//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa Yang Harus Diperhatikan Dengan Benar? - SN 22.122. SILAVANT SUTTA  (Read 2195 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Apa yang harus diperhatikan dengan Pandangan Benar (SAMMA DITTHI) sehingga menuntun pada Perhatian/Kewaspadaan & Pemahaman Jernih (SATI SAMPAJANNA), dan akhirnya menuntun pada patahnya semua belenggu, hancurnya kekotoran batin, lenyapnya Lobha, Dosa, & Moha?


SN 22.122. SILAVANT SUTTA: Bermoral & Terlatih
 
 
Pada suatu ketika Yang Mulia Sàriputta dan Yang Mulia Mahakotthita sedang berdiam di Baranasi di Taman Rusa di Isipatana. Pada suatu malam, Yang Mulia Mahakotthita keluar dari keheningannya, mendekati Yang Mulia Sariputta, saling bertukar sapa, dan berkata kepadanya: “Sahabat Sàriputta, hal-hal apakah yang harus diperhatikan dengan benar oleh seorang bhikkhu yang bermoral?”
 
“Sahabat Kotthita, seorang bhikkhu yang bermoral harus memperhatikan dengan seksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL, sebagai PENDERITAAN, sebagai penyakit, sebagai tumor, sebagai anak panah, sebagai kesengsaraan, sebagai kemalangan, sebagai benda asing, sebagai kehancuran, sebagai KOSONG, sebagai BUKAN-DIRI.
 

Apakah lima itu? Kelompok unsur  JASMANI yang menjadi subjek kemelekatan, kelompok unsur PERASAAN yang menjadi subjek kemelekatan, kelompok unsur PERSEPSI yang menjadi subjek kemelekatan, kelompok unsur BENTUKAN-BENTUKAN PIKIRAN yang menjadi subjek kemelekatan, kelompok unsur KESADARAN (consciousness) yang menjadi subjek kemelekatan.
 
Seorang bhikkhu yang bermoral harus memperhatikan dengan saksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL … sebagai BUKAN-DIRI. Ketika, Sahabat, seorang bhikkhu yang bermoral memerhatikan dengan saksama lima kelompok unsur kehidupan yang menjadi subjek kemelekatan ini, adalah mungkin ia dapat menembus buah Memasuki-arus.”
   
“Tetapi, Sahabat Sàriputta, hal-hal apakah yang harus diperhatikan oleh seorang bhikkhu yang adalah seorang Pemasuk-arus (SOTAPANNA)?”
 
“Sahabat Kotthita, seorang bhikkhu yang adalah seorang Pemasuk-arus harus memperhatikan dengan seksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL … sebagai BUKAN-DIRI. Ketika, Sahabat, seorang bhikkhu yang adalah seorang Pemasuk-arus memerhatikan dengan saksama lima kelompok unsur kehidupan yang menjadi subjek kemelekatan ini, adalah mungkin ia dapat menembus buah Yang-kembali-sekali.”
 
“Tetapi, Sahabat Sàriputta, hal-hal apakah yang harus diperhatikan oleh seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-kembali-sekali (SAKADAGAMI)?”
 
“Sahabat Kotthita, seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-kembali-sekali harus memperhatikan dengan seksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL … sebagai BUKAN-DIRI. Ketika, Sahabat, seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-kembali-sekali memerhatikan dengan saksama lima kelompok unsur kehidupan yang menjadi subjek kemelekatan ini, adalah mungkin ia dapat menembus buah Yang-tidak-kembali.”
   
“Tetapi, Sahabat Sàriputta, hal-hal apakah yang harus diperhatikan oleh seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-tidak-kembali (ANAGAMI)?”
 
“Sahabat Kotthita, seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-tidak-kembali harus memperhatikan dengan seksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL … sebagai BUKAN-DIRI. Ketika, Sahabat, seorang bhikkhu yang adalah seorang Yang-tidak-kembali memerhatikan dengan saksama lima kelompok unsur kehidupan yang menjadi subjek kemelekatan ini, adalah mungkin ia dapat menembus buah Kearahatan.”
 
