//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku  (Read 69032 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #45 on: 18 June 2011, 10:49:28 PM »
Psikolog atau motivator?

Bukan keduanya. Saya hanya seorang IC. ;)

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #46 on: 18 June 2011, 11:00:31 PM »
Bukan keduanya. Saya hanya seorang IC. ;)

konsultan? ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #47 on: 18 June 2011, 11:33:08 PM »
Berarti senang dan bahagia tu beda ya... IC tu apa kk?
Jd menurut kk upasaka kepribadian tu dibentuk dr gen dan gak ad hub dgn masa lalu?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #48 on: 18 June 2011, 11:37:43 PM »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #49 on: 18 June 2011, 11:41:06 PM »
Berarti senang dan bahagia tu beda ya... IC tu apa kk?
Jd menurut kk upasaka kepribadian tu dibentuk dr gen dan gak ad hub dgn masa lalu?

Menurut saya senang merupakan salah satu bentuk emosi, sedangkan bahagia adalah salah satu bentuk perasaan. Menurut saya, kepribadian dibentuk pertama kali oleh kombinasi genetik orangtua, lalu berkembang oleh sugesti dan informasi dari lingkungan, kemudian matang dan dipegang sebagai komitmen oleh orang yang bersangkutan.

Tidak ada bukti ilmiah bahwa kepribadian "diturunkan" dari kehidupan lampau. Seumpamanya ada kemungkinan, saya hanya percaya dalam batas iman (faith) saja. ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #50 on: 18 June 2011, 11:45:34 PM »
Bknnya karma yg menentukan dimana kita lahir? Kalo karma baik berbuah mgkn kita lahir dari ortu yg punya gen baik, n sebaliknya. Emang gak ad bukti ilmiahnya cm dr percaya paticca samuppada aja.◦°◦нeнeнeнe◦°◦.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #51 on: 18 June 2011, 11:49:24 PM »
Bknnya karma yg menentukan dimana kita lahir? Kalo karma baik berbuah mgkn kita lahir dari ortu yg punya gen baik, n sebaliknya. Emang gak ad bukti ilmiahnya cm dr percaya paticca samuppada aja.◦°◦нeнeнeнe◦°◦.

Menurut penjelasan Buddhisme memang seperti itu. Sebagai contoh, mitos dalam Buddhisme menjelaskan bahwa seseorang yang berjiwa luhur punya potensi terlahir kembali di keluarga yang juga berjiwa luhur.

Tetapi....

Spoiler: ShowHide
Saya bukan tipe orang yang rela mengorbankan kajian ilmiah sebagai tumbal bagi kehausan otak saya akan jawaban. Saya lebih memilih "tidak tahu", daripada percaya pada hal yang belum saya tahu. ;D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #52 on: 18 June 2011, 11:53:00 PM »
Buddhisme tidak mengenal apa itu emosi. Buddhisme hanya langsung menjabarkan soal perasaan, dan tiga jenis perasaan; 6 jenis perasaan, 9 jenis perasaan, ...., hingga 18 jenis perasaan.

Dalam Buddhisme, senang adalah salah satu dari jenis perasaan. Sedangkan bahagia atau kebahagiaan dalam Buddhisme adalah ketika tidak ada suka dan duka.
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).

Quote
Bagus, anggap saja ini pengetahuan baru buat kamu. Mungkin kamu sudah tahu sebelumnya bahwa bakat, nada suara, logat, body language pun bisa diturunkan oleh orangtua?
Betul yang ini saya juga tahu. Tapi kepribadian saya tidak tahu.


Quote
Saat manusia belum "tercemar" dengan sugesti, kepribadiannya adalah polos dan lugu. Yaitu "sang bayi". Ketika belum tercemar, maka manusia hanya akan melahap semua informasi dan sugesti. Bukti lainnya adalah para orang desa, misalnya warga Baduy. Mereka belum tercemar pemikiran kompleks dan egois ala orang-orang kota. Semua warga Baduy hidupnya sangat sederhana dan tidak ada pemikiran jahat satu sama lain. Saya sangat terpesona saat berkunjung ke Baduy dan melihat suasana sosialisasi antar warga di sana.
Menurut saya tidak begitu. Ketika masih bayi, sudah ada kecenderungan dalam diri si anak. Itu yang membuat antar bayi itu berbeda. Sehingga mau bagaimana-pun mereka dirawat dengan cara yang sama mereka akan tetap berbeda.

Quote
Bagaimana cara kamu yakin bahwa ada fasilitas yang berasal dari kamma lampau? Kamma dari kehidupan lampau maksudnya? Coba beri tahu saya!
Karena kromosom yang terbentuk setelah pembuahan yang terjadi karena pertemuan sperma dan sel ovum yang akan menentukan menjadi apa seseorang.
Dan tidak ada satupun yang bisa merubah susunan kromosom tersebut.

