Dalam Dhammacakkapavattana Sutta dikatakan bahwa "kemelekatan pada lima kelompok kehidupan (pancupadanakkhanda) adalah dukkha", namun dalam Dhammapada dikatakan "semua fenomena yang berkondisi adalah dukkha (sabbe sankhara dukkha)". Seperti yang kita ketahui, fenomena berkondisi (sankhara) meliputi rupa, citta, dan cetasika, yang merupakan kelima kelompok kehidupan (pancakkhanda) itu sendiri. Jika kelemekatan pada lima khanda adalah dukkha, apakah berarti lima khanda itu sendiri dukkha?
Logikanya, jika kemelekatan pada lima khanda menimbulkan dukkha, seharusnya kelima khanda itu sendiri bukan sumber dukkha. Jika lima khanda itu dukkha, berarti Sang Buddha dan para Arahat yang telah mencapai Nibbana dengan sisa pancakkhanda masih memiliki dukkha, donk? Tetapi jika kelemekatan itu sendiri yang disebut dukkha, bukan objek yg dilekatinya (yaitu pancakkhanda), maka benar bahwa Sang Buddha dan para Arahat sudah bebas dari dukkha, karena mereka telah melenyapkan kemelekatan pada pancakkhanda. Agaknya pernyataan dalam Dhammacakkapavattana Sutta dengan syair Dhammapada tersebut bertentangan maknanya.
Apakah pemikiran saya ini benar? Mohon penjelasan dari para sesepuh di sini tentang makna kedua pernyataan ini. Thx
adittapariyaya sutta... \
/\
/\
/
mata terbakar, wujud terbakar, kesadaran indriya mata terbakar, kontak mata terbakar , demikian juga apapun yang dirasakan sebagai sesuatu yg menyenangkan, sebagai sesuatu yg tdk menyenangkan, atau bukan yg menyenangkan dan bukan yg tdk menyenangkan, yg ditimbulkan oleh kontak mata bersama syarat2nya, juga terbakar,
telinga terbakar, suara terbakar....
hidung terbakar, bebauan terbakar...
lidah terbakar, rasa terbakar...
badan terbakar, yg dpt disentuh terbakar...
pikiran(mano not citta) terbakar, obyek pikiran(Dhamma) terbakar , indriya pikiran terbakar, kontak pikiran terbakar, demikian juga apapun yg
dirasakan/dipikirkan, sebagai sesuatu yg menyenangkan, sbg sesuatu yg tdk menyenangkan, atau bukan yg menyenangkan dan bukan yg tdk menyenangkan... yg ditimbulkan oleh kontak-pikiran bersama syarat2nya juga terbakar...
terbakar oleh apaa?
dibakar oleh api keserakahan( LOBHA ), dibakar oleh api kebencian (DOSA), dibakar oleh api kegelapan(MOHA),
Saya katakan terbakar oleh kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, penderitaan, yg tdk menyenangkan, putus asaa...
O para bhikkhu, apabila siswa ariya yg telah mendengar dhamma dan telah memahaminya, dia menjauhkan diri dari kegemaran mata dkk, dia menjauhkan diri dari kegemaran wujud, dia menjauhkan diri dari kegemaran kesadaran-indria mata, dia menjauhkan diri dari kegemaran kontak mata, dan apapun yg dirasakan sebagai sesuatu yg menyenangkan, sebagai sesuatu yg tdk menyenangkan, atau bukan yg menyenangkan dan bukan yg tdk menyenangkan, yg ditimbulkan oleh kontak-mata bersama syarat2nya, maka dia tlh menjauhkan diri dari kegemaran...
apabila dia telah menjauhkan diri, hawa-nafsu menjadi lenyap, dgn lenyapnya hawa nafsu dia terbebas (vimutti), apabila dia bebas, timbullah pengetahuan bahwa dia telah bebas, dia memahami :
tumimbal lahir telah lenyap
telah tercapai hidup suci,
tidak ada lagi yg harus dikerjakan, tdk kembali lagi ke dunia ini.
Demikianlah sabda Sang Bhagava. Keseribu org bhikkhu merasa puas dan mengerti sabda Sang Bhagava.
Sewaktu khotbah ini disampaikan, batin keseribu bhikkhu tsb tdk lagi dikotori oleh kemelekatan...
metta cittena,
Citto