“Tetapi, Sahabat Sàriputta, hal-hal apakah yang harus diperhatikan oleh seorang bhikkhu yang adalah seorang ARAHAT?”
 
“Sahabat Kotthita, seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahat harus memperhatikan dengan seksama lima kelompok unsur kehidupan (PANCAKKHANDHA) yang menjadi subjek kemelekatan ini SEBAGAI TIDAK KEKAL, sebagai PENDERITAAN, sebagai penyakit, sebagai tumor, sebagai anak panah, sebagai kesengsaraan, sebagai kemalangan, sebagai benda asing, sebagai kehancuran, sebagai KOSONG, sebagai BUKAN-DIRI. Bagi Arahat, Sahabat, tidak ada lagi lebih jauh yang harus dilakukan dan tidak ada penambahan atas apa yang telah ia lakukan. Akan tetapi, ketika hal-hal ini dikembangkan dan dilatih, maka hal-hal itu menuntun menuju kediaman yang nyaman dalam kehidupan ini dan menuju PERHATIAN (kewaspadaan) dan PEMAHAMAN JERNIH.
 
-----------------------------------------------------------
 

Quote
SN 22.122. SILAVANT SUTTA: : Virtuous
translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu © 1998–2011
 
On one occasion Ven. Sariputta & Ven. Maha Kotthita were staying near Varanasi in the Deer Park at Isipatana. Then Ven. Maha Kotthita, emerging from seclusion in the late afternoon, went to Ven. Sariputta and, on arrival, exchanged courteous greetings with him. After an exchange of friendly greetings & courtesies, he sat to one side. As he was sitting there, he said to Ven. Sariputta, "Sariputta my friend, which things should a virtuous monk attend to in an appropriate way?"
 
 "A virtuous monk, Kotthita my friend, should attend in an appropriate way to the five clinging-aggregates (PANCAKKHANDHA) as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, an emptiness, not-self. Which five? FORM as a clinging-aggregate, FEELING... PERCEPTION... FABRICATIONS... CONSCIOUSNESS as a clinging-aggregate. A virtuous monk should attend in an appropriate way to these five clinging-aggregates as INCONSTANT, STRESSFUL, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, AN EMPTINESS, NOT-SELF. For it is possible that a virtuous monk, attending in an appropriate way to these five clinging-aggregates as inconstant... not-self, would realize the fruit of stream-entry."
   
"Then which things should a monk who has attained stream-entry (SOTAPANNA) attend to in an appropriate way?"
 
"A monk who has attained stream-entry should attend in an appropriate way to these five clinging-aggregates (PANCAKKHANDHA) as INCONSTANT, STRESSFUL, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, AN EMPTINESS, NOT-SELF. For it is possible that a monk who has attained stream-entry, attending in an appropriate way to these five clinging-aggregates as inconstant... not-self, would realize the fruit of once-returning."
   
"Then which things should a monk who has attained once-returning (SAKADAGAMI) attend to in an appropriate way?"
 
"A monk who has attained once-returning should attend in an appropriate way to these five clinging-aggregates (PANCAKKHANDHA) as INCONSTANT, STRESSFUL, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, AN EMPTINESS, NOT-SELF. For it is possible that a monk who has attained once-returning, attending in an appropriate way to these five clinging-aggregates as inconstant... not-self, would realize the fruit of non-returning."
 
"Then which things should a monk who has attained non-returning (ANAGAMI) attend to in an appropriate way?"
 
"A monk who has attained non-returning should attend in an appropriate way to these five clinging-aggregates (PANCAKKHANDHA) as INCONSTANT, STRESSFUL, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, AN EMPTINESS, NOT-SELF.  For it is possible that a monk who has attained non-returning, attending in an appropriate way to these five clinging-aggregates as inconstant... not-self, would realize the fruit of arahantship."
   
"Then which things should an ARAHANT attend to in an appropriate way?"
 
"An arahant should attend in an appropriate way to these five clinging-aggregates (PANCAKKHANDHA) as INCONSTANT, STRESSFUL, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a dissolution, AN EMPTINESS, NOT-SELF. Although, for an arahant, there is nothing further to do, and nothing to add to what has been done, still these things — when developed & pursued — lead both to a pleasant abiding in the here-&-now and to MINDFULNESS & ALERTNESS (Clear Comprehension)."
 
 
"Silavant Sutta: Virtuous" (SN 22.122),
translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu.
Access to Insight, June 29, 2010,
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.122.than.html.
« Last Edit: 20 January 2011, 04:35:06 AM by Utphala Dhamma »

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apa Yang Harus Diperhatikan Dengan Benar? - SN 22.122. SILAVANT SUTTA
« Reply #1 on: 20 January 2011, 04:29:45 AM »
Quote
SN 22.59. ANATTA-LAKKHANA SUTTA: Khotbah tentang Karakteristik Bukan-Diri

Demikian yang telah kudengar. Pada suatu waktu Yang Terberkahi sedang tinggal di Varanasi di dalam tempat peristirahatan perburuan di Isipatana. Beliau berbicara pada kelompok lima orang bhikkhu:

"Jasmani, para bhikkhu, adalah bukan diri. JIKA JASMANI ADALAH DIRI, JASMANI INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Akan mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani,'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA JASMANI BUKAN DIRI, MAKA JASMANI MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani, 'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian'

"Sensasi (Perasaan) bukanlah diri...
"Persepsi bukanlah diri...
"Bentukan [batin] bukanlah diri...

"Kesadaran bukanlah diri.
JIKA KESADARAN ADALAH DIRI, KESADARAN INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Adalah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA KESADARAN BUKAN DIRI, KESADARAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian'

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah jasmani kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
Tidak, Bhante."

"Apakah sensasi..., persepsi..., bentukan..., kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
"Tidak, Bhante."

"Karena itu, para bhikkhu, apapun jasmani di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; apapun jasmani dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Perasaan (sensasi) apapun...Persepsi apapun... Bentukan [batin] apapun... Kesadaran apapun di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: apapun kesadaran dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Melihat demikian, siswa Ariya, yang telah memahaminya dengan baik, menjadi:
TAK TERPESONA pada JASMANI,
TAK TERPESONA pada PERASAAN,
TAK TERPESONA pada PERSEPSI,
TAK TERPESONA pada BENTUKAN [BATIN],
TAK TERPESONA pada KESADARAN.

SETELAH tak terpesona dia menjadi TIDAK TERTARIK. Setelah TIDAK TERTARIK, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini' (lingkaran samsara terpatahkan)."

Demikian yang dikatakan Sang Bhagava. Berterimakasih, kelompok lima bhikkhu tersebut gembira atas kata-kata Beliau. Sewaktu penjelasan ini sedang diberikan, batin kelompok lima bhikkhu, melalui ketidakmelekatan, terbebas sepenuhnya dari kekotoran batin.

<SN 22.59. ANATTA-LAKKHANA SUTTA: Khotbah tentang Karakteristik Bukan-Diri>
« Last Edit: 20 January 2011, 04:38:19 AM by Utphala Dhamma »

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apa Yang Harus Diperhatikan Dengan Benar? - SN 22.122. SILAVANT SUTTA
« Reply #2 on: 20 January 2011, 04:41:10 AM »
BUKAN MILIK KALIAN

...
"Dengan demikian, para bhikkhu, apa pun yang bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian. APAKAH yang bukan milik kalian?
...
JASMANI bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

PERASAAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

PENCERAPAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

KESADARAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

"Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian?
Jika orang-orang mengambil rerumputan, ranting-ranting, dahan-dahan, dan dedaunan dalam Hutan Jeta ini, atau membakarnya, atau melakukan apa yang mereka sukai terhadapnya, akankah kalian berpikir: 'Orang-orang mengambil kami atau membakar kami atau melakukan apa yang mereka sukai terhadap kami'?"

"Tidak, bhante."

"Mengapa begitu?"
"Oleh karena itu bukan diri kami maupun milik kami."

"Begitu pula, para bhikkhu, apa pun yang bukan milik kalian, lepaskanlah; Melepaskannya, itu akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

JASMANI bukan milik kalian ...
PERASAAN bukan milik kalian ...
PENCERAPAN bukan milik kalian ...
BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milik kalian ...
KESADARAN bukan milik kalian,

LEPASKANLAH; Melepaskannya akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

...

<MN 22. ALAGADDUPAMA SUTTA>

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Apa Yang Harus Diperhatikan Dengan Benar? - SN 22.122. SILAVANT SUTTA
« Reply #3 on: 20 January 2011, 09:04:00 AM »
BUKAN MILIK KALIAN

...
"Dengan demikian, para bhikkhu, apa pun yang bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian. APAKAH yang bukan milik kalian?
...
JASMANI bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

PERASAAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

PENCERAPAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

KESADARAN bukan milik kalian, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

"Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian?
Jika orang-orang mengambil rerumputan, ranting-ranting, dahan-dahan, dan dedaunan dalam Hutan Jeta ini, atau membakarnya, atau melakukan apa yang mereka sukai terhadapnya, akankah kalian berpikir: 'Orang-orang mengambil kami atau membakar kami atau melakukan apa yang mereka sukai terhadap kami'?"

"Tidak, bhante."

"Mengapa begitu?"
"Oleh karena itu bukan diri kami maupun milik kami."

"Begitu pula, para bhikkhu, apa pun yang bukan milik kalian, lepaskanlah; Melepaskannya, itu akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

JASMANI bukan milik kalian ...
PERASAAN bukan milik kalian ...
PENCERAPAN bukan milik kalian ...
BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milik kalian ...
KESADARAN bukan milik kalian,

LEPASKANLAH; Melepaskannya akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.

...

<MN 22. ALAGADDUPAMA SUTTA>

Sekedar sharing,
Kita mengenal kata-kata melepaskan ini. Dalam praktek meditasi Vipassana umum disebut "let go", bagaimanakah caranya me "let go...?" Pada waktu fenomena muncul, entah itu berasal dari pikiran, perasaan, kesadaran, ingatan maupun jasmani (pancakhandha). Kita memperhatikan tanpa terseret (terseret adalah bentuk kemelekatan) setelah kita lepaskan lalu kembali kepada objek utama. Versi yang lain lagi kita perhatikan hingga lenyap, lalu kembali kepada objek utama.
Kedua-duanya membawa pada pengertian benar, konsentrasi, melihat apa adanya dan pandangan terang.

Tepat seperti perumpamaan yang diberikan oleh Sang Buddha terhadap ranting, dahan dan dedaunan yang ada di hutan Jeta. Sesudah didapat lalu dibakar.
Mengambil dahan,ranting dan dedaunan adalah perumpamaan melihat, memperhatikan dan menyadari fenomena-fenomena yang muncul dari pancakhandha.
Membakar dahan, ranting dan dedaunan adalah perumpamaan melepaskan (me "let go") fenomena-fenomena yang muncul dari pancakhanda yang telah diperhatikan dan disadari tersebut.

Tetapi jangan di salah mengerti bahwa yang dimaksud "melepaskan" ini "ada sesuatu" yang harus melepaskan bentuk-bentuk pancakhandha ini.

Yang dimaksud "melepaskan" adalah: perhatian/kesadaran tidak lagi memperhatikan fenomena-fenomena yang muncul ini, setelah diperhatikan dan disadari. Dengan tidak lagi memperhatikan berarti melepaskan dari kemelekatan terhadap objek-objek tersebut.


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata