//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme  (Read 31465 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #15 on: 12 November 2013, 01:19:03 PM »
Itu cuma ada di Mahavamsa, teks aliran Theravada yg sifatnya sektarian.

Tapi teks mahayana juga ada, Lankavatara Sutra (Sutra turun ke Lanka). Settingnya di Lanka

"Thus have I heard. The Blessed One once stayed in the Castle of Laṅkā which is situated on the peak of Mount Malaya on the great ocean, and which is adorned with flowers made of jewels of various kinds.2 He was with a large assembly of Bhikshus and with a great multitude of Bodhisattvas, who had come together from various Buddha-lands."
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #16 on: 12 November 2013, 01:20:58 PM »
Tapi teks mahayana juga ada, Lankavatara Sutra (Sutra turun ke Lanka). Settingnya di Lanka

"Thus have I heard. The Blessed One once stayed in the Castle of Laṅkā which is situated on the peak of Mount Malaya on the great ocean, and which is adorned with flowers made of jewels of various kinds.2 He was with a large assembly of Bhikshus and with a great multitude of Bodhisattvas, who had come together from various Buddha-lands."

Ooh ya, ada juga Lankavatara Sutra. Tapi ini juga sektarian Mahayana karena tidak ada dalam literatur awal (Empat Nikaya/Agama) :)
« Last Edit: 12 November 2013, 01:35:25 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #17 on: 12 November 2013, 01:38:44 PM »
Ooh ya, ada juga Lankavatara Sutra. Tapi ini juga sektarian Mahayana :)

wah pasti yg ini yang bener, bukan yg mahavamsa. Soalnya nyebut tokoh sejarah lain, raja rakshasa Ravana.....
pokoknya yg ini yg asli, yg lain salah :D

trus konsili ke-4 Raja Kanishka di Afganistan itu mitos atau bukan?
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #18 on: 12 November 2013, 02:03:05 PM »
wah pasti yg ini yang bener, bukan yg mahavamsa. Soalnya nyebut tokoh sejarah lain, raja rakshasa Ravana.....
pokoknya yg ini yg asli, yg lain salah :D

Ravana bukannya tokoh dalam Ramayana?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #19 on: 12 November 2013, 02:36:26 PM »
Abang serius? saya baru dengar nih ada konsili ini.
Iya, kisah konsili tandingan itu biasanya ada di kalangan Mahayana untuk menjawab pertanyaan kenapa waktu konsili I tidak ada disinggung sutra-sutra Mahayana.

---

 [at] Xenocross

Thanks buat info sumber tentang Asanga.

Untuk yang Lankavatara, Sutra itu sendiri juga adalah literatur belakangan (kisaran 3 CE), dan pada masa itu memang Theravada Mahayana juga berkembang di Srilanka sebelum akhirnya Theravada non-Mahayana mendapat dukungan dari penguasa dan menyingkirkan pengaruh Mahayana.

Jadi dilihat dari munculnya, memang bisa diketahui ini juga mitos sektarian belakangan untuk mendukung paham "Alayavijnana".


trus konsili ke-4 Raja Kanishka di Afganistan itu mitos atau bukan?
Bukannya di Kashmir yah? Itu bukan mitos, memang Sarvastivada Vaibhasika mengadakan konsili 4 sendiri, terpisah dengan yang Theravada.
« Last Edit: 12 November 2013, 03:03:34 PM by Kainyn_Kutho »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #20 on: 12 November 2013, 03:40:42 PM »
Abang serius? saya baru dengar nih ada konsili ini.

Belum ketemu sumber aslinya, tetapi ada di sebuah blog: http://www.becsurabaya.org/artikel/artikel-buddhis/53-konsili-mahayana.html
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #21 on: 12 November 2013, 03:45:06 PM »
 [at]  all:

Menariknya menurut Vinaya Sarvastivada, ada penyebutan sutra yang dibabarkan di istana naga dan di surga dalam Konsili Pertama:

The Vinaya Text of the Sarvâstivâda School.--Mahâkâçyapa and the five hundred Bhikshus kept the assembly in the Pippâla Cave. He announced that as Bhikshus in coming generations would be inferior in their natural endowment (literally, root, mûla?) and lacking in the power of concentration, the assembly would first compile, for the sake of such, the Gâthâs (verses)[2] in which the Sûtra, Vinaya and Abhidharma[3] were treated in comprehensive brevity. This was done before the meal. They then proceeded to compile the Sûtras. Ânanda was requested by Mahâkâçyapa as well as by the Samgha to select and compile them. Having gone through due formality and having reflected on the impermanence of things, he thought: "Among those Sûtras which I heard personally from Buddha, some are traditional,[4] some are preachings in the Nâga (Serpent) Palace,[5] others are preachings in the heavens.

Catatan Kaki no. 5:

5 This statement is most significant, for many Mahâyâna texts are said to have been taken from the Nâga Palace where they were long preserved in secret. The Vinaya text of the Sarvâstivâda is generally considered to belong to the Hînayâna work, and this fact makes the above statement much more mysterious. Is the Nâga Palace an ideal creation of later Buddhists? or is it some yet unknown region in the Himâlaya? [Buddha converted several yakkhas, nâgas, etc.--Edmunds.]]

Sumber: The First Buddhist Council
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #22 on: 12 November 2013, 04:26:07 PM »

[...] the assembly would first compile, for the sake of such, the Gâthâs (verses)[2] in which the Sûtra, Vinaya and Abhidharma[3] were treated in comprehensive brevity. This was done before the meal. They then proceeded to compile the Sûtras. Ânanda was requested by Mahâkâçyapa as well as by the Samgha to select and compile them.
Ini menarik juga, sepertinya ada terjadi pemisahan sutra "Agama" yang diulang sebelum makan siang, dan sutra "Mahayana" setelah makan siang. Terlebih lagi ada pengulangan "Abhidharma" yang mana 3 dari 7 kitabnya dibuat oleh siswa belakangan (masa 100-300 tahun setelah mahaparinirvana).


Quote
Having gone through due formality and having reflected on the impermanence of things, he thought: "Among those Sûtras which I heard personally from Buddha, some are traditional,[4] some are preachings in the Nâga (Serpent) Palace,[5] others are preachings in the heavens.
Ini lebih menarik lagi.

Bayangkan kalau kita adalah satu perguruan generasi pertama, guru kita baru meninggal dan kita kompilasi ajarannya. Apakah sebagai generasi pertama akan menyebut ajaran yang baru akan dikompilasi itu sebagai tradisional (ajaran turun-temurun)?

Sepertinya ini komentar vinaya Sarvastivada yah? Ada perkiraan tahun penulisannya ga?

Terlepas dari hal-hal di atas, memang mungkin juga kisah-kisah ini yang menginspirasi pembentukan mitos belakangan pengajaran alam naga di Mahayana sebagaimana juga halnya pengajaran Tavatimsa. Tapi ironis juga kalau benar kisah itu meminjam literatur Sarvastivada, sebab isi kitab alam naga itu pada prinsipnya adalah membantah Abhidharmanya Sarvastivada.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #23 on: 12 November 2013, 05:04:23 PM »
Ini menarik juga, sepertinya ada terjadi pemisahan sutra "Agama" yang diulang sebelum makan siang, dan sutra "Mahayana" setelah makan siang. Terlebih lagi ada pengulangan "Abhidharma" yang mana 3 dari 7 kitabnya dibuat oleh siswa belakangan (masa 100-300 tahun setelah mahaparinirvana).

Kalo gw gak salah mengartikan yang sebelum makan siang itu adalah pengulangan syair-syair (gatha) yang merupakan ringkasan dari ketiga Pitaka:

[...] the assembly would first compile, for the sake of such, the Gâthâs (verses)[2] in which the Sûtra, Vinaya and Abhidharma[3] were treated in comprehensive brevity. This was done before the meal. They then proceeded to compile the Sûtras. Ânanda was requested by Mahâkâçyapa as well as by the Samgha to select and compile them.

Baru setelah ini mereka memulai mengumpulkan sutra-sutra yang terdiri dari sutra tradisional (empat Nikaya awal?), sutra yang diajarkan di istana naga, dan di surga. Kemudian baru Vinaya dan Abhidharma disusun. Coba baca kisah lengkapnya pada link tsb.

Quote
Ini lebih menarik lagi.

Bayangkan kalau kita adalah satu perguruan generasi pertama, guru kita baru meninggal dan kita kompilasi ajarannya. Apakah sebagai generasi pertama akan menyebut ajaran yang baru akan dikompilasi itu sebagai tradisional (ajaran turun-temurun)?

Komentar penerjemahnya:

Does this mean that Buddha preached on some traditional subjects, or that some Sûtras deal with traditions, or that the first sermons of Buddha, such as were delivered for the five Bhikshus in Vârânasî before the conversion of Ânanda, were heard by him afterwards from Buddha's own mouth, or from those who were then present, in which case the term tradition would be used in the sense of hearsay? Judging from similar passages in some other works, the last sense seems to be most preferable.

Quote
Sepertinya ini komentar vinaya Sarvastivada yah? Ada perkiraan tahun penulisannya ga?

The Mûlasarvâstivâda-nikâya-vinaya-samyuktavastu (the miscellaneous part of the Vinaya-text of the Sarvâstivâda school): Case Han, fas. II., pp. 87-93. (Translated by I-tsing, A.D. 710. 40 fasciculi.)

Quote
Terlepas dari hal-hal di atas, memang mungkin juga kisah-kisah ini yang menginspirasi pembentukan mitos belakangan pengajaran alam naga di Mahayana sebagaimana juga halnya pengajaran Tavatimsa. Tapi ironis juga kalau benar kisah itu meminjam literatur Sarvastivada, sebab isi kitab alam naga itu pada prinsipnya adalah membantah Abhidharmanya Sarvastivada.

Atau kemungkinan lain bahwa literatur (Mula-)Sarvastivada tsb dipengaruhi oleh gagasan Mahayanis yang belakangan seperti halnya yang terjadi dengan Ekottara Agama.
« Last Edit: 12 November 2013, 05:06:15 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #24 on: 13 November 2013, 10:47:34 AM »
Kalo gw gak salah mengartikan yang sebelum makan siang itu adalah pengulangan syair-syair (gatha) yang merupakan ringkasan dari ketiga Pitaka:

[...] the assembly would first compile, for the sake of such, the Gâthâs (verses)[2] in which the Sûtra, Vinaya and Abhidharma[3] were treated in comprehensive brevity. This was done before the meal. They then proceeded to compile the Sûtras. Ânanda was requested by Mahâkâçyapa as well as by the Samgha to select and compile them.

Baru setelah ini mereka memulai mengumpulkan sutra-sutra yang terdiri dari sutra tradisional (empat Nikaya awal?), sutra yang diajarkan di istana naga, dan di surga. Kemudian baru Vinaya dan Abhidharma disusun. Coba baca kisah lengkapnya pada link tsb.
Ya, sepertinya kira-kira gitu. Menarik sih, tapi belum bisa disimpulkan definisinya juga yah, jadi saya skip saja deh.


Quote
Komentar penerjemahnya:

Does this mean that Buddha preached on some traditional subjects, or that some Sûtras deal with traditions, or that the first sermons of Buddha, such as were delivered for the five Bhikshus in Vârânasî before the conversion of Ânanda, were heard by him afterwards from Buddha's own mouth, or from those who were then present, in which case the term tradition would be used in the sense of hearsay? Judging from similar passages in some other works, the last sense seems to be most preferable.
Memang banyak kemungkinan. Untuk yang (b), kalau dalam tradisi Theravada, Buddha kan mengulang khotbah di mana Ananda tidak ada (sewaktu nego jadi pelayan tetap), jadi seharusnya walaupun Buddha khotbah ke X yang kemudian meneruskan ke Ananda, sesuai perjanjiannya, Buddha pun mengulang ke Ananda (karena waktu khotbah ke X, Ananda tidak hadir).


Quote
The Mûlasarvâstivâda-nikâya-vinaya-samyuktavastu (the miscellaneous part of the Vinaya-text of the Sarvâstivâda school): Case Han, fas. II., pp. 87-93. (Translated by I-tsing, A.D. 710. 40 fasciculi.)

Atau kemungkinan lain bahwa literatur (Mula-)Sarvastivada tsb dipengaruhi oleh gagasan Mahayanis yang belakangan seperti halnya yang terjadi dengan Ekottara Agama.
Mula-Sarvastivada setahu saya memang beda dengan Sarvastivada, kemunculannya lebih belakangan.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #25 on: 13 November 2013, 07:23:42 PM »
Mula-Sarvastivada setahu saya memang beda dengan Sarvastivada, kemunculannya lebih belakangan.


Iya, berbeda. Karena di link tentang first buddhist council itu, penulisnya menganggap keduanya sama, jadi gw terjebak ;D

Asal usul Mulasarvastivada sendiri sampai saat ini belum jelas:

Quote
Sekitar 500-1000 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha muncul aliran Mulasarvastivada (Sarvastivada akar) dan Vinaya-nya digunakan dalam aliran Mahayana Tibet saat ini. Menurut catatan Yijing, Mulasarvastivada juga berkembang di kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. Namun demikian, asal-usul aliran ini dan hubungannya dengan aliran Sarvastivada masih belum terungkap oleh para ahli. Menurut Bhikkhu Sujato dalam Sects and Sectarianism:

Ketidakpastian mengenai aliran ini telah membawa pada sejumlah hipotesis. Teori Frauwallner menyatakan bahwa Vinaya Mūlasarvāstivāda adalah aturan disiplin dari komunitas Buddhis awal yang berbasis di Mathura, yang sangat independen dalam perkembangannya sebagai komunitas monastik dari Sarvāstivādin dari Kaśmir (walaupun tentu saja ini tidak berarti mereka berbeda dalam hal ajaran). Lamotte, berlawanan dengan Frauwallner, menyatakan bahwa Vinaya Mūlasarvāstivāda adalah penyusunan Kaśmīr yang belakangan untuk melengkapi Vinaya Sarvāstivāda. Warder menyatakan bahwa Mūlasarvāstivādin adalah perkembangan belakangan dari Sarvāstivāda, yang inovasi utamanya adalah tulisan, penyusunan Vinaya yang besar dan Saddharmasmṛtyupasthāna Sūtra, yang mengandung ajaran-ajaran awal tetapi membawa gaya tetap up to date pada masa perkembangan tulisan yang sezaman. Enomoto menarik kesimpulan dari semua teori ini dengan menyatakan bahwa Sarvāstivādin dan Mūlasarvāstivādin sebenarnya adalah sama. Sementara itu, Willemen, Dessein, dan Cox telah mengembangkan teori bahwa Sautrantika, suatu cabang atau kecenderungan dalam kelompok aliran Sarvāstivādin, muncul di Gandhāra dan Bactria sekitar tahun 200 M. Walaupun mereka adalah kelompok yang paling awal, mereka secara sementara kehilangan tanah pada aliran Kaśmīr Vaibhāśika disebabkan oleh pengaruh politik Kaṇiṣka. Dalam tahun-tahun belakangan Sautrantika menjadi dikenal sebagai Mūlasarvāstivādin dan mendapatkan kembali pengaruhnya.[254] Saya telah di tempat lain memberikan alasan saya untuk tidak setuju dengan teori dari Enomoto dan Willemen dkk. Baik Warder ataupun Lamotte tidak memberikan cukup bukti untuk mendukung teori mereka. Kita disisakan dengan teori Frauwallner, yang dalam hal ini bertahan dalam uji waktu.

Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #26 on: 14 November 2013, 07:27:54 PM »

Bonus: Kisah antagonis Devadatta tidak ada dalam Mahasangika dan turunannya, hanya ada pada kubu Sthaviravada. Mungkin ada yang bisa kasih info tambahan?

Untuk kisah Devadatta sebenarnya juga ditemukan dalam Vinaya Mahasanghika walaupun dengan detail yang berbeda dengan Vinaya Sthaviravada:

Quote
Devad­atta as schis­matic in the Mahāsaṅghika Vinaya

Con­trary to Ray’s claim that ‘there is no over­lap between the Mahāsaṅghika treat­ment [of Devad­atta] and that of the five [Sthavira] schools’ (170), the Mahāsaṅghika Vinaya depicts Devad­atta as the archetypal schis­matic, in much the same way as the Sthavira Vinayas. This pas­sage is found in the dis­cus­sion of the pāṭimokkha rule on schism. Devad­atta appears as a scoun­drel try­ing to divide the Sangha, just as in all other Vinayas.

The only rel­ev­ant dif­fer­ence is the grounds he is said to base his attempt on. Whereas the Sthavira Vinayas say he pro­mul­gated a set of ‘five points’, by which he tried to enforce an excess­ively ascetic life­style on the monks, the Mahāsaṅghika Vinaya omits the five points and attrib­utes a much more com­pre­hens­ive agenda to him. He cor­rup­ted the entire cor­pus of Buddhist lit­er­at­ure, includ­ing the twelve sut­ras,23 the vari­ous cat­egor­ies of Vinaya offences, and the nine class of scrip­ture (aṅgas). Not only did he change the texts, he taught the monks to use a dif­fer­ent script and diverse dialects.

[....]

But Ray’s prob­lems do not end there, for Devad­atta does in fact appear as a schis­matic in the Mahāsaṅghika Vinaya in the por­tions that are par­al­lel to the Sthavira Skand­hakas. There is a short para­graph depict­ing an epis­ode of the Devad­atta story, sim­ilar to that found in the Sthavira Vinayas. It describes how, intent on caus­ing a schism, he took 500 monks away with him, and the dis­cus­sion between the Buddha and Ānanda on this prob­lem. Ray over­looks this pas­sage, which under­mines his entire thesis.

http://santifm.org/santipada/2010/why-devadatta-was-no-saint/

"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #27 on: 15 November 2013, 09:42:21 AM »
Untuk kisah Devadatta sebenarnya juga ditemukan dalam Vinaya Mahasanghika walaupun dengan detail yang berbeda dengan Vinaya Sthaviravada:

Quote
Devad­atta as schis­matic in the Mahāsaṅghika Vinaya

Con­trary to Ray’s claim that ‘there is no over­lap between the Mahāsaṅghika treat­ment [of Devad­atta] and that of the five [Sthavira] schools’ (170), the Mahāsaṅghika Vinaya depicts Devad­atta as the archetypal schis­matic, in much the same way as the Sthavira Vinayas. This pas­sage is found in the dis­cus­sion of the pāṭimokkha rule on schism. Devad­atta appears as a scoun­drel try­ing to divide the Sangha, just as in all other Vinayas.

The only rel­ev­ant dif­fer­ence is the grounds he is said to base his attempt on. Whereas the Sthavira Vinayas say he pro­mul­gated a set of ‘five points’, by which he tried to enforce an excess­ively ascetic life­style on the monks, the Mahāsaṅghika Vinaya omits the five points and attrib­utes a much more com­pre­hens­ive agenda to him. He cor­rup­ted the entire cor­pus of Buddhist lit­er­at­ure, includ­ing the twelve sut­ras,23 the vari­ous cat­egor­ies of Vinaya offences, and the nine class of scrip­ture (aṅgas). Not only did he change the texts, he taught the monks to use a dif­fer­ent script and diverse dialects.

[....]

But Ray’s prob­lems do not end there, for Devad­atta does in fact appear as a schis­matic in the Mahāsaṅghika Vinaya in the por­tions that are par­al­lel to the Sthavira Skand­hakas. There is a short para­graph depict­ing an epis­ode of the Devad­atta story, sim­ilar to that found in the Sthavira Vinayas. It describes how, intent on caus­ing a schism, he took 500 monks away with him, and the dis­cus­sion between the Buddha and Ānanda on this prob­lem. Ray over­looks this pas­sage, which under­mines his entire thesis.

http://santifm.org/santipada/2010/why-devadatta-was-no-saint/
Sip. Thanks infonya, Bang Shinichi.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #28 on: 19 December 2013, 10:44:08 AM »
Tambahan lagi dari Mahasanghika. Di jaman penguasa lalim, Buddhisme akan ditekan dan punah, oleh sebab itu Buddha menyuruh 500 Arahant menunda parinirvana dan mempertahankan dharma. Teks-teks ASLI diselundupkan oleh Bodhisatva Maitreya ke surga Tusita. Ketika jaman penguasa lalim berlalu, dikembalikan lagi ke alam manusia. Teks-teks ASLI inilah yang jadi pedoman Mahasanghika.


Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Aneka Mitos Pengukuhan Sekte-sekte Buddhisme
« Reply #29 on: 18 January 2014, 11:30:22 PM »
Itu cuma ada di Mahavamsa, teks aliran Theravada yg sifatnya sektarian.

Catatan tentang periode sewaktu Raja Asoka memerintah (ringkasan)

Di pulau Singhala hiduplah raja Asana-Singha-kosa. Seorang Saudagar mempersembahkan arca Buddha dari kayu kepadanya. Ia bertanya "apa ini?" Sang Saudagar menceritakan keagungan sang guru, para arahat hingga Arya Krsna. Raja ingin bertemu dengan Arya Krsna dan mengirim utusan. Arya Krsna datang dengan 500 pengikut dengan terbang ke angkasa ke perbatasan Singhala, dimana raja menyambut mereka. Arya Krsna mengajar selama tiga bulan di pulau itu, memenuhi tempat itu dengan biara2 dan banyak Sanggha. Dan menuntun banyak orang mencapai empat tingkat penyempurnaan

Walaupun pulau tersebut sudah pernah diberkahi oleh kaki Sang Guru, namun setelah Sang Guru memasuki Nirvana, Dharma di tempat itu akhirnya pudar. Tetapi Arya Krsna kembali menyebarluaskannya

dari buku Sejarah Buddhisme di India, karya Taranatha
Buku yang ditulis tahun 1608 di Tibet ini isinya mencatat banyak legenda yang menumbuhkan saddha terutama aliran Mahayana, walaupun secara sejarah masih banyak yang harus dikaji. Tetapi isinya banyak mencatat hal-hal menarik yang terselubung dalam mitos. Misalnya, mitos kaki Buddha di Sri Lanka ternyata juga diketahui oleh Buddhisme aliran lain dan dicatat dalam legenda mereka.

Catatan tambahan para ahli sejarah sebagai lampiran juga cukup tebal dan lumayan informatif
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

 

anything