This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
31
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Re: Udana. Pali - Inggris oleh Bhikkhu Thanissaro
« on: 24 August 2013, 04:07:56 PM »
UDANA I
PENCERAHAN
Udana 1.1. Bodhi Sutta: Pencerahan (1)
Telah kudengar dalam satu kesempatan, Sang Bhagavā sedang menetap di Uruvelā di tepi Sungai Nerañjarā pada kaki pohon Bodhi – pohon pencerahan – baru tercerahkan. Dan pada kesempatan itu beliau duduk pada kaki pohon Bodhi selama tujuh hari dalam satu sesi, merasakan kebahagiaan kebebasan. Kemudian, dengan berlalunya tujuh hari, setelah keluar dari konsentrasi tersebut, pada jaga pertama malam, beliau memberikan perhatian erat pada kemunculan bergantungan dalam urutan maju,2 yaitu:
Ketika ini ada, maka itu ada.
Dari timbulnya ini maka timbulah itu.
Dalam kata lain:
Dari ketidaktahuan sebagai kondisi, maka muncullah bentukan-bentukan.
Dari bentukan-bentukan sebagai kondisi, maka muncullah kesadaran.
Dari kesadaran sebagai kondisi syarat, maka muncullah nama & bentuk.
Dari nama & bentuk sebagai kondisi syarat, maka muncullah enam landasan indra.
Dari enam landasan indra sebagai kondisi, maka muncullah kontak.
Dari kontak sebagai kondisi syarat, maka muncullah perasaan.
Dari perasaan sebagai kondisi syarat, maka muncullah keinginan.
Dari keinginan sebagai kondisi syarat, maka muncullah kemelekatan/makanan.2
Dari kemelekatan/makanan sebagai kondisi syarat, maka muncullah pembentukan.
Dari pembentukan sebagai kondisi syarat, maka muncullah kelahiran.
Dari kelahiran sebagai kondisi syarat, kemudian penuaan & kematian, kesedihan, ratapan, rasa sakit, penderitaan, dan keputusasaan mulai bekerja. Demikianlah asal mula dari seluruh penderitaan dan tekanan.3
Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:
Dengan jelasnya fenomena
kepada brahma – bergairah, dalam jhāna –
semua keragu-raguannya sirna
ketika ia memahami
sebuah fenomena dengan penyebabnya
Catatan
1. Dalam bagian paralel di Mv.I.1.2, Buddha memberi perhatian kepada kemunculan bergantungan baik dalam urutan maju dan terbalik.
2. Kata campuran ini – kemelekatan/keberlangsungan – adalah terjemahan dari istilah Pali upādāna. Upādāna memiliki makna campuran karena digunakan untuk mencakup dua sisi dari proses fisik yang secara metaforis diterapkan kepada pikiran: tindakan melekat di mana sebuah api mendapat keberlangsungan dari sepotong bahan bakar, bersama dengan keberlangsungan yang ditawarkan oleh sepotong bahan bakar. Dalam tingkat pikiran, upādāna merupakan tindakan melekat dan obyek yang dilekati, di mana keduanya memberikan keberlangsungan kepada proses menjadi dan faktor-faktor pembantu yang memimpin kepada penderitaan dan tekanan. Untuk gambaran yang lebih lanjut dan implikasinya dalam latihan, lihat The Mind Like Fire Unbound (Pikiran Seperti Api yang Tak Terkekang).
3. Perhatikan bahwa kemunculan bergantungan (paticca samuppāda) diekspresikan dalam istilah proses – dari kejadian-kejadian dan tindakan-tindakan – tanpa referensi kepada kerangka yang memuat proses-proses tersebut. Dalam kata lain, tidak menyebutkan eksistensi atau non-eksistensi dari perantara-perantara yang melakukan tindakan-tindakan, atau dari kerangka dalam waktu dan ruang yang menjelaskan proses-proses tersebut terjadi. Hal ini membuat cara yang mungkin untuk memahami sebab-sebab dari penderitaan dan tekanan tanpa referensi menuju eksistensi atau non-eksistensi dari “aku” atau “yang lain” yang bertanggung jawab untuk kejadian-kejadian tersebut. Justru, kejadian-kejadian dilihat secara sederhana sebagai kejadian-kejadian di dalam konteks proses – sebuah jalan untuk melihat yang membuatnya mungkin untuk mengabaikan kemelekatan pada beberapa kejadian-kejadian tersebut, sehingga membawa akhir dari penderitaan. Bahkan ide dari “saya” atau “yang lain” dilihat secara sederhana sebagai bagian dari proses (di bawah faktor-faktor dari penciptaan dan sub-faktor dari perhatian di bawah “nama” dalam nama-dan-rupa). Inilah yang memungkinkan pengabaian dari kemelekatan pada kesombongan “Saya adalah,” seperti yang disebutkan dalam Ud 2:1, 4:1, 6:6, dan 7:1. Dalam cara ini, perlakuan pada kemunculan bergantungan dalam tiga udāna yang pertama, meski singkat, sesungguhnya menetapkan tahapan untuk memahami beberapa ajaran yang lebih paradoks yang muncul lebih lanjut dalam koleksi.
