//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana  (Read 38972 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« on: 06 July 2011, 10:05:53 AM »
[mod]Split dari topik "Merespon Pertanyaan Rekan-rekan" di Jurnal Pribadi.[/mod]

jhana 1 dengan 5 faktor, jhana2 lainnya dengan faktor2nya masing2. yg ingin saya sampaikan adalah bahwa dengan memiliki faktor2 (sesuai jhananya) maka ia dikatakan berdiam dalam jhana. saya berpendapat bahwa mungkin saja seseorang berdiam dalam jhana sambil makan

Kalo sambil beraktivitas keknya gak bisa jhana, kalo dibilang di sela-sela aktivitas kemungkinan bisa (bagi yang sudah mahir).
Alasannya, kalo kita perhatikan samatha, walau dalam posisi duduk diam apabila obyeknya tidak mendukung maka tidak mungkin bisa masuk ke dalam jhana, dari sekian obyek tidak semua obyek dapat mengantarkan ke Jhana, apalagi pada saat beraktivitas karena obyeknya berpindah2.

Memang ada penulis yang berpendapat bahwa dalam aktivitas dapat dibarengi keadaaan Jhana bahkan termasuk Jhana 4. Dalam hal ini saya tidak sependapat. Dalam beraktivitas tetap saja tidak dapat di dalam keadaan Jhana, tetapi harus tingkat konsentrasi di bawahnya. Saya tidak pernah mendengar ada orang yang mampu masuk keadaan Jhana sewaktu meditasi jalan, tetapi dalam meditasi jalan tetap dapat dicapai konsentrasi yang tinggi hanya saja tidak sampe Jhana, lagipula meditasi jalan keknya emang lebih cenderung pada pengamatan fenomena daripada Jhana.

Tapi yang jelas apabila seseorang sudah mampu/mahir dalam jhana, maka tingkat konsentrasinya pada saat beraktivitas lebih tinggi daripada yang tidak. Kemampuan konsentrasi ini apabila tidak dibarengi dengan panna tetap saja dapat terjerumus ke dalam  kilesa, di lain pihak dengan bekal konsentrasi ini proses pengamatan batin dapat dilakukan dengan baik, jadi konsentrasi mendukung pengamatan yang diharapkan akan menimbulkan panna sehingga dengan panna inilah kilesa dapat dikikis.

Kalo merujuk pada kisah Bhante Moggallana dan Naga, apabila dalam beraktivitas bisa Jhana, saya pikir tidak menunggu sampe Naga menyemburkan api untuk masuk ke dalam Jhana guna menahan serangan.
« Last Edit: 07 July 2011, 05:27:38 PM by Kainyn_Kutho »
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1 on: 06 July 2011, 10:07:46 AM »
[at] Mr. Jhonz
* Guru saya 'galak' kata banyak orang, banyak yang gak tahan.  Padahal setahu saya, beliau hanya galak jika orang yang dilatihnya tidak benar2 serius latihan atau banyak memiliki pemikiran yg nyeleneh.


Kalo menurut ane, justru dengan guru begini kemajuan dapat didapat. Anda cukup beruntung mendapatkan guru yang demikian.
yaa... gitu deh

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #2 on: 06 July 2011, 03:16:58 PM »
Memang ada penulis yang berpendapat bahwa dalam aktivitas dapat dibarengi keadaaan Jhana bahkan termasuk Jhana 4. Dalam hal ini saya tidak sependapat. Dalam beraktivitas tetap saja tidak dapat di dalam keadaan Jhana, tetapi harus tingkat konsentrasi di bawahnya. Saya tidak pernah mendengar ada orang yang mampu masuk keadaan Jhana sewaktu meditasi jalan, tetapi dalam meditasi jalan tetap dapat dicapai konsentrasi yang tinggi hanya saja tidak sampe Jhana, lagipula meditasi jalan keknya emang lebih cenderung pada pengamatan fenomena daripada Jhana.

kalo kisah sang buddha yang berjalan di tengah badai petir dan tidak mendengar suara petir yang me-mekakkan telinga itu termasuk dalam konsentrasi atau sudah masuk dalam jhana om? ;D

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #3 on: 06 July 2011, 06:48:09 PM »
kalo kisah sang buddha yang berjalan di tengah badai petir dan tidak mendengar suara petir yang me-mekakkan telinga itu termasuk dalam konsentrasi atau sudah masuk dalam jhana om? ;D

Termasuk Jhana, tingkat tinggi lagi, soalnya sudah tidak ada kontak indera.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #4 on: 06 July 2011, 10:36:40 PM »
Kalo sambil beraktivitas keknya gak bisa jhana, kalo dibilang di sela-sela aktivitas kemungkinan bisa (bagi yang sudah mahir).
Alasannya, kalo kita perhatikan samatha, walau dalam posisi duduk diam apabila obyeknya tidak mendukung maka tidak mungkin bisa masuk ke dalam jhana, dari sekian obyek tidak semua obyek dapat mengantarkan ke Jhana, apalagi pada saat beraktivitas karena obyeknya berpindah2.

Memang ada penulis yang berpendapat bahwa dalam aktivitas dapat dibarengi keadaaan Jhana bahkan termasuk Jhana 4. Dalam hal ini saya tidak sependapat. Dalam beraktivitas tetap saja tidak dapat di dalam keadaan Jhana, tetapi harus tingkat konsentrasi di bawahnya. Saya tidak pernah mendengar ada orang yang mampu masuk keadaan Jhana sewaktu meditasi jalan, tetapi dalam meditasi jalan tetap dapat dicapai konsentrasi yang tinggi hanya saja tidak sampe Jhana, lagipula meditasi jalan keknya emang lebih cenderung pada pengamatan fenomena daripada Jhana.

Tapi yang jelas apabila seseorang sudah mampu/mahir dalam jhana, maka tingkat konsentrasinya pada saat beraktivitas lebih tinggi daripada yang tidak. Kemampuan konsentrasi ini apabila tidak dibarengi dengan panna tetap saja dapat terjerumus ke dalam  kilesa, di lain pihak dengan bekal konsentrasi ini proses pengamatan batin dapat dilakukan dengan baik, jadi konsentrasi mendukung pengamatan yang diharapkan akan menimbulkan panna sehingga dengan panna inilah kilesa dapat dikikis.

Kalo merujuk pada kisah Bhante Moggallana dan Naga, apabila dalam beraktivitas bisa Jhana, saya pikir tidak menunggu sampe Naga menyemburkan api untuk masuk ke dalam Jhana guna menahan serangan.

dikatakan bahwa Petapa Asita senantiasa berdiam dalam jhana, satu2nya momen ketika ia jatuh dari jhana adalah sewaktu ia melihat Bayi Siddhattha, yg menyebabkan ia menangis dan tertawa.

Bhante Moggallana dipilih oleh Sang Buddha untuk menaklukkan Nandopananda justru karena kemahirannya dalam masuk keluar jhana dengan cepat, dan kemahiran inilah yg diperlukan untuk menaklukkan Nandopananda, jadi tidak ada menunggu di sana.
« Last Edit: 06 July 2011, 10:38:18 PM by Indra »

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #5 on: 07 July 2011, 12:41:08 AM »
 [at]  hendrako
Menurut pendapat saya sih, bisa mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2, selama kegiatan itu berada dalam 'mode' vipasanna.

Ada orang yg berlatih hanya dengan metode samatha murni, untuk orang demikian, mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2 mungkin sulit.

Ada orang yg melatih vipassana murni, bagi orang yg demikian, mungkin jhana itu terasa asing, apalagi mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2

Tapi bagi yg mengembangkan samatha berbarengan dengan vipasanna, maka untuk mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2 itu tidak terlalu sulit.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #6 on: 07 July 2011, 09:30:09 AM »
dikatakan bahwa Petapa Asita senantiasa berdiam dalam jhana, satu2nya momen ketika ia jatuh dari jhana adalah sewaktu ia melihat Bayi Siddhattha, yg menyebabkan ia menangis dan tertawa.

Bhante Moggallana dipilih oleh Sang Buddha untuk menaklukkan Nandopananda justru karena kemahirannya dalam masuk keluar jhana dengan cepat, dan kemahiran inilah yg diperlukan untuk menaklukkan Nandopananda, jadi tidak ada menunggu di sana.

Pemilihan orang yang memiliki kemampuan keluar masuk dengan cepat, saya pikir justru menunjukkan bahwa pada saat beraktivitas tidak dapat masuk ke Jhana, karena apabila dalam beraktivitas bisa Jhana maka tidak perlu orang yang berkemampuan cepat, tetapi cukup yang mampu masuk ke dalam jhana, shingga selama duel berlangsung tidak ada kekhawatiran terbakar oleh api karena senantiasa berada dalam kondisi Jhana. Justru karena dalam aktivitas tidak dapat masuk jhana maka harus yang berkemampuan cepat masuk ke dalam jhana, agar apabila ada semburan api yang cepat dapat dengan seketika masuk ke dalam jhana guna melindungi dari api. Apabila lambat maka bisa hangus terbakar, jadi sebelum ada serangan api memang tidak masuk ke dalam jhana.

Tentang petapa Asita, saya kutip dari RAPB buku 1, hal.446-448, (yang tata bahasanya tentu anda sudah tidak asing lagi ;D)
Pada waktu itu, Petapa Kàëadevila yang telah mencapai lima kemampuan batin tinggi dan delapan Jhàna dan yang mempunyai kebiasaan mengunjungi istana Raja Suddhodana, sedang makan siang di sana seperti biasa, dan kemudian naik ke Surga Tàvatiÿsa untuk melewatkan hari itu di alam surga. Ia duduk di atas singgasana permata di dalam istana permata, menikmati kebahagiaan Jhàna. Sewaktu ia keluar dari Jhàna, berdiri di pintu gerbang istana danmelihat ke sana kemari, ia melihat Sakka dan para dewa lainnya yang bergembira melempar-lemparkan penutup kepala dan jubah mereka dan memuji kebajikan Bodhisatta di jalan-jalan utama di alam surga sepanjang enam puluh yojanà. Kemudian Sang petapa bertanya, “O Dewa, apa yang membuatmu demikian bergembira? Katakanlah ada apa gerangan.”
Kemudian para dewa menjawab, “Yang Mulia Petapa, hari ini putra mulia dari Raja Suddhodana telah lahir. Putra mulia ini, duduk bersila di bawah pohon Bodhi assattha di tempat yang maha suci, di tengah-tengah alam semesta, akan mencapai Pencerahan Sempurna, menjadi Buddha. Beliau akan membabarkan khotbah—Roda Dhamma. Kami akan mendapatkan kesempatan emas menyaksikan kemuliaan Buddha yang tidak terbatas dan mendengarkan khotbah Dhamma yang teragung. Itulah sebabnya kami bersuka ria.”

Mendengar jawaban para dewa tersebut, Petapa Kàëadevila segera turun dari Surga Tàvatiÿsa dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan untuknya di dalam istana Raja Suddhodana. Setelah saling menyapa dengan raja, Kàëadevila berkata, “O Raja, aku mendengar bahwa putramu telah lahir, aku ingin melihatnya.” Kemudian raja membawa putranya yang telah mengenakan pakaian lengkap, kemudian membawanya kepada sang petapa untuk memberi hormat kepada guru istana. Ketika Bodhisatta dibawa, kedua kaki Bodhisatta terbang tinggi dan turun di atas rambut sang petapa seperti kilat yang menyambar di langit biru gelap.

Kàëadevila Tertawa dan Menangis
Kàëadevila, yang telah mencapai lima kemampuan batin dan delapan Jhàna, dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau sampai empat puluh kappa yang lalu dan dapat melihat masa depan sampai empat puluh kappa ke depan. Dengan demikian ia dapat mengetahui dan melihat peristiwa-peristiwa selama delapan puluh kappa.
Setelah mengamati karakteristik besar dan kecil dari Bodhisatta Pangeran. Kàëadevila merenungkan apakah Pangeran akan menjadi Buddha atau tidak, dan mengetahui berkat kebijaksanaannya dalam meramalkan masa depan bahwa Pangeran akan menjadi Buddha. Mengetahui bahwa “Anak ini adalah manusia luar biasa,” sang petapa tertawa penuh kegembiraan.
Kemudian, sang petapa merenungkan apakah ia dapat menyaksikan Pangeran mencapai Kebuddhaan; ia mengetahui berkat kebijaksanaannya bahwa sebelum Pangeran mencapai Kebuddhaan, ia akan sudah meninggal dunia dan terlahir di Alam Aråpa Brahmà di mana tak seorang pun yang dapat mendengarkan Dhamma abadi di sana, meskipun muncul ratusan atau ribuan Buddha untuk mengajarkan Dhamma. “Aku tidak akan berkesempatan untuk menyaksikan dan memberikan penghormatan kepada manusia menakjubkan ini yang memiliki Kesempurnaan kebajikan. Ini adalah kerugian terbesar bagiku.” Setelah berkata demikian dan dengan dipenuhi perasaan sedih, Kàëadevila menangis sedih.

Melihat kisah di atas, keknya tidak ada indikasi bahwa petapa Asita senantiasa dalam jhana, pada bagian bold biru pertama di atas, beliau menikmati kebahagian jhana pada saat duduk di singgasana permata, dan keluar dari jhana pada saat beraktivitas yaitu melihat kesana kemari.
Pada bagian yang di bold biru kedua, beliau menangis bukan karena jatuh dari keadaan jhana melainkan setelah perenungan pengetahuan tentang masa depan sang Pangeran Siddattha.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #7 on: 07 July 2011, 09:42:23 AM »
 [at]  hendrako,

masuk keluar jhana oleh seorang ahli dapat dilakukan dlm satu momen pikiran yg lamanya kurang dari 1 milidetik. berapa momen pikiran yg anda gunakan untuk makan? jadi secara teoritis masuk keluar jhana jelas mungkin dilakukan secara parallel dgn aktivitas lain, ini sama spt, bisakah bernafas sambil mengetik? ada org yg bisa masuk jhana sambil membaca buku, dan ada yg tdk bisa. semua itu kembali pada tingkat kemahiran masing2 individu.

mengenai asita, anda benar, saya hanya menunjukkan waktunya saja, bahwa tertawa dan menangis adalah indikasi kejatuhan dari jhana.
« Last Edit: 07 July 2011, 09:45:21 AM by Indra »

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #8 on: 07 July 2011, 09:57:53 AM »
[at]  hendrako
Menurut pendapat saya sih, bisa mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2, selama kegiatan itu berada dalam 'mode' vipasanna.

Ada orang yg berlatih hanya dengan metode samatha murni, untuk orang demikian, mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2 mungkin sulit.

Ada orang yg melatih vipassana murni, bagi orang yg demikian, mungkin jhana itu terasa asing, apalagi mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2

Tapi bagi yg mengembangkan samatha berbarengan dengan vipasanna, maka untuk mempertahankan jhana dalam kegiatan sehari2 itu tidak terlalu sulit.

Pada saat seseorang mengembangkan samatha dan vipassana secara berpasangan saya pikir bukan benar2 barengan tetapi bergantian, pada saat masuk ke dalam jhana, ia benar2 sedang terkonsentrasi, baru setelah keluar dari jhana itu ia melakukan pengamatan. Jadi dalam satu sesi bisa berulang kali keluar masuk jhana, jhana disini disebut sebagai tempat berdiam, mirip seperti orang yang beristirahat dalam melakukan perjalanan panjang, setelah istirahat cukup, tenaga pulih, perjalanan bisa dilakukan lagi dengan baik.