Itu semua mempengaruhi kehidupan yang dialami manusia di kehidupan sekarang.

 
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #53 on: 19 June 2011, 12:03:14 AM »
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).
 

Dua jenis perasaan adalah perasaan jasmani dan batin, atau (yang lebih jarang disebutkan adalah) kedua jenis yang disebutkan oleh Pañcakanga dalam §3 (perasaan menyenangkan dan perasaan menyakitkan). Tiga jenis perasaan adalah tiga yang disebutkan oleh Udāyin dalam §3 (perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan netral). Lima jenis adalah kemampuan kenikmatan (jasmani), kegembiraan (batin), kesakitan (jasmani), kesedihan (batin), dan keseimbangan. Enam jenis adalah perasaan yang muncul dari kontak melalui enam organ indria. Delapan belas jenis adalah delapan belas jenis penjelajahan batin – menjelajahi enam obyek indria yang menghasilkan kegembiraan, menghasilkan kesedihan, dan menghasilkan keseimbangan (baca MN 137.8). Tiga puluh enam jenis adalah tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk – enam jenis kegembiraan, kesedihan, dan keseimbangan masing-masing berdasarkan pada kehidupan rumah tangga atau pada pelepasan keduniawian (baca MN 137.9-15). Seratus delapan jenis adalah tiga puluh enam sebelumnya yang merujuk pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.


selengkapnya baca MN 59  Bahuvedanīya Sutta

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #54 on: 19 June 2011, 12:04:33 AM »
Quote from: sriyeklina
Yang saya tahu, di buddhisme cuma ada 3. Menyenangkan, tidak menyenangkan, bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan(netral).

Di Samyutta Nikaya, Sang Buddha banyak memberikan khotbah seputar beberapa jenis perasaan. Misalnya perasaan menyenangkan di mata, perasaan tidak menyenangkan di mata, perasaan bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan di mata, ..., perasaan menyenangkan di lidah, perasaan tidak menyenangkan di lidah, serta perasaan bukan menyenangkan dan bukan tidak menyenangkan di lidah.


Quote from: sriyeklina
Betul yang ini saya juga tahu. Tapi kepribadian saya tidak tahu.

It's OK.


Quote from: sriyeklina
Menurut saya tidak begitu. Ketika masih bayi, sudah ada kecenderungan dalam diri si anak. Itu yang membuat antar bayi itu berbeda. Sehingga mau bagaimana-pun mereka dirawat dengan cara yang sama mereka akan tetap berbeda.

Memang. Kan saya sudah beberapa kali mengatakan bahwa ada beberapa kepribadian yang diturunkan dari orangtua.


Quote from: sriyeklina
Karena kromosom yang terbentuk setelah pembuahan yang terjadi karena pertemuan sperma dan sel ovum yang akan menentukan menjadi apa seseorang.
Dan tidak ada satupun yang bisa merubah susunan kromosom tersebut.

Itu semua mempengaruhi kehidupan yang dialami manusia di kehidupan sekarang.

??? Maksudnya menurut kamu, setelah sel ovum dan sel sperma bertemu sehingga menjadi embrio, maka kromosom pun terbentuk dan ada karakter (kepribadian) yang langsung terbentuk di sana?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #55 on: 19 June 2011, 12:04:59 AM »
Dua jenis perasaan adalah perasaan jasmani dan batin, atau (yang lebih jarang disebutkan adalah) kedua jenis yang disebutkan oleh Pañcakanga dalam §3 (perasaan menyenangkan dan perasaan menyakitkan). Tiga jenis perasaan adalah tiga yang disebutkan oleh Udāyin dalam §3 (perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan netral). Lima jenis adalah kemampuan kenikmatan (jasmani), kegembiraan (batin), kesakitan (jasmani), kesedihan (batin), dan keseimbangan. Enam jenis adalah perasaan yang muncul dari kontak melalui enam organ indria. Delapan belas jenis adalah delapan belas jenis penjelajahan batin – menjelajahi enam obyek indria yang menghasilkan kegembiraan, menghasilkan kesedihan, dan menghasilkan keseimbangan (baca MN 137.8). Tiga puluh enam jenis adalah tiga puluh enam posisi makhluk-makhluk – enam jenis kegembiraan, kesedihan, dan keseimbangan masing-masing berdasarkan pada kehidupan rumah tangga atau pada pelepasan keduniawian (baca MN 137.9-15). Seratus delapan jenis adalah tiga puluh enam sebelumnya yang merujuk pada masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.


selengkapnya baca MN 59  Bahuvedanīya Sutta

Nah, bahkan ada 108 jenis macam perasaan!

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #56 on: 19 June 2011, 12:08:42 AM »
Spoiler: ShowHide

...

