untuk metta bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana I
untuk karuna bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana II, dimana pada jhana 2 yang menonjol adalah kegiuran dan keinginan untuk terus bermeditasi, sedangkan pada karuna akan timbul kegiuran dan keinginan untuk terus menolong orang lain.
untuk mudita bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana III dimana pada jhana III yang menonjol adalah kegembiran atau kebahagian yg meluap2, sedangkan pada mudita akan timbul kebahgiaan yang meluap2 karena melihat kebahagiaan orang lain.
untuk upekha bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana IV dimana pada jhana IV yang ada hanya keseimbangan batin, sedangkan pada upekha bhavana akan timbul keseimbangan batin yang sama terhadap setiap makhluk.
Saya kutipkan sebagian dari Brahmavihara karya Nyanaponika Thera
Akan tetapi, jika sikap mental luhur ini tidak berakar kuat, tentu tidak akan mudah bagi kita untuk berupaya mewujudkan ketanpa-sekatan maupun menghindarkan diri dari keberpihakan. Dalam banyak kasus, untuk mencapainya kita harus menggunakan empat kualitas ini tidak hanya sebagai prinsip berperilaku dan objek refleksi saja, namun juga sebagai subjek dari meditasi. Meditasi ini disebut Brahma-vihara-bhavana, pengembangan meditatif dari keadaan batin yang luhur. Tujuan praktisnya adalah untuk mencapai, dengan bantuan dari keadaan-keadaan luhur ini, tahap-tahap konsentrasi mental yang tinggi yang disebut jhana, “pencerapan meditatif”. Meditasi terhadap cinta, welas asih, dan turut berbahagia masing-masing dapat menghasilkan pencapaian dari tiga pencerapan yang pertama. Sedangkan meditasi terhadap ke- seimbangan batin akan menuntun pada pencapaian jhana keempat yang mana ketenangan batin merupakan faktor yang paling signifikan.
sumber
Brahmavihara