//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Logika aneh umat Buddha  (Read 87225 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #15 on: 12 September 2008, 04:40:56 PM »
Menurut saya,
Ajaran Buddha ini melampaui segalanya termasuk logika itu sendiri.

...
Karena logika itu terbatas,
"Logika loe apa logika gw?" <<< Ini pertanyaan yang akan dikembalikan bila kita bicara soal logika.


Betul. Semua orang juga ngomong berdasarkan logika, yaitu logikanya orang itu masing2. Kadang orang keukeuh dirinya yang berdasarkan logika, orang lain tidak. Padahal, kita juga tidak tahu apakah yang satu tidak sesuai dengan logika, atau satu lagi yang logikanya tumpul.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #16 on: 12 September 2008, 04:42:55 PM »
Jadi ??
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #17 on: 12 September 2008, 04:44:09 PM »
Jadi... jangan ngekeuh logika sendiri paling bener.  :)

Offline Delusion

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 15
  • Gender: Female
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #18 on: 12 September 2008, 04:46:13 PM »
keuh itu apa sich?

*Maaf lelet*
:)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #19 on: 12 September 2008, 04:47:11 PM »
Keras kepala.

Offline Delusion

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 15
  • Gender: Female
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #20 on: 12 September 2008, 04:51:03 PM »
Misalnya,
Bisakah kita menjelaskan kemampuan Abhinna dengan logika?

Kalaupun bisa kita menjelaskannya dengan logika, apakah memang seperti itu adanya?
Nah, makanya kita harus mengalaminya sendiri dulu  ;D ;D ;D


Deepest Bow,
Vince
« Last Edit: 12 September 2008, 04:54:35 PM by Delusion »
:)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #21 on: 12 September 2008, 04:52:26 PM »
huehuehue, kakakakak, hehehehe :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #22 on: 12 September 2008, 04:54:01 PM »
Wah, point yang bagus sekali!!
Abhinna BISA dijelaskan oleh logika orang yang melakukannya. Setiap orang yang melakukan Abhinna sejenis juga punya logika yang berbeda dalam penjelasannya. :)


Offline Delusion

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 15
  • Gender: Female
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #23 on: 12 September 2008, 04:55:28 PM »
Wah, point yang bagus sekali!!
Abhinna BISA dijelaskan oleh logika orang yang melakukannya. Setiap orang yang melakukan Abhinna sejenis juga punya logika yang berbeda dalam penjelasannya. :)



Betul sekali!!!

_/\_
:)

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #24 on: 12 September 2008, 05:06:18 PM »
sulit juga yah..

aye masih terjebak di antara dualisme "percaya" dan "ragu2" :)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #25 on: 12 September 2008, 05:08:40 PM »
Seperti kata tesla, mulai dari titik netral aja.
Kalau kita mulai dari percaya, nanti tidak subjektif dan cenderung fanatik.
Kalau kita mulai dari tidak percaya, namanya menutup wawasan sendiri.

Offline Delusion

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 15
  • Gender: Female
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #26 on: 12 September 2008, 05:12:48 PM »
sulit juga yah..

aye masih terjebak di antara dualisme "percaya" dan "ragu2" :)

Mungkin hanya masalah pemahaman saja, dan saya kira ini akan teratasi seiring perkembangan batin ^^
:)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #27 on: 12 September 2008, 05:43:34 PM »


Quote
rekan Fabian yg baik,
di sini Anda sudah berat sebelah jg dg menyatakan bhikkhu2 yg menolak sutta2 tertentu itu "salah" ber-Ehipassiko!
apa Anda sudah ber-Ehipassiko benar sehingga tau bahwa menolak sutta tertentu hasil dari Ehipassiko yg salah?

Anda tidak memakai kata "sebagian" atau "beberapa" atau "mungkin" oleh Bhikkhu...
kalimat Anda ini bersifat menvonis langsung lho...

Saudara tesla yang baik,
Ehipassiko disini menurut saya secara harfiah berarti datang (ehi) dan alami (passati) sebenarnya ini lebih mengacu pada praktek... dasar katanya sama dengan passana dari Vipassana...., Ehipassiko disini mengacu pada sifat Dhamma yang bisa dimengerti setelah dipraktekkan, bukan dengan teori logika semata. Jadi maksudnya sifat Dhamma (bersama dengan sanditthiko dan akaliko bukan cara berpikir kita.

