//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?  (Read 82317 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« on: 17 July 2007, 11:20:21 AM »
 _/\_

manusia pasti selalu menganggap positif dan benar/baik/bagus/tepat pada sesuatu yang menjadi kebanggaannya. kadang ada kecacatan sebesar apapun pada kebanggaannya menjadi tidak terlihat olehnya. buta karena perasaan, buta karena ego. kita semua pasti masih memiliki ego. berhubung kita semua bernaung pada ajaran Buddha, bukankah ajaran Buddha itu sangat indah? indah pada awal, indah pada pertengahan, indah pada akhirnya. Berabagai fenomena di dunia ini bisa terjawab dengan memuaskan (bagi kita) oleh ajaran Sang Buddha... Ajaran yang sangat sempurna, bukan?

Nah, jika kita sudah mengambil suatu ajaran sebagai jalan/panutan, apakah kita akan hanya mencari panutan dan jalan dalam ajaran tersebut? (baca : hanya mencari kebenaran), ataukah kita masih mencari kecacatan pada ajaran yang sudah kita jadikan panutan tersebut? jika kita mencari kecacatan, apakah kita akan menjadikannya panutan?

Maap, bertele"  ;D, yang mau saya sampaikan sebenarnya : "ADAKAH KECACATAN DALAM SUTTA BUDDHIST?"
Keinginan saya membuat topic ini adalah karena melihat lagi buku Beyond Belief (mungkin hampir semua dari kita disini telah membacanya), nah dalam buku tersebut jelas sekali terlihat banyak kecacatan dan ketidaksesuaian antara tulisan" di dalam kitab itu sendiri maupun dari pandangan Buddhisme... Saya pribadi setelah membaca buku ini pertama kali langsung berpikir bahwa ajaran Buddha begitu hebatnya, begitu sempurna. Tapi apakah pernah berpikir untuk melihat kesalahan pada diri sendiri sedangkan kita mampu melihat kesalahan pada orang lain? Bukankah sebaiknya kita menemukan kesalahan sendiri dan menyadarinya sebelum orang lain dirugikan dan memperlihatkan dengan sangat jelas kesalahan kita?

saya sendiri bukan 'penggemar berat' Sutta dan jujur saja sangat jarang membaca Sutta... Rekan" disini menurut saya mungkin ada banyak yang sering dan telah membaca Sutta dan tau banyak tentang isinya... Nah, apakah (jika) Rekan" pernah menemukan kesalahan/ketidak-masuk-akalan/ketidak-sesuaian/kecacatan dalam Sutta Buddhist? Atau ada tulisan" yang agak membingungkan dan menimbulkan pertanyaan yang tidak terjawab...? Kalo ada saya berharap bersedia dishare disini... sehingga kita bisa bersama" mencoba mencari, melihat, dan mengkaji kesalahan tersebut untuk melihat kebenaran sebenarnya...  :)

wah, susah jadi orang sok tau...  #:-S
« Last Edit: 17 July 2007, 01:50:38 PM by 7th »

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #1 on: 17 July 2007, 11:40:16 AM »
Namo Buddhaya!

Sebenarnya ga ada yang cacat Bro. Asalkan kita memahaminya dalam konteks yang benar. Kalau kita memahami dalam konteks yang tidak benar, apa saja akan nampak cacat. Ajaran Sang Bhagava adalah sempurna adanya. Mengenai pembahasan bagi buku Beyond Belief, saya persilakan Anda untuk bergabung dengan milis lemb_kristologi_buddhist.

Metta,

Tan

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #2 on: 17 July 2007, 11:47:55 AM »
Hm... Maaf saya tidak berpendapat demikian karena semua orang adalah berpendapat demikian terhadap ajaran yang dianutnya... bisa saja umat kr****n berkata : Sebenarnya injil ga da yang cacat Bro. Asalkan kita memahaminya dalam konteks yang benar. Kalau kita memahami dalam konteks yang tidak benar, apa saja akan nampak cacat

nah, berarti tulisan buku Beyond Belief adalah pemahaman dalam konteks yang tidak benar terhadap injil, menurut mereka. bukankah demikian?

ya saya hanya mencoba open minded tidak terkurung dalam doktrin sendiri bahwa ajaran Buddha adalah sempurna sama halnya dengan mereka menganggap semua isi alkitab adalah benar... bukankah tidak adil jika kita menjudge mereka terkurung dalam konsep tuhan sendiri, sedangkan kita malah terkurung dalam konsep tidak ada tuhan sendiri... yah kalo SEANDAINYA tidak ada ya baguslah, dan SEANDAINYA ada yang menemukan, bisa tolong dishare disini. kita coba lihat terlepas dari aliran manapun, kita lihat sebagai sesama umat Buddhis...

btw bisa minta link ke milisnya?  :P

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #3 on: 17 July 2007, 12:08:06 PM »
Bro 7th dan Bro Tan,

Terakhir sy membaca Bro Tan ada mengungkapkan soal Gerhana Bulan.
Bahwasanya, didalam Samyutta Nikaya, dijelaskan bahwa gerhana bulan disebabkan karena bulan sedang dimakan oleh ... (maaf, saya lupa nama makhluknya)...

Sy mencari2 suttanya, sampai saat ini belum ketemu.

Mungkin Sutta 'Gerhana Bulan' ini  ;D tepat dibahas dalam topik ini

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #4 on: 17 July 2007, 12:43:01 PM »
yap... gw juga baca...

ya bolehlah, coba kita bahas, tapi inget, terlepas dari aliran apapun itu... gw ga mau ada 'perseteruan aliran' disini... kita sama" sebagai umat Buddha, sama" coba melihat melalui pandangan Buddhisme, bukan Thera, Maha, Vajra, atau apapun itu...

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #5 on: 17 July 2007, 12:55:49 PM »
Hm... Maaf saya tidak berpendapat demikian karena semua orang adalah berpendapat demikian terhadap ajaran yang dianutnya... bisa saja umat kr****n berkata : Sebenarnya injil ga da yang cacat Bro. Asalkan kita memahaminya dalam konteks yang benar. Kalau kita memahami dalam konteks yang tidak benar, apa saja akan nampak cacat

nah, berarti tulisan buku Beyond Belief adalah pemahaman dalam konteks yang tidak benar terhadap injil, menurut mereka. bukankah demikian?

ya saya hanya mencoba open minded tidak terkurung dalam doktrin sendiri bahwa ajaran Buddha adalah sempurna sama halnya dengan mereka menganggap semua isi alkitab adalah benar... bukankah tidak adil jika kita menjudge mereka terkurung dalam konsep tuhan sendiri, sedangkan kita malah terkurung dalam konsep tidak ada tuhan sendiri... yah kalo SEANDAINYA tidak ada ya baguslah, dan SEANDAINYA ada yang menemukan, bisa tolong dishare disini. kita coba lihat terlepas dari aliran manapun, kita lihat sebagai sesama umat Buddhis...

btw bisa minta link ke milisnya?  :P

TAN:

Anda benar Bro! Justru itu yang sebenarnya ingin saya katakan. Dulu saya adalah pendukung gigih terhadap Beyond Belief. Tetapi sekarang saya melihat bahwa buku tersebut juga mengandung kelemahan fatal yang bisa jadi bumerang. Saya sangat setuju sekali dengan apa yang Anda katakan berikut ini:

"Hm... Maaf saya tidak berpendapat demikian karena semua orang adalah berpendapat demikian terhadap ajaran yang dianutnya... bisa saja umat kr****n berkata : Sebenarnya injil ga da yang cacat Bro. Asalkan kita memahaminya dalam konteks yang benar. Kalau kita memahami dalam konteks yang tidak benar, apa saja akan nampak cacat

nah, berarti tulisan buku Beyond Belief adalah pemahaman dalam konteks yang tidak benar terhadap injil, menurut mereka. bukankah demikian?"

Alkitab hanya dapat dipahami dari pemikiran Kristiani, yang tidak dapat dijustifikasi berdasarkan pemikiran Buddhis. Oleh karena itu, jika kita memahami Alkitab dari sudut pandang Buddhis, tentu saja Alkitab salah. Semua kitab suci tidak dapat ditafsirkan secara harafiah, perlu "kunci-kunci" untuk memahaminya. Dalam buku BB. penulis terkadang berusaha mengambil penafsiran harafiah secara tajam. Padahal umat Kristiani sendiri tidak pernah memaknai kitabnya secara demikian. Jadi selama kita memahami kitab suci agama lain berdasarkan pemikiran kita sendiri, maka akan timbul banyak cacat. Demikian pula dengan kanon Buddhis, jika mereka balik menyerang kita dengan pola pemikiran yang sama dengan yang kita terapkan pada mereka, maka tentu saja kanon Buddhis akan banyak memiliki kelemahan pula.
Oleh karena itu, benar sekali yang Anda katakan bahwa umat K. akan menganggap buku BB adalah pemahaman yang salah terhadap kitab suci mereka. Inilah kelemahan pertama buku BB. yang agak fatal. Kalau kita seorang freethinker yang benar2 non agama - tanpa dogma dan doktrin apapun yang kita anut, maka buku BB. itu dapat dibenarkan. Masalahnya kita ini juga penganut suatu "agama." Jadi kita tidak bisa terapkan semacam itu pada kitab suci mereka.

Anda benar, bahwa kita harus terbuka pada Dhamma sendiri. Tetapi sebagai umat Buddha kita harus tetap yakin bahwa apa saja yang diajarkan Buddha adalah "benar" adanya. Sebagai contoh sebagai umat Mahayana saya tahu betul bahwa sebagian besar Sutra Mahayana adalah "palsu" adanya. Tetapi sebagai praktisi saya harus "yakin" bahwa sutra itu memang benar disabdakan Bhagavat Sakyamuni. Saya kira ini tidak kontradiksi, kita bisa menjadi seorang scholar dan umat Buddhis sekaligus. Tidak ada masalah.

Baik, saya kira sekian dulu. Mohon tanggapan dan masukannya. Semoga diskusi damai ini dapat terus berlangsung.

Metta,

Tan


Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #6 on: 17 July 2007, 01:01:18 PM »
Hm... Maaf saya tidak berpendapat demikian karena semua orang adalah berpendapat demikian terhadap ajaran yang dianutnya... bisa saja umat kr****n berkata : Sebenarnya injil ga da yang cacat Bro. Asalkan kita memahaminya dalam konteks yang benar. Kalau kita memahami dalam konteks yang tidak benar, apa saja akan nampak cacat

nah, berarti tulisan buku Beyond Belief adalah pemahaman dalam konteks yang tidak benar terhadap injil, menurut mereka. bukankah demikian?

btw bisa minta link ke milisnya?  :P

mengenai apakah ada cacat di sutta, lebih baik mencari tau apa bermanfaat atau tidak suatu sutta terlepas dari apakah itu sutta murni atau tidak (tidak ada batasan sekte) jika ada sutta yg mengajarkan hal yg tidak benar, maka bs dikatakan cacat tapi harus di bahas dulu, karena penilaian pribadi terlalu subyektif

betul kita harus lepaskan dari konsep dogma, saat ini Dhamma lebih byk bersifat teoritis, cuma dihapal, bukan di pahami dan di praktekan, bkn salah di Dhammanya tapi salah di Buddhist nya, ini yg lama2 berkembang menjadi dogma2 baru yg tak terbantahkan (walaupun sebenarnya tidak ada dogma didalam Buddhism). Tapi bagi saya manfaat yg dirasakan jauh lebih penting dari pada kita mengurusi cacat atau tidak...  :>-

jika di agama lain jg mengklaim hal yg sama, bisa kacau tuh... byk ayat2 yg perlu di sensor (bkn untuk konsumsi umum apalagi anak kecil karena terlalu vulgar 17 thn ke atas  ;D )

linknya http://groups.yahoo.com/group/lemb_kristologi_buddhist/

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #7 on: 17 July 2007, 01:04:39 PM »
Terima kasih, Bro Tan dan Bro 7th.

Saya juga setuju bahwa kita tidak dapat menjustifikasi kitab suci agama lain dari kacamata agama kita, akan menimbulkan suatu perdebatan yg panjang, bebek dan ayam, hal yang sia-sia....

okey,
sekarang kembali ke topik kita, yaitu: adakah kecacatan dalam sutta buddhist?

saya membuka topik ini dengan sutta Samyutta Nikaya, yg bercerita tentang gerhana bulan. Saya tertarik dengan sutta ini sejak pertama kali membaca tulisan Bro Tan. Apakah kutipan lengkapnya bisa dishare disini?

 _/\_




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #8 on: 17 July 2007, 01:05:24 PM »
makanya saya juga agak menyayangkan A.L De Silva membandingkannya denagn Buddha dan ajarannya... jika buku BB dilihat secara netral dan ditinjau murni dengan logika, saya kira tidak ada masalah...

soal harus ditafsirkan secara harafiah atau tidak. ini juga aneh... umat K darimana bisa menentukan ayat ini harus harafiah, ayat ini simbolis, dsb? jika memang semuanya tidak bisa dilihat secara harafiah, berarti mereka melakukan kesalahan karena dalam beberapa kasus mereka langsung melihat secara harafiah. contoh : manusia diciptakan dari tanah, hawa dari rusuk adam... itu mereka yakini, apakah bukan harafiah? (duh, jadi campur" ma topic BB neh)

nah, kita juga demikian. jika Sang Buddha mengharapkan kita untuk berpikir logis dan rasional, maka Sutta gerhana itu bisa coba diangkat...

damai atau tidaknya diskusi ini tergantung yang berdiskusi. bagaimana menaggapinya...
diskusi ini adalah NETRAL...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #9 on: 17 July 2007, 01:08:12 PM »
Quote
SN 2.9
Candima Sutta
The Moon Deity's Prayer for Protection

Thus have I heard:

On one occasion the Blessed One was living near Savatthi, at Jetavana at Anathpindika's monastery. At that time Candima, the moon deity, was seized by Rahu, lord of Asura. Thereupon calling to mind the Blessed One, Candima, the moon deity, recited this stanza:

i. "O Buddha, the Hero, thou art wholly free from all evil. My adoration to thee. I have fallen into distress. Be thou my refuge."

Thereupon the Blessed One addressed a stanza to Rahu, Lord of Asuras, on behalf of Candima, thus:

ii. "O Rahu, Candima has gone for refuge to the Tathagata, the Consummate One. Release Candima. The Buddhas radiate compassion on the world (of beings)."

Thereupon Rahu, Lord of Asuras, released Candima, the deity, and immediately came to the presence of Vepacitta, Lord of Asuras, and stood beside him trembling with fear and with hair standing on end. Then Vepacitta addressed Rahu in this stanza.

iii. "Rahu. Why did you suddenly release Candima? Why have you come trembling, and why are you standing here terrified?"

"I have been spoken to by the Buddha in a stanza (requesting me to release Candima). If I had not released Candima my head would have split into seven pieces. While yet I live, I should have had no happiness. (Therefore I released Candima)."


Quote
SN 2.10
Suriya Sutta
The Sun Deity's Prayer for Protection


Thus have I heard:

On one occasion the Blessed One was living near Savatthi at Jetavana at Anathapindika's monastery. At that time Suriya, the sun deity, was seized by Rahu, Lord of Asuras. Thereupon calling to mind the Blessed One, Suriya, the Sun deity, recited this stanza:

i. "O Buddha, the Hero, thou art wholly free from all evil. My adoration to thee. I have fallen into distress. Be thou my refuge."

Thereupon the Blessed One addressed a stanza to Rahu, Lord of Asuras, on behalf of Suriya thus:

ii. "O Rahu, Suriya has gone for refuge to the Tathagata, the Consummate One. Release Suriya. The Buddhas radiate compassion on the world (of beings).

iii. "O Rahu, swallow not the dispeller of darkness, the shining one, the radiant and effulgent traveler through the sky. Rahu, release Suriya, my son."

Thereupon Rahu, Lord of Asuras, released Suriya, and immediately came to the presence of Vepacitta, Lord of Asuras, and stood beside him trembling with fear and with hair standing on end. Then Vepacitta addressed Rahu in this stanza:

iv. "Rahu, why did you suddenly release Suriya? Why have you come trembling, and why are you standing here terrified?"

"I have been spoken to by the Buddha in a stanza (requesting me release Suriya). If I had not released Suriya my head would have split into seven pieces. While yet I live, I should have had no happiness. (Therefore I released Suriya)."
« Last Edit: 17 July 2007, 01:13:28 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #10 on: 17 July 2007, 01:14:33 PM »
Bro 7th dan Bro Tan,

Terakhir sy membaca Bro Tan ada mengungkapkan soal Gerhana Bulan.
Bahwasanya, didalam Samyutta Nikaya, dijelaskan bahwa gerhana bulan disebabkan karena bulan sedang dimakan oleh ... (maaf, saya lupa nama makhluknya)...

Sy mencari2 suttanya, sampai saat ini belum ketemu.

Mungkin Sutta 'Gerhana Bulan' ini  ;D tepat dibahas dalam topik ini



TAN:

Ya sutta itu adalah Candima dan Suriya Sutta (SN 2.9 dan SN 2.10). Saya mengungkapkan sutta itu sama sekali bukan untuk mendiskreditkan aliran tertentu, seperti yang sudah saya ungkapkan dalam posting terakhir saya.

Kalau kita mencela Alkitab dengan mengajarkan penciptaan enam hari yang tidak sesuai dengan sains, maka mereka juga dapat mencela kita dengan sutta tersebut. Tetapi saya kira saling mencela semacam ini tidak kondusif bagi kemajuan spiritual. Baik Alkitab maupun Tipitaka harus dimaknai sesuai dengan konteks agama masing-masing. Kedua, kitab suci agama bukanlah buku sains. Jadi kalau adalah wajar kalau kita menjumpai sesuatu yang tidak sesuai dengan sains.

Sebenarnya, penciptaan enam hari itu (+ hari ketujuh dimana Tuhan beristirahat) menurut agama Yahudi bukan mengacu pada peristiwa sejarah. Itu sebenarnya melambangkan tujuh tahapan kesadaran manusia, yang mungkin serupa tapi tidak sama dengan tujuh bagian pencerahan (bodhyanga). Ini nampak jelas pada literatur Kabbalah. Kalau kita ngotot menafsirkan secara harafiah, maka tentu saja kisah itu tidak masuk akal, seperti Tuhan yang beristirahat pada hari ketujuh. Dia adalah maha kuasa mengapa perlu istirahat. Demikian pemikiran kita. Tetapi pemikiran seperti itu kurang tepat, karena angka enam + satu (tujuh) sudah dipilih oleh para filosof Yahudi untuk melambangkan simbolisme tertentu, termasuk menjelaskan mengapa seminggu ada tujuh hari. Memang benar, bahwa dalam kitab suci masing2 agama ada bias-bias ego manusia, itu adalah wajar, termasuk dalam Tipitaka/ Tripitaka sendiri.

Suriya Sutta sebenarnya juga demikian. Itu bukan naskah sains, tetapi mengandung perlambang2 tertentu dan filsafat yang dalam. Bahwa sebenarnya dalam hidup kita di dunia samsara ini, terjadi banyak penderitaan. Umat manusia harus saling mencaplok satu sama lain. Tetapi kalau kita berlindung dalam Dhamma, maka kita tidak perlu takut bahaya yang mengancam dari pihak lain. Ini sebenarnya pesan yang hendak disampaikan sutta itu.
Tetapi kalau kita mau membandingkannya dengan sains jelas sutta itu tidak masuk akal. Tetapi sekali lagi itu bukan naskah sains. Jadi kita tidak dapat menafsirkannya demikian. Begitu pula dengan kanon Mahayana, kita tidak dapat menafsirkannya secara harafiah.

Saya kira sekian dulu.

Metta,

Tan

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #11 on: 17 July 2007, 01:27:49 PM »
Sutta dalam bahasa Indonya ada ga? Takut salah persepsi...


Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #12 on: 17 July 2007, 01:44:13 PM »
minta tolong dong, Bro Sumedho terjemahin....  ;D _/\_
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #13 on: 17 July 2007, 01:51:49 PM »
Saya terjemahkan yang Suriya Sutta terlebih dahulu.


Suriya Sutta (SN 2.10)

DEMIKIANLAH YANG TELAH KUDENGAR.Suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di dekat Savatthi, yakni di Jetavana, Vihara Anathapindika. Saat itu, Suriya, dewa mentari sedang terancam oleh Rahu, raja para Asura. Begitu teringat akan Yang Terberkahi, Suriya, dewa mentari melafalkan bait berikut ini:

Buddha, Sang Pahlawan! Engkau telah sepenuhnya terbebas dari kejahatan. Sembah sujudku padaMu. Jadilah Engkau perlindunganku.

Yang Terbekahi kemudian mengutarakan bait-bait berikut ini pada Rahu, raja para Asura, demi menolong Suriya:

Wahai Rahu! Suriya telah berlindung pada Tathagata, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. Para Buddha memancarkan belas kasihnya pada para makhluk.

Wahai Rahu! Janganlah engkau telan penghalau kegelapan, yang bersinar, serta merupakan pengelana nan elok di angkasa. Rahu! Lepaskanlah Suriya, puteraKu.”

Dengan segera, Rahu, raja para Asura melepaskan Suriya, dan mendatangi Vepacitta, raja para Asura, serta berdiri di sampingnya dengan gemetar. Seluruh rambutnya berdiri karena ketakutan. Vepacitta lalu bertanya pada Rahu melalui bait-bait berikut ini:

Rahu! Mengapakah engkau dengan tiba-tiba melepaskan Suriya? Mengapa engkau gemetar seperti itu dan  mengapakah engkau berdiri di sini dengan rasa takut?

[Rahu menjawab], “Buddha telah memintaku untuk melepaskan Suriya. Bila aku tidak membebaskan Suriya, kepalaku akan pecah menjadi tujuh keping. Jika masih hidup, aku tidak akan mengalami kebahagiaan lagi. Oleh karena itu, kubebaskan Suriya.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Adakah Kecacatan dalam Sutta Buddhist?
« Reply #14 on: 17 July 2007, 01:55:22 PM »
Terjemahan bagi Candima sutta, sama saja, tinggal mengganti kata Suriya dengan Candima:

Candima Sutta (SN 2.9)

DEMIKIANLAH YANG TELAH KUDENGAR.Suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di dekat Savatthi, yakni di Jetavana, Vihara Anathapindika. Saat itu, Candima, dewa rembulan sedang terancam oleh Rahu, raja para Asura. Begitu teringat akan Yang Terberkahi, Camdima, dewa mentari melafalkan bait berikut ini:

Buddha, Sang Pahlawan! Engkau telah sepenuhnya terbebas dari kejahatan. Sembah sujudku padaMu. Jadilah Engkau perlindunganku.

Yang Terbekahi kemudian mengutarakan bait-bait berikut ini pada Rahu, raja para Asura, demi menolong Candima:

Wahai Rahu! Candima telah berlindung pada Tathagata, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. Para Buddha memancarkan belas kasihnya pada para makhluk.

Wahai Rahu! Janganlah engkau telan penghalau kegelapan, yang bersinar, serta merupakan pengelana nan elok di angkasa. Rahu! Lepaskanlah Candima, puteraKu.”

Dengan segera, Rahu, raja para Asura melepaskan Candima, dan mendatangi Vepacitta, raja para Asura, serta berdiri di sampingnya dengan gemetar. Seluruh rambutnya berdiri karena ketakutan. Vepacitta lalu bertanya pada Rahu melalui bait-bait berikut ini:

Rahu! Mengapakah engkau dengan tiba-tiba melepaskan Candima? Mengapa engkau gemetar seperti itu dan  mengapakah engkau berdiri di sini dengan rasa takut?

[Rahu menjawab], “Buddha telah memintaku untuk melepaskan Candima. Bila aku tidak membebaskan Candima, kepalaku akan pecah menjadi tujuh keping. Jika masih hidup, aku tidak akan mengalami kebahagiaan lagi. Oleh karena itu, kubebaskan Candima.

 

anything