Jika seorang anak terlihat menjadi pemarah karena orang tuanya juga seorang pemarah, hal ini cukup memungkinkan. Di mana secara karakter ada potensi yang diturunkan, sedangkan ekspresi marah itu biasanya merupakan bentuk imitasi yang anak lihat dari apa yang dicontohkan orang tuanya. Imitasi merupakan bentuk peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain secara disengaja. Bagi anak-anak yang sedang berkembang, akan lebih berpengaruh apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka dengar. Hal ini sebenarnya menjadi penting yang seharusnya orang tua sadari. Dalam melakukan peniruan, umumnya anak akan meniru apa yang dilakukan orang tua, bukan apa yang dikatakannya.

...

Sumber



Spoiler: ShowHide

...

In the other direction, the numerous cases where well-intentioned and good parents produce criminal offspring are described. If outstanding individuals produce poor offspring, and poor parents often produce excellent offspring, differences in parenting within the normal range are unlikely to have major effects on basic personality.

Cohen also points to the common observation that siblings, even same sex siblings, are radically different, both in personality and intelligence (sibling IQ differences average 12 points, which is 70% of the 18 point difference among children randomly selected from the same population). This is hard to explain by traditional social rearing theories since parents usually raise their children in the same way. Yet it is easily explained by a genetic theory (perhaps supplemented by there being a random component in development, such as Miller 1997 has proposed).

Many readers at this point may be puzzled by the idea that genetic effects can explain differences between siblings, since they think of genetic effects as making children just like parents. However, they are wrong as Cohen explains. When a new child is created, roughly half of the genes from each parent are passed on to the child in a random process. Each time a new sibling is created, this genetic lottery takes place. The result is that each child is genetically different. This is an important point that is not widely understood. Genetic theory predicts that siblings will be very different, while small sibling differences are predicted by the theory that parents shape their children.


...

Source

saya post di sini juga.. biar seimbang ;D
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. ;D
 
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #57 on: 19 June 2011, 12:16:09 AM »
kk upasaka apakah cara pembentukan genetik tidak ad hubannya dgn karma masa lalu juga? Apakah kepribadian Sang Buddha adalah hasil ciptaan orang tuanya bkn krn karmanya?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #58 on: 19 June 2011, 12:17:14 AM »
saya post di sini juga.. biar seimbang ;D
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. ;D

Kembar identik memiliki beberapa sifat yang hampir mirip. Gak usah jauh-jauh deh, si Citta Devi dan Thirravaddhani (padahal bukan kembar identik), bisa punya sifat yang hampir sama. ;D Tanya Bro Indra deh kalau gak percaya.

Menurut saya, kembar identik (identically monozygotic twins), pada dasarnya memiliki potensi untuk identik pula dalam kepribadian. Namun seperti yang saya singgung di posting sebelumnya, interaksi tiap orang dengan lingkungan dan orang lain pasti berbeda. Katakanlah kembar yang A suka didudukkan ke arah kanan, kembar yang B sering didudukkan ke arah kiri; maka si A dan si B akan melihat dunia pada sisi yang berbeda. Dari contoh sederhana ini, menunjukkan bahwa pengalaman, informasi dan sugesti yang diterima si kembar identik pun berbeda. Akumulasi dari semua hal ini akan menghasilkan kepribadian yang tidak terlalu identik pada identically monozygotic twins.

Bagaimana menurut opini Bro Forte?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Perasaan Bukan Aku Juga Bukan Diri-ku
« Reply #59 on: 19 June 2011, 12:18:12 AM »
yang masih mengganjal di pikiran saya, apa hanya dengan olah raga dipagi hari/ berlari bisa membuat perasaan yang setress bisa happy, sedangkan masalah timbul (pikiran setress ) tidak bisa di atur, bisa tengah malah, bisa subuh, bisa siang , bisa sore.

Quote
saya post di sini juga.. biar seimbang 
memang artikel di atas secara logika sejalan dengan teori Gregor Mendel juga, di mana tiap anak memiliki genetik berbeda karena terjadinya random.. Hal ini berlaku jika personality abang berbeda dengan adik.. ini bisa diterima..
Yang menjadi pertanyaan saya, ketika terjadi pembuahan sperma dan sel ovum menghasilkan zygot, yang mana kemudian berkembang menjadi identically monozygotic twins.. bagaimana menurut pendapat bro upasaka, karena pada jenis kembar ini, genetik identik sama, apakah kepribadian si kembar jenis ini akan sama pula ? tapi pada kenyataannya bisa berbeda.. 
 

kalau soal ini menurut yang saya temui, kebetulan punya sepupu kembar identik, kepribadian nya tidak sama, tapi ada beberapa kesamaan dari perasaan. jika si A sakit maka si B akan merasakan (gelisah dll) kesukaan pun berbeda, misal jika A suka warna biru , si B malah warna merah.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma