apakah seseorang yang tidak mengembangkan / menghancurkan pasti arahat atau
seorang arahat pasti tidak mengembangkan / menghancurkan?
Betul, Arahat tidak lagi mengembangkan/menghancurkan.
Seorang yang bukan Arahat bisa saja mengira dirinya tidak mengembangkan/menghancurkan, namun sesungguhnya ia masih melakukan keduanya.
kondisi seorang arahat itu seperti apa dan bagaimana?
Tidak terkatakan dan menuruti nasihat Buddha, sebaiknya tidak dispekulasikan.
apakah seseorang yang katanya sudah berhasil memadamkan "aku"/memberhentikan pikiran berarti arahat /
seorang arahat pasti berhenti pikirannya / berhasil memadamkan "aku" ?
Jika ia telah memberhentikan pikiran (maññati), maka ia adalah seorang Arahat (menurut Mulapariyaya Sutta). Namun kebenaran apakah seseorang benar-benar sudah menghentikannya, saya pikir hanya dirinya atau Arahat lainnya yang memiliki kemampuan bathin luar biasa yang mengetahuinya.
b. apakah pernyataan anda itu ada rujukannya?
i. Dalam Mulapariyaya Sutta yang sudah saya kutipkan, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi bentukan pikiran.
ii. Dalam Bahiya Sutta/Cula-Malunkyaputta Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi Salayatana (enam landasan indriah).
iii. Dalam Maha-Satipatthana Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas sangat lengkap dari sisi tubuh, perasaan, pikiran, dan bentukan pikiran. Saya kutipkan sedikit di bagian bentukan pikiran, mengenai penghalang/nivarana:
[1] "There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? There is the case where,
there being sensual desire present within, a monk discerns that 'There is sensual desire present within me.' Or, there being no sensual desire present within, he discerns that 'There is no sensual desire present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: ill will, sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)
Yang dibold: ada nafsu, bhikkhu melihat ada nafsu. Tidak ada nafsu, bhikkhu melihat tidak adanya nafsu. Melihat munculnya nafsu yang sebelumnya tidak muncul. Melihat pelepasan nafsu yang telah muncul. Melihat tidak adanya nafsu di masa depan yang telah dilepaskan.
Di sini tidak ada menghancurkan atau memunculkan. Di sini hanya ada melihat sesuatu yang muncul dan melihat sesuatu yang hancur.
Sutta ini dikutipkan rekan lain kepada saya untuk ditunjukkan bahwa adanya satu usaha (penghancuran penghalang) dalam Satipatthana, yaitu di bagian:
"He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned"
Saya tidak memahaminya demikian. Di situ hanya ada kata "discern" (melihat), tidak ada indikasi suatu usaha menghancurkan nivarana. Juga, setahu saya, nivarana dihancurkan dalam jhana, sebagaimana nafsu dihilangkan dengan konsentrasi, dan lainnya dihilangkan dengan mengembangkan faktor jhana lainnya. Demikianlah saya katakan tidak ada usaha benar dalam Satipatthana.
iv. Dhatuvibhanga Sutta, salah satu yang menarik, membahas pembagian manusia dalam enam unsur yaitu padat, cair, udara, panas, ruang, kesadaran. Melihat dalam unsur itu tidak memiliki inti diri (atta), Pukkusati menembus Anagami-phala. Tidak ada yang dianjurkan dikembangkan/dihancurkan oleh Buddha di sana.
v. Sutta-sutta lain seperti Nandakovada Sutta dan Cula Rahulovada Sutta, juga mengajarkan melihat tidak adanya diri (anatta) dalam unsur manusia. Tidak ada pengembangan/penghancuran ini-itu dalam prosesnya.
a. apakah cara untuk menghentikan dukha memang tidak perlu pengembangan/penghancuran /
tidak perlu pengembangan/penghancuran hanya satu2nya cara untuk menghilangkan dukha?
vi. Dalam Rathavinita Sutta, Punna Mantaniputta berkata, "Jika Sang Bhagava mengajarkan nibbana yang tak melekat dalam kemurnian sila ... kemurnian pikiran ... kemurnian pandangan ... kemurnian keyakinan ... kemurnian pengetahuan jalan dan bukan jalan ... kemurnian pengetahuan, maka Sang Bhagava sesungguhnya mengajarkan nibbana tidak melekat yang melekat."
Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa semua itu dibutuhkan sebagaimana seorang pergi dari satu tempat ke tempat lain dan di tengah jalan, dengan meninggalkan kereta lama, masuk pada kereta berikutnya, sampai akhirnya di tempat tujuan, ia pun meninggalkan kereta tersebut untuk mencapai tempat tujuan.