Untuk diskusi mengenai kemunculan bergantungan secara umum, lihat The Shape of Suffering (Bentuk Penderitaan). Untuk diskusi lebih jauh mengenai perannya dalam membingkai dan mengabaikan pemikiran “saya adalah,” lihat Skill in Questions (Keterampilan dalam Bertanya), bab 3 dan 8.
PENCERAHAN
Udana 1.1. Bodhi Sutta: Pencerahan (1)
Telah kudengar dalam satu kesempatan, Sang Bhagavā sedang menetap di Uruvelā di tepi Sungai Nerañjarā pada kaki pohon Bodhi – pohon pencerahan – baru tercerahkan. Dan pada kesempatan itu beliau duduk pada kaki pohon Bodhi selama tujuh hari dalam satu sesi, merasakan kebahagiaan kebebasan. Kemudian, dengan berlalunya tujuh hari, setelah keluar dari konsentrasi tersebut, pada jaga pertama malam, beliau memberikan perhatian erat pada kemunculan bergantungan dalam urutan maju,2 yaitu:
Ketika ini ada, maka itu ada.
Dari timbulnya ini maka timbulah itu.
Dalam kata lain:
Dari ketidaktahuan sebagai kondisi, maka muncullah bentukan-bentukan.
Dari bentukan-bentukan sebagai kondisi, maka muncullah kesadaran.
Dari kesadaran sebagai kondisi syarat, maka muncullah nama & bentuk.
Dari nama & bentuk sebagai kondisi syarat, maka muncullah enam landasan indra.
Dari enam landasan indra sebagai kondisi, maka muncullah kontak.
Dari kontak sebagai kondisi syarat, maka muncullah perasaan.
Dari perasaan sebagai kondisi syarat, maka muncullah keinginan.
Dari keinginan sebagai kondisi syarat, maka muncullah kemelekatan/makanan.2
Dari kemelekatan/makanan sebagai kondisi syarat, maka muncullah pembentukan.
Dari pembentukan sebagai kondisi syarat, maka muncullah kelahiran.
Dari kelahiran sebagai kondisi syarat, kemudian penuaan & kematian, kesedihan, ratapan, rasa sakit, penderitaan, dan keputusasaan mulai bekerja. Demikianlah asal mula dari seluruh penderitaan dan tekanan.3
Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:
Dengan jelasnya fenomena
kepada brahma – bergairah, dalam jhāna –
semua keragu-raguannya sirna
ketika ia memahami
sebuah fenomena dengan penyebabnya
Catatan
1. Dalam bagian paralel di Mv.I.1.2, Buddha memberi perhatian kepada kemunculan bergantungan baik dalam urutan maju dan terbalik.
2. Kata campuran ini – kemelekatan/keberlangsungan – adalah terjemahan dari istilah Pali upādāna. Upādāna memiliki makna campuran karena digunakan untuk mencakup dua sisi dari proses fisik yang secara metaforis diterapkan kepada pikiran: tindakan melekat di mana sebuah api mendapat keberlangsungan dari sepotong bahan bakar, bersama dengan keberlangsungan yang ditawarkan oleh sepotong bahan bakar. Dalam tingkat pikiran, upādāna merupakan tindakan melekat dan obyek yang dilekati, di mana keduanya memberikan keberlangsungan kepada proses menjadi dan faktor-faktor pembantu yang memimpin kepada penderitaan dan tekanan. Untuk gambaran yang lebih lanjut dan implikasinya dalam latihan, lihat The Mind Like Fire Unbound (Pikiran Seperti Api yang Tak Terkekang).
3. Perhatikan bahwa kemunculan bergantungan (paticca samuppāda) diekspresikan dalam istilah proses – dari kejadian-kejadian dan tindakan-tindakan – tanpa referensi kepada kerangka yang memuat proses-proses tersebut. Dalam kata lain, tidak menyebutkan eksistensi atau non-eksistensi dari perantara-perantara yang melakukan tindakan-tindakan, atau dari kerangka dalam waktu dan ruang yang menjelaskan proses-proses tersebut terjadi. Hal ini membuat cara yang mungkin untuk memahami sebab-sebab dari penderitaan dan tekanan tanpa referensi menuju eksistensi atau non-eksistensi dari “aku” atau “yang lain” yang bertanggung jawab untuk kejadian-kejadian tersebut. Justru, kejadian-kejadian dilihat secara sederhana sebagai kejadian-kejadian di dalam konteks proses – sebuah jalan untuk melihat yang membuatnya mungkin untuk mengabaikan kemelekatan pada beberapa kejadian-kejadian tersebut, sehingga membawa akhir dari penderitaan. Bahkan ide dari “saya” atau “yang lain” dilihat secara sederhana sebagai bagian dari proses (di bawah faktor-faktor dari penciptaan dan sub-faktor dari perhatian di bawah “nama” dalam nama-dan-rupa). Inilah yang memungkinkan pengabaian dari kemelekatan pada kesombongan “Saya adalah,” seperti yang disebutkan dalam Ud 2:1, 4:1, 6:6, dan 7:1. Dalam cara ini, perlakuan pada kemunculan bergantungan dalam tiga udāna yang pertama, meski singkat, sesungguhnya menetapkan tahapan untuk memahami beberapa ajaran yang lebih paradoks yang muncul lebih lanjut dalam koleksi.
Untuk diskusi mengenai kemunculan bergantungan secara umum, lihat The Shape of Suffering (Bentuk Penderitaan). Untuk diskusi lebih jauh mengenai perannya dalam membingkai dan mengabaikan pemikiran “saya adalah,” lihat Skill in Questions (Keterampilan dalam Bertanya), bab 3 dan 8.
32
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Udana. Pali - Inggris oleh Bhikkhu Thanissaro
« on: 24 August 2013, 04:07:38 PM »
Thread ini dibuat untuk memuat isi terjemahan Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia dari kitab Udana yang saya (coba) terjemahkan. Tujuannya, semoga teman-teman dari DC bisa memberikan input untuk terjemahan saya sehingga bisa menjadi lebih baik lagi. Silakan kepada teman2 DC untuk memberikan masukan yang membangun .
Thread ini dibuat untuk memuat isi terjemahan Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia dari kitab Udana yang saya (coba) terjemahkan. Tujuannya, semoga teman-teman dari DC bisa memberikan input untuk terjemahan saya sehingga bisa menjadi lebih baik lagi. Silakan kepada teman2 DC untuk memberikan masukan yang membangun .
NB:
1. Saya tidak akan posting setiap hari di sini, mungkin beberapa hari sekali.
2. Saya copas dari hasil terjemahan saya di Ms.Word. Saat di-paste ke thread, beberapa format seperti format italic dalam kata-kata asing tidak ikut tercopy. Untuk efisiensi waktu saya (alasan ), saya tidak akan meng-italic ulang istilah-istilah asing di sini.
3. Untuk versi Bahasa Inggrisnya, silakan di-download di sini
Thread ini dibuat untuk memuat isi terjemahan Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia dari kitab Udana yang saya (coba) terjemahkan. Tujuannya, semoga teman-teman dari DC bisa memberikan input untuk terjemahan saya sehingga bisa menjadi lebih baik lagi. Silakan kepada teman2 DC untuk memberikan masukan yang membangun .
NB:
1. Saya tidak akan posting setiap hari di sini, mungkin beberapa hari sekali.
2. Saya copas dari hasil terjemahan saya di Ms.Word. Saat di-paste ke thread, beberapa format seperti format italic dalam kata-kata asing tidak ikut tercopy. Untuk efisiensi waktu saya (alasan ), saya tidak akan meng-italic ulang istilah-istilah asing di sini.
3. Untuk versi Bahasa Inggrisnya, silakan di-download di sini
33
Kesehatan / Re: [info] Tinta cuma lagi ngetop di Hongkong...aman kah ?
« on: 06 June 2013, 10:59:09 PM »
Di Indonesia juga ada mie hitam (mie dengan tinta cumi).
Nunggu bro Forte nih untuk penjelasannya mengenai pengaruh tinta cumi ke kesehatan
Nunggu bro Forte nih untuk penjelasannya mengenai pengaruh tinta cumi ke kesehatan
34
Theravada / Re: Tanya tentang Paritta
« on: 06 June 2013, 10:54:11 PM »
Kalau gak salah ingat, pernah baca mengenai kisah Ratana Sutta, katanya saat itu terjadi wabah, lalu Buddha membaca gatha atau apalah (yg kini jadi paritta Ratana Sutta di buku paritta) sambil percikin air ke sekeliling kota, lalu wabah tersebut menghilang.
Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?
Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?
35
Theravada / Re: Tanya tentang Paritta
« on: 06 June 2013, 10:15:16 PM »
Pernah gak, Buddha mengajarkan umat/para bhikkhu untuk chanting? (secara theravada)
36
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: Perayaan Waisak VPDS (8 Juni 2013) - Dhammadesana oleh Ven. Ratanasara
« on: 04 June 2013, 08:58:17 PM »
Makasih bro Dian uda dipost juga posternya
37
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Perayaan Waisak VPDS (8 Juni 2013) - Dhammadesana oleh Ven. Ratanasara
« on: 28 May 2013, 12:30:58 AM »
Perayaan Waisak Vihara Pluit Dharma Sukha
Hari/Tanggal: Sabtu, 8 Juni 2013
Jam: 16.30 - selesai
Vihara Pluit Dharma Sukha
Jl. Pluit Permai 1 no 6
Jakarta Utara
Telp: 021-6602725
Dhammadesana oleh Ven. Ratanasara (Bhikkhu Kanugolle Rathanasara Thero)
Dikarenakan acara dimulai pada sore hari dan selesai di malam hari, disediakan makan malam bagi peserta.
Acara ini tidak dipungut biaya/tidak memerlukan tiket, silakan datang dengan mengajak keluarga/teman-teman
Hari/Tanggal: Sabtu, 8 Juni 2013
Jam: 16.30 - selesai
Vihara Pluit Dharma Sukha
Jl. Pluit Permai 1 no 6
Jakarta Utara
Telp: 021-6602725
Dhammadesana oleh Ven. Ratanasara (Bhikkhu Kanugolle Rathanasara Thero)
Profil Bhikku Rathanasara Kanugolle Mulia Thera
Lahir di Sri Lanka Tenggara, desa Bibile, dan menjadi seorang Samanera pada usia 12 dan menerima penahbisan Bhikku (Upasampada) pada tahun 1998 di Vihara Maha Malwatu di Kandy, Sri Lanka.
Pencarian tak terpuaskan Nya untuk belajar melihat dia memasuki Universitas Kelaniya dan lulus tahun 1998 dengan gelar Arts (khusus) gelar dalam Komunikasi Massa dan dia menyelesaikan gelar Master dalam Buddhisme (MA) pada tahun 2010
Beliau sekarang tinggal di Vihara Sri Lankaramaya di Singapura dan juga salah satu Pelindung Buddhist Fellowship.
Dikarenakan acara dimulai pada sore hari dan selesai di malam hari, disediakan makan malam bagi peserta.
Acara ini tidak dipungut biaya/tidak memerlukan tiket, silakan datang dengan mengajak keluarga/teman-teman
38
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: Sabtu 29 Juni 2013, Abhidhamma Class by B.Selamat Rodjali (setiap Sabtu ke 5)
« on: 27 May 2013, 10:48:03 AM »
Hadiiiirrrr makasih Ko Dian uda post info ini, gw baru tahu kalau ada Abhidhamma Class lagi di VPDS
39
Seremonial / Re: Selamat Hari Tri Suci Waisak 2557 BE
« on: 25 May 2013, 12:12:39 AM »
Selamat Waisak 2557/2013
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
40
Theravada / Re: Tanya tentang Paritta
« on: 25 May 2013, 12:11:48 AM »
[at]sis Shasika: makasih tentang kisah "namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa"-nya, saya coba googling juga deh
41
Theravada / Re: Tanya tentang Paritta
« on: 22 May 2013, 10:23:27 PM »
Terima kasih buat jawaban-jawabannya. Sesuai saran dari bro adi lim, saya sudah buat poll-nya, silakan di-poll
Nah jika di zaman Sang Buddha memang tidak ada ritual/upacara khusus chanting, mengapa bisa muncul kebiasaan seperti ini?
Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika?
Nah jika di zaman Sang Buddha memang tidak ada ritual/upacara khusus chanting, mengapa bisa muncul kebiasaan seperti ini?
Quote
3. Tidak diajarkan sang Buddha tapi dilakukan oleh seorang umat perumah tangga yang ketika jatuh seketika mengucapkan gatha tsb, padahal kakak dia 3 orang adalah pengikut Nigantha, sehingga dia dianggap pengkhianat keluarga, setelah kakak2 nya diajak mengikuti dhamma desana Sang Buddha segera mencapai tingkat kesucian dan minta ditahbiskan menjadi Bhikkhu (sory lupa nama umat perumah tangga ini).
Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika?
42
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: 9-15 Juni 2013, Sutta Vibhanga Class by Bhikku Kanugolle Rathanasara Thero
« on: 22 May 2013, 12:13:50 AM »
Tambahan:
Khusus tanggal 9 Juni dan 15 Juni, dimulainya pukul 16.00, dengan rincian:
16.00 - 18.00 = kelas
18.00 - 19.00 = break
19.00 - 21.30 = lanjut kelas lagi.
Cuma di tanggal 9 dan 15-nya aja. Tanggal 10 s/d 14 tetap jam 19.00 mulai.
Btw makasih buat bro DianBatara udah bantu publikasiin
Khusus tanggal 9 Juni dan 15 Juni, dimulainya pukul 16.00, dengan rincian:
16.00 - 18.00 = kelas
18.00 - 19.00 = break
19.00 - 21.30 = lanjut kelas lagi.
Cuma di tanggal 9 dan 15-nya aja. Tanggal 10 s/d 14 tetap jam 19.00 mulai.
Btw makasih buat bro DianBatara udah bantu publikasiin
43
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Sutra Class: Da Bei Zhou oleh Bhiksuni Kuan Ru
« on: 22 May 2013, 12:08:23 AM »
Vihara Pluit Dharma Sukha mengadakan kelas sutra mengenai Da Bei Zhou (Ta Pei Cou/Maha Karuna Dharani) yang akan diajarkan oleh Bhiksuni Kuan Ru pada:
Tanggal: 27 Mei 2013, 28 Mei 2013, dan 30 Mei 2013 (3 hari)
Jam: pukul 19.00 - 21.00
Lokasi:
Vihara Pluit Dharma Sukha
Jl. Pluit Permai I no. 26
Jakarta Utara
telp: (021) 6602725
Tidak dipungut biaya, bagi yang ingin berdana silakan hubungi vihara.
Tanggal: 27 Mei 2013, 28 Mei 2013, dan 30 Mei 2013 (3 hari)
Jam: pukul 19.00 - 21.00
Lokasi:
Vihara Pluit Dharma Sukha
Jl. Pluit Permai I no. 26
Jakarta Utara
telp: (021) 6602725
Tidak dipungut biaya, bagi yang ingin berdana silakan hubungi vihara.
44
Theravada / Tanya tentang Paritta
« on: 21 May 2013, 11:58:48 PM »Mungkin topik ini sudah sering dibahas di vihara-vihara atau saat diskusi Dhamma. Tapi pengen juga membahas (lebih tepatnya, saya ingin bertanya) di forum ini.
1. Apakah pada zaman Sang Buddha ada aktivitas chanting/baca paritta baik untuk para anggota Sangha ataupun umat perumah tangga?
2. Di bagian kata pengantar buku Paritta terbitan STI yang saya miliki, ada dituliskan seperti ini:
Quote
Kekuatan mengulangi paritta atau membaca paritta sangat tergantung adanya faktor berikut:
1. Saddha, keyakinan yang kuat terhadap Dhamma
2. Sila, memiliki moral yang baik
3. Metta, cinta kasih universal yang berkembang
4. Sacca, kebenaran dalam mengucapkan Dhamma
5. Vaca, pengucapan yang tepat dan hapal dengan baik
Di buku teks sekolah pelajaran Agama Buddha pun ada diajarkan seperti itu.
Apakah hal tersebut ada dalam Tipitaka?
3. Beberapa patha/gatha seperti pubbabhaganamakara (namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa), namakara patha, dsb.; itu diajarkan Sang Buddha atau belakangan muncul?
4. Apa member DC di sini rutin membaca paritta setiap hari?
Terima kasih sebelumnya
45
Vegetarian / Re: Makanan vegetarian mahal??
« on: 17 May 2013, 08:11:38 PM »
Menu "vege" favorit zaman2 uang jajan masih tipis dulu: ke warteg nasi + tempe kecap + tumis sayur. Goceng, kenyang. Kalau lagi ada duit lebih, tambah telur ceplok, 7ribu, kenyang .