah dugaan?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 18 October 2009, 01:53:31 PM
Permisiii....boleh ikutan ngisi ?

Saya ngikuti thread ini hanya muncul satu kalimat dalam benak saya "CAPE DEH"
Kenapa kalian meributkan sesuatu yang sudah jelas2 ada buktinya?
apa kalian melupakan kisah2 Theragatha dan Therigatha ? bukankah disana mereka memberikan kesaksian tentang betapa beratnya hukuman yg mereka tanggung akibat mereka melakukan pelanggaran...

Sering kita dengar ada yang bergurau mengatakan "darimana tahu kalo neraka itu ada? darimana tahu klo neraka sangat menyiksa ? karena yang masuk neraka tidak pernah laporan tuh ?"

Ato sebaliknya "darimana tahu bahwa surga itu ada? mereka tidak ada yang menelpon tuh setelah masuk surga bahwa disana enak?"

Namun sayang mereka melupakan kisah Theragatha dan Therigatha yang amat jelas2 memang ada semua itu, mereka telah menjalani siksaan akibat pelanggaran mereka, namun karena mereka memiliki tekad yang kuat untuk "menembus penerangan sempurna", memiliki timbunan parami yang cukup, memiliki sila yang tinggi, maka mereka dapat meraih tingkat kesucian Arahat, sehingga mereka mampu mengingat kelahiran masa lampau mereka dan menceritakan dlm kisah Theragatha dan Therigatha yang masih bisa kita baca hingga kini.

Kalau dibaca dari Thread awal dan lanjutan ini, maka kenapa masih juga ragu tentang "HUKUM KAMMA BISA DIBUKTIKAN" jelas2 sdh ada buktinya dari kisah mereka. Kalau kalian masih ingin mendesak lagi coba buktikan dlm kehidupan sekarang, apa hayo?

Saya ada cerita masa lalu (ini kisah nyata)
Sewkt sy kerja dlu, pagi itu ada intelejen mendatangi kepala cabang dan minta untuk menutup saat itu juga, karena kami akan dirampok, kami diminta segera menghitung uang dan memasukkan uang kedalam ruang tahan api (semua bank menyimpan uang didlm ruangan tahan api). Siang hari sy lapar dan keluar utk beli makan, semua teman menahan saya agar jangan keluar karena nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana? saya tetap keluar sambil berkata kepada teman2 siapa yang mau nitip ? kalau saya beli makan nanti ketembak perampok kalian harus ngirim makanan buat saya ya, karena sekarang saya membelikan kalian makanan. Disebelah kantor kami ada RM.Bakmi Gajah Mada yang enak, saya makan disana, ternyata bertemu teman SMA dan kami sempat ngobrol, saya juga udah lupa dengan dia krn wajahnya amat berbeda (lebih seram) tapi saya tetap baik dg dia, juga dlu di SMA sy juga baik dg dia sering bantu dia buat PR, sehingga kami bergurau masa2 SMA dlu, setelah selesai saya kembali kantor dan membagi pesanan yang dipesan teman2. Semua aman2 saja, ternyata di harian berita koran keesokannya ada berita BRI dirampok dengan korban ditembak dihalaman bank setelah mengambil uangnya dari counter bank, pelaku dlm pengejaran, selang beberapa hari terjadi lagi di BRI lagi, dg modus yang sama, setelah terjadi 3 kali kemudian pelaku dapat tertembak sewaktu melarikan diri dalam pengejaran polisi sehingga tewas. Yang membuat saya terkejut adalah dia teman SMA saya yg ketemu di sebelah kantor saya itu. Saya lemas dan tidak tahu harus ngomong apa waktu itu.

nah dari cerita saya ini bukankah sangat amat jelas sekali, bahwa HUKUM KAMMA dapat dibuktikan, bahkan sangat jelas, BARANG SIAPA YANG MENANAM METTA (saya selalu baik dengan dia) MAKA AKAN MENUAI METTA pula (saya selamat, serta berikut kantor saya, selanjutnya tidak pernah dijadikan target perampokan mereka). BARANG SIAPA YANG MENANAM KEJAHATAN (merampok, membunuh, dll) MAKA AKAN MENUAI HASIL nya berupa penembakan dari penegak hukum.

apakah kalian masih meragukan pembuktian hukum kamma yg sy coba sampaikan dengan cerita kisah nyata ini? apabila saya tidak menanam METTA begitu ketemu dia saya cuek (pura2 ga kenal, krn mukanya seram, ihhh sapa lu? lalu segera pergi) DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.

Semoga apa yg ingin saya sampaikan ini bisa ada yg mengerti, bukan maksud saya untuk mengganggu kalian diskusi, itu tidak, bukan maksud saya untuk mengkritik itu tidakk, justru saya mendapat banyak hal dari DC, saya hanya ingin sedikit ikutan menambahkan saja... semoga dapat diterima.

may all beings be happy

mettacittena,

Contoh yg bagus  :jempol:

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 18 October 2009, 01:54:02 PM
 [at] coecoe ...

Kompor Meleduk ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 18 October 2009, 02:13:04 PM
sy mengerti dan memahami akan hukum sebab akibat dalam kehidupan nyata saya, namun sy hanya seorang anak SD yg baru mempelajari kimia dasar dan ingin terus belajar hingga harapan sy, dapat mencapai tingkat yg lebih tinggi sehingga sy dapat membuktikan dengan jelas teknik tenaga nuklir... selama itu belum dapat tercapai, sy tidak akan berstatment bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan...

gak salah ... gak juga betul ... jadi 'diam' memang terlihat diluar salah dan betul ... :))

Sekedar ngobrol yah bro ...
Kira-kira sampai seberapa paham seseorang akan baru memulai berstatement bahwa hukum kamma bisa atau tidak dibuktikan ?


yups, sy tau ada sebab dan akibat, tp penjelasan lebih jauh n bukti sy tidak berkomentar lebih banyak. jika anda tanya seberapa jauh seseorang baru bs membukti kan kamma itu benar atau salah, ya praktekan lah dhamma, tembus lah jhana... jika blom, ya sebatas teori... seperti uraian sy sebelumnya, mau mengerti tenaga nuklir ? ya belajar la semua butuh proses, ga ada mie instant... tiba2... jd... kompor meledup... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 18 October 2009, 02:14:52 PM
 _/\_

wew.. masih ada tahap ke II lagi  :)) :)) :))

Hukum Kamma bisa dibuktikan bagi yang memang punya niat untuk membuktikan dan memiliki pemahaman akan seluk beluk sebab dan akibat.. Bagi yang tidak maka mereka tdk akan mampu membuktikan walaupun mereka pernah mengalami dalam kehidupan mereka sekalipun......................

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 18 October 2009, 05:23:28 PM

 

Contoh yg bagus  :jempol:



thanks bro Bond...
kapan2 klo sy minta bantuan nanya2 bisa ya...thanks seblm n sesdhnya...

mettacittena,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 18 October 2009, 05:25:29 PM
Anumodana utk sharing kesaksian dari Samaneri. _/\_

thanks bro Xuvie...
ini bener2 kisah nyata, sy masih inget dg jelas...

mettacittena,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: nancy on 18 October 2009, 06:04:03 PM
Menurut nancy, hukum kamma itu gampang koq dibuktikan.

Setau nancy , kamma itu adalah perbuatan. Dan apa  yang ada disemesta ini mengikuti hukum sebab akibat. Sehingga Hukum kamma adalah hukum yang mengatur perbuatan setiap makhluk sesuai dengan kinerja sebab akibat.
Dan setiap buah yang tercipta dari sebab perbuatan, buahnya/hasilnya bisa muncul saat ini juga, kelahiran ini juga atau di kelahiran masa mendatang.


Itu aja yg nancy mengerti, selanjutnya mohon bimbingannya ya...

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Sukma Kemenyan on 18 October 2009, 06:50:04 PM
inJulia:
mikirnya jangan kejauhan...

Quote
<<Kita lapar kemudian kita berniat makan dan
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Yang bener...
Kalau makan, mulut berisi, perut berisi...
Kenyang atau tidaknya itu lain lagi sebab-sebab dan kondisinya...


Quote
Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan,
banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2
Akibat dari Pencurian adalah ada korban yang merasa kehilangan miliknya.
Kalau masalah tuh pencuri ketangkap ataupun tidak, lain lagi sebab-sebab dan kondisinya...

Kalau pola mikirnya A menghasilkan Z, mungkin bisa.
akan tetapi... diantara A ~ Z masih ada banyak rangkaian akibat, rangkaian sebab.
sehingga A menjadi Z.

Namun, seperti yang anda sebut sebelumnya... A tidak selalu menjadi Z
Semua tergantung kondisi2x pendukung berbuah'nya Z
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 19 October 2009, 09:19:50 AM
NETRAL !
Sebenarnya kita semua berdiskusi dengan keterbatasan kemampuan kita ( parami yang belum mencukupi) , karena kita belum mencapai pencerahan seperti Sang Guru. Untuk saat ini kita hanya sebatas pengetahuan intelektual untuk membedah HUKUM KARMA ( Hukum Universal ) = Hukum Alam. Apapun hasil diskusi selalu tidak memuaskan. Karena kita seperti sedang membahas cara kerja planet Bumi untuk menjelaskan Seluruh Alam Semesta. Hal yang tidak mungkin dilakukan untuk saat ini. Ibaratkan KETERBATASAN MENCARI KETIDAKBATASAN.

IMO,
Namun KETIDAKBATASAN sebenarnya telah tertuang dalam DHAMMA, jadi hanya PROSES yang harus kita jalani untuk mencapai ketidakbatasan.

Tetapi jika mau melihat dari sudut pandang ASAS MANFAAT, maka kita tidak pernah akan meragukan keberadaan Hukum Kamma, Siapa yang punya keberanian untuk mengatakan bahwa Hukum Kamma tidak terbukti.

Contoh :
Saat keyakinan terhadap bekerjanya hukum kamma adalah kokoh, maka pada saat mengalami kegagalan atau masalah, maka secara otomatis kita akan BERUSAHA untuk memperbaiki kearah yang lebih baik, karena kita menyadari bahwa diri sendiri adalah pelakunya.

Pada saat kita tidak menpunyai keyakinan terhadap hukum kamma, maka kita lakukan adalah cari KAMBING HITAM setiap masalah ( karena menganggap ini adalah cobaan adikuasa ), sehingga yang dilakukan BUKAN BERUSAHA, tetapi menjadi penjilat dan pengemis untuk meminta belas kasihan agar terbebas dari masalah.

Inilah salah satu asas manfaat yang terbukti. Perbedaan yang sangat signifikan antara yang punya keyakinan terhadap manfaat dari hukum kamma dengan yang tidak menyakininya.
 
Untuk ini saya sajikan beberapa artikel motivasi mengenai sebab akibat atau tabur tuai, namun sebelumnya saya posting pariwara / iklan yang mau lewat.  


LIHATLAH KE DALAM DIRI KITA

Alkisah dicerita hujan sedang membasahi sebuah kota sunyi di pinggiran ibukota. Angin kencang serta gemuruh kilat yang menyambar, membuat suasana kian mencekam. Tidak lama setelah hujan turun dengan deras, terlihat butiran-butiran air hujan mulai mengenangi selokan dan tumpah sedikit demi sedikit ke jalanan. Kian lama kian banyak air hujan yang tumpah ke jalan tersebut sehingga genangan-genangan air pun mulai tampak di setiap sisi jalan di kota itu. Dan banjir pun telah menghampiri kota tersebut.

Setelah kejadian di kota sunyi tersebut, diatas sana terlihat awan dan angin sedang berdiskusi hebat. Mereka saling menyalahkan atas kejadian banjir yang terjadi pada kota sunyi tersebut kemarin.

"Wahai awan yang congkak, coba kau lihat hasil perbuatan mu, karena ke congkakan mu lah engkau menghasilkan air yang begitu banyak sehingga mengakibatkan banjir di kota sunyi tersebut, apakah kau tidak malu atas perbuatan mu?" kata angin kepada awan

"Bukan kah engkau, yang mendorong butiran - butiran air di badan ku, sehingga butiran-butiran air tersebut menyirami kota tersebut" kata awan dengan lantangnya

Mereka masih berdebat dan mempertahankan pendapatnya masing-masing. Tak jauh dari mereka terlihat burung elang yang melihat percakapan mereka dan menghampirinya.

"Wahai angin dan awan, ada masalah apakah sehingga begitu tegangnya wajah kalian jika ku lihat?" tanya sang elang

Mereka pun menjelaskan pokok masalah nya kepada elang, dan dengan tersenyum elang pun menjawab dengan bijaknya
"Masalah yang kalian hadapi hanya masalah kecil saja, namun ego kalian lah yang membuatnya menjadi besar" Kata elang menjelaskan

"Dengarkan lah wahai saudaraku, sebelum kalian saling menyalahkan, kenapa kalian tidak melihat kedalam diri anda terlebih dahulu, bukan saling menyalahkan? " Lanjut sang elang " Yang kalian lakukan hanya sebuah proses yang saling berkaitan, dan tidak ada salahnya atas perbuatan kalian berdua, angin mendorong awan untuk membuat hujan, dan awan menurunkan butiran-butiran air ke bumi, sehingga harusnya kalian saling mensyukuri atas karunia tersebut, bukan saling menyalahkan, apakah kalian mengerti maksud ku " jelas sang elang dengan lugasnya

Awan dan angin pun terdiam dan menyadari kesalahan mereka.

---

Kadang kala kita terlalu sibuk untuk menyalahkan orang lain, tanpa pernah berintropeksi terhadap perbuatan kita sendiri. Sehingga kita lupa bahwa yang telah di kerjakan orang lain ke kita adalah anugerah yang besar buat kita, karena kita terbiasa untuk memanjakan ego kita, dan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita, walaupun tanpa kita sadari yang telah kita lakukan adalah kesalahan. Mari mulai saat ini, sebelum menyalahkan orang lain, ada baiknya kita mengintropeksi diri kita, apakah perbuatan kita telah benar dan tidak merugikan orang lain, karena seyogyanya insan bijak harus berani mengkritik diri sendiri sebelum di kritik orang lain.

Semoga Bermanfaat
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 19 October 2009, 09:32:10 AM
saya setuju dg anda bro Change...+GRP deh..
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 19 October 2009, 10:24:25 AM
saya setuju dg anda bro Change...+GRP deh..

Terima Kasih
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 11:20:33 AM
Thanks To All...

Saya sudah jelaskan di #2 thread ini, sepertinya kemacetan kita ada pada perbedaan definisi kita masing-masing atas makna : BUKTI dan DUGAAN.

Selanjutnya, saya akan renungkan lagi pelan2 semua postingan yang ada.

Sementara:
Saya coba teliti lagi:
Quote from: Change, Post #133
Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sudah diingatkan, jadi Pertama-tama: JANGAN TERLALU SERIUS dalam membahas ini, biar ngga sakit jiwa. ;-)

Pemahaman saya, Sang Buddha sudah mengingatkan, bahwa memikirkan Kamma-vipaka terlalu jauh saja kita (puthujjana) bisa gila. Apalagi sampai MEASTIKAN satu KAMMA dengan VIPAKAnya, dan menganggapnya sebagai BUKTI, mestinya jauh lebih sulit. karena untuk MEMASTIKAN bahwa Kamma ini yang mengakibatkan Vipaka itu, mestinya kita sudah melihat sendiri seluk beluknya. kalau kita tidak bisa MELIHAT SENDIRI seluk beluknya secara pasti, menurut saya ini lebih tepat disebut: DUGAAN.

Quote from: Upasaka
Jika masih ngotot bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, maka saya pikir Anda semua juga melihat bahwa anicca, dukkha, anatta, paticcasamuppada, punabbhava, juga tidak bisa dibuktikan. Apalagi Nibbana.
mari kita renungkan, kenapa Tilakana, Punarbawa, Nibbana tidak dimasukkan dalam peringatan di sutta (A.N.4.77) ?

Quote from: Upasaka
Percaya pada Hukum Kamma, tapi menganggap bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, adalah dua sikap yang tidak saling mendukung. Ibarat Anda percaya bahwa ada peraturan yang baik, tapi Anda tidak percaya bisa melihat kebaikan dari peraturan itu. Lalu percaya pada Hukum Kamma itu hanya sekadar pertimbangan rasional? Inilah yang sedikit saya tekankan, bahwa kita harus memiliki saddha (keyakinan setelah mempraktikkan).
Saya tegaskan, kita (Puthujjana) yang BELUM, TIDAK bisa membuktikan kebenaran Hukum Karma. Karena saya yakini Samma Sambuddha, bisa.
Saya belum, tidak bisa(saat ini) membuktikan kebenaran Hk Karma, tapi saya meyakininya.
Hk karma sudah ada sebelum Buddhisme muncul, dan saya, kita menjadi Buddhis bukan untuk membuktikan kebenaran Hk Karma. Yang Sang Buddha anjurkan adalah membuktikan Tilakana.

Kalau ada yang BENAR2 MAMPU membuktikan kebenaran Hk Karma, yah bagus, salut. Yang repot kan MERASA BISA, padahal sesunguhnya itu hanya DUGAAN nya saja.

Quote from: G. Citra
Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...

Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...
Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Contohnya,Ketangkapnya seorang pencuri BELUM TENTU akibat buah pencurian terakhirnya. Yang bisa kita lakukan adalah PATUT DIDUGA, ketangkapnya ia karena KARMA mencurinya. Sebab, tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian.

Quote from: G. Citra
Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...
Point saya,
DUGAAN, sebut saja DUGAAN. Jangan memaksakan diri untuk menyebutnya sebagai KEPASTIAN, BUKTI.
Apa bisa bikin resah atau menyamankan, pahit, mengecewakan, kejujuran mesti kita praktekkan! Kalau mampu.... :-)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 11:21:42 AM
Quote from: Dhanuttono, post #5
seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...

anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...

mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...

nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...
Thanks atas dukungannya, Bro Dhanu. he he he he he

Posisi saya, meyakini kebenaran konsep Bom Nuklirnya Sang Prof. Tapi saya tidak merasa malu mengakui: Saya belum, tidak mampu membuktikan kebenaran Bom Nuklir.

nah, kalau ada murid SD yang MENGAKU, MERASA BISA membuktikan sebagian kebenaran Bom Nuklir tersebut, gimana cara jelasin pada mereka2 ini, ya?

Quote from: Dhanuttono, post #11
<del....>
ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
Nah, itulah,
ketika seorang anak SD, membungkus pentol korek api dalam kertas timah, dipukul dan meledak, lalu ia merasa sudah mampu menunjukkan kebenaran Bom--micro--Nuklir.

Menurut saya, kita anak SD, Puthujjana, TIDAK PUNYA KEMAMPUAN MEMASTIKAN ITU BENAR2 LEDAKAN NUKLIR ATAU BUKAN. ITU BELUM TENTU BOM NUKLIR dalam bentuk micro; yang kita (anak SD, Puthujjana) bisa lakukan demi kejujuran adalah menyatakan: MUNGKIN ledakan itu memang micro nuklir.
Jangan PASTIKAN ledakan kecil itu sebagai ledakan nuklir, apalagi PEMBUKTIAN Bom Nuklir.

Demikian juga ketika satu vipaka muncul, kita TIDAK TAHU DENGAN PASTI Karma mana yang sedang masak, berbuah. Kita HANYA BISA MENDUGA, mungkin ini, kemungkinan besar ini. untuk MEMASTIKAN KARMA mana, itu di luar kemampuan kita puthujjana.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 11:23:45 AM
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
Forum gunanya buat tukar pikiran.
saling mengenal pendapat teman lain yang mungkin berbeda.
Tidak harus salah satu mengubah pendapatnya. Tidak harus disimpulkan.
kalau kita sama-sama tidak mampu mematahkan arguemn teman, biarkan tetap berbeda pendapat. Mungkin lain kali ada yang lebih mampu, menjabarkan.

Quote from: Ryu
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 11:30:37 AM
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
Forum gunanya buat tukar pikiran.
saling mengenal pendapat teman lain yang mungkin berbeda.
Tidak harus salah satu mengubah pendapatnya. Tidak harus disimpulkan.
kalau kita sama-sama tidak mampu mematahkan arguemn teman, biarkan tetap berbeda pendapat. Mungkin lain kali ada yang lebih mampu, menjabarkan.

Quote from: Ryu
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)

bukti sih gampang coba anda gampar si coecoe, tar anda tau kok kamma apa yang akan anda dapatkan ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 19 October 2009, 11:32:34 AM
ugh, orang sakti begitu sih gaswat. bisa pecah tujuh kepala orang yang menggamparnya =))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 01:08:20 PM
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^

Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?

Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.


Quote
Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma.
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan.  ^-^  Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Saya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)

Saya bold kalimat Bro, sebagai bukti dugaan saya soal persaingan itu. he he he


Jangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.:))
Pertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?


Lagi2 membandingkan dengan konsep Tuhan. Apakah Anda tidak bisa melihat korelasi  sebab akibat dan hukum kamma.? koq jadi OOT  :P
Demi kejujuran, saya hanya mampu MENDUGA HK Karma benar. Korelasinya , jujur belum saya tahu.


Quote from: Bond
Quote
Benar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)
Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Coba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.

Thanks Bro.
Mengena atau tidak mengena adalah tergantung bagaimana Anda memandang seperti yg pernah anda katakan sendiri sebelumnya. Bagi saya tidak ada masalah.

Mettacitena.
Saya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"
Jawaban Anda 'YA" atau 'TIDAK"?
Anda kan tidak mengiyakan atau menidakkan pertanyaan saya, tapi ngeles dengan membuat statement baru yang sama sekali tidak berkaitan dg pertanyaan saya, gitu Bro Bond.


Quote from: Bond
Coba pukul kepala Anda dengan botol sekeras-kerasnya. Apakah sebab dan akibatnya adalah dugaan?
Menarik!
Contoh ini kurang mendukung terbukti tidaknya Hk Karma.
Tapi, Kalao Anda meminta saya memukul kepala Anda sekeras mungkin, rasanya bisa lebih jelas. (please jangan ketawa dulu, ini serius)
Apakah dengan memukul kepala Anda,
== saya yang akan dapat benjol atau,
== Anda yang akan dapat benjol.
mari kita buktikan.


















[mode joke: off]
he he he

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 01:44:01 PM
ugh, orang sakti begitu sih gaswat. bisa pecah tujuh kepala orang yang menggamparnya =))
=)) ga ada yang berani yak =)) takut kena hukum karma :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 01:46:55 PM
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^

Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?

Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.

mending disamakan suara dulu, hukum karma yang gimana yang mau di buktikan biar dah berhalaman2 ga sia2 kalo ga cape deeeeh
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 01:51:53 PM
Quote from: G. Citra
Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...

Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...

Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Contohnya,Ketangkapnya seorang pencuri BELUM TENTU akibat buah pencurian terakhirnya. Yang bisa kita lakukan adalah PATUT DIDUGA, ketangkapnya ia karena KARMA mencurinya. Sebab, tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian.

inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! :))
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...:))

Urusan kalo saja seandainya anda terlahir MISKIN/CACAT/dsb, SEBABNYA adalah KETIDAK TAHUAN ANDA! Cukup ... Mau cari tau sebab sebenarnya ? Anda harus TAU! ... gak pake alasan lain!  
Kalo gak tau, maksain tau, yah itulah yang saya sebut nantinya jadi muter-muter ... :))

Quote from: G. Citra
Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...

Point saya,
DUGAAN, sebut saja DUGAAN. Jangan memaksakan diri untuk menyebutnya sebagai KEPASTIAN, BUKTI.
Apa bisa bikin resah atau menyamankan, pahit, mengecewakan, kejujuran mesti kita praktekkan! Kalau mampu.... :-)

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 19 October 2009, 02:13:49 PM
 [at]  Injulia

Banyak orang suka membicarakan perbuatan baik atau seakan-akan sebagai perbuatan baik, tetapi tidak dan enggan  melakukan apapun , dan menjadikan wacana untuk didiskusikan, apakah ini termasuk orang yang menpunyai keyakinan terhadap Hukum Kamma ? Tentu sangat sukar untuk menjawabnya. Tetapi reaksi social bereaksi negatif terhadapnya, mungkin ditinjau dari segi manfaat, ini dapat dikatakan sebagai kamma yang berbuah.  

Kadang keputusan selalu berada ditangan kita mendapatkan hasil yang baik ( kusala kamma ) atau hasil yang buruk ( akusala kamma ). Sama seperti kisah nyata dibawah ini. Kalau dilihat dan dievaluasi,  kamma baik atau kamma buruk yang berbuah hanya beda waktu beberapa detik atau menit. Karena pembuat keputusan yang menentukannya hasil akhir.

Maka saya punya ungkapan :

LUPAKAN KEBAIKAN YANG PERNAH DILAKUKAN, TETAPI SELALU INGAT BAHWA KITA BELUM MELAKUKAN KEBAIKAN MELALUI PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN SAAT  INI.

IMO, ini ajaran Buddha yang harus diingat selalu.

Saya sajikan 2 artikel yang hampir sama.  

Menolong Dari Pemerkosa

Pada suatu larut malam, aku melewati sebuah jalan remang-remang, ketika mendadak terdengar jeritan-jeritan tertahan dari balik segerumbulan semak. Aku berhenti dengan terkejut dan memasang telinga. Rasa panikku timbul ketika menyadari bahwa yang kudengar itu adalah suara orang yang sedang bergumul: geraman berat, gerakan meronta yang panik, dan bunyi pakaian yang dirobek. Seorang wanita sedang diserang, hanya beberapa meter dari tempatku berdiri.

Mestikah aku melibatkan diri? Aku takut memikirkan keselamatanku sendiri. Dalam hati aku menyumpah-nyumpah, kenapa memilih rute lain untuk pulang kali ini. Bagaimana kalau aku menjadi korban? Apakah sebaiknya aku mencari telepon terdekat dan menghubungi polisi?

Meski kelihatannya sangat lama, pergulatan batinku sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik, tapi teriakan-teriakan wanita itu sudah semakin lemah. Aku tahu aku mesti cepat bertindak. Bagaimana mungkin aku pergi begitu saja? Tidak. Akhirnya aku membulatkan tekad. Aku tak bisa begitu saja meninggalkan wanita tak dikenal ini, meski itu berarti aku mempertaruhkan hidupku sendiri.

Aku bukan laki-laki pemberani, juga tidak atletis. Entah dari mana aku memperoleh semangat dan kekuatan fisik itu - tapi begitu aku membulatkan tekad untuk membantu wanita tersebut, mendadak aku merasakan perubahan. Aku lari ke balik semak-semak itu dan menarik si penyerang dari atas tubuh si wanita. Kami berguling-guling di tanah dan bergumul selama beberapa menit, sampai kemudian si penyerang melompat bangkit dan melarikan diri. Sambil terengah-engah aku berdiri dan mendekat si wanita yang bersembunyi di balik pohon sambil menangis. Dalam kegelapan, aku hampir-hampir tak bisa melihat sosoknya, tapi aku bisa merasakan shock yang dialamainya.

Karena tak ingin membuat ia semakin ketakutan, semula aku hanya berbicara dari jauh padanya.

"Tak apa," kataku, berusaha menenangkannya. "Orang itu sudah pergi. Kau aman sekarang."

Lama suasana hening, kemudian kudengar wanita itu berkata dengan terheran-heran dan tak percaya.

"Dad, kaukah itu?"

Lalu dari balik pohon itu melangkah putri bungsuku, Katherine.

Banyak orang takut kalau-kalau perbuatan baik yang mereka lakukan justru membawa bencana. Bukankah sering kita mendengar pepatah sinis ini: "Perbuatan baik akan membawa celaka?" Namun kisah diatas merupakan contoh jelas bahwa yang terjadi sering kali berlawanan sepenuhnya. Dengan memutuskan untuk mempertaruhkan hidupnya demi seorang wanita tak dikenal, si ayah akhirnya malah menyelamatkan putrinya sendiri. Dan dalam tekadnya untuk menolong sesama, si ayah mendadak memperoleh kekuatan dan semangat yang menakjubkan. Dalam keadaan biasa, ia takkan sanggup mengumpulkan kekuatan fisik untuk melawan si pemerkosa. Tapi karena tekadnya yang begitu besar, ia bisa menarik kekuatan entah dari mana. Kita mempunyai berbagai kemampuan yang tidak kita sadari. Karena bertekad untuk berbuat baik pada sesamanya, pria ini jadi melakukan hal yang luar biasa bagi dirinya sendiri!




Penyelamatan di Laut

Beberapa tahun lalu, di sebuah desa nelayan kecil di Belanda, seorang pemuda mengajarkan kepada dunia, tentang hadiah yang diperoleh dari sikap tidak mementingkan diri sendiri.

Karena seluruh desa bergerak dalam industri perikanan, sukarelawan untuk regu penyelamat dibutuhkan dalam keadaan darurat.

Suatu malam angin mengamuk, awan-awan bergerak cepat dan badai besar mengancam sebuah perahu penangkap ikan tenggelam di laut. Dalam kepanikan dan ketakutan, awak kapal mengirimkan sinyal bahaya, S.O.S.

Kapten kapal regu penyelamat membunyikan alarm dan penduduk desa berkumpul memandang ke pelabuhan. Ketika regu penyelamat meluncurkan perahu mereka dan berjuang menembus gelombang liar, penduduk desa menanti dengan gelisah ditepi pantai, dengan lentera di tangan untuk menerangi jalan kembali. Satu jam berikut, kapal penyelamat muncul kembali dan penduduk desa bersorak menyambut mereka.

Jatuh kelelahan di atas pasir, para sukarelawan itu melaporkan bahwa kapal penyelamat tidak sanggup menampung penumpang tambahan dan mereka meninggalkan seseorang di belakang. Meskipun hanya satu orang penumpang tapi jika dipaksakan pasti akan akan menenggelamkan kapal penyelamat dan semuanya akan meninggal. Sang kapten meminta satu regu sukarelawan lagi untuk pergi menyelamatkan orang yang tertinggal itu.

Hans, pemuda berumur 16 tahun maju kedepan.

Ibunya memegang lengannya, memohon, "Jangan pergi. Ayahmu meninggal dalam kecelakaan kapal 10 tahun lalu dan kakakmu, Paul, telah hilang di lautan selama 3 minggu. Hans, kamu satu-satunya yang masih saya miliki."

Hans menjawab, "Ibu, saya harus pergi. Apa yang terjadi kalau semua orang berkata, 'Saya tidak dapat pergi, biarkan orang lain yang melakukannya?' Ibu, kali ini, saya harus melakukan tugas saya. Ketika ada panggilan untuk melayani, kita semua perlu mengambil giliran dan melakukan bagian kita."

Hans mencium ibunya, bergabung dengan regu penyelamat dan menghilang dalam kegelapan malam.

Beberapa jam berlalu, bagi ibu Hans itu terasa selamanya. Akhirnya, kapal penyelamat kembali dengan Hans berdiri di ujung kapal.

Dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan, kapten berteriak, "Apakah kamu menemukan orang yang tertinggal itu?"

Hampir-hampir tidak dapat menguasai diri, Hans berteriak balik dengan kegirangan, "Ya, kami menemukannya. Beritahu ibu saya itu adalah kakak saya, Paul !"

Semoga Bermanfaat

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 02:14:47 PM
Terima kasih atas sharingnya Samaneri.
Sangat bagus kandungan moralnya.

tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu  Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN.

Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja.

DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.
MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar.

Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."?

Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti.
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka.

Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 02:16:54 PM
^^ ya dan Kalau inJulia ANGGAP itu bukan sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja. case closed? mau di lock?


apa anda sudah baca sutta ini :
MAHATANHASANKHAYA SUTTA (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13271.msg216643.html#msg216643)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 19 October 2009, 02:20:30 PM
Quote
by inJulia
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?
Ok dalam arti anda setuju bahwa hukum karma bisa dibuktikan.
Ok dalam arti Hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka secara lengkap.
Ok melihat hukum kamma adalah esensinya untuk membawa pada pembebasan
Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.
Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.



Quote
in julia
Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.

Kalau seperti yang anda maksud seperti kemampuan Samma sammbuddha tentu tidak. Ini sama saja Anda membandingkan orang yang hanya melihat bulan dan orang yg telah menginjakan kaki dibulan dan berkeliling disana. Tetapi tetap bulan telah terbukti keberadaannya.

Bagaimana Putthujana yang arahat dengan abinna bisa melihat 2,3,4 bahkan 1000 kelahiran beserta kamma vipakanya , apakah itu bukan juga kemampuan untuk membuktikan?

Sama halnya akan selalu dijadikan alasan HK tidak terbukti jika dijadikan acuan SB. Padahal bukti itu tidak selalu mengacu pada kemampuan lengkap  tetapi pemahaman akan inti dari realitas HK.

Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?

Bila bro masih berpikir terbalik , tidak masalah...silakan simpulkan berdasarkan selera anda.. ^-^

Quote
injulia
Quote
bond
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan.  chuckle  Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Saya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)

Saya bold kalimat Bro, sebagai bukti dugaan saya soal persaingan itu. he he he

Ah... itukan pembenaran diri anda saja.. ^-^ Baca yg jelas...cape deh...
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?


Yg anda katakan, "Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma."---> silakan baca tulisan anda. Dan benarkah demikian?

OOT bos

Quote
in julia
Quote
bondJangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.laugh
Pertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?

Penasaran...?  :))
Pertanyaan yg aneh...dan tidak perlu saya jawab.

Quote
in JuliaSaya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"
Jawaban Anda 'YA" atau 'TIDAK"?


Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.

Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent  :-$ ( Buddha way , mode on. ).




Quote
Anda kan tidak mengiyakan atau menidakkan pertanyaan saya, tapi ngeles dengan membuat statement baru yang sama sekali tidak berkaitan dg pertanyaan saya, gitu Bro Bond.

Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.

Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. :). Simpanlah maksudmu itu bro.  :)







Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 02:22:05 PM
jangan buru-buru bro Ryu ... :))

Lagi nunggu jawaban nih ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 02:28:49 PM
jangan buru-buru bro Ryu ... :))

Lagi nunggu jawaban nih ... :))
:))
yang pasti, orang yang mempercayai hukum karma bisa di buktikan tetap merasakan hukum karma itu sendiri
dan orang yang tidak mempercayai hukum karma bisa di buktikan tetap merasakan hukum karma itu sendiri
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: hatRed on 19 October 2009, 02:36:31 PM
Dorrrrrrr

masih belom selesei yah?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 02:42:14 PM
Dorrrrrrr

masih belom selesei yah?
mau di lock nih bentar lagi :P  :whistle:
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 02:53:46 PM
Quote from: Dhanuttono, post #5
seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...

anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...

mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...

nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...
Thanks atas dukungannya, Bro Dhanu. he he he he he

Posisi saya, meyakini kebenaran konsep Bom Nuklirnya Sang Prof. Tapi saya tidak merasa malu mengakui: Saya belum, tidak mampu membuktikan kebenaran Bom Nuklir.

nah, kalau ada murid SD yang MENGAKU, MERASA BISA membuktikan sebagian kebenaran Bom Nuklir tersebut, gimana cara jelasin pada mereka2 ini, ya?

DUGAAN kan ? :))
Saran saya, kalo anda masih suka menduga-duga, sebaiknya anda juga jangan menduga-duga bahwa hukum kamma tidak bisa dibuktikan !

Quote from: Dhanuttono, post #11
<del....>
ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
Nah, itulah,
ketika seorang anak SD, membungkus pentol korek api dalam kertas timah, dipukul dan meledak, lalu ia merasa sudah mampu menunjukkan kebenaran Bom--micro--Nuklir.

Menurut saya, kita anak SD, Puthujjana, TIDAK PUNYA KEMAMPUAN MEMASTIKAN ITU BENAR2 LEDAKAN NUKLIR ATAU BUKAN. ITU BELUM TENTU BOM NUKLIR dalam bentuk micro; yang kita (anak SD, Puthujjana) bisa lakukan demi kejujuran adalah menyatakan: MUNGKIN ledakan itu memang micro nuklir.
Jangan PASTIKAN ledakan kecil itu sebagai ledakan nuklir, apalagi PEMBUKTIAN Bom Nuklir.

Demikian juga ketika satu vipaka muncul, kita TIDAK TAHU DENGAN PASTI Karma mana yang sedang masak, berbuah. Kita HANYA BISA MENDUGA, mungkin ini, kemungkinan besar ini. untuk MEMASTIKAN KARMA mana, itu di luar kemampuan kita puthujjana.

DUGAAN juga kan ?
Dari mana anda mengetahui ledakan kecil itu bukan sebagai ledakan nuklir, sementara anda juga merasa masih sebagai anak SD ?

Ditunggu jawabannya!

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 19 October 2009, 03:02:55 PM
Saya mau tanya ke semua di sini yang menentang InJulia.

Seandainya ada orang etnis lain ingin memberikan "angpau" pada pasangan etnis Tionghoa yang menikah, namun ia tidak mengerti tradisinya. Ia hanya mengisi uang dengan jumlah lembaran ganjil dan dimasukkan ke dalam amplop putih. Ketika "angpau" itu diberikan, tentu saja yang menerimanya marah.

Yang saya tanyakan, bagaimana kamma & vipakanya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 03:24:27 PM
Saya mau tanya ke semua di sini yang menentang InJulia.

Seandainya ada orang etnis lain ingin memberikan "angpau" pada pasangan etnis Tionghoa yang menikah, namun ia tidak mengerti tradisinya. Ia hanya mengisi uang dengan jumlah lembaran ganjil dan dimasukkan ke dalam amplop putih. Ketika "angpau" itu diberikan, tentu saja yang menerimanya marah.

Yang saya tanyakan, bagaimana kamma & vipakanya?

Hemat saya!
Kalau anda menanyakan hal ini kepada orang-orang yang anda anggap 'si penentang inJulia', saya balik bertanya:
Apa anda sudah membedakan orang-orang disini sebagai kubu-kubu ?

Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 03:26:17 PM
Saya mau tanya ke semua di sini yang menentang InJulia.

Seandainya ada orang etnis lain ingin memberikan "angpau" pada pasangan etnis Tionghoa yang menikah, namun ia tidak mengerti tradisinya. Ia hanya mengisi uang dengan jumlah lembaran ganjil dan dimasukkan ke dalam amplop putih. Ketika "angpau" itu diberikan, tentu saja yang menerimanya marah.

Yang saya tanyakan, bagaimana kamma & vipakanya?
perasaan aye kaga marah ah :whistle:
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: hatRed on 19 October 2009, 03:31:09 PM
Kain mode on :

Saya juga mo nanya ke semua disini yg menentang InJulia :P

Kenapa bisa lahir di rumah sakit masing masing?

Apa sebab2, lahir di keluarga tersebut?

^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 03:34:11 PM
Kain mode on :

Saya juga mo nanya ke semua disini yg menentang InJulia :P

Kenapa bisa lahir di rumah sakit masing masing?

Apa sebab2, lahir di keluarga tersebut?

^-^

hatRed ... Kompor meleduk ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 03:35:06 PM
Kain Mode on :

Saya juga mo nanya ke semua disini yg membela InJulia :P

Kenapa menanyakan yang sudah yakin jawabannya yang di pegang itu?

Apa sebab2 menanyakan hal yang tidak berguna? saya curiga ini hanya untuk meramaikan forum doang ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 19 October 2009, 03:35:33 PM
Hemat saya!
Kalau anda menanyakan hal ini kepada orang-orang yang anda anggap 'si penentang inJulia', saya balik bertanya:
Apa anda sudah membedakan orang-orang disini sebagai kubu-kubu ?
Karena yang mendukung InJulia pasti mengatakan tidak tahu.



Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)

Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: J.W on 19 October 2009, 03:39:57 PM
soli OOT bentar..

ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 03:41:26 PM
Hemat saya!
Kalau anda menanyakan hal ini kepada orang-orang yang anda anggap 'si penentang inJulia', saya balik bertanya:
Apa anda sudah membedakan orang-orang disini sebagai kubu-kubu ?
Karena yang mendukung InJulia pasti mengatakan tidak tahu.

Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?

Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)

Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 03:43:09 PM
soli OOT bentar..

ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
ngasih 300rb kali ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: hatRed on 19 October 2009, 03:50:43 PM
oh yah, karena masih ada hubnya sama kamma (http://i630.photobucket.com/albums/uu22/jinaraga/200.gif)

aye mo nanya juga dunk, pernah gak sih ngebayang (http://i630.photobucket.com/albums/uu22/jinaraga/mikir.gif)

dulu, hubungan kita apa yak... kok bisa berjodoh sekarang...  (http://i630.photobucket.com/albums/uu22/jinaraga/binun.gif)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 19 October 2009, 03:51:09 PM
soli OOT bentar..

ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
Biasanya untuk hal suka cita, diberikan lembaran berjumlah genap dan dengan amplop merah (ang). Untuk hal duka cita, berjumlah ganjil dengan amplop putih (pek).


Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?
Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?



Quote
Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)

Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana

Jadi seandainya orang yang ingin belajar tentang Buddha bertanya, anda jawab seperti itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 03:59:32 PM
inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! 
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
[A]
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika itu mendukung subyektivitas kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika yang tidak mendukung subyektivitas kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 04:05:22 PM
Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?
Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?

Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P

Quote
Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)

Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana

Jadi seandainya orang yang ingin belajar tentang Buddha bertanya, anda jawab seperti itu?


Saya sudah menulisnya ... itu cetana yang sudah dilakukan oleh saya yang berakibat pikiran saya merasa telah mengerjakan sesuatu ...

Itu juga yang telah anda baca dan merupakan vipaka anda ... Anda puas ... itu hasilnya ... anda tidak puas, anda akan bertanya kembali, kembali dan kembali bertanya ... Namun kepuasan ataupun ketidak puasan, tetap akan menimbulkan cetana baru yang nantinya akan berakibat kembali ... demikian seolah-olah rangkaian kamma ini tak pernah habis ...

Mengapa begitu ?
Karena ini semua kita kerjakan dari ketidak tahuan kita, oleh ketidak tahuan kita dan untuk ketidak tahuan kita ... :)

Apa yang terjadi setelah kita telah mengetahui ? No comment!  ... Rasakan sendiri aja ... :D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 04:15:59 PM
inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas!  
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
[A]
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

Yah jelas susah lah ... Karena anda kan yang ditempeleng ... :))


[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ... :))
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ... :))

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika itu mendukung subyektivitas kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika yang tidak mendukung subyektivitas kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 19 October 2009, 04:18:12 PM
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?



Quote
Saya sudah menulisnya ... itu cetana yang sudah dilakukan oleh saya yang berakibat pikiran saya merasa telah mengerjakan sesuatu ...

Itu juga yang telah anda baca dan merupakan vipaka anda ... Anda puas ... itu hasilnya ... anda tidak puas, anda akan bertanya kembali, kembali dan kembali bertanya ... Namun kepuasan ataupun ketidak puasan, tetap akan menimbulkan cetana baru yang nantinya akan berakibat kembali ... demikian seolah-olah rangkaian kamma ini tak pernah habis ...

Mengapa begitu ?
Karena ini semua kita kerjakan dari ketidak tahuan kita, oleh ketidak tahuan kita dan untuk ketidak tahuan kita ... :)

Apa yang terjadi setelah kita telah mengetahui ? No comment!  ... Rasakan sendiri aja ... :D

Tidak apa-apa. Hanya tertarik saja melihat penjelasan umat Buddhist bahwa suatu niat baik bisa menghasilkan vipaka yang menyedihkan.
Sudah, saya puas kok. :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 04:22:00 PM
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?

Saya melihat anda terlalu serius dalam berdiskusi, anggap saja ini hanya lelucon dari saya bro ... :))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 19 October 2009, 04:23:23 PM
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?

Saya melihat anda terlalu serius dalam berdiskusi, anggap saja ini hanya lelucon dari saya bro ... :))

_/\_


Jika berkenaan dengan dhamma, saya memang enggan bercanda.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 04:40:59 PM
maaf, ada keliru simbol (B) sehingga post saya jadi kacau.
repost...  ^:)^

inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! 
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
(A)
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
(B)Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa (B) kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di (B) kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor2 lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika, gamblang itu mendukung pendapat kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika, gamblang yang tidak mendukung pendapat kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 04:55:12 PM
Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^


Sebagai Umat Buddha,
kita berusaha untuk menerapkan
Azas KONSISTENSI, KEJUJURAN, Bro.
dan
Menghindari otak atik gathuk.

Kebenaran, diputer kemanapun tetap bisa konsisten.
Tapi kalau otak atik gathuk, diputer dikit sudah berantakan....

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 05:03:34 PM
maaf, ada keliru simbol (B) sehingga post saya jadi kacau.
repost...  ^:)^

Makanya jangan dibuat ribet bro ... :))
Jadi salah sendiri kan ? (padahal, saya belum liat ada posting yang menyalahkan lho ...  ^-^ )

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
(A)
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.


Saya ulangi:
Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...

Saya tambahkan:
Akibat yang dirasa oleh orang lain tidak semuanya diketahui oleh si pembuat sebab (seperti halnya anda tidak mengetahui dan mempertanyakan sebab anda saya tempeleng) ...

Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
(B)Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa (B) kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di (B) kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor2 lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...  :))
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...  :))

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika, gamblang itu mendukung pendapat kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika, gamblang yang tidak mendukung pendapat kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^


Sebagai Umat Buddha,
kita berusaha untuk menerapkan
Azas KONSISTENSI, KEJUJURAN, Bro.
dan
Menghindari otak atik gathuk.

Kebenaran, diputer kemanapun tetap bisa konsisten.
Tapi kalau otak atik gathuk, diputer dikit sudah berantakan....

 _/\_

Juga saya tambahkan bro ...
Kebenaran, diterangkan bagaimanapun akan tidak dirasakan, karena kebenaran yang anda maksud itu, tidak bakal ada dan tidak akan pernah ada kalau hanya sebatas penulisan ... :))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 19 October 2009, 05:28:58 PM
To Bro Chane and All,

[at]  Injulia

Banyak orang suka membicarakan perbuatan baik atau seakan-akan sebagai perbuatan baik, tetapi tidak dan enggan  melakukan apapun , dan menjadikan wacana untuk didiskusikan, apakah ini termasuk orang yang menpunyai keyakinan terhadap Hukum Kamma ? Tentu sangat sukar untuk menjawabnya. Tetapi reaksi social bereaksi negatif terhadapnya, mungkin ditinjau dari segi manfaat, ini dapat dikatakan sebagai kamma yang berbuah.  

Kadang keputusan selalu berada ditangan kita mendapatkan hasil yang baik ( kusala kamma ) atau hasil yang buruk ( akusala kamma ). Sama seperti kisah nyata dibawah ini. Kalau dilihat dan dievaluasi,  kamma baik atau kamma buruk yang berbuah hanya beda waktu beberapa detik atau menit. Karena pembuat keputusan yang menentukannya hasil akhir.

Maka saya punya ungkapan :

LUPAKAN KEBAIKAN YANG PERNAH DILAKUKAN, TETAPI SELALU INGAT BAHWA KITA BELUM MELAKUKAN KEBAIKAN MELALUI PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN SAAT  INI.

IMO, ini ajaran Buddha yang harus diingat selalu.

Saya sajikan 2 artikel yang hampir sama.  


Thanks Bro Change atas penjelasannya.
Sangat bagus kandungan moralnya.

Kita di sini semua berDANA DHAMMA.
Semua pihak (tanpa kecuali) merasa ingin mengingatkan teman lain atas apa yang ia pandang benar. Sharing, berbagi. Ini karma baik.

(mungkin ada pihak yang tidak berniat baik, tidak tertutup kemungkinan ini, tapi paling tidak kita berusaha positive thinking, karena:)

Bila kebaikan salah satu pihak dianggap negative, kemudian kita
melakukan respon yang emosional, menuduh, dengan asumsi pihak lain jahat, mengacau, dlsb., ini sudah termasuk Karma buruk, rasanya.

So, mari kita berusaha POSITIVE THINKING. Walau kita berbeda pendapat, pandangan. bahwa bukan hanya pihak kita yang pasti baik, pihak lain juga punya kemungkinan bercetana baik.

So, sebaiknya buang jauh2 dulu negative thinking yang kita miliki.

maaf, ini bukan khusus buat Bro Change, ya. Maaf.
Saya tulis karena saya anggap bagus buat Forum ini.

Thanks
Sampai besok, ya offline dulu.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: hendrako on 19 October 2009, 06:00:42 PM
BUKTI dari HUKUM KAMMA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN adalah :
Anda tidak dapat mengetahui secara PASTI apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.

Apabila sesuatu terjadi persis sebagaimana yg anda perkirakan, hal tersebut hanya karena suatu kebetulan berdasarkan perhitungan, bukan karena pasti akan demikian (bandingkan dengan para pemain saham). Yang sebenarnya terjadi adalah begitu banyak variabel kemungkinan yg dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yg saling bertautan.

Kembali ke para pemain saham, apakah ada yg selalu dapat memprediksi apa yg akan terjadi di pasar saham secara tepat tanpa meleset? apakah apabila tepat itu dikarenakan kecermatan sang pemain, ataukah kemelesetannya dikarenakan kebodohan sang pemain?

Yang dapat dipahami dari hukum kamma adalah bahwa suatu perbuatan yg disertai niat akan berbuah, suatu perbuatan dengan niat tersebut membawa suatu POTENSI akibat, namun jangan lupa bahwa potensi inipun tidak PASTI berbuah, dikarenakan oleh karma lainnya karma tersebut dapat hancur dan dilain pihak vipaka suatu kamma dapat memiliki efek ganda disebabkan kamma pendukung lainnya, bahkan ADA kamma yg memang tidak berbuah karena kadaluarsa.

Sekali lagi,
Hukum kamma tidak dapat dibuktikan
Namun walau begitu
Hukum kamma dapat dimengerti
Karena Hukum kamma diajarkan dengan sempurna oleh Yang Telah Tercerahkan, Yang Sadar, Yang Melihat.

Apabila Hukum kamma diajarkan oleh bukan Yang Telah Tercerahkan, maka tidak perlu seorang Sammasambuddha yg menemukan dan mengajarkan hukum kamma (bedakan dengan hukum kamma dari ajaran lain), cukup seorang manusia biasa yg telah menyelidiki dan membuktikannya sendiri dan mengajarkannya kepada yg lain.

Pertanyaannya: Mengapa harus/hanya seorang Sammasambuddha yg dapat mengetahui dan mengajarkan hukum kamma? Mengapa tidak ada manusia lain yg dapat merumuskannya secara jelas sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 06:23:01 PM
BUKTI dari HUKUM KAMMA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN adalah :
Anda tidak dapat mengetahui secara PASTI apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.

Apabila sesuatu terjadi persis sebagaimana yg anda perkirakan, hal tersebut hanya karena suatu kebetulan berdasarkan perhitungan, bukan karena pasti akan demikian (bandingkan dengan para pemain saham). Yang sebenarnya terjadi adalah begitu banyak variabel kemungkinan yg dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yg saling bertautan.

Yup ... Dalam hal masa datang ini saya setuju ... Lalu gimana pendapat anda tentang kejadian-kejadian yang baru saja anda alami ... (contoh gampangnya: karena cetana anda menulis post, saya merepost yang tentunya anda baca) ?


Kembali ke para pemain saham, apakah ada yg selalu dapat memprediksi apa yg akan terjadi di pasar saham secara tepat tanpa meleset? apakah apabila tepat itu dikarenakan kecermatan sang pemain, ataukah kemelesetannya dikarenakan kebodohan sang pemain?

Ramalan, duga-menduga ini yang tidak dianjurkan oleh 'Yang Tercerahkan', tapi tentunya anda setuju kalau bahasan saat sekarang dan masa depan tidak sama bukan ? :)

Yang dapat dipahami dari hukum kamma adalah bahwa suatu perbuatan yg disertai niat akan berbuah, suatu perbuatan dengan niat tersebut membawa suatu POTENSI akibat, namun jangan lupa bahwa potensi inipun tidak PASTI berbuah, dikarenakan oleh karma lainnya karma tersebut dapat hancur dan dilain pihak vipaka suatu kamma dapat memiliki efek ganda disebabkan kamma pendukung lainnya, bahkan ADA kamma yg memang tidak berbuah karena kadaluarsa.

Bisa minta contohnya bro ? :)

Sekali lagi,
Hukum kamma tidak dapat dibuktikan
Namun walau begitu
Hukum kamma dapat dimengerti
Karena Hukum kamma diajarkan dengan sempurna oleh Yang Telah Tercerahkan, Yang Sadar, Yang Melihat.

Saat nanti ... yup ... saat sekarang ?

Apabila Hukum kamma diajarkan oleh bukan Yang Telah Tercerahkan, maka tidak perlu seorang Sammasambuddha yg menemukan dan mengajarkan hukum kamma (bedakan dengan hukum kamma dari ajaran lain), cukup seorang manusia biasa yg telah menyelidiki dan membuktikannya sendiri dan mengajarkannya kepada yg lain.

Yang dijelaskan seperti tertulis pada buku-buku adalah pertanyaan-pertanyaan tentang kejadian-kejadian yang jauh dari masa sekarang (dahulu atau masa depan) ... Bagaimana untuk yang sekarang ?

Pertanyaannya: Mengapa harus/hanya seorang Sammasambuddha yg dapat mengetahui dan mengajarkan hukum kamma? Mengapa tidak ada manusia lain yg dapat merumuskannya secara jelas sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha?

Karena berpikir, maka aku ada ... itu saja makna dan jawaban dari saya dari pertanyaan anda ...

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 19 October 2009, 08:26:49 PM
 _/\_

wew Baru seharian nga liat liat udh sampai halaman 5.  :))
Ayo kita pahami Hukum Kamma,, soal bukti (tergantung persepsi org, mungkin sebagian org menganggap bukti adalah sesuatu yg harus ditunjukkan seseorg secara langsung kepada org lain misalnya,
A : kamu ada jual televisi nga?
B : ada donk?
A : Mana buktinya kalo kamu ada?
B : ini televisinya liat ini.............(bukti langsung dikasih liat)
eee bukan sampai disini sajaaaa

A; Dari mana saya tao ini televisi? (padahal udh nyata nyata itu televisi, tp karena si A tdk mengerti yg namanya itu televisi, walau ditunjukkan jg kagak ngerti bahwa itu adalah televisi)
B : cape deh.

 :))

demikian Hukum Kamma bisa dipahami.. bagi org yang mau memahami dan mampu memahaminya....

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 19 October 2009, 09:02:13 PM
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))
baca nih :
Matius
7:3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =))  carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 19 October 2009, 10:12:46 PM
^ TOP dah ... sarua kabeh tah sadayana ...

+1 nih bro ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Jerry on 20 October 2009, 01:41:59 AM
Terima kasih atas sharingnya Samaneri.
Sangat bagus kandungan moralnya.

tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu  Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN.

Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja.

DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.
MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar.

Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."?

Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti.
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka.

Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
 _/\_
:))

Ini kemaren saya sudah duga, pasti masih saja tetap menimbulkan sanggahan. Apalagi temannya Samaneri sudah ngga ada di dunia lagi jd ga bisa konfirmasi. Yah belut emang licin. Bagaimana nghilangin lendirnya yah? ^-^

Ada bahan pertimbangan lain Bro.. Jelas bahwa intelijen pagi harinya menginformasikan ada rencana perampokan. Jelas pula perampok ternyata teman SMAnya Samaneri. Jelas pula kalau Samaneri bertemu si perampok di Bakmi GM. Jadi kemungkinan besar perampok telah merencanakan utk merampok Bank yg berada di sebelah Bakmi GM tsb. Tapi karena satu dan lain alasan, salah satunya karena Samaneri yg karena lapar jadi tidak takut mati dan berani pergi ke Bakmi GM, sehingga bertemu si perampok. Dan karena Samaneri saat itu menciptakan kesan yg baik, dan perampok mengetahui Samaneri bekerja di Bank sebelah, maka perampokan batal dan dilakukan di lain tempat yaitu BRI.
Banyak ketergantungan sebab dlm 1 vipaka, tapi bukan berarti tidak ada sebab pendukung utama vipaka. Pisang goreng bukan hanya dibuat dari pisang saja, tapi jelas komponen utamanya pisang.
 
Apa yg didapat Samaneri dan teman2 di sini dr cerita tsb adalah sebuah asumsi, konklusi bukan sekadar sebuah prasangka-praduga. Ada perbedaan mendasar antara asumsi dengan praduga. Memang tidak ada bukti konkrit krn teman Samaneri tlh meninggal. Saya rasa contoh Samaneri sudah cukup jelas dan clear utk menarik kesimpulan bahkan dg pemahaman seorang awam yg bodoh spt saya, apalagi Anda yg intelek. Tapi jika Anda masih terus menuntut bukti2 yg konkret, sementara Hukum Kamma itu sendiri bukan sesuatu yg konkret, saya rasa Anda seperti menuntut utk menunjukkan atom di depan mata kepala Anda baru Anda akan memercayainya. Padahal, ada atau tidak, teori ttg atom dan terapannya terbukti berguna dlm kehidupan kita. Demikian jg Hukum Kamma, terbukti membantu dalam menjalani hidup.

Yg menarik, meski semua saling berbeda pendapat, tapi ada satu kesamaan, yaitu semua yg di sini meyakini Hukum Kamma. CMIIW. Oh ya, kecuali cucu kali. hehehe..

mettacittena
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Jerry on 20 October 2009, 01:53:24 AM
 [at] Bro Xuvie
Menyanggah argumen sendiri, "Kan bisa aja perampoknya demen Bakmi GM!! Jadi emang dari awal udah niatan ngrampok BRI, cuma mampir makan di Bakmi GM dulu. Biasa.. Ngisi perut dulu baru ngisi kantong. Kebetulan ketemu Samaneri saat makan, jadinya stelah kejadian Samaneri berprasangka praduga sendiri kalau perampoknya waktu itu berniat merampok bank di sebelah Bakmi GM, tempat Samaneri kerja." :whistle:



Balasan:
Wew.. :|

Ok, nice discussion with you Pal.. [Udah ngantuk ya gini, meracau sendiri]. ^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: DNA on 20 October 2009, 02:36:25 AM
 [at]  Bro Xuvie
:))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: DNA on 20 October 2009, 03:32:49 AM
 [at]  Bro Ryu
Anumodana atas Mahatanhasankhaya Sutta-nya..
Penjelasan Hukum Sebab Musabab yg selama ini saya cari2.. :)
Bisa minta sekalian post jg 2 Sutta yg disebut di paragraf no. 32 dari Sutta di atas? Ttg mengatasi keraguan & Jhana (bisa di thread terpisah mgkn)? Thanks ya..
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 10:03:35 AM
Hai Bro Bond,

=1= Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.

=2=Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.
Kalau Anda punya keyakinan =1=, silahkan.
Orang yang sudah sampai tidak butuh segala macam konsep, buku lagi. Bila fakta berbeda dengan kitab Suci, maka ia akan merevisi kitab Sucinya. Bagus, kalau mampu saya juga akan bertindak begini.

Pembuktian TIDAK LENGKAP, mau Anda ANGGAP cukup untuk disebut
sebagai BUKTI, silahkan.

Tapi bagi saya, pembuktian tidak lengkap belum cukup valid.

Quote from: Bond
Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?
Bro Citra memberi contoh yang menurutnya MUDAH, GAMBLANG, GAMPANG dipahami.

yang Anda, kita sebut "contoh GAMPANG, simpel" kan subyektivitas kita belaka. :-)

Quote from: Bond
Ah... itukan pembenaran diri anda saja..  Baca yg jelas...cape deh...
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?
KEBANYAKAN =/= SEMUA.
Umat =/= Sang Buddha,


Quote from: Bond
Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.

Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent   ( Buddha way , mode on. ).
Tujuan kita diskusi utk saling sharing, mengeluarkan pendapat pribadi yang kita anggap benar. kalo Anda pelit, menyimpan sendiri kebenaran Anda, yah belajarlah berbagi.... he he he


Quote from: Bond
Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.

Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. . Simpanlah maksudmu itu bro.
Beliau tahu lebih baik diam, tdk menjawab.
Tapi dalam forum mau memakai mode ini, yah... ngga nyambung lah. he he he
ngeles atau tidak, pembaca yang menilai. ;-)

Bukan plintir, silahkan baca respon pada Bro Citra, argumen saya kenapa saya sebut bukti2 yang sebagian teman berikan saya nilai sebagai DUGAAN. Kalau itu belum jelas, saya ngga mampu menjelaskan lebih jauh. :)
Istirahat, kita renungkan.

Thanks Bro Bond.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 10:05:13 AM
Samaneri sudah cukup jelas dan clear utk menarik kesimpulan bahkan dg pemahaman seorang awam yg bodoh spt saya, apalagi Anda yg intelek. Tapi jika Anda masih terus menuntut bukti2 yg konkret, sementara Hukum Kamma itu sendiri bukan sesuatu yg konkret, saya rasa Anda seperti menuntut utk menunjukkan atom di depan mata kepala Anda baru Anda akan memercayainya. Padahal, ada atau tidak, teori ttg atom dan terapannya terbukti berguna dlm kehidupan kita. Demikian jg Hukum Kamma, terbukti membantu dalam menjalani hidup.
Topiknya adalah apakah kita puthujjana bisa membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Bila ada yg bilang MAMPU, apakah pembuktian itu valid.

jadi tidak membahas gunanya memiliki keyakinan pd Hk Karma, atau lainnya.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 10:07:14 AM
Saya ulangi:
Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...

Saya tambahkan:
Akibat yang dirasa oleh orang lain tidak semuanya diketahui oleh si pembuat sebab (seperti halnya anda tidak mengetahui dan mempertanyakan sebab anda saya tempeleng) ...
Teori Hk Karma memang menyatakan buah bisa seketika atau butuh proses. dan ini tidak berkaitan dengan kualitas batin. Puthujjana atau bukan.

Bukan hanya saya yang tidak tahu sebab PASTInya, Anda juga hanya mengira tahu sebabnya. Saya paham, Anda merasa punya alasan buat menempeleng saya (seseorang), misalnya saja. Seolah-olah, tertempeleng atau tidak, ditentukan HANYA oleh niat Anda sendiri. Sebab TUNGGAL.
Padahal sesungguhnya, Untuk tercapainya proses penempelengan tersebut, tidak semata-mata tergantung Kehendak Anda.
Misalnya, adakah karma buruk saya yang siap matang, menerima tempelengan? kalau ini ngga ada, maka niat anda tak terlaksana. Waktu, tempat dan faktor lain, ini SEMUA harus sinkron, barulah kehendak Anda, seseorang bisa terlaksana.

Quote from: G. Citra
Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!
Kenapa timbul, belum pernah saya pikirkan. 
Boleh coba kita bahas, sebaiknya buat thread baru.

Quote from: G. Citra
Quote from: injulia
Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ... 
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ... 
Sudah saya akui, saya kesulitan merespon, kesulitan membantah point ini. :-)
sampai mikir lamaaaa, gimana mesti menjawab gitu. ;-)
Merasa argumen saya kedodoran...
Jelas, karena memang saya tidak punya kemampuan untuk MEMBANTAH ataupun MEMBENARKAN, secara PASTI. (teringat pada Post Bro Dhanu.)

Bukan muter2.
Di sinilah gunanya saya bertanya definisi HUKUM, pada Bro Kelana. Sepengetahuan saya, HUKUM Universal berlaku dimanapun, kapanpun, pada siapapun. Dalam sains, satu ketentuan baru bisa dikatagorikan sebagai HUKUM, setelah dibuktikan, tak terbantahkan oleh berbagai ujian. Kalau di proses ini benar, di proses lain tidak berlaku, maka ketentuan itu belum bisa disebut HUKUM.

Jadi kalau Anda menunjukkan satu proses sebagai bukti kebenaran Hk Karma, maka yang disebut HUKUM tersebut, harusnya bisa JUGA diterapkan di proses yang lain.

Ketika satu Hukum NAMPAK tidak sesuai dalam satu proses, maka ada dua kemungkinan:
=1= Hukum tersebut keliru, atau tidak universal
=2= Hukum itu benar, tapi masih ada parameter, faktor yang BELUM KITA IKUT SERATAKAN, atau belum kita ketahui.

Sebagai Buddhist, kita meyakini kebenaran Hukum Karma, maka mau tidak mau harus menerima yang =2=, bahwa masih ada parameter, faktor yang belum kita tahu dalam proses tersebut.

Nah, di proses yang Anda berikan, Anda merasa tahu parameternya sudah komplit. Kenapa di proses yang saya tunjukkan kita menyatakan =2=?
Apa yang kita gunakan untuk menyatakan: yang di contoh Anda parameternya sudah komplit sedang di proses contoh saya, belum komplit?

Anda TIDAK PUNYA KEMAMPUAN mengetahui mana yang parameternya sudah komplit mana yang belum.  Di sinilah nampak SPEKULASI, DUGAAN lah yang Anda terapkan.

Lanjut, Apa yang Samaneri, Anda sebut sebagai BUKTI kebenaran HK Karma, sesungguhnya BERDIRI DIATAS FONDASI SPEKULASI, DUGAAN. Spekulasi, Dugaan dalam hal menentukan sudah komplit atau belumkah parameter2nya.

***
Bro Citra and All,

Wah saya ngga nyangka bisa sampai di sini.
Rasanya saya sudah mengeluarkan semua apa yang saya pahami.
Kalau ada teman lain hendak menambahkan, menyimpulkan silahkan.
Dalam artian kesimpulan masing-masing pribadi, bukan kesimpulan thread ini.
Selanjutnya mari kita semua saling merenungkan semua yang sudah diposting.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 10:13:24 AM
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))
baca nih :
Matius
7:3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =))  carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D
Tepat Sekali!!!

Jelas,
agama dari Tuhan YME lebih sempuna dp buatan manusia lah.
Di bolak balik gimanapun, tetap demikian mestinya.
Mustahil kepercayaan buatan manusia bisa lebih sempurna dari Yang Maha Sempurna.

yang repot kan,
gimana kita tahu bahwa itu dari Tuhan yang Maha Esa?
Buat thread baru, kalao mau bahas ini hihihihi
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 20 October 2009, 10:19:02 AM
Terima kasih atas sharingnya Samaneri. sama2...
Sangat bagus kandungan moralnya. semoga demikian adanya krn memang benar adanya BAGI SIAPA YG MENANAM METTA MAKA AKAN MENUAI METTA PULA

tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu  Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN. tidak apa2, anda bebas berpendapat, negara kita menjamin siapapun utk mengeluarkan pendapat.

Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja. iya, saya telah membuktikan adanya HUKUM KAMMA dalam kehidupan nyata oleh sebab itu saya bahagia sekali dapat mengenal dan mempelajari dhamma lebih mendalam saat ini

DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.
MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar. semoga benar adanya yg terlihat hanya bukti nyata saya selamat, jk dia dongkol sy pura2 tidak mengenal nya, pasti akan dilampiaskan dg peluru panas bersarang ditubuh saya duluan pd saat dia jika jadi menjalankan aksinya.

Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."? saya tidak pernah berpikiran buruk kepada orang lain bahkan dg yg penjahat sekalipun sejak dahulu kala sebelum saya berjubah, saya selalu bersahabat dg siapa saja, sehingga di kota saya, ada beberapa daerah rawan para premannya mengenal nama saya hingga saat ini, pdhal saya tidak mengenal mereka, sehingga yg merasakan anak saya, dg bercerita bila lewat daerah rawan tsb selalu dipanggil dg embel2 nama saya (ini tidak bohong, silahkan hubungi anak saya utk bercerita). itulah buah dari kalau kita menanam metta. masihkah anda tidak mempercayai hk.kamma SIAPA MENANAM METTA MAKA AKAN MENUAI METTA pula? hayooo...jangan lalu anda menambahkan JANGAN2 SAMANERI ANGGOTA MEREKA...


Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti. BETUL SEKALI, saya tidak pernah menyangsikan hal tsb, sy sedang menuju kepada kematian saya, demikian pula anda, sudah siapkah anda? sudahkah anda memperbaiki diri anda? sebelum anda mencela orang lain, sebelum anda mencaci orang lain, lihatlah diri anda sudah cukup baikkah anda? (maaf jika kurang berkenan) ini bukan berarti anda mencela saya, itu bukan demikian tp maksud saya dlm kehidupan sehari2 kita
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka. BETUL SEKALI

Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
 _/\_

Bro InJulia yg baik,
terima kasih Anumodana juga untuk anda, semoga anda juga ikut merasakan kebahagiaan saya...

jawaban saya yg berwarna biru...
saya akan menyudahi diskusi ini karena bagi saya sama saja dg anda2 semua minta dibuktikan tentang HUKUM GRAVITASI BUMI tapi anda MELUPAKAN bahwa tanpa gravitasi bumi anda TELAH MATI TERLEMPAR DLM RUANG ANGKASA tapai anda2 semua ngotot minta bukti hkm.gravitasi bumi (sungguh sangat disayangkan)

tanggapan terakhir saya ini jika ada pihak2 yg merasa kurang berkenan saya minta maaf.
krn kalian bersikukuh minta bukti yg seolah2 dlm benak kalian bukti hk.kamma berupa BARANG BUKTI SPT DLM SIDANG PERSIDANGAN HARUS ADA BUKTI BARANG OTENTIK, yg mana kalian melupakan bukti suatu hukum adalah kenyataan suatu efek, krn gravitasi bumi maka kalian tidak terpental ke ruang angkasa.

demikian saya mau menyudahi saja diskusi ini.
terima kasih untuk semua para glomod, mod, rekan2 DC terkasih.

may all beings be happy

mettacittena,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 20 October 2009, 10:26:01 AM
soli OOT bentar..

ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?

selingan anda ini sangat JELAS, CLEAR disampaikan dg sederhana.
hanya mereka yg mengerti maka di edisi pertama sudah clear, tidak berlanjut di edisi kedua...udahan juga ahh...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: pannadevi on 20 October 2009, 10:28:58 AM
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))
baca nih :
Matius
7:3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =))  carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D

 ;D ANDA TEPAT SEKALI Bro Ryu....+GRP utk anda kali ini
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Indra on 20 October 2009, 10:29:19 AM
Closing statement yg telak dari samaneri, yg menghasilkan vipaka GRP (next month)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 20 October 2009, 10:32:16 AM
 [at]  injulia

Terima Kasih, kalau bisa jangan minta maaf, saya malah jadi sungkan dan segan. Karena tidak ada kekeliruan yang perlu dimaafkan. Saya juga belajar Buddha Dhamma, karena melihat begitu banyak MANFAAT yang dapat dipetik untuk kehidupan ini. Makanya saya selalu katakan BUDDHA DHAMMA ADALAH INDAH DAN MENAKJUBKAN.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 10:33:59 AM
 _/\_

kita disini adalah untuk berdiskusi semua, tdk perlu pakai maaf dan ataupun menyalahkan satu dgn yang lain (kalo ada)  ;D.......... berdiskusi adalah berdiskusi. ayo lanjutkan  ;D

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 20 October 2009, 10:34:18 AM
Kata penutup dari aye nih :
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?

Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.

saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 10:36:19 AM
 _/\_


^^ Bro Ryu           kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn  ;D
+1 buat Bro.
coooooooollllllll Man

 _/\_

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 20 October 2009, 10:37:26 AM
 [at]  g. citra

Sekadar sharing, tanpa ada maksud apapun, jika tidak berkenan, saya mohon maaf.  :)

IMO,

Saya sangat setuju bahwa semua berada disini menpunyai keyakinan ( saddha ) terhadap Buddha Dhamma, dan salah satunya adalah Hukum Kamma. Jika ditinjau dari segi MANFAAT, maka dapat dikatakan atau “ dibuktikan “ dengan pengalaman diri sendiri membuktikan kebenaran Hukum Kamma. Jadi semua kembali kepada kecocokan masing-masing.

Saya belajar Dhamma, karena merasakan manfaat untuk diri sendiri, dan  juga bermanfaat untuk orang lain ( minimal tidak merugikan orang lain ), bila diri sendiri menpunyai kemampuan untuk memberi keteladanan melalui PRAKTEK DHAMMA dalam bentuk tulisan di Forum, tentu sangat menggembirakan, berarti praktek Dhamma kita telah memberikan contoh yang baik dalam pengembangan Buddha Dhamma ( sebab akibat). Kadang kita tidak sadar bahwa perilaku perilaku dalam mempraktekkan Dhamma menjadi dasar penilaian oleh masyarakat umum mengenai eksistensi kebenaran Buddha Dhamma yang indah dan menakjudkan. Dengan perkataan lain perilaku praktek Dhamma kita dijadikan sebagai acuan mengembangkan Buddha Dhamma yang baik dan benar oleh masyarakat.

Menurut saya, mungkin kita sendiri juga menpunyai andil yang sangat besar dengan dasar penilaian perilaku praktek Dhamma ( sebagai SEBAB ) dalam mengembangkan Buddha Dhamma ( sebagai AKIBAT ) yang baik dan benar.
  
Mungkin dibawah ini ada sebuah contoh yang baik dan yang patuh disimak.


KULIT PISANG

Sebuah ceramah akan dimulai di dalam kelas di Universitas kami. Pembawa ceramah itu adalah seorang profesor yang sudah tersohor baik di dalam maupun luar negeri. Poster sudah ditempelkan di luar gedung dua hari sebelum ceramah, reaksinya luar biasa, para mahasiswa dan mahasiswi berbondong-bondong datang ke lokasi ceramah, ingin melihat sikap wibawa professor itu.

Sepuluh menit sebelum ceramah dimulai, para mahasiswa satu demi satu memasuki ruang ceramah. Tidak jauh dari ruang ceramah, pada jalan masuk menuju ke ruang ceramah, terlihat di atas lantai sebuah kulit pisang. Setiap orang yang hendak melangkah masuk ke dalam kelas, dengan spontan harus mengangkat kaki untuk menghindari kulit pisang itu, sambil tidak lupa menggerutu, bermacam-macam yang diomelkan, "Siapa yang begitu kurang ajar?" "Sama sekali tidak mempunyai kesadaran umum!" "Panitia-panitia penyelenggara acara ini bagaimana?" "Kualitas macam apa orang zaman sekarang?"

Semua orang mengomel sambil melangkahi kulit pisang itu, dan duduk di tempat masing-masing, kemudian dengan tenang menunggu kehadiran sang profesor.

Beberapa menit kemudian, sang professor yang dinanti-nantikan setiap orang itu tiba pada waktu yang tepat.

Dia juga menemukan kulit pisang yang tergeletak di lantai itu, dengan tangannya, profesor itu membenahi kaca matanya sambil maju ke depan mengamati kulit pisang itu dengan saksama.

Suasana di dalam kelas segera menjadi hening, semua orang menjulurkan leher, melihat gerak-gerik dari sang profesor.

Setelah sang profesor mengetahui dengan jelas benda yang berada di bawah kakinya itu adalah sebuah kulit pisang, dia segera naik pitam, menunjuk kulit pisang itu dan berkata dengan suara yang sangat keras, "Mana boleh kamu (kulit pisang) tinggal di tempat ini? Seharusnya kamu tidur di dalam tempat sampah! Bagaimana dirimu bisa tidak memiliki kesadaran umum, tidak mempunyai pengertian tentang lingkungan hidup, bagaimana jika ada orang yang menginjakmu lalu terjatuh dan terluka? Dirimu sungguh sangat tidak pantas berada di sini!"

Hawa amarah membuat kaca mata yang berada di pangkal hidung sang profesor melompat-lompat, membuat orang teringat akan karakter Woody Woodpecker yang amarahnya dibangkitkan oleh hal-hal yang sepele, dari tempat duduk segera terdengar suara tawa dari para hadirin.

Sang profesor tidak mempedulikan, dia tetap melanjutkan amarahnya, terhadap kulit pisang.

Dari tempat duduk para pendengar, ada mahasiswa yang sudah tidak sabar lagi, dengan suara keras dia berkata, "Sudahlah! Bapak profesor, jangan memboroskan tenaga, Anda tidak bisa mengharapkan kulit pisang itu masuk ke dalam tong sampah hanya dengan cara dimaki!"

Mendengarkan perkataan ini, sang professor lalu memalingkan kepalanya, dia tertawa dengan wajah penuh sinar kemerahan, sambil menjulurkan tangan memungut kulit pisang yang berada di atas lantai, memasukkan kulit pisang itu ke dalam tong sampah yang berada di pinggir podium, menggunakan tisu untuk membersihkan tangannya sambil berkata, "Tadi mahasiswa itu berkata apa? Bisakah diulang kembali?"

Segera suasana kelas menjadi hening, tidak ada orang yang mengeluarkan suara.

Sang professor berkata lagi, "Saya sudah mendengar, "Anda tidak bisa mengharapkan kulit pisang itu masuk ke dalam tong sampah hanya dengan cara dimaki!", ini adalah judul dari ceramah saya pada malam hari ini!"

Saat itu, layar besar yang berada di tembok mulai menayangkan adegan para mahasiswa ketika sedang memasuki ruangan, beraneka macam ragam sikap mereka ketika melangkahi kulit pisang dan berbagai suara omelan yang berbeda terdengar sangat jelas sekali. Pada awalnya para mahasiswa itu tertawa-tawa, namun suasana berangsur berubah menjadi hening sekali.

Profesor itu lalu berkata, "Ini merupakan satu mata rantai yang khusus saya rencanakan, saya ingin membicarakan suatu prinsip kepada Anda sekalian, sebenarnya prinsip tersebut juga telah Anda teriakkan dengan jelas. Tetapi bagi Anda sekalian, mengerti prinsip adalah satu hal, sedangkan menggunakan prinsip ini untuk membimbing sikap Anda sendiri adalah hal yang sama sekali lain! Saya yakin, Anda sekalian yang hadir di sini, tidak ada satu orang pun yang tidak mengerti kulit pisang itu tidak akan bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, akan tetapi Anda sekalian tidak mempunyai tindakan yang konkret, tidak melakukan suatu hal yang sepele seperti mengangkat tangan untuk mengubah keadaan saat itu."

"Hal tersebut persis seperti kebanyakan orang yang merasa sifat masyarakat yang acuh, padahal dirinya sendiri pelit untuk memberikan sebuah senyum di wajah kepada masyarakat ini; yang mengomel tentang polusi lingkungan, tetapi dia sendiri tidak rela untuk memungut sampah yang berserakan; yang memaki pemerintah bobrok dan korup, tetapi saat dia sendiri menemui masalah, secara naluri lalu ingin mencari kenalan dan menyelesaikan masalahnya dengan melalui jalan belakang; yang mengeluhkan taraf moral yang menurun, tetapi diri sendiri tidak punya keinginan untuk mengerjakan dan melakukan dengan giat hal KEBAJIKAN apapun..."

Hampir semua orang menggerutu dan memaki, tetapi hampir semua dari orang-orang itu juga, tidak ada yang ingin mengerjakan dan melakukan dengan giat pekerjaan itu.

Tanggung jawab selalu dilempar ke pundak orang lain, sedangkan diri sendiri selalu dianggap sebagai korban! Semua praktek dan suasana hati ini, akan memperbesar sisi negatif manusia secara tak terbatas, sehingga yang diperlihatkan semua adalah keputus asaan.

Faktanya bukanlah seperti yang kalian pikirkan, setiap jengkal kemajuan yang dicapai oleh masyarakat ( PENGEMBANGAN BUDDHA DHAMMA ), membutuhkan tindakan konkret kalian untuk membangun. Jika saya tidak membuang sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) di sembarang tempat, di dunia ini akan berkurang satu sumber yang mengeluarkan polusi ( KEBENCIAN ); jika saya lanjutkan dengan membersihkan sampah-sampah yang berada di sekitar diri saya ( MEMBERI KETELADANAN ), maka dunia ini akan lebih bersih sedikit; jika tindakan atau kelakuan saya ini bisa mengubah dan menggerakkan satu orang, maka dunia ini akan memiliki SEBAB AKIBAT untuk menjadi lebih bersih lagi. Penduduk bumi ini hanya sebanyak 6 milyar, bukan sebuah angka yang tidak bisa dihitung, maka kita seharusnya memulai tindakan konkret dari diri kita dahulu walaupun itu hanya seperenam milyar.

"Ingat! Sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) tidak bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, dimarahi ( mungkin didiskusikan ), Anda harus bertindak ( MEMPRAKTEKKAN BUDDHA DHAMMA ) yang baik dan benar ! Mulailah dari sekarang !"

Selesai sudah ceramah dari professor, di dalam ruang ceramah terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dengan perasaan hati yang ruwet.


Pesan Yang ingin disampaikan :

Kita belajar Buddha Dhamma, bukan untuk menjadi mahasiswa dan mahasiswi, tetapi jika kita belajar Buddha Dhamma secara baik dan benar, maka kita layak menyandang gelar “ PROFESSOR”


Semoga Bermanfaat.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 20 October 2009, 10:37:48 AM
Hai Bro Bond,

=1= Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.

=2=Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.
Kalau Anda punya keyakinan =1=, silahkan.
Orang yang sudah sampai tidak butuh segala macam konsep, buku lagi. Bila fakta berbeda dengan kitab Suci, maka ia akan merevisi kitab Sucinya. Bagus, kalau mampu saya juga akan bertindak begini.

Pembuktian TIDAK LENGKAP, mau Anda ANGGAP cukup untuk disebut
sebagai BUKTI, silahkan.

Tapi bagi saya, pembuktian tidak lengkap belum cukup valid.

Silakan kalau anda nyaman dengan kesimpulan anda. ^-^

Quote from: Bond
Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?
Bro Citra memberi contoh yang menurutnya MUDAH, GAMBLANG, GAMPANG dipahami.

yang Anda, kita sebut "contoh GAMPANG, simpel" kan subyektivitas kita belaka. :-)

Quote from: Bond
Ah... itukan pembenaran diri anda saja..  Baca yg jelas...cape deh...
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?
KEBANYAKAN =/= SEMUA.
Umat =/= Sang Buddha.

Tetap anda bermain kata lagi, yang saya tanya kata "kebanyakan" itu data dari mana?
Cape deh... :))


Quote from: Bond
Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.

Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent   ( Buddha way , mode on. ).
Tujuan kita diskusi utk saling sharing, mengeluarkan pendapat pribadi yang kita anggap benar. kalo Anda pelit, menyimpan sendiri kebenaran Anda, yah belajarlah berbagi.... he he he
 
Tuh kan anda menduga lagi bilang kalau saya pelit kan  :)).  Sepertinya memang suka menduga-duga ya..:))


Quote from: Bond
Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.

Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. . Simpanlah maksudmu itu bro.
Beliau tahu lebih baik diam, tdk menjawab.
Tapi dalam forum mau memakai mode ini, yah... ngga nyambung lah. he he he
ngeles atau tidak, pembaca yang menilai. ;-)

Setuju biar pembaca menilai. Apapun nilai nya bagi saya tidak masalah. Dan saya konsisten. Nyambung atau tidak nyambung adalah bagaimana cara memandang seperti yang anda katakan, mengapa anda tidak konsisten :)). Mau jawaban koq ada unsur memaksa, Saran saya kalau mau tanya dan sudah tau jawabannya tidak perlu muter2 untuk menunjukan suatu pembenaran ide dengan dalih diskusi dan sharing. apapun yg anda inginkan dan sembunyikan nanti akan terlihat dengan sendirinya. Ah...menduga lagi saya :))

Bukan plintir, silahkan baca respon pada Bro Citra, argumen saya kenapa saya sebut bukti2 yang sebagian teman berikan saya nilai sebagai DUGAAN. Kalau itu belum jelas, saya ngga mampu menjelaskan lebih jauh. :)
Istirahat, kita renungkan.

Thanks Bro Bond.

OK lah , saya rasa cukup sampai disini, karena anda sendiri telah menyimpulkan jadi tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Smoga tiba dipantai seberang
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 11:00:34 AM
Bukan hanya saya yang tidak tahu sebab PASTInya, Anda juga hanya mengira tahu sebabnya. Saya paham, Anda merasa punya alasan buat menempeleng saya (seseorang), misalnya saja. Seolah-olah, tertempeleng atau tidak, ditentukan HANYA oleh niat Anda sendiri. Sebab TUNGGAL.
Padahal sesungguhnya, Untuk tercapainya proses penempelengan tersebut, tidak semata-mata tergantung Kehendak Anda.
Misalnya, adakah karma buruk saya yang siap matang, menerima tempelengan? kalau ini ngga ada, maka niat anda tak terlaksana. Waktu, tempat dan faktor lain, ini SEMUA harus sinkron, barulah kehendak Anda, seseorang bisa terlaksana.

Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))

Saya menyadari ada obyek yang bersentuhan dengan 6 kesadaran indera, itu vipaka saya, cetana saya adalah reaksi dari terjadinya hubungan tersebut bro ... Ini yang anda pungkiri dalam diskusi kita ... :))
 

Quote from: G. Citra
Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!
Kenapa timbul, belum pernah saya pikirkan.  
Boleh coba kita bahas, sebaiknya buat thread baru.

Anda buat, saya akan mengomentari!

Quote from: G. Citra
Quote from: injulia
Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...  
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...  
Sudah saya akui, saya kesulitan merespon, kesulitan membantah point ini. :-)
sampai mikir lamaaaa, gimana mesti menjawab gitu. ;-)
Merasa argumen saya kedodoran...
Jelas, karena memang saya tidak punya kemampuan untuk MEMBANTAH ataupun MEMBENARKAN, secara PASTI. (teringat pada Post Bro Dhanu.)

Nah itu sudah anda akui bahwa anda tidak tahu dan mau menimbulkan argumen yang panjang x lebar buat mempengaruhi rekan-rekan disini dengan mengatakan hukum kamma hanya bisa dibuktikan oleh Sang Buddha ...

Yang perlu diketahui sebagai dasar keyakinan Buddhis adalah SADDHA, dimana keyakinan yang timbul karena adanya keterbuktian, bukan keyakinan yang membuta!

Coba anda baca paritta DHAMMANUSSATI ... Disitu ada tertulis kata "mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko)" ... Dengan adanya tulisan seperti itu, apakah memang benar hukum kamma (yang termasuk dhamma) memang benar-benar tidak bisa dibuktikan ? :))

Bukan muter2.
Di sinilah gunanya saya bertanya definisi HUKUM, pada Bro Kelana. Sepengetahuan saya, HUKUM Universal berlaku dimanapun, kapanpun, pada siapapun. Dalam sains, satu ketentuan baru bisa dikatagorikan sebagai HUKUM, setelah dibuktikan, tak terbantahkan oleh berbagai ujian. Kalau di proses ini benar, di proses lain tidak berlaku, maka ketentuan itu belum bisa disebut HUKUM.

Jadi kalau Anda menunjukkan satu proses sebagai bukti kebenaran Hk Karma, maka yang disebut HUKUM tersebut, harusnya bisa JUGA diterapkan di proses yang lain.

Ketika satu Hukum NAMPAK tidak sesuai dalam satu proses, maka ada dua kemungkinan:
=1= Hukum tersebut keliru, atau tidak universal
=2= Hukum itu benar, tapi masih ada parameter, faktor yang BELUM KITA IKUT SERATAKAN, atau belum kita ketahui.

Sebagai Buddhist, kita meyakini kebenaran Hukum Karma, maka mau tidak mau harus menerima yang =2=, bahwa masih ada parameter, faktor yang belum kita tahu dalam proses tersebut.

Nah, di proses yang Anda berikan, Anda merasa tahu parameternya sudah komplit. Kenapa di proses yang saya tunjukkan kita menyatakan =2=?
Apa yang kita gunakan untuk menyatakan: yang di contoh Anda parameternya sudah komplit sedang di proses contoh saya, belum komplit?

Anda TIDAK PUNYA KEMAMPUAN mengetahui mana yang parameternya sudah komplit mana yang belum.  Di sinilah nampak SPEKULASI, DUGAAN lah yang Anda terapkan.

Lanjut, Apa yang Samaneri, Anda sebut sebagai BUKTI kebenaran HK Karma, sesungguhnya BERDIRI DIATAS FONDASI SPEKULASI, DUGAAN. Spekulasi, Dugaan dalam hal menentukan sudah komplit atau belumkah parameter2nya.

Dalam sebuah adu argumen, anda bisa saja terus mengelak dengan menunjukkan tulisan-tulisan yang anda valid, terlepas dari itu semua anda hanya belum sadar aja kalau Kamma terus-menerus anda geluti bro ... :))

***
Bro Citra and All,

Wah saya ngga nyangka bisa sampai di sini.
Rasanya saya sudah mengeluarkan semua apa yang saya pahami.
Kalau ada teman lain hendak menambahkan, menyimpulkan silahkan.
Dalam artian kesimpulan masing-masing pribadi, bukan kesimpulan thread ini.
Selanjutnya mari kita semua saling merenungkan semua yang sudah diposting.
 _/\_

Gak perlu anda tulis juga, thread ini tak akan berkesudahan kalau saja anda selalu MUNGKIR bro ... :))
Yang membedakan (seolah-olah thread ini selesai) adalah ANDA BERHENTI POST dan BERARGUMEN lagi di thread ini ... :))

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 12:10:46 PM
 _/\_

setuju nga kalo segala sesuatu yang terjadi ada sebabnya???? ayo sapa setuju. hahaha  ;D

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 12:11:51 PM
[at]  g. citra
IMO,
Saya sangat setuju bahwa semua berada disini menpunyai keyakinan ( saddha ) terhadap Buddha Dhamma, dan salah satunya adalah Hukum Kamma. Jika ditinjau dari segi MANFAAT, maka dapat dikatakan atau “ dibuktikan “ dengan pengalaman diri sendiri membuktikan kebenaran Hukum Kamma. Jadi semua kembali kepada kecocokan masing-masing.

Yup ... setuju bro ... Ini semua hanya sekedar tulisan (yang tentunya di-cetana-kan), dan akan berakibat (di repost) ... itu aja simpel kan ... :)

ada yang cocok, ada yang tidak cocok, itu semua cuma proses berpikir aja koq ... ;)

Menurut saya, mungkin kita sendiri juga menpunyai andil yang sangat besar dengan dasar penilaian perilaku praktek Dhamma ( sebagai SEBAB ) dalam mengembangkan Buddha Dhamma ( sebagai AKIBAT ) yang baik dan benar.

Yup ... btw, Yang baik dan benar menurut anda itu yang gimana yah bro ?  ;D
 

Mungkin dibawah ini ada sebuah contoh yang baik dan yang patuh disimak.

Telah saya simak bro ... Anumodana yah ... :)

KULIT PISANG
"Ingat! Sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) tidak bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, dimarahi ( mungkin didiskusikan ), Anda harus bertindak ( MEMPRAKTEKKAN BUDDHA DHAMMA ) yang baik dan benar ! Mulailah dari sekarang !"

Selesai sudah ceramah dari professor, di dalam ruang ceramah terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dengan perasaan hati yang ruwet.

Menurut saya, dalam berdiskusi pun kita sambil mempraktekkan Buddha Dhamma koq ... Dengan menyadari gejolak pikiran yang timbul dari, saat dan setelah membaca sebuah tulisan, bukankah itu juga merupakan sebuah bukti praktek pikiran bro ? :)

Pesan Yang ingin disampaikan :
Kita belajar Buddha Dhamma, bukan untuk menjadi mahasiswa dan mahasiswi, tetapi jika kita belajar Buddha Dhamma secara baik dan benar, maka kita layak menyandang gelar “ PROFESSOR”

Masih bingung nih ... profesor itu yang kayak gimana yah ... botak ?  :hammer: :))

HUMOR mode >>> ON

Yup ... setuju bro ... belajar Buddha Dhamma memang bisa jadi profesor, bukan jadi mahasiswa dan menyoraki Sang Profesor terus-terusan ... :))

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 20 October 2009, 12:28:13 PM
 [at]  g.citra

TERIMA KASIH  :)


Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Ivanzius on 20 October 2009, 01:54:48 PM
Namo Buddhaya,

Mohon maaf sebelumnya bila ada perkataan saya yang kurang berkenan dihati KK2.

Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus menyepakati apa kata arti Hukum Karma.
Yang saya baca dari buku, Kamma adalah Niat/Kehendak (Cetana dalam bahasa Pali), Vipaka adalah Hasil/Buah dari Niat/Kehendak yang dilalui pikiran, ucapan, maupun jasmani.

Hasil dari sebuah Niat bila dilihat dari sisi jangka waktu, dapat dibagi 2 bagian :
-Jangka Panjang
-Jangka Pendek
(mohon maaf bila ada yg kurang) :P

Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Yang ingin saya sampaikan dengan waktut berjangka panjang adalah bukan pada kehidupan sekarang. Melainkan adalah di Kehidupan yang akan datang. Begitu juga sebliknya dengan waktu jangka pendek.

Untuk Hasil dari Niat ( Kamma Vipaka ) untuk jangak waktu yang panjang sangat sulit untuk dibuktikan secara detail, karena sebagai siswa sang Buddha yang masih belajar (puthujjana) tidak memiliki abhinna untuk memastikan secara detail akan Hasil dari Niat tersebut.

Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst.  ;D

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)


Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  ;D, seperti :
     * Mendapat undian 100 M  ^-^ (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...  =P~ (khan jadi seneng tuch) he..he..he..


Ini merupakan sebuah bukti kondisi dari proses Hukum Karma. Bila saya tidak memiliki Niat menusukan jarum ke kaki saya, maka tidak terjadi proses hukum karma (sebab akibat) tersebut.

 _/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 02:03:45 PM
 [at]  Ivanzius

+1 dah buat post pertama anda ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 02:11:15 PM
gak ngerti ane. sebenarnya kebenaran macam apa sich yang dicari atau sesungguhnya mempertahankan kebenaran apa/siapa?

Kebenaran itu : PERUBAHAN dan KEMATIAN

Sanggupkah anda mengelak dari kedua hal ini ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 20 October 2009, 02:16:28 PM
Guardian angel vs lucifer :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 02:26:40 PM
 _/\_

Posting yang bagus dari Bro Ivan

seperti yg saya blg sebelumnya, dgn segala contoh yang ada dan dijelaskan juga oleh rekan rekan lainnya....

Hukum Kamma itu ada dan nyata, bagi yg memahami, mao memahami dan mampu memahami maka mereka dapat melihat kebenaran dari Hukum Kamma sebagai suatu bukti bahwa Kamma itu ada, bagi yg tdk mao dan tidak mampu memahaminya, maka mereka tdk akan bisa melihat kebenaran hukum Kamma sehingga mereka akan mempertanyakan soal bukti dan bukti, walau dijelaskan dan diberikan cara untuk membuktikannya tetap tidak mampu memahaminya atau tdk mao memahaminya.....

Contoh lagi :
Pengunjung : PAk tukang kebun, apa bapak ada biji pohon mangga?
Tukang kebuh : ada Pak,?
Pengunjung : bisa anda tunjukkan pada saya jika bapak memang benar benar memilikinya?
Tukang kebun : ini pak bijinya, ini biji pohon mangga...
Pengunjung : dari mana saya tahu ini biji pohon mangga....
Tukang kebun : anda tidak tahu ini biji pohon mangga, maka saya memberitahukan kepada anda. jika ini bukan biji pohon Mangga maka menurut anda ini biji Apa?
Pengunjung : saya tidak tahu pak, tp bisakah anda memberikan bukti lagi bahwa ini benar benar biji pohon mangga?
Tk kebun : jika anda tidak tahu, kenapa anda bisa tdk yakin kalo ini biji pohon mangga... Baiklah saya ambilkan mangga dan saya kupas mangga, anda sendiri bisa melihat secara langsung bijinya...

setelah itu sang tk kebun mengupas buah mangga didepan sang pengunjung hingga nampak lah bijinya......

Tk kebun : ini bukti bahwa ini adalah biji pohon mangga.
Pengunjung : sapa blg ini biji pohon mangga? bisa saja ini biji tanaman lainnya, saya mao melihat biji ini tumbuh dulu dan menghasilkan buah mangga baru saya  bisa percaya?
Tk Kebun : buah mangga yg saya perlihatkan adalah hasil dari Pohon mangga, jikalau anda menunggu sampai biji ini tumbuh dan berbuah dan menghasilkan buah mangga, anda bakalan juga tdk percaya. Kenapa? karena buahnya juga seperti buah mangga yg saya pegang ini.....

walaupun sesuatu itu diberitahukan dan dengan nyata dapat dilihat, belum tentu sesuatu itu dapat dipahami dan dijadikan bukti oleh seseorg. Org yg tidak mao dan tdk mampu memahami Hukum Kamma, tdk akan mampu melihat kebenaran dari adanya Hukum Kamma tersebut...

 _/\_


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 02:32:29 PM
 _/\_

Bro Caocoeee topicnya lari lagiii. wkwkwkwkwk  :)) :)) :))
selalu saja begitu.. pembahasannya jd lain . wkwkwkwkw

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 02:32:37 PM
jalan Buddha itu bukan itu. itu yang diributkan awam.
saya mencoba mengingatkan umat.
memang itu yang dimaksud guru Buddha mengajarkan sampai akhir kehidupannya?
makanya itu sering aku menyebutnya jalan sebelah luar (kesia-siaan seberapa tingginya kebijaksanaan anda mencapainya)?

Itu yang nyata dan Sang Buddha mengajarkan jalan menghadapinya!

Anda bilang itu jalan sebelah luar >>> saya tidak mengerti hal ini, dan saya tidak ingin tau selanjutnya di thread ini ... (kalau anda berkeras untuk menerangkannya, silahkan buka thread pada Buddhisme dengan Agama, kepercayaan, Tradisi dan Filsafat lain ! Saya akan melihat dan mengomentarinya disana (kalau itu saya pandang perlu) !

Sia-sia ? :))
Bukankah kenyataannya anda sudah mulai putus asa dalam menyebar doktrin di sini ?! :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 02:52:02 PM
loh koq dibilang putus asa dalam menyebar doktrin.
saya beri penjelasan kepada umat,
guru Buddha menjelaskan itu hanyalah sebagai proses (fenomena). tetapi apa yang sesungguhnya tujuan utama yang harus dicapai (yang diajarkan guru Buddha)?
saya beri perbandingan bedanya teman-teman sebagai umat yang merasa bijaksana,
klo anda hanya masih berkutat melihat proses ini dan proses itu sekitar itu, tetapi saya berusaha mengingatkan umat bahwa ada sesuatu yang lain lagi didepan anda, tetapi anda masih menyenangi/melekat kepada proses-proses ciri-ciri itu saja (masih seputar fenomena).
itulah bedanya jalan umum/theravada dan Zen (mahayana awal).

Akan ada banyak hal lain kalau anda terus memproses pikiran anda kedalam bentuk kegiatan-kegiatan duniawi tanpa menyadari dengan perhatian diiringi kewaspadaan terhadap fenomena tersebut...

Sangat wajar, karena kenyataan yang kita hadapi semua ini adalah segala macam proses duniawi...

Dengan melihat fenomena (timbul-tenggelam) dan melatih batin untuk selalu waspada terhadapnya dengan adanya perhatian, maka apakah ada lagi sebuah perbedaan yang jelas sekali anda telah memisahkannya ?  :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 03:24:44 PM
berbeda tidak.., kehidupan guru Buddha atau yang tercerahkan dengan awam yang belum tercerahkan telihat secara mata jasmani menjalani kehidupan jasmaniah masing-masing di didunia ini?

Belum tentu! ... Ini sebuah perumpamaan mentah yang anda kemukakan bro! Anda merujuk pada penonton untuk berkata ya, padahal ini sebuah dasar yang anda akan jadikan pegangan di waktu kemudian ... :))

Alasan saya mengatakannya belum tentu adalah Kita sendiri TIDAK MENGETAHUI secara pasti kehidupan dari Sang Buddha dalam menjalani kehidupan jasmaniahnya di waktu lampau ... Jelas ANDA SEDANG MENYEBAR SPEKULASI ANDA untuk MENIMBULKAN SPEKULASI YANG LAINNYA !

tetapi berbeda gak..., kondisi batin mereka yang tercerahkan dengan awam yang belum tercerahkan
memandang segala apa yang ada di dunia ini (fenomena)?

Berbeda ... tidak ada lagi akar KETIDAK TAHUAN yang masih melekat dari mereka yang tercerahkan ... Sementara umat awam ? :))

pengetahuan atau pengalaman apa yang membedakannya?

Simpel bro ... TIDAK TAHU dan SUDAH TAHU !
Pengalaman anda yang sudah membedakannya ... Ini reaksi pikiran dari sebuah proses pikiran terhadap obyek ... :))

apakah semua sifat fenomena?

Yup ... gerak pikiran saya, anda dan lainnya itulah fenomena !

jawabannya itu sudah menunjukan kesia-siaan saat kita mempercayai atau mengejar atau terfokus atau bahkan menggenggam ciri-ciri (seolah-olah kebenaran)nya.

Saya balik bertanya : Kenapa kalau anda tau ini semua fenomena, lalu anda ngotot memberikan argumen disini ? Bukankah DIAM adalah lebih baik ?! Sadari saja hal-hal yang anda anggap sebagai KE TIDAK SIA-SIA AN itu sendiri bro ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 03:44:08 PM
Kata penutup dari aye nih :
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?

Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.

saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Pembaca lain bisa terpeleset memahami postingan saya kalo baca tulisan Bro Ryu, ini. :))

Pemahaman saya memakai Referensi:
Quote
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Quote from: Change
Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Hanya 4 hal yang Acinteyya, ya. Agar pembaca tidak terpleset membaca postingan Anda.

Apa arti Acinteyya.
Apa arti SUDAH memBUKTIkan.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 03:46:44 PM
Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Quote from: G. Citra
Gak perlu anda tulis juga, thread ini tak akan berkesudahan kalau saja anda selalu MUNGKIR bro ... :))
Yang membedakan (seolah-olah thread ini selesai) adalah ANDA BERHENTI POST dan BERARGUMEN lagi di thread ini ...:))
Bukan nambah Argumen, mengclearkan dikit. Agar pembaca lain tidak terpeleset memahami. :))

Time out dikit lah. :))
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 20 October 2009, 03:47:18 PM
secara jasmaniah atau kasat mata yah sama seperti biasa manusia melakukan kegiatan makan, minum berak dll. sama seperti anda, teman-teman yang berbeda pencapaian.

melekat kepada apa?

sifatnya ketidak-kekalan.

bukan karena kelekatannya seperti yang anda bilang (dari sudut pandang pikiran karena ada kelekatan) seolah-olah saya menyebar doktrin dan ngotot, tetapi saya hanya mengatakan (menyampaikan) kebenaran yang ada pada saya, hanya itu atas semua komentar-komentar tulisan teman-teman.
coba anda telusuri apa bedanya klo sampai menghapus-hapus tulisan atau timbul emosi, sedangkan ini topik umum dan masih berhubungannya juga pembahasannya?

Sepertinya pembahasan ini OOT terus, sebagai saran pribadi saja, apakah tidak sebaiknya di LOCK

Saya cuma sharing satu cerita yang juga OOT, saya rela postingan ini di hapus dari thread ini



CERITA OOT mengenai SOK TAHU

Banyak pengetahuan memang baik, lebih baik lagi banyak pemikiran...

Zaman pemberontakan. Seorang pendeta, ahli hukum, dan engineer ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine.

Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, si engineer harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si pendeta.

Si engineer meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau bergeming. Si engeneer berdiri dan mengatakan ia telah dibebaskan karena alat macet. Ia pun dibiarkan pergi ( karena sudah diakali oleh engineer ).

Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas. Tapi pisau masih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.

Terakhir, si pendeta meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata, "Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet, karena saya telah dibisiki oleh roh kudus ( mungkin iblis yang sedang menyamar )" Akhirnya pendeta tersebut mati penasaran dan masuk neraka.

Dengan putus asa, penasaran dan menderita, dia berteriak “ Kenapa Hal Ini terjadi ? “.

Jawaban dari Raja Neraka” Hanya sederhana jawabannya, JANGAN SOK TAHU, karena anda diam itu lebih Bijaksana, karena KEBODOHAN dan SOK TAHU kamu, sehingga anda berada dalam kesia-siaan yang terus berputar-putar tak ada habisnya (samsara).




 
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 20 October 2009, 03:47:59 PM
Kata penutup dari aye nih :
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?

Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.

saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Pembaca lain bisa terpeleset memahami postingan saya kalo baca tulisan Bro Ryu, ini. :))

Pemahaman saya memakai Referensi:
Quote
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Quote from: Change
Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Hanya 4 hal yang Acinteyya, ya. Agar pembaca tidak terpleset membaca postingan Anda.

Apa arti Acinteyya.
Apa arti SUDAH memBUKTIkan.
 _/\_

menurut saya itu bukan kata2 dari Buddha ;D (mau ngomong apa lagi sekarang?)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 20 October 2009, 03:53:50 PM
^
^

 ^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 04:17:36 PM
 _/\_

memang hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami secara detail seluk beluk Hukum Kamma secara jelas dan terperinci dan sempurna.. namun bukan berarti kita tdk mampu memahami sebagian atau setidak tidaknya yg lebih menonjol misalnya sebab ini menyebabkan akibat itu........
kalo hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami hukum Kamma, kenapa beliau mengajarkan kepada kita, jika hal itu tdk bisa membuat kita membuktikan kebenaran Hukum Kamma? Bukan kah sang Buddha tidak menghendaki kita percaya secara membuta suatu ajaran...coba pikir kembali..

 _/\_

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 20 October 2009, 04:17:47 PM
to coecoe:
anda mengulas buddhism secara asal2-an dari sudut pandang anda sebagai seorang nasrani anda katakan, bahwa itu yg benar dan anda ngotot bahwa anda lah yg lebih menguasai buddhism dari pada umat buddhist, apa nama nya klo bukan kebodohan dan keegoisan ?

tulisan anda yg mengulas buddhism bagi sy cm sampah yg tak berarti, mungkin begitu pula dengan tanggapan teman2 lainnya, yg mungkin jg merasakan demikian, sehingga ada yg menghapus tulisan anda yg ka chow... coba di renungkan, tuhan anda saja waktu mau mendekat ajal bs merenungkan diri... masa anda ga bs ?

sy mengulas dan mentafsir alkitab dari cara pandang saya, anda katakan ngawur dan anda marah2, tp koq anda seenaknya melakukan sebaliknya terhadap buddhism... oh ya, anda mengatakan bahwa anda mau menjawab pertanyaan sy mengenai kitab wahyu, koq masih adem2 aja ya ? apa masih mau berguru dulu dengan evangelish/pendeta/ketua persekutuan anda mengenai pertanyaan saya ? hahaha...

tenang, setelah anda menjawab, sy masih banyak pertanyaan lainnya tuk anda, yg membuat anda semakin pusing dengan iman anda... waspada lah... waspada lah... :D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 20 October 2009, 04:20:16 PM
secara jasmaniah atau kasat mata yah sama seperti biasa manusia melakukan kegiatan makan, minum berak dll. sama seperti anda, teman-teman yang berbeda pencapaian.

melekat kepada apa?

sifatnya ketidak-kekalan.

bukan karena kelekatannya seperti yang anda bilang (dari sudut pandang pikiran karena ada kelekatan) seolah-olah saya menyebar doktrin dan ngotot, tetapi saya hanya mengatakan (menyampaikan) kebenaran yang ada pada saya, hanya itu atas semua komentar-komentar tulisan teman-teman.
coba anda telusuri apa bedanya klo sampai menghapus-hapus tulisan atau timbul emosi, sedangkan ini topik umum dan masih berhubungannya juga pembahasannya?

Sepertinya pembahasan ini OOT terus, sebagai saran pribadi saja, apakah tidak sebaiknya di LOCK

Saya cuma sharing satu cerita yang juga OOT, saya rela postingan ini di hapus dari thread ini



CERITA OOT mengenai SOK TAHU

Banyak pengetahuan memang baik, lebih baik lagi banyak pemikiran...

Zaman pemberontakan. Seorang pendeta, ahli hukum, dan engineer ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine.

Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, si engineer harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si pendeta.

Si engineer meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau bergeming. Si engeneer berdiri dan mengatakan ia telah dibebaskan karena alat macet. Ia pun dibiarkan pergi ( karena sudah diakali oleh engineer ).

Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas. Tapi pisau masih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.

Terakhir, si pendeta meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata, "Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet, karena saya telah dibisiki oleh roh kudus ( mungkin iblis yang sedang menyamar )" Akhirnya pendeta tersebut mati penasaran dan masuk neraka.

Dengan putus asa, penasaran dan menderita, dia berteriak “ Kenapa Hal Ini terjadi ? “.

Jawaban dari Raja Neraka” Hanya sederhana jawabannya, JANGAN SOK TAHU, karena anda diam itu lebih Bijaksana, karena KEBODOHAN dan SOK TAHU kamu, sehingga anda berada dalam kesia-siaan yang terus berputar-putar tak ada habisnya (samsara).




 


mantappp... mungkin si coecoe harus merenungkan diri nya dulu yg juga penuh dengan moha, dosa dan lobha... jd wajar, klo tulisan si coecoe di delete :D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 20 October 2009, 04:22:49 PM
 _/\_

Bro Dhanu yang hebat dalam syair dan yang ku kagumi  :)) . sabarrrr sabarrr sabarrr  :))

Begitulah org yang masih byk LDM nya (copos dari Bro coe coe yg sedikit sedikit ambil istilah LDM   :))  ) mereka tdk akan bisa memahami,,, suka suka mengubah ajaran lain berdasarkan persepsinya. mungkin dia merasa dia lebih hebat dari Buddha..

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: dipasena on 20 October 2009, 04:29:20 PM
_/\_

memang hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami secara detail seluk beluk Hukum Kamma secara jelas dan terperinci dan sempurna.. namun bukan berarti kita tdk mampu memahami sebagian atau setidak tidaknya yg lebih menonjol misalnya sebab ini menyebabkan akibat itu........
kalo hanya seorg SAmma SamBuddha yang mampu memahami hukum Kamma, kenapa beliau mengajarkan kepada kita, jika hal itu tdk bisa membuat kita membuktikan kebenaran Hukum Kamma? Bukan kah sang Buddha tidak menghendaki kita percaya secara membuta suatu ajaran...coba pikir kembali..

 _/\_



seperti yg sy katakan, kita ibarat anak SD yg masih belajar dan mempunyai peluang tuk menjadi seorang profesor... beda nya rekan disini adalah anak SD yg mempunyai sedikit pengetahuan tentang teknik kimia sedangkan injulia anak SD yg tidak memiliki pengetahuan teknik kimia... disini posisi sy bukan pendukung injulia, jg tidak mau berbicara jauh tentang kamma, karena semua masih diluar jangkau saya sebagai pribadi, bukan secara keseluruhan karena banyak orang2 yg mempunyai kemampuan bathin yg dapat melihat cara kerja kamma...

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 04:47:22 PM
Namo Buddhaya,

Mohon maaf sebelumnya bila ada perkataan saya yang kurang berkenan dihati KK2.

Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus menyepakati apa kata arti Hukum Karma.
Yang saya baca dari buku, Kamma adalah Niat/Kehendak (Cetana dalam bahasa Pali), Vipaka adalah Hasil/Buah dari Niat/Kehendak yang dilalui pikiran, ucapan, maupun jasmani.

Hasil dari sebuah Niat bila dilihat dari sisi jangka waktu, dapat dibagi 2 bagian :
-Jangka Panjang
-Jangka Pendek
(mohon maaf bila ada yg kurang) :P

Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Yang ingin saya sampaikan dengan waktut berjangka panjang adalah bukan pada kehidupan sekarang. Melainkan adalah di Kehidupan yang akan datang. Begitu juga sebliknya dengan waktu jangka pendek.

Untuk Hasil dari Niat ( Kamma Vipaka ) untuk jangak waktu yang panjang sangat sulit untuk dibuktikan secara detail, karena sebagai siswa sang Buddha yang masih belajar (puthujjana) tidak memiliki abhinna untuk memastikan secara detail akan Hasil dari Niat tersebut.

Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst.  ;D

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)


Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  ;D, seperti :
     * Mendapat undian 100 M  ^-^ (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...  =P~ (khan jadi seneng tuch) he..he..he..


Ini merupakan sebuah bukti kondisi dari proses Hukum Karma. Bila saya tidak memiliki Niat menusukan jarum ke kaki saya, maka tidak terjadi proses hukum karma (sebab akibat) tersebut.

 _/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta.

Buat Adek Ivanzius, ;)

Terima kasih sudah berkenan menjelaskan.
Seperti yang sudah saya post di posting saya #82 di atas.
Hukum yang Universal punya kriterianya. Hukum itu BISA menjelaskan semua proses, kejadian.

Anda boleh mengambil contoh buat menguatkan pendapat Anda, tapi bila Hukum itu Universal, maka Hukum tersebut harus juga bisa menjelaskan contoh, peristiwa, kejadian manapun.

Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)


Demikian dulu, Bro Ivanzius.


NB.

Quote from: Ivanzius
Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?

sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?



Quote from: Ivanzius
Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst. 

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.

Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.
 

Quote from: Ivanzius
Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  , seperti :
     * Mendapat undian 100 M   (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...   (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.

jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.

Demikian Bro Ivan.
Thanks.
 _/\_
[Bro panggil saya KK, saya anggap guyonan.
Goyon balas guyon, makanya saya panggil adek. :))
just for fun, :))]
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 20 October 2009, 05:14:56 PM
menurut saya itu bukan kata2 dari Buddha ;D (mau ngomong apa lagi sekarang?)
Nyerah.... ^:)^
kalo demikian, Tolong bantu kutipkan A.N.4.77
Biar jelas buat kita semua. ;D

NB.
To All...
Offline sampai besok.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 20 October 2009, 06:27:54 PM
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))

Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: nyanadhana on 20 October 2009, 07:05:19 PM
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Ivanzius on 20 October 2009, 11:39:34 PM

Buat Adek Ivanzius, ;)

Terima kasih sudah berkenan menjelaskan.
Seperti yang sudah saya post di posting saya #82 di atas.
Hukum yang Universal punya kriterianya. Hukum itu BISA menjelaskan semua proses, kejadian.

Anda boleh mengambil contoh buat menguatkan pendapat Anda, tapi bila Hukum itu Universal, maka Hukum tersebut harus juga bisa menjelaskan contoh, peristiwa, kejadian manapun.


Saya akan coba memberikan contoh lain KK.... ;D

Saya berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam.
Bila saya mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..)
1. Apakah hasilnya menjadi berwarna hitam ? (menurut pengalaman saya sech menjadi hitam)
2. Jika saya mencelup kain tersebut besok, lusa, seminggu, sebulan, setaon, 100taon kedepan (udah pindah ke alam lain kali ya he..he.. :P) apakah hasilnya menjadi warna ungu..?
3. Jika saya mencelup kain tersebut di Indonesia, Israel, Arab, India, Thailand, apakah hasilnya menjadi merah..?
4. Jika selain saya, orang lain berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam dan mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..) apakah hasilnya kain tersebut menjadi warna kuning..?

Saya menyatakan PASTI warnanya hitam KK.  :>-


Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)


Demikian dulu, Bro Ivanzius.


Saya setuju dengan KK, bahwa yang dilakukan si X adalah keburukan yang didasari 4 macam alasan :
1. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Keserakahan.
2. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Kebencian.
3. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Tidak tahu (Moha)
4. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Ketakutan.


NB.

Quote from: Ivanzius
Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?


Wah.. Ini saya ambil referensi dari
http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
1. Ditthadhamma vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) segera mungkin pada waktu kehidupan sekarang. Kamma ini terbagi 2 macam, yaitu :

    *
      Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma. Contoh : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
    *
      Kamma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya. Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.

2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.

3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.

4. Ahosi Kamma yaitu Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (kamma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).


sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?



Mungkin saya berikan contoh lain :

Bila saya bertemu gadis muda, cantik, kaya, pinter, ramah dan cinta sama saya...(wuih maunya tuch... 8->)

1. Bila kondisi mental saya belum melaksanakan Dasa Sila, bahkan masih melekat dengan LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BAIK.
2. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Dasa Sila, melemahnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BURUK.
3. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Patimokkha Sila, lenyapnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini bukan KARMA VIPAKA Baik maupun Buruk.


Quote from: Ivanzius
Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst. 

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)
Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.


Ketika saya menerima buah mangga...
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Pohon mangga.
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Bibit/Benih mangga.
Tapi kalo masalah Rasanya Asam / Manis tergantung selera.. :P


Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.


Menusuk adalah perbuatan jasmani yang dipelopori oleh pikiran, jadi ada NIAT disitu.

(1) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
(2) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

http://bhagavant.com/home.php?link=dhammapada&bab=20

Jujurnya tidak ada motivasi yang terselubung atau tersembunyi dari saya. Saya hanya ingin Menyampaikan kebenaran hukum karma dengan memberikan contoh, itu saja.  :>-

Tertusuk jarum adalah PASTI penderitaan fisik yang nyata (jangan bilang kalo kakinya sudah dibius duluan he..he..he..  :)) )
Seandainya tertusuk jarum tidak membawa penderitaan dan membawa kebahagiaan, maka saya PASTI setiap harinya menusuk kaki saya dan mengajak KK2 sekalian juga untuk melakukan hal tersebut.  :P
Karena menusukkan jarum ke kaki adalah penderitaan dan bukan kebahagiaan, maka saya tidak melakukan dan menganjurkan KK2 untuk melakukannya.

mengopy dari kata sutta dibawah  :-[


13. Tinggalkanlah Kejahatan

Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan, "Tinggalkanlah kejahatan!"

Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian meninggalkan kejahatan. Tetapi karena meninggalkan kejahatan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan "Tinggalkanlah kejahatan!"

Kembangkanlah kebaikan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat mengembangkan kebaikan. Seandainya saja manusia tidak mungkin mengembangkan kebaikan, maka aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan, maka kukatakan. "Kembangkanlah kebaikan!"

Seandainya saja pengembangan kebaikan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menyuruh kalian mengembangkannya. Tetapi karena mengembangkan kebaikan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=737


Quote from: Ivanzius
Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  , seperti :
     * Mendapat undian 100 M   (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...   (khan jadi seneng tuch) he..he..he..
kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.

jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.

Demikian Bro Ivan.
Thanks.
 _/\_
[Bro panggil saya KK, saya anggap guyonan.
Goyon balas guyon, makanya saya panggil adek. :))
just for fun, :))]

Salam Metta untuk KK...
HUKUM KARMA adalah Netral...
HUKUM KARMA tidak bisa di Revisi...
HUKUM KARMA Seperti Cermin...
Yang bisa direvisi ato diperbaiki adalah KARMA=NIAT kita.

 _/\_

Semoga bermanfaat

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta



Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 07:34:51 AM
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))

Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?

O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Demikian pemahaman saya, Bro Citra.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 07:36:04 AM
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_
Setuju, Bro.

Itu salah satu hikmah yang bisa dipetik dari diskusi ini.
Setelah mengetahui batas2nya, bisa membuat kita malas berdebat soal kebenaran, Dhamma.

Bisa berdiskusi lebih santai.  ;D
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 21 October 2009, 08:37:19 AM
ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 21 October 2009, 09:15:56 AM
 _/\_

^
^
^
 :o :o :o :o :o :o


 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: J.W on 21 October 2009, 09:38:21 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 21 October 2009, 09:48:37 AM
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
  harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 21 October 2009, 10:47:18 AM
spekulasi intelektualitas tidak akan sanggup menembus titik kebenaran Dhamma. _/\_

Sangat setuju dengan pandangan ini, bahkan ada yang berani mengatakan bahwa kemajuan Ilmu Pengetahuan belum sanggup untuk menjangkau dan mendekati AJARAN SANG GURU AGUNG.

Melihat dari sudut pandang yang berbeda mengenai Pembuktian Hukum Kamma.

Mungkin kita pernah mendengar dhamma talk dari Bhante YM Bhante Uttamo mengenai Mendapat, Memberi dan Melepas ( karena ini juga menyangkut HUKUM KAMMA ). Secara intelektual bagi yang belum memahami Dhamma akan mengatakan bahwa yang diutamakan adalah MENDAPAT, Tetapi sebagai umat Buddhist, kita mengetahui bahwa tidak demikian. Karena yang baik adalah MEMBERI, tentu yang terbaik adalah MELEPAS.

Dalam berdiskusi ini, apakah tujuan yang ingin dicapai kita adalah mendapat atau memberi atau melepas atau bukan semuanya. Bagaimana korelasi dengan HUKUM KAMMA

IMO,

Jika kita ingin MENDAPATKAN pengakuan, maka ego dan keserakahan akan bertambah karena merasa menang, kebencian menjadi bertambah karena merasa dikalahkan. Berarti belajar Dhamma untuk pengakuan saja, bukan untuk penerapan.

Jika kita ingin MEMBERI, maka kita mulai belajar mengikis keserakahan dan kebencian dalam diskusi yang baik, salah satu cara adalah mengalah ( termasuk memberi dalam bentuk lain ).

Jika kita ingin MELEPAS, ini adalah pilihan terbaik, walaupun sulit ( bukan berarti tidak mungkin ), untuk yang ini saya akui masih kesulitan, walaupun meditasi telah dijalankan. Mungkin butuh TEKAD yang KUAT dan WAKTU.

Saya hanya mencoba melihat pembuktian hukum kamma dari sisi lain, karena setiap orang menpunyai pandangan masing-masing sesuai kecocokannya.    



MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU

Jaman dahulu di Tiongkok kuno ada sebuah cerita mengenai Mendapatkan dan Memberikan yang patut dijadikan renungan.

Konon ada dua orang, sebut saja si A dan si B, yang usianya di dunia fana telah berakhir, lalu kedua orang ini datang menghadap kepada Raja Neraka. Raja Neraka setelah membaca catatan mereka di Buku Neraka, memutuskan untuk membiarkan kedua orang ini untuk kembali reinkarnasi ke dunia fana menjadi manusia, dan memberi mereka dua pilihan: pilihan pertama adalah terlahir kembali di suatu kehidupan yang memberikan, sedangkan pilihan kedua adalah terlahir kembali di suatu kehidupan yang mendapatkan. Timbullah sifat serakah dalam diri si A, dalam hati ia berpikir bahwa dalam suatu kehidupan yang mendapatkan tidak akan mungkin ada penderitaan, tinggal duduk santai saja menikmati segala sesuatu yang telah tersedia, jadi de-ngan cepat si A segera merebut kesempatan untuk memilih pilihan pertama.

Sedangkan si B bukan saja tidak mengumpat karena si A sudah berhasil terlebih dahulu merebut pilihan pertama, justru sebaliknya ia berpikir, bahwa kehidupan yang memberikan harus senantiasa membantu orang lain, sungguh suatu kehidupan yang sangat bermakna! Raja Neraka setelah mende-ngar pilihan kedua orang tersebut lalu menetapkan jalan hidup dan masa depan bagi kedua orang ini dengan Pena Nasibnya, dan berkata kepada si B, “Karena engkau memilih kehidupan yang memberikan, maka dalam kehidupan tersebut engkau akan menjadi seorang hartawan, yang akan engkau abdikan untuk menderma dan membantu kaum fakir miskin, sedekah-kanlah seluruh hartamu bagi orang – orang miskin.”

Bagaimana dengan si A? Karena ia memilih kehidupan yang mendapatkan, maka jalan hidupnya telah digariskan untuk seumur hidupnya menjadi pengemis, yang akan selalu menerima pemberian bantuan dan pemberian dari orang lain selamanya.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa mendapatkan atau memberikan dalam kehidupan seseorang tidak dapat diputuskan hanya dari sisi permukaannya saja. Ada kalanya kita sepertinya adalah pihak yang mendapatkan sesuatu, namun di lain pihak, di suatu dimensi yang tak terlihat, kita justru telah kehilangan sesuatu yang amat berharga hanya karena berusaha memperoleh sesuatu yang amat sepele dan tidak berarti.

Untuk memperdalam pengertian mendapatkan dan memberikan ( manfaat keyakinan hukum kamma ) dari sisi saya pribadi.

Zheng Ban Qiao (baca : cheng pan jiao) pada saat menjadi pejabat, adik-nya terlibat perselisihan dengan tetangga ketika sang adik membangun rumah, kedua belah pihak sama sekali tidak mau mengalah, sampai akhirnya keduanya masing – masing membangun tembok pembatas di bagian depan rumah mereka sehingga membuat jalan di depan rumah mereka tersebut buntu, tidak dapat dilalui lagi. Sang adik mengirim sepucuk surat kepada Zheng Ban Qiao, berharap agar sang kakak dapat membantunya untuk memenangkan persidangan kasus perselisihan ini. Namun Zheng Ban Qiao membalas surat tersebut dengan sebait puisi, yang berbunyi demikian :

Mengirim surat dari ribuan kilometer hanya demi sebidang tembok rumah,
Apa sulitnya mengalah 3 kaki bagi tetangga itu,
Tembok raksasa China yang hingga kini masih berdiri kokoh,
Tetap tidak mampu membuat Raja Qin yang mendirikannya hidup abadi.


Para tetangga yang mengetahui hal itu sangat terharu, kedua belah pihak akhirnya saling mengalah selebar 3 kaki, yang kemudian justru menciptakan suatu kebaikan yang lebih agung bagi masyarakat sekitar, yakni di wilayah itu telah bertambah lagi satu jalan kecil/gang yang baru selebar 6 kaki.

Yang patut untuk dibahas adalah sikap Zheng Ban Qiao dalam menyelesaikan masalah ini, yang mengingatkan kita untuk : Mengalah selangkah dengan didasari kesabaran dan kebesaran hati, sekaligus juga tetap menjaga ketenangan dan ketentraman hati ( sati ), niscaya pikiran kita akan menjadi jernih dan kebijakan dan kebijaksanaan tidak akan pernah luntur dari diri kita, perselisihan dan pertentangan baru dapat diselesaikan dengan baik, yang selanjutnya dapat memutar balikkan bahaya ( kekacauan ) menjadi kedamaian.

Petani yang melangkah mundur dengan tubuh membungkuk sembari menancapkan bibit padi di petak sawah memberikan kita suatu pencerahan, suatu kesuksesan baru dapat diraih dengan menunduk ( kerendahan hati ) dan melangkah mundur (menancapkan bibit padi dapat segera diselesaikan jika dilakukan dengan cara membungkuk sambil kita melangkah mundur). Selain itu, kiasan ini juga mengingatkan kita akan filosofi tingkat tinggi, bahwa mundur sesungguhnya adalah untuk maju.

Di dalam kehidupan manusia ada banyak kejadian yang kita alami yang sepertinya kita telah mengalah, sebenarnya kita justru telah melangkah maju. Kejadian Zheng Ban Qiao di atas merupakan suatu contoh yang terbaik untuk mengilustrasikan pernyataan ini.

Semoga Bermanfaat

 _/\_


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Indra on 21 October 2009, 10:55:52 AM
Member Change, postingan anda sebaiknya dilakukan pada board yg sesuai, misalnya di Board Lingkungan atau Board Keluarga, atau Board Personality, bukan di thread ini. mohon kerja sama anda
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 11:03:35 AM

Saya akan coba memberikan contoh lain KK.... ;D

Saya berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam.
Bila saya mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..)
1. Apakah hasilnya menjadi berwarna hitam ? (menurut pengalaman saya sech menjadi hitam)
2. Jika saya mencelup kain tersebut besok, lusa, seminggu, sebulan, setaon, 100taon kedepan (udah pindah ke alam lain kali ya he..he.. :P) apakah hasilnya menjadi warna ungu..?
3. Jika saya mencelup kain tersebut di Indonesia, Israel, Arab, India, Thailand, apakah hasilnya menjadi merah..?
4. Jika selain saya, orang lain berniat merubah warna kain berwarna putih menjadi berwarna hitam dan mencelup kain tersebut dengan zat pewarna berwarna hitam (tentunya dengan perlengkapan lainnya seperti pewarna, pengaduk, panci, dsb..) apakah hasilnya kain tersebut menjadi warna kuning..?

Saya menyatakan PASTI warnanya hitam KK.  :>-
Maaf, dek ya :D :D :D
ya jelas PASTI hitam, tapi APA yang hendak Anda tunjukkan? :))
Contoh ini kurang tepat untuk menunjukkan keunivesalan Hk Karma. Maaf. 

Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?
(Asumsi saya, kita bisa sepakat:perasaan puas dan senang bukan vipaka dari karma memukul.)
Demikian dulu, Bro Ivanzius.

Saya setuju dengan KK, bahwa yang dilakukan si X adalah keburukan yang didasari 4 macam alasan :
1. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Keserakahan.
2. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Kebencian.
3. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Tidak tahu (Moha)
4. Perbuatan buruk yang dilakukan karena Ketakutan.
Bukan itu pointnya, Bro.
Yang mesti Anda jawab adalah:
Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain? :))

Problemnya bukan di sana, tapi bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang. How? Pasti?
Wah.. Ini saya ambil referensi dari
http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
Kutipan Anda benar, tapi yang saya tanyakan adalah:
bagaimana kita tahu dan MEMASTIKAN
karma ini berbuah dalam jangka pendek dan yang itu panjang.

Apa yang Anda gunakan untuk MEMILAH:
=O, ini karma yang bebuah cepat
=O, itu karma yang berbuah lama

sampai di sini berkelebat kisah petani yang kudanya hilang, lalu kembali membawa banyak kuda, lalu....
Apa itu vipaka baik?
apa itu vipaka buruk?
Mungkin saya berikan contoh lain :

Bila saya bertemu gadis muda, cantik, kaya, pinter, ramah dan cinta sama saya...(wuih maunya tuch... 8->)

1. Bila kondisi mental saya belum melaksanakan Dasa Sila, bahkan masih melekat dengan LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BAIK.
2. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Dasa Sila, melemahnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini merupakan KARMA VIPAKA BURUK.
3. Bila kondisi mental saya sudah melaksanakan Patimokkha Sila, lenyapnya LOBHA, DOSA, MOHA.
Pada saat bertemu dengan gadis tersebut, saya berpikir ini bukan KARMA VIPAKA Baik maupun Buruk.
So, pada titik tertinggi, yang kita sebut, kita bedakan sebagai vipaka baik dan vipaka buruk, karma baik dan karma buruk adalah SEKEDAR PELABELAN seorang puthujjana?

Yang Anda kutip adalah KETIDAKKONSISTENAN. Bukan dalam arti negative, ya. jangan emosi dulu. :))

karena Tidakkonsistenan, maka bila ini (Hukum Karma) (terlalu) dipikirkan, di analisa, sudah jelas apa akibatnya: gila!

kedua, bila kita di level 1, ngotot dengan pemahaman di level ini, mempertahankan pemahaman intelektual kita tentang Hk Karma, maka kita mustahil maju ke level selanjutnya.

MUNGKIN, inilah sebabnya maka Hk karma sengaja dimasukkan dalam salah satu dari 4 Acinteyya. jangan memikirkan seluk beluk karma. Apalagi merasa mampu membuktikannya. :))

Begini, ketika vipaka kita terima, kita SULIT MEMASTIKAN karma mana yang berbuah. Agak terbalik dikit, tapi masih nyambung, bisa dipakai.

Ketika saya menerima buah mangga...
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Pohon mangga.
Saya PASTI kan bahwa buah ini berasal dari Bibit/Benih mangga.
Tapi kalo masalah Rasanya Asam / Manis tergantung selera.. :P
Hk Karma Buddhis tidak berbunyi,"Hutang mata bayar mata", nanam karma mencuri berbuah tercuri.

Sepemahaman saya, menusuk jarum adalah karma netral. Yang patut kita teliti adalah APA MOTIVASINYA MENUSUKKAN JARUM?
yah semangat berdiskusi, selalu ingin mematahkan pendapat pihak lain, mohon maklum, ya.
Dan, tertusuk jarum belum bisa disebut sebagai penderitaan. tergantung batin, bukan tergantung fisik.
Menusuk adalah perbuatan jasmani yang dipelopori oleh pikiran, jadi ada NIAT disitu.

(1) Pikiran adalah pelopor

Jujurnya tidak ada motivasi yang terselubung atau tersembunyi dari saya. Saya hanya ingin Menyampaikan kebenaran hukum karma dengan memberikan contoh, itu saja.  :>-

Tertusuk jarum adalah PASTI penderitaan fisik yang nyata (jangan bilang kalo kakinya sudah dibius duluan he..he..he..  :)) )
Seandainya tertusuk jarum tidak membawa penderitaan dan membawa kebahagiaan, maka saya PASTI setiap harinya menusuk kaki saya dan mengajak KK2 sekalian juga untuk melakukan hal tersebut.  :P
Karena menusukkan jarum ke kaki adalah penderitaan dan bukan kebahagiaan, maka saya tidak melakukan dan menganjurkan KK2 untuk melakukannya.
:))
Jadi Anda SEKEDAR menusukkan jarum tanpa motivasi apapun? :))

Apa yang Anda kutip itulah yang disebut MOTIVASI, NIAT. dari adanya motivasi, niat tersebut, kemudian itu diwujudkan dalam satu tindakan. muncul niat menusuk, kemudian melakukan karma lewat jasmani (menusuk).
Yang menjadi pelopor sebelum Anda (punya niat) menusukkan jarum itulah yang disebut MOTIVASI, NIAT, CETANA.

Nah yang lebih penting dibahas dalam konteks HK Karma, adalah NIAT, MOTIVASI, CETANA yang paling awal muncul, sebelum niat menusukkan jarum itu muncul. Mana (niat) pelopor, mana (niat) kelanjutannya, mesti kita teliti baik2.

kalau kita bersedia menyatakan Hk Karma tidak universal, OK. Tapi karena kita meyakini HK karma adalah Universal, maka ia harus dan pasti lolos dalam menjelaskan semua peristiwa.

jangan HK karma nya yg kita korbankan, menjadi terbatas, regional,
tapi kita melihat level kita dimana.
Level kita tinggi, silahkan merevisi HK Karma, buat pribadi. tapi kalau level kita puthujjana, sebaiknya kita harus akui pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.

Salam Metta untuk KK...
HUKUM KARMA adalah Netral...
HUKUM KARMA tidak bisa di Revisi...
HUKUM KARMA Seperti Cermin...
Yang bisa direvisi ato diperbaiki adalah KARMA=NIAT kita.
sebaiknya kita harus akui
pendapat kita yang perlu ditinjau kembali.
 _/\_

Semoga bermanfaat

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 21 October 2009, 11:49:30 AM
bro inJul (yang hobi main puter-puteran) ... :))

Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :))  ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))
haiyaa... apa gw lagi dikadalin? :))
Bro ngasih contoh soal tempelengan, lalu saya coba ikuti contoh tersebut dg membahasnya. Ini masih di sana konteksnya.
Demikian, semoga clear. :D

Anda juga tentunya membaca kan tulisan saya disana, saya bilang itu aja ... cukup! dan anda mengembangkan kasusnya ... MASIH BELUM SADAR DARI NIAT BUAT MAIN PUTER-PUTERAN bro ?

O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.


Itu ASUMSI anda!
Lalu bagaimana dengan asumsi lainnya?
Dengan asumsi anda yang kayak begini, anda bilang saya akan mendistorsi hukum kamma ... Coba renungkan!
Apa anda gak malu kalau kenyataannya anda sendiri yang mendistorsi contoh simpel yang saya ajukan dengan asumsi anda ? :))

Disini yang kita bahas adalah membuktikan hukum kamma, oke ?  
Lalu saya menuliskan sebuah contoh sederhana sebagai bahasan bahwa hukum kamma dapat dibuktikan, oke?

Saya tulis bahwa contoh itu cukup untuk membuktikan hukum kamma ...
Lalu anda mengembangkan kasus tersebut menjadi berkembang (ini jelas sebuah alasan dari anda untuk membuat hukum kamma itu tak terbukti) ...

Apakah dengan begini anda masih mau mungkir untuk mengelak sebuah contoh dari pembuktian hukum kamma ?

Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

Disini hal yang mesti diakui adalah KETIDAK-TAHUAN KITA untuk menjelaskan semua sebab dan akibat yang timbul dari kehidupan bro ... Dan itu sudah saya tulis diatas sana ... :))

Tapi mengenai hal yang sederhana kan masih bisa dibuktikan toh ?

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Demikian pemahaman saya, Bro Citra.
 _/\_

Tuh kan ... :))
Disini sangat jelas anda mencoba mempengaruhi yang lainnya untuk memasukkan pemahaman anda yang nyata TIDAK UNIVERSAL dan hanya BERSIFAT SEPIHAK ! (hanya pemahaman anda saja kan ...  ^-^ )

Diputar-putar kemanapun kata-kata anda itu semua akan berbalik ke diri anda kembali bro !
Itu sebuah bukti lain dari hukum kamma ...
:))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 12:28:08 PM
ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
  harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 21 October 2009, 12:41:40 PM
 _/\_

Bro Ryu cape liat postingnya dan penjelasannya berulang ulang. wkwkwkwkw  :))

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 21 October 2009, 12:56:59 PM
ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
  harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
 _/\_
bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 21 October 2009, 01:22:34 PM
 _/\_

^
^ Sabarrr Sabarr Sabarrr

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: shiwon suju on 21 October 2009, 01:32:37 PM
kalau yg ini gmn ^^



Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 01:44:02 PM

O begitu. Saat itu saya betul2 ngga nyantel.
Maaf, Bro Citra.  ^:)^

Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Itu ASUMSI anda!
Lalu bagaimana dengan asumsi lainnya?
Dengan asumsi anda yang kayak begini, anda bilang saya akan mendistorsi hukum kamma ... Coba renungkan!
Apa anda gak malu kalau kenyataannya anda sendiri yang mendistorsi contoh simpel yang saya ajukan dengan asumsi anda ? :))

Disini yang kita bahas adalah membuktikan hukum kamma, oke ?  
Lalu saya menuliskan sebuah contoh sederhana sebagai bahasan bahwa hukum kamma dapat dibuktikan, oke?

Saya tulis bahwa contoh itu cukup untuk membuktikan hukum kamma ...
Lalu anda mengembangkan kasus tersebut menjadi berkembang (ini jelas sebuah alasan dari anda untuk membuat hukum kamma itu tak terbukti) ...

Apakah dengan begini anda masih mau mungkir untuk mengelak sebuah contoh dari pembuktian hukum kamma ?
Kemampuan bahasa memang terbatas, ya Bro.
Bisa membuat salah persepsi. :)

Baru sekarang betul2 paham maksud Bro. Soal "Itu cukup".
Itu cukup SEBAGAI PEMBUKTIAN.

Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?
***
Soal ASUMSI,
Dalam berdiskusi, kita terpaksa memakai asumsi. Kalau Anda Buddhist, maka saya memakai asumsi: Anda menerima anggapan HK Karma Universal, dlsb.

Kalau Anda Ryu, Kr***n, saya akan memakai asumsi, yang berbeda.

Kalau menurut Anda asumsi saya dibawah ini keliru, coba ajukan asumsi yang Bro gunakan.
Quote
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))



Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja. :)

Disini hal yang mesti diakui adalah KETIDAK-TAHUAN KITA untuk menjelaskan semua sebab dan akibat yang timbul dari kehidupan bro ... Dan itu sudah saya tulis diatas sana ... :))

Tapi mengenai hal yang sederhana kan masih bisa dibuktikan toh ?
APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Tuh kan ... :))
Disini sangat jelas anda mencoba mempengaruhi yang lainnya untuk memasukkan pemahaman anda yang nyata TIDAK UNIVERSAL dan hanya BERSIFAT SEPIHAK ! (hanya pemahaman anda saja kan ...  ^-^ )

Diputar-putar kemanapun kata-kata anda itu semua akan berbalik ke diri anda kembali bro !
Itu sebuah bukti lain dari hukum kamma ...
:))
Dalam forum, berbeda pendapat, tukar pendapat adalah wajar, pihak lain akan berubah atau menerima pendapat kita, itu urusan lain. :)

Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? :))

Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 21 October 2009, 01:46:14 PM
ya karena ucapan Buddha itu banyak bohong nya
^

aye gk percaya itu dari mulut ryu... :)) :)) :))
  harus percaya dong, gw kr****n bukan buddhist.
Selidiki, coba didiskusikan dulu, Bro Ryu.
don't jump to conclusion too fast. ;D
 _/\_
bah ngapain percaya ajaran buddha yang kaga pasti, mending cari ajaran yang gampang (btw aye padahal dah bikin kata penutup malah posting lagi =)) )
Agar"hampir mencapai penggelapan sempurna ;D "
jadi
mencapai penggelapan sempurna ;D

 ;D  ;D  ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: bond on 21 October 2009, 02:16:19 PM
Quote
in Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh

Penasaran banget bro ... :))

kalau Acinteya...koq masih  dipikirkan... :))

Silakan dipolling...supaya anda bisa tidur tenang. ^-^

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 21 October 2009, 03:29:15 PM
Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Validitasnya ... Ada sebab yang anda timbulkan (walau gak anda sadari, obyek sebagai vipaka yang saya ketahui membuat pikiran saya berproses untuk mengambil tindakan yakni menempeleng anda ... itu cetana dan aksi saya ... vipaka buat saya ... saya terlihat kasar ... itu aja  cukup!

Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?

Gak ada reaksi apa-apa tuh .. biasa aja kaleee ...  :whistle:

***
Soal ASUMSI,
Dalam berdiskusi, kita terpaksa memakai asumsi. Kalau Anda Buddhist, maka saya memakai asumsi: Anda menerima anggapan HK Karma Universal, dlsb.

Kalau Anda Ryu, Kr***n, saya akan memakai asumsi, yang berbeda.

Kalau menurut Anda asumsi saya dibawah ini keliru, coba ajukan asumsi yang Bro gunakan.
Quote
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.
Saya masih yakin, asumsi saya di atas akan bisa disetujui kebanyakan Umat Buddha. :))

Oke bro ... :))
Asumsi saya, umat Buddha yang mau belajar mengerti akan selalu berusaha untuk BERPIKIR SAAT INI ... Tidak mengenai hal-hal lain yang tidak diketahuinya dan tidak perlu untuk diketahuinya ...

APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))

Ada hal yang kita ketahui dan bisa dibuktikan langsung, dan ada hal hal yang tidak kita ketahui karena bukti nyatanya kita masih diliputi AVIJJA ... tuh dah dijawab ...  :P

Apa anda mau cari vijja dengan mengembangkan contoh sederhana yang saya tulis diatas sana bro ?  [-X
Anda AKAN TERSESAT bro ...  :)) ... atau sebaiknya anda harus bertekad untuk dapat berjumpa dengan Samma Sam Buddha lain dimasa datang dan nanti anda pertanyakan hal itu kepada Beliau ... :))

Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.

_/\_

Asumsi saya mengenai Kamma adalah kehendak (sebab) dan akibat !
Tidak ada definisi lain yang nantinya kasusnya akan berkembang seperti halnya Tuhan yang didefinisikan ... :))

Cobalah direnungkan bro !

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 21 October 2009, 04:07:03 PM
 _/\_

panjang bgt bahasannya belum selesai selesai..  :))

gini aja deh, walau sebagian org tdk mampu membuktikan hukum kamma, maka biarkanlah dia berasumsi kamma tdk bisa dibuktikan... dan sebagian yg bisa buktikan hukum kamma, maka tdk lah perlu terlalu mengyakinkan org yg tdk mampu, untuk membuktikkan hukum Kamma

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Ivanzius on 21 October 2009, 08:50:52 PM
Namo Buddhaya,

Sepertinya memang gak bakalan nyambung..... :))

Yang 1 berusaha menjelaskan buah mangga...
Yang lainnya berusaha menjelaskan buah sukun...

Jadi saya ambil kesimpulan....

EHIPASSIKO  ;D

Salam Metta

 _/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 22 October 2009, 10:53:55 AM
Quote
in Julia
Kalau asumsi saya dianggap TIDAK UNIVERSAL, SEPIHAK, Apa perlu buat thread polling menguji asumsi saya tersebut? laugh

Penasaran banget bro ... :))

kalau Acinteya...koq masih  dipikirkan... :))

Silakan dipolling...supaya anda bisa tidur tenang. ^-^


he he he
saya santai aja.
Anggap, daripada ngisi TTS (Teka teki Silang)  :)
Siapa tahu dapat hadiah pencerahan dari teman lain.
 ;D
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 22 October 2009, 10:54:47 AM
Cuma, apakah boleh saya punya pendapat lain pada contoh yang Bro ajukan? Dalam hal ini saya mempertanyakan validitas pembuktian Anda, kalau boleh. kalau boleh, diskusi jalan. kalau ngga boleh, kita ngga bisa berdiskusi apa2 jadinya. :) Forum DC ditutup aja. he he he

Validitasnya ... Ada sebab yang anda timbulkan (walau gak anda sadari, obyek sebagai vipaka yang saya ketahui membuat pikiran saya berproses untuk mengambil tindakan yakni menempeleng anda ... itu cetana dan aksi saya ... vipaka buat saya ... saya terlihat kasar ... itu aja  cukup!

Sama dengan seandainya Bro Ryu berpendapat :)) dalam forum diskusi,"Saya kemarin berdoa, meminta hadiah pada Tuhan, eh barusan datang Sinterklas ngasih hadiah. bagi saya ini cukup membuktikan keberadaan Tuhan"
Apa reaksi Anda?

Gak ada reaksi apa-apa tuh .. biasa aja kaleee ...  :whistle:
"Terlihat kasar" ini masih relatif sekali. Ketika seorang Bhante diberi anjali, dan tidak menghiraukan sedikitpun, sebagian akan berpendapat "Terlihat sombong sekali".

Dengan demikian, pembuktian Anda menurut saya "BELUM CUKUP". tapi kalau bagi Anda atau teman lain di anggap CUKUP, silahkan dan ngga ada yang melarang. case closed. :)

***
Maksud saya reaksi Anda pada pembuktian "Bro Ryu" akan:
=menerima, setuju atau
=menolak, tidak setuju.

Jelas?
ini soal VALIDITAS PEMBUKTIAN.

Apa yang Anda sebut sebagai BUKTI, setara dengan pembuktian "Bro Ryu" di atas. Menurut "Bro Ryu", FAKTA, KENYATAAN, PENGALAMAN itu (bagi ia) CUKUP sebagai bukti, ehipassiko, dan kebenaran.

Oke bro ... :))
Asumsi saya, umat Buddha yang mau belajar mengerti akan selalu berusaha untuk BERPIKIR SAAT INI ... Tidak mengenai hal-hal lain yang tidak diketahuinya dan tidak perlu untuk diketahuinya ...
Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.

He he he thread saya adalah REAKSI, dari teman yang merasa dan mengaku bisa membuktikan kebenaran Hk Karma.
Mengaku bisa membuktikan Hk Karma, kan tidak BERADA SAAT INI.
So, mestinya kalimat Anda ditujukan pada mereka, bukan pada saya. he he he

APA yang Bro gunakan buat membedakan,
= di contoh Anda :Anda sudah tahu semua parameternya, faktor2nya.
= Di contoh saya: Anda akui KETIDAKTAHUAN Anda?

Bisa jawab? :))
Ada hal yang kita ketahui dan bisa dibuktikan langsung, dan ada hal hal yang tidak kita ketahui karena bukti nyatanya kita masih diliputi AVIJJA ... tuh dah dijawab ...  :P
Bro Ivans terbirit-birit ( becanda, yah :)) ) ketika saya tanyakan apa yang ia pakai untuk mengetahui mana karma yg berbuah cepat, mana yang lambat. :))

Kalau Anda memang punya kemampuan mengetahui dengan pasti mana yang SUDAH BENAR2 Anda tahu, mana yang belum Anda tahu. Saya salut dengan kemampuan Anda. Ini memang memungkinkan.
yah sudah. Case closed. :))

Apa anda mau cari vijja dengan mengembangkan contoh sederhana yang saya tulis diatas sana bro ?  [-X
Anda AKAN TERSESAT bro ...  :)) ... atau sebaiknya anda harus bertekad untuk dapat berjumpa dengan Samma Sam Buddha lain dimasa datang dan nanti anda pertanyakan hal itu kepada Beliau ... :))
Saya hanya mempertanyakan VALIDITAS PEMBUKTIAN Anda. kalau Anda yang lain sudah merasa valid, silahkan tetap dipegang.  

Atau silahkan Anda kemukakan asumsi Anda soal Hk Karma.
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Bedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

***

Ok Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Kecuali ada novum baru, boleh dibuka lagi. :))
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 22 October 2009, 10:56:04 AM
Namo Buddhaya,

Sepertinya memang gak bakalan nyambung..... :))

Yang 1 berusaha menjelaskan buah mangga...
Yang lainnya berusaha menjelaskan buah sukun...

Jadi saya ambil kesimpulan....

EHIPASSIKO  ;D

Salam Metta

 _/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta


Terbirit-birit ngga bisa menjawab,
tapi merasa menang, nich. :))  :))




Maaf, guyon aja ya Bro.  ^:)^
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 22 October 2009, 11:14:27 AM
Quote
Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
Quote
Bedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

Dari kbbi:
asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;
meng·a·sum·si·kan v menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan

Silahkan anda "asumsi" sendiri tentang makna kata "asumsi" ... :))

buk·ti n 1 sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan sudah meminjam uang saya; 2 hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh mencuri, tetapi tidak ada -- nya;

Quote
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Itu menurut anda kan bro ? :))
Silahkan ditinjau kembali hubungan, persamaan dan perbedaan antara kata 'asumsi' dan 'bukti' !

Quote
Ok Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Anda TS nya bro ! Silahkan saja ... Bebas koq ...  :))

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 22 October 2009, 11:55:54 AM
Quote
Maaf, coba cari di kamus makna "Asumsi" itu apa.
Quote
Bedakan antara "asumsi" dengan "pendapat pribadi".

Dari kbbi:
asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;
meng·a·sum·si·kan v menduga; memperkirakan; memperhitungkan; meramalkan

Silahkan anda "asumsi" sendiri tentang makna kata "asumsi" ... :))

buk·ti n 1 sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; tanda: surat ini sbg -- bahwa Tuan sudah meminjam uang saya; 2 hal yg menjadi tanda perbuatan jahat: ia dituduh mencuri, tetapi tidak ada -- nya;

Quote
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

Itu menurut anda kan bro ? :))
Silahkan ditinjau kembali hubungan, persamaan dan perbedaan antara kata 'asumsi' dan 'bukti' !

Quote
Ok Bro Citra,
kita sudah saling mengemukakan argumen masing2, tak ada yang perlu ditambahkan lagi. jadi case closed.

Anda TS nya bro ! Silahkan saja ... Bebas koq ...  :))

 _/\_

Thanks sudah berkenan mengutipkan dari KBBI.

asum·si n 1 dugaan yg diterima sbg dasar; 2 landasan berpikir krn dianggap benar;


Tadi saya edit bagian ini sedikit. nambahin" (dalam makna: REFERENSI)".

jadi yang saya maksud "asumsi" adalah sebagai "Referensi".
kalau kurang tepat, mohon maaf. :)

Terima kasih sudah meluruskan, Bro.

***
"Asumsi" dengan "Bukti", jelas berbeda maknanya.

***
Sementara dari saya sudah cukup.

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 22 October 2009, 05:05:46 PM
 [at]  injulia

IMO

Anda telah melakuan " MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU ".  ^:)^, ANUMODANA

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 22 October 2009, 10:06:43 PM
^ Kalimat bermakna ganda ... :))

Perlu pemahaman "khusus" nih buat bisa menangkap makna sesungguhnya ... :))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 22 October 2009, 10:17:03 PM
 _/\_

Masih belum selesai diskusinya. hahahaha. padahal udh byk penjelasan tentang pemahaman Hukum Kamma. tp sptnya masih tdk ada titik temunya  :))

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 23 October 2009, 12:33:17 PM
^ Kalimat bermakna ganda ... :))

Perlu pemahaman "khusus" nih buat bisa menangkap makna sesungguhnya ... :))

_/\_
Saya coba jelaskan, agar tidak membuat bimbang. :)

Sebagai Buddhist saya memakai asumsi ini:
Quote
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Quote
Menurut saya, semua doktrin Buddhis tentang HK karma itulah asumsi (dalam makna: REFERENSI) kita bersama, sesama Buddhist. Inilah yang kita gunakan sebagai acuan berdiskusi. Nah, kadang diantara kita bisa berbeda memahami teks Tipitaka/Tripitaka, beda PENAFSIRAN. Dalam hal inilah, asumsi kita perlu ditinjau ulang.

kalau ada Buddhist yang tidak sependapat dg di atas, silahkan dikoreksi. ^:)^

***
Quote
Terima kasih sudah meluruskan, Bro.
Di sini maksud saya meluruskan makna ASUMSI.
Bukan meluruskan pendapat saya di thread ini.

Dan asumsi yang saya gunakan, kan belum ada yang ngoreksi.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 23 October 2009, 12:34:31 PM
_/\_

Masih belum selesai diskusinya. hahahaha. padahal udh byk penjelasan tentang pemahaman Hukum Kamma. tp sptnya masih tdk ada titik temunya  :))

 _/\_
:))
Diskusi tidak harus mencapai titik temu, Bro.  :)

berbeda dengan DEBAT, mencari kemenangan. Untuk itu harus ada kesimpulan. Agar jelas siapa yang benar siapa yang salah pendapatnya.

jadi, santai aja. Tapi karena batas diskusi dg Debat sangat tipis, yah biar mengalir apa adanya saja.  ;D ;D
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 23 October 2009, 12:37:28 PM
[at]  injulia

IMO

Anda telah melakuan " MUNDUR UNTUK MELANGKAH MAJU ".  ^:)^, ANUMODANA

 _/\_
Bukan masalah maju atau mundur.
sedari awal saya sudah siap, kemungkinan: tidak ada titik temu. ;D

Jd kalau semua pihak sudah mengemukakan pendapatnya, sudah cukup.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: g.citra on 23 October 2009, 01:54:23 PM
Quote
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Bro inJul ... :)
Tidak ada yang salah dengan asumsi anda ... itu wajar dan sangat alamiah ...
Semua tergantung anda saja... :)

Saya merasa bukti sebab-akibat sudah demikian jelas (bagi saya), dimana timbul cetana ada vipaka karena, mengalami vipaka timbul cetana (bagi para puthujjana) ... dan saya berusaha menghindari hal-hal tidak berguna ini dikembangkan terus (dimana dalam pembahasannya selalu menimbulkan cetana-cetana baru yang memungkinkan saya terus berputar-putar didalamnya) ... :)

Seperti halnya telah dituliskan bro xuvie di thread sebelah, hendaknya kita saling mengerti akan perbedaan yang ada ... Dan saya tambahkan : Karena dengan sesungguhnya berusaha mengoreksi keadaan apapun yang timbul, secara tidak sadar kita telah melibatkan diri kedalam putaran sebab-akibat yang dilandasi oleh sang AKU ... :)

Ini posting terakhir saya di thread ini, dan reaksi apapun yang timbul dari anda dan rekan-rekan sekalian, saya akan belajar untuk melihat apa adanya tanpa ingin bereaksi kembali didalam thread ini ... :)

Kalau saja ada tulisan saya selama ini yang menyinggung anda, dengan penuh kesadaran saya minta maaf ...  ^:)^ ... (saya pikir, ini salah satu penyebab timbulnya kata maaf >>> kesadaran setelah membuktikan) ...

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 23 October 2009, 02:16:11 PM
 _/\_

pendapat dan cara pandang setiap org beda beda, demikian jg tentang pembuktian hukum kamma ada yg bisa membuktikan ada yg tdk mampu membuktikan....

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 23 October 2009, 02:51:23 PM
itu semua adalah proses pikiran

“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.”

“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.”
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Kelana on 23 October 2009, 03:14:31 PM
Saya rasa saya tidak perlu memaparkan lagi pembuktian Hukum Karma, karena sudah saya sampaikan begitu juga rekan-rekan lain yang menjelaskan bisanya hukum karma bisa dibuktikan. Kali ini saya hanya menanggapi masalah di bawah ini.


Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma, juga tergantung kondisi, situasi, karma penguat, dlsb. Ini membuat manusia biasa sulit menelusurinya. yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, SIMPLIFIKASI saja. Dan bagi saya, DUGAAN, SIMPLIFIKASI/PENYEDERHANAAN, BELUM bisa disebut sebagai BUKTI.


Pertama, pernyataan anda bahwa: “Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma” membuktikan keraguan anda dalam masalah ini. Kata “tidak” tidaklah sama dengan kata ”belum”. Jadi tentukan sikap anda dengan jelas. Jika “tidak” maka berarti buah karma tidak ditentukan oleh 1 karma. Jika “belum tentu” berarti dalam hal tertentu bisa ya bisa tidak

Buah karma pastilah ada penyebab dominan diantara penyebab-penyebab yang lain. Bagi kita yang tidak memperhatikan penyebab dominan ini tentu berkesimpulan untuk terus menelusuri penyebab-penyebab yang lain. Hasilnya muncul anggapan bahwa Hukum Karma tidak bisa dibuktikan. Tanpa ada penyebab dominan ini manusia tidak bisa lepas dari penderitaan.

Menduga tidaklah sama dengan simplifikasi. Ketika saya membantu orang lain kemudian saat itu juga muncul perasaan bahagia karena perbuatan itu, itu bukanlah dugaan, ia muncul saat saya melakukan hal itu, dan saya tidak melihat ada penyebab dominan lain yang menyebabkan perasaan bahagia selain perbuatan yang saya lakukan.  Dan ketika banyak orang (saya yakin) merasakan dan melihat hal yang sama, itu bukan lagi menjadi suatu dugaan, tapi bukti, apalagi jika dilakukan berulang-ulang dan hasilnya sama.

Dan ini bukan juga simplifikasi, tapi ini sebuah sample. Setahu saya sample itu bisa digunakan sebagai pembuktian.

Sekarang saya ingin anda buktikan sendiri bahwa NIAT anda membenturkan kepala anda ke  monitor komputer anda dengan keras mengakibatkan kepala anda sakit. Coba sakit tidak? Coba sampai 4 kali sebagai pembuktian. Kalau percobaan ini agak sadis, ya coba diganti dengan NIAT mencubit lengan anda dengan keras mengakibatkan lengan anda sakit :P

Selamat mencoba. _/\_

Karena ini dari pembahasan ini sifatnya adalah praktek, membuktikan sendiri. Maka selanjutnya ya no comment saja lah.. 8)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 23 October 2009, 03:21:35 PM
 _/\_

^
^
^

 :o :o :o :o :o
hahaha  :))

ayooo lakukan seperti yg dikatakan bro Kelana jika masih ada keraguan soal bukti hukum Kamma
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 23 October 2009, 03:52:24 PM
_/\_

^
^
^

 :o :o :o :o :o
hahaha  :))

ayooo lakukan seperti yg dikatakan bro Kelana jika masih ada keraguan soal bukti hukum Kamma
 _/\_

Maaf Bro, anda menjadi contoh. Saya minta maaf

Pertanyaan sederhana apakah sikap ini menghasilkan kamma vipaka untuk dirinya sendiri, ataupun untuk orang lain ? Yang baik atau yang buruk ?

Kadang-kadang kita tidak sadar mengharapkan orang lain celaka, kecelakaan orang lain menyebabkan kebahagiaan untuk diri sendiri ( berbahagia atas penderitaan makhluk lain misalnya memancing ikan, atau memancing di air keruh/provokasi ). Kamma Vipaka yang akan diterima ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 23 October 2009, 03:58:31 PM
 _/\_

wew.. kan diberi contoh oleh bro kelana.... bagi yg mao mencoba dipersilahkan dari pada ada yg blg hukum kamma bisa dibuktikan dan ada yg blg tidak tidak.. maka bro kelana memberikan instruksi nyata untuk membuktikan hukum Kamma... sebenarnya setiap org secara nyata sudah mengalami hukum Kamma cuma tdk mampu menyadarinya saja, maka dikatakan tiada bukti, dan saya sendiri juga telah menjelaskan di aatas, dr pada menjelaskan ulang, lebih baik langsung praktekkan saja. walaupun crnya terlalu ekstrim.  :))

btw contoh praktek di atas tdk ada niat untuk mengharapkan orang lain celaka, cuma sekedar agar mereka membuktikan sendiri secara nyata apa itu sebab dan akibat.... so jika ada yg merasa bahwa pernyataan itu berarti ingin org lain celaka, maka sebenarnya pikiran sendiri lah yg memandang demikian, dan semua org berhak untuk menilai berdasarkan pemikirannya sendiri. tdk ada larangan...  :))

Kebahagian di atas penderitaan org lain, ini jg terserah pada pemikiran yg bersangkutan, disini tdk ada kebahagian yg perlu dinikmati dan tdk ada pihak yg perlu dibuat menderita  :)) ..



maaf jika ada kata kata yg salah

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 23 October 2009, 04:42:29 PM
_/\_

wew.. kan diberi contoh oleh bro kelana.... bagi yg mao mencoba dipersilahkan dari pada ada yg blg hukum kamma bisa dibuktikan dan ada yg blg tidak tidak.. maka bro kelana memberikan instruksi nyata untuk membuktikan hukum Kamma... sebenarnya setiap org secara nyata sudah mengalami hukum Kamma cuma tdk mampu menyadarinya saja, maka dikatakan tiada bukti, dan saya sendiri juga telah menjelaskan di aatas, dr pada menjelaskan ulang, lebih baik langsung praktekkan saja. walaupun crnya terlalu ekstrim.  :))

btw contoh praktek di atas tdk ada niat untuk mengharapkan orang lain celaka, cuma sekedar agar mereka membuktikan sendiri secara nyata apa itu sebab dan akibat.... so jika ada yg merasa bahwa pernyataan itu berarti ingin org lain celaka, maka sebenarnya pikiran sendiri lah yg memandang demikian, dan semua org berhak untuk menilai berdasarkan pemikirannya sendiri. tdk ada larangan...  :))

Kebahagian di atas penderitaan org lain, ini jg terserah pada pemikiran yg bersangkutan, disini tdk ada kebahagian yg perlu dinikmati dan tdk ada pihak yg perlu dibuat menderita  :)) ..



maaf jika ada kata kata yg salah

 _/\_

Pertanyaan sederhana.
Salah satu pengalaman hidup :

Masa Lalu,
Kebahagiaan saya peroleh dengan :
Memancing Ikan memberikan kepuasan dan kebahagiaan ( bertemu dengan yang disukai ), seakan-akan berbuat jahat tetapi menikmati yang baik

Setelah mengenal Buddha Dhamma

Masa Sekarang,
Tidak ada kebahagiaan dalam memancing ikan. Seandainya dipaksakan untuk memancing, saya akan menderita ( bertemu dengan yang tidak disukai )

Mohon penjelasan mengenai kamma vipaka yang akan saya terima masa lalu dan sekarang untuk kegiatan yang sama yakni memancing ikan seandainya dilakukan?

Sekedar tukar pendapat
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: K.K. on 23 October 2009, 04:59:10 PM
 [at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.  

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 23 October 2009, 05:47:32 PM
[at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran. 

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

 _/\_

lock.......
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 23 October 2009, 06:04:20 PM
wew ini versi lanjutan setelah diskusi panjang antara Bro Injulia dgn Bro G. Citra dan yg lainnya.  :))
seperti yg pernah saya katakan sebelumnnya, cape ulang ulang , bahwa hukum kamma secara kompleks hanya dapat dilihat sendiri oleh Buddha, sedangkan kita bisa melihat secara umum atau secara simple.. berdasarkan pertanyaan yg ada

Masa Lalu,
Kebahagiaan saya peroleh dengan :
Memancing Ikan memberikan kepuasan dan kebahagiaan ( bertemu dengan yang disukai ), seakan-akan berbuat jahat tetapi menikmati yang baik


Kamma Vipakanya adalah (kyk sekolah aaja  :))  )
sebab= niat, perbuatan memancing ikan
Vipaka = hasilnya, ikan itu anda dapat ataupun tdk dapat, yg terpenting hasilnya anda telah melempar kail ke kolam, sebagai niat perbuatan anda untuk memancing....

sebab = perbuatan, jika anda peroleh ikan tersebut (akibat dari memancing)
Vipaka = ikannya akan terluka kena kail dan kemungkinan mati (Vipaka dari anda mendapatkan ikannya).

sebab = perbuatan, mendapatkan ikan
Vipaka = anda merasa senang karena berhasil

disini saya mengetahui maksud anda, kenapa memancing ikan tersebut tdk nampak vipaka buruknya bagi anda..
dan seperti yg saya jelaskan pula, karma itu sangat kompleks, kita hanya bisa melihat sebatas yang sederhana dan yg lebih kompleks lagi hanya Buddha yg mampu melihatnya.. termasuk jangka waktu berbuahnya kamma, namun hal yg sederhana itu telah membuktikan bahwa ada hukum sebab akibat, karena ini maka terjadi itu... yaitu niat/perbuatan dan hasil

Masa Sekarang,
Tidak ada kebahagiaan dalam memancing ikan. Seandainya dipaksakan untuk memancing, saya akan menderita ( bertemu dengan yang tidak disukai )


sebab = perbuatan, setelah bertemu Dhamma
Vipaka = anda merasa perbuatan memancing ikan itu tdk baik, tdk seperti dulu wkt anda senang memancing ikan.

ini contoh yg simple dari sebab akibat yg bisa kita lihat secara nyata, sedangkan untuk kompleksnya hanya Buddha yg bisa. namun pembuktian simple ini telah mampu membuktikan pada kita bahwa adanya sebab dan akibat yg tdk lain adalah hukum Kamma...

Semoga dimengerti (jgn tanya kenapa saya tdk mendapat kamma buruk dari hasil memancing ikan , hal ini berhubungan dgn kamma jangka panjang dan walaupun jangka pendek sekalipun anda tdk akan mengetahuinya, karena tdk semua hukum Kamma dapat dilihat secara jelas oleh umat awam, anda hanya bisa melihat sejauh itu sebagai adanya hukum sebab akibat. kalo mao lihat yg jelas kita harus melihat pada situasi yg lain, karena setiap kondisi dan situasi menghasilkan kamma berbeda.. situasi yg lain yg bisa jelas anda liat, misalnya : anda mencuri dompet seseorg, menjelang beberapa hari anda katakan anda mencuri dompetnya. ini akan jelas anda lihat hasil buruknya. hahahaha...
 _/\_







Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Kelana on 23 October 2009, 07:33:20 PM
Maaf, ada yang terlupa, sebelum topik ini di lock

Saya berpendapat bahwa kita tidak bisa memukul rata semua kasus. Ada kasus yang simpel dan ada kasus yang komplek (saya rasa semua menyetujuinya). Satu hal yang saya ingat, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak semua yang terjadi disebabkan oleh karma masa lalu, ini berarti tidak semua penyebab berperan sebagai hal yang penting di dalam suatu peristiwa. Jadi di dalam membuktikan Hukum Karma tidak perlu pengusutan jauh terhadap  suatu peristiwa yang memang sederhana, karena tidak ada penyebab yang lebih dominan selain penyebab langsung tersebut, seperti kasus membenturkan kepala yang bisa diterapkan langsung, dianalisa, bisa dilihat penyebab dominannya, dan hasilnya bukan lagi berupa dugaan atau anggapan.

Sedangkan kasus kisah Kisa-Vaccha yang disampaikan oleh Sdr. Kainyn_Kutho, jelas merupakan kasus yang diakibatkan dari suatu ANGGAPAN tanpa analisa, penyelidikan, tidak melihatnya penyebab dominan. Kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi pemahaman yang salah.

Intinya, kita perlu melihat sampai pada keberadaan penyebab dominan. Dan penyebab domain ini bisa kita lihat pada kasus-kasus yang sederhana.

Demikian
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: CHANGE on 23 October 2009, 08:30:48 PM
 [at]  wangsapala

Saya sama sekali tidak punya maksud dan keinginan untuk melanjutkan diskusi ini, maka pada akhir postingan, saya tulis “ Sekedar tukar pendapat “, saya hanya ingin melakukan hal yang seperti anda lakukan yakni membuat postingan yang berbeda pendapat ( pro-anti ) dengan mudah, dan dengan cepat anda tanggapi, akhirnya pasti berkepanjangan dengan mempertahankan ego ( jika bathin tidak terkontrol ). Di dalam diskusi/debat pasti selalu ada PRO, KONTRA, NETRAL, APATIS, dan yang tidak diharapkan muncul adalah PROVOKATOR.

Artinya dengan sangat MUDAH kita menciptakan kekacauan ( karena saya juga mampu), tetapi sangat SULIT untuk menciptakan kedamaian ( karena saya juga kesulitan ). Saya melihat happy ending telah tercapai, dimana masing-masing pihak telah beritikad baik mengakhirinya walaupun ada perbedaan ( suatu sikap dan perilaku yang pantas dihargai dan dihormati ) . Artinya memang diskusi/debat ini tidak perlu untuk dilanjutkan sesuai dengan pandangan Bro Kainyn.

Saya mengikuti semua pembahasannya, saya mendapatkan kenyataan dari  KEBENARAN SEJATI AJARAN BUDDHA  yakni DUKKHA. Hasilnya adalah KENYATAAN TIDAK SESUAI KEINGINAN adalah DUKKHA karena perbedaan pendapat dari thread ini . Semoga saya dan anda semua mendapat MANFAAT dari pembahasan ini.

Saya yakin anda pasti memahami postingan saya, dan postingan ini tanpa ada maksud apapun. Jika berkenan jangan dijawab postingan ini.

Terima Kasih.


 _/\_

Mungkin sebaiknya di LOCK ( saran )
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 23 October 2009, 09:10:56 PM
 _/\_


 ;D

rupanya hal seperti ini bisa membuat anda mendapati kenyataan tentang dukhha  :))  selamat  ^:)^ . dan maaf jika telah membuat anda merasa tdk enak. saya tdk bermaksud demikian  :'( :'( :'(

yup thanks jg atas sharing pendapatnya bro change... disini kita semuanya saling berbagi. itulah gunanya forum diskusi.....

semoga kita semua memetik manfaat dari diskusi yg panjang ini  :))

 _/\_

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 23 October 2009, 09:11:28 PM
 [at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor.     semuanya dah sepakat mau di lock yak.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: hariyono on 23 October 2009, 10:38:33 PM
Pembuktikan buah karma langsung dari perbuatan sendiri  paling gampang ..
Coba anada ke Mall dan anda caci maki orang lain yang lewat ..akan akan mendapat caci maki dari orang yang anda caci maki ..dan buah yang istimewa paling paling anda di tempeleng atau mendapat bogem dari orang yang anda caci maki ...itu pembuktian karma langsung .

Bila  Anda akan membuktikan Karma yang anda lakukan sebelum kehidupan sekarang ..anda harus dengan mengamati kehidupan saat ini . kenapa saya menjadi lahir dilingkungan ini sedangkan yang lain tidak seperti lingkungan saya ..Mengapa orang jahat semakin menjadi makmur ...itulah buah karma kehidupan inkarnasi masah lalu anda .
Bila anda akan mengamati Kehidupan setelah kematian saat ini..Anda harus menanam buah karma kebaikan ..maka Anda akan yakin kehidupan anda akan datang memetik buah karma kebaikan anda saat ini .
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: wiithink on 24 October 2009, 12:33:45 AM
gw dapat karma nih..

kemaren gw ketawain orang yang jatoh, 2hari yang lalu, saat nonton hujan meteor gw jatoh dari atap.. apes apesssss
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 24 October 2009, 12:51:22 AM
 _/\_

Sabar Bro Wiithink..... jatuh dr atap, parah nga? soalnya koko gw jg jatuh dr atap parah, tangannya aja sampai patah.... ini mengingatkan kita agar tdk berbahagia diatas penderitaan org lain (termasuk tertawa tawa melihat org celaka).. sebaiknya jgn blg pembuktian hukum kamma  :)) . lagiii, terlalu mengundang kekacauan =)) , Nasehat saya walaupun saya bukan org suci, tp semestinya sebagai seorg yang belajar Dhamma, kita menerima setiap pembahasan dan diskusi dengan pikiran terbuka, dengan hati yang lapang, dengan nyaman, tidak perlu terlalu kaku dan tdk perlu tersinggung, tdk perlu menyalahkan org lain (ceramah Mode On  =))  )
maaf jika saya telah bersalah  :'(

lock aja deh
 :))  ;D

 _/\_



Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: wiithink on 24 October 2009, 01:01:38 AM
ndak papa, jatohnya pas kaki nya lagi kebawah, ntung belum gw lipat, kalo ndak udah patah kali kakinya..

salah satu gw yang kacau akibat baca yang ndak ngerti hehehee

lock aja deh hehehe.. ntar salah lagi
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 24 October 2009, 07:05:07 AM
menuggu konfirmasi TS nya nih mau di lock gak.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 25 October 2009, 01:35:05 PM
Quote
Soalnya saya berasumsi:
Dalam Hk Karma, kita TIDAK BOLEH membatasi skopnya.
Pembatasan itu akan mendistorsi Hk Karma itu sendiri.
Bayangkan, bila kita diminta (diHARUSKAN, misalnya) menjelaskan Hk Karma, dg HANYA MELIHAT di kehidupan ini saja.

So, semestinya Umat Buddha TIDAK BAKAL MAU bila diminta membatasi skop hanya di kehidupan ini saja, apalagi hanya pada SEPOTONG
peristiwa, kejadian, semakin mengebiri kebenaran Hk Karma.

Bro inJul ... :)
Tidak ada yang salah dengan asumsi anda ... itu wajar dan sangat alamiah ...
Semua tergantung anda saja... :)

Saya merasa bukti sebab-akibat sudah demikian jelas (bagi saya), dimana timbul cetana ada vipaka karena, mengalami vipaka timbul cetana (bagi para puthujjana) ... dan saya berusaha menghindari hal-hal tidak berguna ini dikembangkan terus (dimana dalam pembahasannya selalu menimbulkan cetana-cetana baru yang memungkinkan saya terus berputar-putar didalamnya) ... :)

Seperti halnya telah dituliskan bro xuvie di thread sebelah, hendaknya kita saling mengerti akan perbedaan yang ada ... Dan saya tambahkan : Karena dengan sesungguhnya berusaha mengoreksi keadaan apapun yang timbul, secara tidak sadar kita telah melibatkan diri kedalam putaran sebab-akibat yang dilandasi oleh sang AKU ... :)

Ini posting terakhir saya di thread ini, dan reaksi apapun yang timbul dari anda dan rekan-rekan sekalian, saya akan belajar untuk melihat apa adanya tanpa ingin bereaksi kembali didalam thread ini ... :)

Kalau saja ada tulisan saya selama ini yang menyinggung anda, dengan penuh kesadaran saya minta maaf ...  ^:)^ ... (saya pikir, ini salah satu penyebab timbulnya kata maaf >>> kesadaran setelah membuktikan) ...

 _/\_

]
Thanks Bro Citra, postingan Anda bagi saya normal, tak ada yang menyinggung lah. :)

kalau ada yang menyinggung (dari siapapun) kita anggap guyonan, aja. Paling aman buat batin kita. Kalau tersinggung, balas dg guyonan.  ;D

So tak ada yang perlu dimaafkan. saya justru berterima kasih atas semua masukkan Anda.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 25 October 2009, 01:39:09 PM

Nah, pendekar Kelana sdh turun gunung,

Quote from: Kelana
Pertama, pernyataan anda bahwa: “Buah karma tidak, belum tentu disebabkan satu karma” membuktikan keraguan anda dalam masalah ini. Kata “tidak” tidaklah sama dengan kata ”belum”. Jadi tentukan sikap anda dengan jelas. Jika “tidak” maka berarti buah karma tidak ditentukan oleh 1 karma. Jika “belum tentu” berarti dalam hal tertentu bisa ya bisa tidak
Bukan keraguan, tapi KETIDAK TAHUAN, KETIDAKMAMPUAN saya. :))


Quote from: Kelana
Menduga tidaklah sama dengan simplifikasi. Ketika saya membantu orang lain kemudian saat itu juga muncul perasaan bahagia karena perbuatan itu, itu bukanlah dugaan, ia muncul saat saya melakukan hal itu, dan saya tidak melihat ada penyebab dominan lain yang menyebabkan perasaan bahagia selain perbuatan yang saya lakukan.  Dan ketika banyak orang (saya yakin) merasakan dan melihat hal yang sama, itu bukan lagi menjadi suatu dugaan, tapi bukti, apalagi jika dilakukan berulang-ulang dan hasilnya sama.
Pada Bro Citra sudah saya jawab, saya tidak mampu membantah. tapi Dutiyampi:
Bila kemudian ada yang membawa contoh,
Si X memukul kepala Si Y, yang kebetulan HANYA SEKEDAR beradu mata.
Si X lalu merasa puas, senang.

Bagaimana Anda menjelaskan, bahwa perasaan puas, senang itu bukan hasil yang berbuah seketika dari karma memukul kepala orang lain?

***

Quote from: Kelana
Dan ini bukan juga simplifikasi, tapi ini sebuah sample. Setahu saya sample itu bisa digunakan sebagai pembuktian.
He he he jelas tak ada yang melarang. tapi dari sini orang bisa menilai kekritisan dan kevalidan pembuktian Anda.


Quote from: Kelana
Sekarang saya ingin anda buktikan sendiri bahwa NIAT anda membenturkan kepala anda ke  monitor komputer anda dengan keras mengakibatkan kepala anda sakit. Coba sakit tidak? Coba sampai 4 kali sebagai pembuktian. Kalau percobaan ini agak sadis, ya coba diganti dengan NIAT mencubit lengan anda dengan keras mengakibatkan lengan anda sakit
Dutiyampi, yah.
Cek respon saya pada Bro Ivans, yang ia berikan tentang menusukkan jarum itu.

Bahwa memukulkan kepala ke monitor adalah NIAT ke dua, sebelum ada niat ini, harus ada motivasi, niat yang mempelopori. Kecuali orang gila, yang memukulkan kepala TANPA TUJUAN, MOTIVASI APAPUN. kritis dikit, Bro.

Coba NIAT, CETANA memberikan bukti kepada Umat Buddha tentang kebenaran Dhamma itu NIAT BAIK atau BURUK?
Setelah itu dijawab, Dengan NIAT, CETANA membantu memberikan bukti kebenaran Hk Karma, Bro Kelana adu kepalanya dg monitor. Apa hasilnya KEBAHAGIAAN atau PENDERITAAN.
Apa ini bisa disebut sebagai SAMPLE dalam istilah Anda. :))

Bro Kelana tentu paham, NIAT, CETANA yang demikian adalah DHAMMA DANA, DANA TERMULIA.  Membuat Umat semakin yakin pada Ajaran Sang BUddha. Mestinya contoh yang simpel, mudah dipahami, dominan, berbuah cepat, membuahkan pahala yang sangat membahagiakan Anda. Saya tunggu hasilnya, ya. :))
***

Saya berpendapat bahwa kita tidak bisa memukul rata semua kasus. Ada kasus yang simpel dan ada kasus yang komplek (saya rasa semua menyetujuinya). Satu hal yang saya ingat, Sang Buddha mengatakan bahwa tidak semua yang terjadi disebabkan oleh karma masa lalu, ini berarti tidak semua penyebab berperan sebagai hal yang penting di dalam suatu peristiwa. Jadi di dalam membuktikan Hukum Karma tidak perlu pengusutan jauh terhadap  suatu peristiwa yang memang sederhana, karena tidak ada penyebab yang lebih dominan selain penyebab langsung tersebut, seperti kasus membenturkan kepala yang bisa diterapkan langsung, dianalisa, bisa dilihat penyebab dominannya, dan hasilnya bukan lagi berupa dugaan atau anggapan.

Sedangkan kasus kisah Kisa-Vaccha yang disampaikan oleh Sdr. Kainyn_Kutho, jelas merupakan kasus yang diakibatkan dari suatu ANGGAPAN tanpa analisa, penyelidikan, tidak melihatnya penyebab dominan. Kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi pemahaman yang salah.

Intinya, kita perlu melihat sampai pada keberadaan penyebab dominan. Dan penyebab domain ini bisa kita lihat pada kasus-kasus yang sederhana.

Ada lagi parameter DOMINAN TIDAK DOMINAN, bagaimana dan apa yang kita gunakan untuk memilah hal ini? :))

Tatiyampi, bagaimana & apa yang kita pakai buat memilah mana kasus yang simpel, berbuah seketika, akibat 1 karma, DOMINAN? :))

Tatiyampi,
Kalau ada Umat Buddha puthujjana sanggup MENGANALISA HK KARMA, kita revisi Tipitka yuk. :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 25 October 2009, 01:40:37 PM
[at]  Bro inJulia

Saya mau bagi kisah tentang "bukti" hukum kamma. Pernah dengar kisah Kisa-Vaccha? Ia adalah salah seorang murid utama dari petapa Sarabhanga yang berdiam dekat taman Raja Dandaki. Seorang selir, setelah "dibuang" oleh raja berjalan-jalan di taman itu dan melihat Kisa-Vaccha. Ia menganggapnya sebagai petanda buruk, maka dia meludahi petapa tersebut dan melempar tusuk gigi ke kepalanya. Pada hari yang sama, ia "diambil" kembali oleh raja dan dia berpikir itu adalah hasil meludahi petapa tersebut.

Kemudian hari, ada seorang menteri kehilangan kedudukan, maka selir tersebut menganjurkannya melakukan hal yang sama. Dan kebetulan ia juga mendapatkan kembali kedudukannya. Beberapa lama kemudian, ada pemberontakan di perbatasan dan raja beserta pasukan diperintahkan untuk ramai-ramai meludah dan melempar tusuk gigi ke petapa tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Semua melakukannya kecuali jenderal raja, seorang penyokong dari petapa tersebut. Ia kemudian membersihkan petapa tersebut.

Kita lihat di sini ada sebab dan kemudian sesuatu akibat terjadi. Petapa diludahi, kedudukan didapat kembali. Serupa dengan pendapat rekan-rekan di sini bahwa karena suatu perbuatan, suatu akibat terjadi dianggap sebagai hukum kamma.
Kemudian hal tersebut diulangi dan hasilnya sama, maka ditetapkan sebagai sebuah kebenaran. Lagi-lagi sama dengan pendapat rekan-rekan di sini, diulang-ulang hasilnya sama, maka itulah kebenaran.  

Kira-kira, apa yang terjadi pada orang-orang yang "telah mengetahui hukum kamma" tersebut? Tentu saja mereka binasa dengan menyedihkan.

Dari sini kita bisa lihat, sejak dahulu sampai sekarang, selalu ada orang yang memahami hukum sebab-akibat dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diskusi/debat tidak perlu dilanjutkan kembali.

 _/\_

Thanks Bro Kainyn, Contoh yang sangat bagus.

Mereka merasa contoh itu SIMPEL, MUDAH DIPAHAMI, BERBUAH SEKETIKA (JANGKA WAKTU PENDEK), ketika diulang yang lain, akibatnya sama.

Contoh kesalahpahaman yang diakibatkan tidak bisa membedakan antara
tahu, bisa dengan MERASA tahu, bisa.

 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 25 October 2009, 01:41:43 PM
[at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor.     semuanya dah sepakat mau di lock yak.
Ryu,
Tatiyampi yah, cek jawaban ke Bro kelana, di point ini.


Saya sudah sampaikan apa yang saya tahu.
Sepertinya respon yang lain tidak ada perubahan.
jadi kalau Bro Ryu mau ngelock, silahkan no problem.

Yang saya herankan, apakah satu thread HARUS di locked? :))
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: inJulia on 25 October 2009, 01:44:26 PM
wew ini versi lanjutan setelah diskusi panjang antara Bro Injulia dgn Bro G. Citra dan yg lainnya.  :))
seperti yg pernah saya katakan sebelumnnya, cape ulang ulang , bahwa hukum kamma secara kompleks hanya dapat dilihat sendiri oleh Buddha, sedangkan kita bisa melihat secara umum atau secara simple.. berdasarkan pertanyaan yg ada

Thanks Bro.

Setelah dicoba, baru pemahaman timbul. mau ehipassiko, gitu lah kita semua.
 _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Tekkss Katsuo on 25 October 2009, 02:20:35 PM
nunggu di lock  ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: ryu on 25 October 2009, 04:17:51 PM
[at] ko kelana, setuju, karena ada tertulis kalo ga salah tidak di gunung tidak dimanapun seseorang dapat lari dari perbuatannya. kamma yang universal berlaku untuk semua tidak memandang agama ataupun individu. seperti contoh ko kelana orang yang membenturkan kepalanya keras keras ke monitor bisa dilihat langsung kok akibatnya tanpa harus lihat apa agamanya atau kedudukannya dan tanpa harus ada pandangan benar atau salah khan untuk membenturkan kepala ke monitor.     semuanya dah sepakat mau di lock yak.
Ryu,
Tatiyampi yah, cek jawaban ke Bro kelana, di point ini.


Saya sudah sampaikan apa yang saya tahu.
Sepertinya respon yang lain tidak ada perubahan.
jadi kalau Bro Ryu mau ngelock, silahkan no problem.

Yang saya herankan, apakah satu thread HARUS di locked? :))
 _/\_
tentu saja karena niat dan isi thread ini sudah diketahui oleh masing2 pihak. soal revisi tipitaka ataupun apapun itu mah terserah anda, apakah anda memandang isi tipitaka itu harus di imani selalu benar dan pasti ucapan Buddha langsung ya silahkan saja karena saya tidak mengimani tipitaka, sudut pandang saya terhadap tipitaka berbeda dengan anda yang mengimaninya jadi masing2 silahkan memilih yang paling cocok untuk dirinya sendiri demi kebaikan diri sendiri khususnya dan kebaikan semua umumnya. pembahasan di thread ini anda khan sudah merasa mempunyai jawaban sendiri yang bagi anda jawaban yang menentang isi tipitaka pasti tidak mungkin ya sudah mau diapakan lagi?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: kimdonghwan on 10 December 2016, 10:50:51 AM
Dear All,

Namo Buddhaya,

Saya baru bergabung hari ini di Forum.

Tanpa bermaksud untuk menggurui sesepuh2 disini..saya rasa topik ini sudah terlampau ribet..
dan berpotensi menimbulkan perselesihan antara 2 (dua) kubu..
1. Pihak yang yakin bahwa Hukum Karma bisa dibuktikan
2. Pihak yang menganggap Hukum Karma tidak bisa dibuktikan.

Baiklah, izinkan saya meluruskan semua yang ada disini sesuai dengan ajaran Sang Buddha.

Semoga semuanya sepakat dengan Poin2 dibawah ini, agar perdebatan tidak lagi diperpanjang:

1. Hukum Kamma = Hukum PERBUATAN.

Tapi ingat, Sang Buddha pernah bersabda: "O Bikhhu..KEHENDAK itulah yang kusebut KAMMA"
Maksud beliau adalah, Perbuatan yang disertai Kehendak itulah Kamma.
Jika kita bawa mobil di jalan raya tanpa sengaja melindas semut, Itu tidak menimbulkan akibat.
Tapi jika kita melihat semut, lalu sengaja datang dan menginjaknya sampai mati. Itu pasti menimbulkan akibat.
***Sampai disini semoga semuanya Sepakat***


2. Tidak ada satupun makhluk didunia ini yang bisa membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha kecuali ANDA Sendiri.

Tidak akan ada yang bisa membuktikan Surga/Neraka, Kelahiran Kembali, Kelahiran Lampau, Terbentuknya Bumi, Keberadaan/Ketidakberadaan Tuhan, Kehancuran Bumi, dan lain sebagainya.
KECUALI ANDA SENDIRI.

Ingin membuktikan kebenaran Hukum Karma?
CAPAILAH JHANA 1-2-3-4, seperti yang dilakukan Sang Buddha dan Para Arahat.

***Sampai disini semoga semuanya Sepakat***

Kesimpulan:
1. Saya sendiri tidak mampu membuktikan kepada Saudara2 sekalian, karena belum mencapai Jhana.
2. Kalaupun saya sudah mencapai Jhana, mampu melihat masa lampau, masa depan, alam setan, alam raksasa, alam surga, alam neraka, dll, saya tetap gak akan bisa membuktikan kepada orang lain.

3. IRONISnya, Mereka yang merasa Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan, namun tidak melakukan sesuatu jerih upaya untuk membuktikannya, itu sama halnya ibarat umat-umat Agama Lain, yang NGOTOT bahwa Tuhan mereka Paling Hebat, umat lain adalah Kafir, -atau- Percaya sosok Tuhan tertentu PASTI MASUK SURGA, maka tidak ada gunanya meneruskan perdebatan terhadap orang-orang demikian.

Jika nanti salah seorang dari kita di forum ini, berhasil mencapai Jhana 1-2-3-4 dan ternyata kebenaran ajaran Sang Buddha itu dirasa omong kosong, silakan buat thread baru untuk menghujat & mencaci..misalnya:
"Capek2 saya meditasi 15 tahun, sudah capai Jhana, tapi semua yang diajarkan Sang Buddha itu gak bener"
Silakan menghujat dan pindah agama lain.

4. Jadi tidak ada gunanya meneruskan perdebatan tentang pembuktian Hukum Kamma ini. Janganlah ngotot berdebat dan meminta pembuktian dari orang lain. Anda sendiri harus berusaha untuk membuktikannya kalau ragu. Namun jika Anda tetap NGOTOT itu gak bisa dibuktikan, tapi tidak mau berusaha, silakan keluar dari ajaran Buddha.

Agama Buddha adalah Agama Kualitas, Bukan KUANTITAS.
Kita tidak butuh Umat Banyak namun cekcok.

Jika ada yang tersinggung, saya mohon maaf.

Sabbe Satta Bhavanthu Sukkhithatta


P.S.
*Ilmu pengetahuan tanpa kebijaksanaan itu sangat berbahaya, bisa menjerumuskan diri sendiri & orang lain.
*Tidak ada gunanya Anda bisa menghafal penuh kitab suci, mulut lancar komat-kamit melafal sutra-sutra sanskrit/pali, semuanya nonsense tanpa dibarengi kebijaksanaan.
*Ibarat musibah Tsunami di Aceh (2004), katakan menelan 242.999 korban jiwa, apakah Anda menuntut pembuktian kamma dari ke-semua 242.999 jiwa?
*Ada yang mati kepalanya bentur tembok, ada yang mati kejepit reruntuhan, ada yang mati karena minum air laut terlalu banyak, ada yg bahkan mayatnya gak ketemu, Apa mau dibuktikan satu persatu kamma buruk yang sudah mereka perbuat di masa lampau? cape de..




Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
Post by: Sostradanie on 12 December 2016, 05:14:23 PM
Jika anda pernah merasa disakiti orang itu sudah bukti hukum kamma.