Sering orang berpikir untuk menolak lebih dahulu sebelum membuktikan, seharusnya membuktikan lebih dahulu.......baru..... bersikap.

Oleh karena itu bagi orang yang belum merealisasi Dhamma (belum mempraktekkan Dhamma), maka ia sebaiknya menerima dengan "presume innocence", jangan langsung ditolak mentah-mentah begitu saja hanya karena ia belum mengalaminya. Pemikiran ini dilakukan oleh bhikkhu maupun umat awam (saya tidak mengatakan sebagian atau seluruhnya)

Quote
sebaiknya rekan Fabian jg memulai dg tidak menerima ataupun menolak (yg fifty-fifty tsb).

saya tidak hanya belajar teori, dan menurut saya setelah berlatih meditasi lalu membandingkan kembali dengan sutta, saya tidak melihat bahwa hal itu bertentangan. Sepanjang meditasi yang kita lakukan adalah meditasi yang sejalan dengan kitab suci Tipitaka, bukan meditasi non Buddhis.

Saudara Tesla mungkin belum memahami maksud saya. Maksud tulisan saya adalah ajaran Sang Buddha seringkali memerlukan praktek untuk bisa membuktikannya, jadi jangan kita menolak ajaran Sang Buddha hanya bila tidak sesuai dengan logika kita (karena Dhamma harus dialami, bukan di logika-kan), kita boleh tolak bila ternyata setelah dipraktekkan ternyata tidak sesuai, atau tidak membawa manfaat.

Quote
tampaknya rekan Fabian belum membaca mengenai kejanggalan dalam Mahaparinnibana sutta dalam thread ini:
Membaca Sutta secara Kritis

Saudara Tesla, saya sudah membaca thread tersebut, entah karena saya kurang kritis atau gimana, saya tidak mempermasalahkan Dhamma dan Sutta berbeda, karena Sutta adalah khotbah Sang Buddha dan para Arahat, dan Dhamma yang dimaksud adalah ajaran Sang Buddha (bukan ajaran orang lain), jadi Dhamma dan sutta saya anggap sama, Dhamma yang diajarkan oleh para Arahat saya anggap sama saja dengan yang diajarkan oleh Sang Buddha, karena Mereka semua adalah "penembus dhamma" Dhamma yang mereka realisasikan sama. Ini Senada dengan kata-kata Sang Buddha "who sees the Dhamma, see me"

Harus saya ulangi seperti yang ada dalam postingan saya, bukan berarti kita percaya membuta, maksudnya kita melihat Tipitaka secara positif, yaitu: ini pandangan umat Buddha, ini referensi tertinggi.
Tipitaka mungkin salah (ini yang dimaksud fifty-fifty), tetapi saya menganggap benar sebelum terbukti salah.

Quote
persis seperti kata rekan Fabian... bahwa Buddha menganjurkan utk membandingkan suatu ajaran apakah sesuai dg sutta & vinaya.
pertanyaan saya adalah: "Bagaimana bisa timbul anjuran yg merujuk ke sutta apabila sutta baru disusun setelah Sang Buddha parinibbana?"

Nah ini adalah perbedaan pandangan. Setahu saya sutta tidak disusun, tetapi sutta disampaikan secara oral oleh Siswa-siswa Sang Buddha langsung, kemudian disampaikan secara oral dari guru ke murid (dari Bhikkhu senior ke bhikkhu junior) dan itu berlangsung hingga beberapa ratus tahun.

Mengapa Tipitaka bertahan sekian lama? Karena Tipitaka dihafal mati... !!! (sebelum akhirnya ditulis di daun lontar) oleh para siswa-siswa penghafal (bhanaka) Jumlah Bhikkhu di masa lampau jumlahnya mencapai ratusan ribu sehingga menghafal Tipitaka tidak terlalu sulit jika penghafalannya dibagi-bagi oleh ribuan Bhikkhu (Kita lihat saja jumlah bhikkhu di Thai dan Myanmar) hafal mati inipun masih kadang dilakukan. Bahkan oleh umat, pada lomba baca Dhammapada misalnya (a,i,u harus dibaca pendek dsbnya).

pada periode-periode tertentu para siswa penghafal ini berkumpul dan mengulang kembali (konsili pertama dan kedua semua Arahat), mereka lalu menyaring mana sutta yang otentik dan yang tidak otentik (kriterianya adalah: yang pengertiannya tidak bertentangan dengan ajaran Sang Buddha / tidak bertentangan dengan sutta-sutta lainnya. Sutta tidak selalu khotbah Sang Buddha, tetapi bisa juga khotbah Arahat), kalau ingin lebih jelas mengenai hal ini boleh baca Dipavamsa, Mahavamsa, Kathavatthu dll)

Quote
jangan pula dianggap benar dulu yah... Smiley
sebaiknya kita mulai dari netral...
tidak tahu apakah benar atau salah

pandangan saudara Tesla saya rasa cukup fair... dan baik....

Tetapi pandangan saya agak berbeda, saya sudah mengatakan banyak sekali sutta yang saya bandingkan dengan pengalaman meditasi (maksudnya membaca kembali sutta-sutta lalu bandingkan dengan pengalaman meditasi yang lalu), ternyata sejalan. Demikian banyak guru meditasi Buddhis yang mempraktekkan meditasi lalu mereka setuju bahwa ajaran Sang Buddha yang termaktub dalam kitab suci Tipitaka ternyata benar setelah mereka praktekkan.

sejauh ini saya melihat bahwa memang tidak semua ajaran Sang Buddha yang masuk logika atau sudah saya praktekkan, contohnya mengenai surga dan neraka umpamanya, tetapi bukan berarti saya harus menolak kan? nah inilah contoh jelas sikap saya terhadap Tipitaka.

Quote
jangan lupa kalimat fifty-fifty tadi yah...

Iya benar...   :) tapi jangan lupa juga "presume inocence" dongg...  :)

Quote
Quote
Semoga kita semua berbahagia
Semoga semua terbebas dari penderitaan

Iya deh tambahin biar lebih afdol....  :) _/\_

sukhi hotu...


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #28 on: 12 September 2008, 06:17:51 PM »


Quote
Apakah karena sudah "beragama Buddha", jadinya punya semacam kewajiban meyakini kebenaran Tipitaka?
Jadi, kita anggap Tipitaka itu benar dahulu, sampai terbukti salah? Jadi itu yang dimaksudkan fabian c sebagai 'ehipassiko' yang benar yah? Jadi urutannya "Saddha" dulu baru "ehipassiko" yah? Sungguh menarik. Persis di tetangga.

Saudara Kainyn yang baik,

Perlu diketahui maksud dari Ehipassiko dalam Dhammanussati, yaitu Ehipassiko adalah salah satu sifat Dhamma bukan salah satu cara berpikir, dan saya rasa tak ada satu khotbahpun dari Sang Buddha yang mengatakan kita harus meyakini sesuatu, walaupun Sang Buddha juga mengajarkan kita mengenai Saddha.

Quote
Jadi isi Kalama Sutta menurut "Bhikkhu yang benar" dan "orang yang (merasa) tidak merasa pintar, cerdas, dan intelektual", adalah "jangan semata2 tidak percaya, kecuali sudah dibuktikan bahwa itu tidak benar". Lagi2, menarik...  Smiley

Coba dibaca lagi Kalama sutta, apakah dikatakan kita hanya boleh menerima bila hal itu sesuai dengan logika kita? berikut cuplikannya:

When you know for yourselves that, 'These qualities are skillful; these qualities are blameless; these qualities are praised by the wise; these qualities, when adopted & carried out, lead to welfare & to happiness' — then you should enter & remain in them.

Jika kita tahu bahwa hal-hal ini (qualities) baik, hal-hal ini tak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana, hal-hal ini jika diterima dan dijalankan atau dengan kata lain bila dipraktekkan, akan membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan, maka......
 
semoga kita berbahagia dan terbebas dari penderitaan...

Fabian


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Logika aneh umat Buddha
« Reply #29 on: 12 September 2008, 06:20:35 PM »
.... Mari Kita Praktek... ;D

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

 

anything