//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah  (Read 2490 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah
« on: 17 October 2010, 10:35:50 PM »
Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah

Pengaruh wanita dalam kebijakan pemerintah lokal cukup tinggi, sehingga
sistem pemerintahan menjadi semakin inklusif, demokratis dan bebas dari kekerasan.

"Adanya wanita dalam dunia politik dan pemerintahan memberikan peluang transformasi kepemimpinan dengan menempatkan hal baru dalam agenda politik," kata pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dyah Mutiarin, pada seminar Women in Local  Governance and it’s Contribution to Good Governance: Chalenges and Models to Global Governance di Yogyakarta, Jumat (15/10/2010).

Selain itu, pengalaman yang berhubungan dengan wanita juga memberikan perspektif baru dalam isu pemerintahan lokal dan definisi ulang prioritas politik yang mencerminkan dan merujuk pada nilai. Fakta menunjukkan pemerintahan lokal telah menjadi arena di mana wanita dapat memasuki dunia politik.  Wanita berhasil menjadi politisi mengingat mereka memperoleh suara melalui kepemimpinan dan partispasinya.

"Padaabad ke-21 peran wanita di berbagai sektor telah berkembang terutama dalam sektor pemerintahan lokal. Kondisi itu menunjukkan perkembangan kesadaran mengenai persamaan hak antara pria dan wanita dan hal ini merupakan fenomena global di mana wanita memiliki hak untuk sukses seperti pria," katanya.

Bupati Bantul, DIY, Sri Suryawidati mengatakan, bagi sebagian kalangan perempuan masih dianggap warga kelas dua.  Perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan atau tidak berkompeten di bidang politik dan hanya unggul di wilayah domestik. Padahal, perempuan juga memiliki peran sebagaimana laki-laki di bidang pemerintahan.Untuk itu, kesetaraan gender perlu diupayakan kepada berbagai kalangan agar ruang kesempatan bagi perempuan semakin luas.

Menurut dia, kesetaraan gender perlu diupayakan oleh berbagai pihak mulai dari kaum perempuan itu sendiri yang harus diberikan pemahaman mengenai kesetaran gender, bahwa perempuan memiliki posisi dan hak yang sama di berbagai bidang seperti laki-laki. Selain itu, kaum laki-laki juga perlu diberikan pemahaman agar melakukan upaya untuk mendukung kesetaraan gender.

"Para pembuat atau pengambil kebijakan mulai dari pemerintahan hingga kalangan partai politik agar menempatkan ruang bagi perempuan sehingga memudahkan upaya untuk kesetaraan gender di pemerintahan," katanya. Peran perempuan harus dimaksimalkan agar mempengaruhi tata kelola daerah yang berorientasi pada pembangunan kesetaraan gender.  "Oleh karena itu, perempuan harus memiliki rasa percaya diri yang kuat terkait kesetaraan gender. Jika perempuan semakin berkualitas akan semakin memperkuat tata kelola daerah," katanya.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah
« Reply #1 on: 17 October 2010, 11:08:20 PM »
[spoiler]Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah

Pengaruh wanita dalam kebijakan pemerintah lokal cukup tinggi, sehingga
sistem pemerintahan menjadi semakin inklusif, demokratis dan bebas dari kekerasan.

"Adanya wanita dalam dunia politik dan pemerintahan memberikan peluang transformasi kepemimpinan dengan menempatkan hal baru dalam agenda politik," kata pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dyah Mutiarin, pada seminar Women in Local  Governance and it’s Contribution to Good Governance: Chalenges and Models to Global Governance di Yogyakarta, Jumat (15/10/2010).

Selain itu, pengalaman yang berhubungan dengan wanita juga memberikan perspektif baru dalam isu pemerintahan lokal dan definisi ulang prioritas politik yang mencerminkan dan merujuk pada nilai. Fakta menunjukkan pemerintahan lokal telah menjadi arena di mana wanita dapat memasuki dunia politik.  Wanita berhasil menjadi politisi mengingat mereka memperoleh suara melalui kepemimpinan dan partispasinya.

