user DC, saya mau tanya tentang karma...
1. karma apa yang di dapat dr seseorang yg 100% jahat? adakah penghukuman tertentu?
Sebetulnya tidak ada orang yang 100% jahat melulu. Pikiran (baik atau buruk) juga adalah berkondisi dan tidak kekal. Tapi seandainya ada seseorang yang 100% jahat, maka akibatnya tergantung kejahatannya. Orang yang hidupnya 100% nyolong jambu tetangga dengan yang 10% membunuh demi kesenangan, mungkin akibatnya bisa lebih buruk yang membunuh.
Teori karma juga tidak mengenal istilah 'penghukuman', melainkan akibat. Secara sederhana, perbuatan baik membuahkan kebahagiaan, perbuatan buruk membuahkan penderitaan. Secara kasar, jika seseorang 100% jahat, maka ketika perbuatan itu berbuah, akan mengakibatkan 100% penderitaan.
2. apakah Buddha mengenal alam surga dan neraka (atau yang mewakili kedua itu) bisa tolong jelaskan
Dalam Buddhisme tradisi Theravada, dikenal 31 alam yang dibagi menjadi 26 sorga, manusia, binatang, hantu kelaparan (peta), raksasa (asura), dan neraka (niraya). Berbeda dengan paham sorga/neraka pada agama yang mengajarkan 'hidup hanya sekali', seseorang terlahir di satu alam juga bukan selamanya. Ketika umur kehidupannya habis, maka ia akan meninggal dari alam itu dan terlahir lagi menurut karmanya.
3. seseorang yang terlahir jahat 100% atau 90% apakah itu berarti kehidupan masa lalunya pun sama (tdk berubah)?
Seseorang memiliki watak tertentu karena memang mengembangkan kebiasaan tersebut di masa lampau. Seseorang tidak 'tanpa sebab' memiliki sifat kejam atau sifat murah hati. Memahami hal ini juga, kita bisa berlatih di masa sekarang untuk menjadi lebih baik di masa depan. Jadi jika orang mengingatkan akan kejelekan kita, jangan berkata, "emang sifat gue begini dari sononya," tapi sadarilah bahwa itu bisa diubah.
4. apakah benar dalam lingkaran samsara seseorang dpt terlahir mjd hewan / mahluk lain? apakah dlm pandangan Buddha hewan sederajat dengan manusia?
Dalam pandangan Buddhisme, 'derajat' makhluk ditentukan dari moralitas dan kebijaksanaannya, bukan dari kelahirannya. Jika secara moralitas dan kebijaksanaan, seorang manusia tidak lebih baik dari hewan, maka bisa dibilang derajatnya lebih rendah dari hewan. Sebaliknya jika seorang manusia memiliki moralitas dan kebijaksanaan melebihi para dewa, maka ia dikatakan lebih mulia dari dewa.
Secara umum, terlahir sebagai manusia dianggap suatu keuntungan (dibandingkan dengan binatang, peta, asura, dan niraya) karena memiliki akal dan mampu memahami dharma, dan di samping itu juga (secara keseluruhan) lebih berbahagia.