Rasa malas termasuk salah satu ‘penyakit berat’ yang sering menghinggapi manusia. Ya! Kemalasan adalah salah satu faktor dominan yang membuat manusia sulit meraih kesuksesan dalam bentuk apapun. Kemalasan pula yang seringkali menghambat seseorang bahkan suatu bangsa dalam meraih kemajuan. Tidak cuma itu, kemalasan juga tak jarang membuyarkan segala kebajikan dan cita-cita manusia untuk meraih kebahagiaan.
Berbicara tentang kemalasan, sebenarnya bukan berbicara tentang kurangnya pengetahuan. Orang malas mengetahui tentang apa yang harus dia lakukan, tetapi dia tetap tidak melakukan hal yang semestinya dilakukan, entah itu karena enggan atau malas itu tadi.
Orang malas untuk melakukan sesuatu itu ada beberapa alasan :
1. Dia menyimpan kepercayaan bahwa ia tidak mampu melakukan pekerjaan yang harus ia lakukan dengan baik. Ia percaya dirinya bodoh jadi berusaha seperti apa pun, tidak akan mengubah apa-apa.
2. Dia menghindari kenyataan bahwa hidup ini memang keras.
3. Dia tidak bahagia melakukan pekerjaan itu.
4. Dia percaya bahwa melakukan pekerjaan itu adalah sia-sia.
5. Dia terjebak dalam kesenangan semu/sesaat.
6. Dia sedang terjebak dalam kesedihan yang mendalam.
7. Dia tidak punya / kehilangan harapan.
Sebuah cerita yang cukup menghibur mengenai cara kerja pemalas.
Si MalasDi pinggiran sebuah kota, tampak sebuah gubuk kecil yang kotor. Disana hanya terdapat dua ruangan sempit. Tampak sang istri sedang menjahit di bawah tenda di depan rumah, sedangkan sang suami hanya duduk - duduk di atas tikar yang sobek.
“Suamiku, pergilah mencari pekerjaan, di rumah sudah hampir tidak ada uang!” pinta sang istri.
“Cari pekerjaan? Itu cara mencari uang yang sangat lama, saya sedang mencari jurus ampuh?” sahut sang suami.
Sang istri kembali berkata, “Kerja seberapa ya dapat seberapa, mana ada jurus ampuh segala? kamu selalu saja membaca buku dari aliran sesat yang tidak karuan itu.”
Tiba-tiba sang suami berteriak dengan gembira,”Eh . .lihat……lihat di buku ini menerangkan bahwa ada daun yang bisa membuat orang menghilang, aku segera pergi mencarinya.”
Sesampainya di hutan dia mulai mencari, “Ini tidak mirip, yang ini juga tidak mirip, ah . .itu dia di atas pohon, ya …yang ini dia dengan gambar di buku sama persis”. Sang suami pun memanjat pohon tersebut, namun tiba-tiba ada angin kencang meniup daun yang ada di tangannya itu sehingga terbang.
“Celaka, jangan lari, jangan lari”, si suami mencoba meraih daun tersebut, akhirnya daun itu terjatuh ke bawah tercampur dengan daun-daun yang lain, sehingga dia jadi bingung, “Wah bagaimana ini? Ah! lebih baik semua saya bawa pulang saja, nanti di rumah baru di cari satu persatu”.
Maka dia pun membawa semua daun-daun tersebut hingga penuh satu keranjang.
Sesampainya di rumah, dicobanya daun itu satu persatu ditempelkan di wajahnya sambil bertanya pada istrinya, ”Hei, istriku, apakah aku kelihatan ?”
“Kelihatan”, jawab sang istri.
“Sekarang apa masih kelihatan?” tanya si suami lagi.
“Kelihatan”, jawab si istri lagi.
“Kalau begini apa masih kelihatan?” sambil mengganti dengan daun yang lain.
“Masih kelihatan”, sahut sang istri dengan sedikit jengkel.
Sekali lagi sang suami mengganti daun dan ditaruh di wajahnya, sambil bertanya lagi, “Kalau begini apa terlihat?”
Sang istri saking jengkelnya diberi pertanyaan yang sama berulang-ulang, maka menjawab seenaknya, ”Tidak kelihatan, tidak kelihatan.”
Sang suami berteriak dengan gembiranya, “Ha..ha..sungguh bagus, dengan daun ini kita akan segera jadi kaya.”
Maka pergilah sang suami ke pasar, sampai di depan penjual perhiasan, dia menaruh daun tersebut di depan mukanya dan berkata, ”Tidak terlihat, tidak terlihat”, sambil mengambil sebuah gelang emas.
Namun alangkah kagetnya, ketika sang penjual perhiasan berteriak sambil menyeret tangannya, “Hei pencuri! apa yang kamu lakukan, ayo kita ke kantor polisi.”
Massa pun berusaha memukulnya, si suami yang malas itu dengan wajah babak belur berteriak dengan bingung, “Ke… kkenn . . kenapa bisa jadi begini?”
Saudara-saudara, Kemalasan dan kebodohan pada akhirnya akan mendatangkan penderitaan.
Semoga Bermanfaat