"Padaabad ke-21 peran wanita di berbagai sektor telah berkembang terutama dalam sektor pemerintahan lokal. Kondisi itu menunjukkan perkembangan kesadaran mengenai persamaan hak antara pria dan wanita dan hal ini merupakan fenomena global di mana wanita memiliki hak untuk sukses seperti pria," katanya.

Bupati Bantul, DIY, Sri Suryawidati mengatakan, bagi sebagian kalangan perempuan masih dianggap warga kelas dua.  Perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan atau tidak berkompeten di bidang politik dan hanya unggul di wilayah domestik. Padahal, perempuan juga memiliki peran sebagaimana laki-laki di bidang pemerintahan.Untuk itu, kesetaraan gender perlu diupayakan kepada berbagai kalangan agar ruang kesempatan bagi perempuan semakin luas.

Menurut dia, kesetaraan gender perlu diupayakan oleh berbagai pihak mulai dari kaum perempuan itu sendiri yang harus diberikan pemahaman mengenai kesetaran gender, bahwa perempuan memiliki posisi dan hak yang sama di berbagai bidang seperti laki-laki. Selain itu, kaum laki-laki juga perlu diberikan pemahaman agar melakukan upaya untuk mendukung kesetaraan gender.

"Para pembuat atau pengambil kebijakan mulai dari pemerintahan hingga kalangan partai politik agar menempatkan ruang bagi perempuan sehingga memudahkan upaya untuk kesetaraan gender di pemerintahan," katanya. Peran perempuan harus dimaksimalkan agar mempengaruhi tata kelola daerah yang berorientasi pada pembangunan kesetaraan gender.  "Oleh karena itu, perempuan harus memiliki rasa percaya diri yang kuat terkait kesetaraan gender. Jika perempuan semakin berkualitas akan semakin memperkuat tata kelola daerah," katanya.


nice post sis/bu/mbah....yg bener gimana ya...klo lihat foto profil kok pantasnya mbah, hayooo....mana yg bener....

untuk menyetarakan gender masih dibutuhkan perjuangan panjang, tidak hnya dlm politik saja, bahkan dlm dunia religi, keagamaan pun didominasi pria, lagi2 perempuan hnya kelas dua, bahkan tidak dipandang mata sama sekali, walaupun karya2nya juga tidak kalah, salah satu buktinya DIPAVAMSA lebih dulu 2 abad dibandingkan MAHAVAMSA, bahkan mahavamsa mengambil Dipavamsa sbg sumber referensinya.

mettacittena,
« Last Edit: 17 October 2010, 11:09:52 PM by pannadevi »

Offline NOYA

  • Teman
  • **
  • Posts: 66
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
  • I still need to learn more.
Re: Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah
« Reply #2 on: 18 October 2010, 02:22:56 PM »
Quote
nice post sis/bu/mbah....yg bener gimana ya...klo lihat foto profil kok pantasnya mbah, hayooo....mana yg bener....

Panggil apa saja boleh kok samaneri. Panggil 'Mbah' juga lebih cocok sama fotonya. hehe


Quote
untuk menyetarakan gender masih dibutuhkan perjuangan panjang, tidak hnya dlm politik saja, bahkan dlm dunia religi, keagamaan pun didominasi pria, lagi2 perempuan hnya kelas dua, bahkan tidak dipandang mata sama sekali, walaupun karya2nya juga tidak kalah, salah satu buktinya DIPAVAMSA lebih dulu 2 abad dibandingkan MAHAVAMSA, bahkan mahavamsa mengambil Dipavamsa sbg sumber referensinya.

Iya samaneri, perlu dilakukan disegala bidang; politik, religi, ekonomi dan sosial budaya. Penyetaraan ini bukan untuk mengungguli pria, tetapi kan 'katanya' untuk menempatkan pria dan wanita  pada posisi dan kapasitasnya masing2 TANPA ADANYA BIAS. Kayaknya kaum wanita juga harus tahu dan bisa menghadapi pernyataan dari 'beberapa pria' bahwa yang namanya kesetaraan gender (gender balance) hanyalah manifestasi dari egonya kaum perempuan saja.

Apa samaneri ada saran bagaimana kalau ada orang yang mengatakan bahwa ide penyetaraan gender hanyalah manifestasi dari egonya wanita saja?

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pengaruh Wanita dalam Kebijakan Pemerintah
« Reply #3 on: 18 October 2010, 02:38:48 PM »
Quote
nice post sis/bu/mbah....yg bener gimana ya...klo lihat foto profil kok pantasnya mbah, hayooo....mana yg bener....

Panggil apa saja boleh kok samaneri. Panggil 'Mbah' juga lebih cocok sama fotonya. hehe

hehehe....hayoooo....pembohongan identitas diri....lagi2 saya ketemu dg orang yg suka memalsu identitas diri....beberapa wkt yg lalu ada yg pake identitas diri foto diri pake jubah ternyata sama sekali bukan anggota sangha, sekarang sy ketemu ama muridnya mas Bram dan mba Wilis (yg merupakan sahabat2 saya, sayang setelah terakhir kontak th.2008 kami kehilangan kontak krn email sy terkunci....padahal password udah bener tetap tidak bisa nembus....sampaikan salam sy untuk mereka ya....) eh ternyata juga pake foto palsu....hayooo....(****alamat dihajar ama sis Noya****)


Quote
untuk menyetarakan gender masih dibutuhkan perjuangan panjang, tidak hnya dlm politik saja, bahkan dlm dunia religi, keagamaan pun didominasi pria, lagi2 perempuan hnya kelas dua, bahkan tidak dipandang mata sama sekali, walaupun karya2nya juga tidak kalah, salah satu buktinya DIPAVAMSA lebih dulu 2 abad dibandingkan MAHAVAMSA, bahkan mahavamsa mengambil Dipavamsa sbg sumber referensinya.
Quote


Iya samaneri, perlu dilakukan disegala bidang; politik, religi, ekonomi dan sosial budaya. Penyetaraan ini bukan untuk mengungguli pria, tetapi kan 'katanya' untuk menempatkan pria dan wanita  pada posisi dan kapasitasnya masing2 TANPA ADANYA BIAS. Kayaknya kaum wanita juga harus tahu dan bisa menghadapi pernyataan dari 'beberapa pria' bahwa yang namanya kesetaraan gender (gender balance) hanyalah manifestasi dari egonya kaum perempuan saja.

Apa samaneri ada saran bagaimana kalau ada orang yang mengatakan bahwa ide penyetaraan gender hanyalah manifestasi dari egonya wanita saja?

yang sy beri tanda bold itu saya sih kurang setuju, kita2 kaum perempuan tahu diri kok, nyatanya walau punya kemampuan yg sama dg pria dalam meraih kesucian ataupun kemampuan abhinna, tetap saja perempuan akan menempatkan dirinya sebagai sosok perempuan yg selalu harus menghormati kaum pria, kami tetap harus bernamaskara kepada bhikkhu yg baru saja di upasampada walau kita udah upasampada 100thn sekalipun, kaum bhikkhunipun tidak boleh memberitahu (dlm arti ngajari atau menasehati) kaum Bhikkhu (secara lengkap ada di Atthagarudhamma). hal ini saya rasa amat jelas sekali bhw kita sebagai kaum perempuan musti menempatkan diri sbg kelas dua, tanpa bisa menolak. hanya DIAM dan diam seribu bahasa, walau udah 100 thn pun tidak akan punya power bersuara...hehehe....

mettacittena,
« Last Edit: 18 October 2010, 02:45:17 PM by pannadevi »

 

anything