Keknya ada sutta yang menjelaskan hal demikian, pengamatan yang berlandaskan pada jhana 1-4 untuk menghancurkan kekotoran, tapi ane lupa di bagian mana. :hammer:

Terlepas pembahasan di atas, mungkin kutipan dibawah ini bisa menjadi renungan yang baik:

TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?
JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #9 on: 07 July 2011, 10:07:23 AM »
[at]  hendrako,

masuk keluar jhana oleh seorang ahli dapat dilakukan dlm satu momen pikiran yg lamanya kurang dari 1 milidetik. berapa momen pikiran yg anda gunakan untuk makan? jadi secara teoritis masuk keluar jhana jelas mungkin dilakukan secara parallel dgn aktivitas lain, ini sama spt, bisakah bernafas sambil mengetik? ada org yg bisa masuk jhana sambil membaca buku, dan ada yg tdk bisa. semua itu kembali pada tingkat kemahiran masing2 individu.

mengenai asita, anda benar, saya hanya menunjukkan waktunya saja, bahwa tertawa dan menangis adalah indikasi kejatuhan dari jhana.

Yang ane bingung, misalnya seseorang sedang makan, dan pada saat sendok mulai masuk dan mulut menganga, orang tersebut masuk ke dalam jhana, katakanlah selama 10 menit, apakah proses menyuap makanan tsb terhenti atau selama 10 menit walaupun masuk dalam keadaan jhana, aktivitas menyuap dan mengunyah makanan juga terjadi beberapa kali ? Sementara proses aktivitas makan tersebut memerlukan pikiran yang memberikan perintah. Lain hal dengan bernafas yang cenderung proses alami tubuh sama dengan denyut jantung misalnya.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #10 on: 07 July 2011, 10:14:19 AM »
Yang ane bingung, misalnya seseorang sedang makan, dan pada saat sendok mulai masuk dan mulut menganga, orang tersebut masuk ke dalam jhana, katakanlah selama 10 menit, apakah proses menyuap makanan tsb terhenti atau selama 10 menit walaupun masuk dalam keadaan jhana, aktivitas menyuap dan mengunyah makanan juga terjadi beberapa kali ? Sementara proses aktivitas makan tersebut memerlukan pikiran yang memberikan perintah. Lain hal dengan bernafas yang cenderung proses alami tubuh sama dengan denyut jantung misalnya.
jhana adalah aktivitas batin. Makan, bernafas, dll adalah aktivitas jasmani

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #11 on: 07 July 2011, 10:58:48 AM »
ini sebenarnya perdebatan klasik antara teori dengan praktek.

Dalam prakteknya jika seseorang mencapai jhana IV misalnya, sehingga hanya tinggal keseimbangan batin saja, jika orang tersebut membuka mata, maka tidak serta merta Jhana itu drop ke bawah atau hilang sama sekali.

Tergantung pada kedalaman dan tingkat konsentrasi orang tersebut, makin dalam dan tinggi konsentrasi orang tersebut, makin mudah mempertahankan keseimbangan batin dalam beraktifitas.

Ada yang menggunakan jhana I sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana II sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana III sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana IV sebagai landasan kemudian ber vipasanna

Ada yang menggunakan arupa jhana I sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana II sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana III sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana IV sebagai landasan kemudian ber vipasanna

Sang Buddha dalam kasus badai petir diatas menggunakan landasan nirodha samapatti (lenyapnya perasaan dan pencerapan) kemudian ber vipasanna.  Makanya gemuruh badai guntur dan petir tidak mampu mempengaruhi beliau karena beliau dalam kondisi 'lenyapnya perasaan dan pencerapan'

mohon petunjuk jika pendapat saya salah.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #12 on: 07 July 2011, 11:05:52 AM »
Pemilihan orang yang memiliki kemampuan keluar masuk dengan cepat, saya pikir justru menunjukkan bahwa pada saat beraktivitas tidak dapat masuk ke Jhana, karena apabila dalam beraktivitas bisa Jhana maka tidak perlu orang yang berkemampuan cepat, tetapi cukup yang mampu masuk ke dalam jhana, shingga selama duel berlangsung tidak ada kekhawatiran terbakar oleh api karena senantiasa berada dalam kondisi Jhana. Justru karena dalam aktivitas tidak dapat masuk jhana maka harus yang berkemampuan cepat masuk ke dalam jhana, agar apabila ada semburan api yang cepat dapat dengan seketika masuk ke dalam jhana guna melindungi dari api. Apabila lambat maka bisa hangus terbakar, jadi sebelum ada serangan api memang tidak masuk ke dalam jhana.

Untuk kasus diatas coba anda cari dulu literatur mengenai cara melatih iddhi viddhi, kalau anda sudah mengetahui cara melatih kemampuan batin adi duniawi itu nantinya anda akan mengerti pentingnya kemampuan keluar masuk jhana secara cepat.
Jhana yang digunakan untuk mengaktifkan kemampuan adi duniawi itu bukan sekedar jhana IV yang biasa.  Kalau hanya sekedar jhana IV biasa, maka semua orang yang berlatih sampai jhana IV tentunya sudah akan kebal, tapi pada prakteknya bukan demikian yang terjadi.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #13 on: 07 July 2011, 11:07:06 AM »
Peringatan sponsor: Spekulasi jangkauan Jhana dan tiga hal tak terpikirkan lainnya dapat menyebabkan gangguan mental.


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #14 on: 07 July 2011, 11:15:05 AM »
ini sebenarnya perdebatan klasik antara teori dengan praktek.

Dalam prakteknya jika seseorang mencapai jhana IV misalnya, sehingga hanya tinggal keseimbangan batin saja, jika orang tersebut membuka mata, maka tidak serta merta Jhana itu drop ke bawah atau hilang sama sekali.

Tergantung pada kedalaman dan tingkat konsentrasi orang tersebut, makin dalam dan tinggi konsentrasi orang tersebut, makin mudah mempertahankan keseimbangan batin dalam beraktifitas.

Ada yang menggunakan jhana I sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana II sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana III sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan jhana IV sebagai landasan kemudian ber vipasanna

Ada yang menggunakan arupa jhana I sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana II sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana III sebagai landasan kemudian ber vipasanna
Ada yang menggunakan arupa jhana IV sebagai landasan kemudian ber vipasanna

Sang Buddha dalam kasus badai petir diatas menggunakan landasan nirodha samapatti (lenyapnya perasaan dan pencerapan) kemudian ber vipasanna.  Makanya gemuruh badai guntur dan petir tidak mampu mempengaruhi beliau karena beliau dalam kondisi 'lenyapnya perasaan dan pencerapan'

mohon petunjuk jika pendapat saya salah.

Jangan diartikan bahwa saya merasa ahli dalam jhana, pembahasan ini terjadi karena suatu topik yang berkembang hingga akhirnya pada topik yang sedang dibahas saat ini, saya hanya mencoba berdiskusi berdasarkan (sedikit pengalaman dan) pengetahuan saya selama ini.

Saya kutipkan sutta yang saya maksud pada post sebelumnya, kebetulan bisa dapet dengan mudah dan cepat ....jodoh kali ye... ;D

ATTHAKANAGARA SUTTA

Laki-laki dari Atthakanagara

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III,
Diterjemahkan oleh : Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2006

1. Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Y.M. Ananda sedang berdiam di Beluvagamaka di dekat Vesali.

2. Pada waktu itu, perumah-tangga Dasama dari Atthakanagara telah tiba di Pataliputta untuk suatu urusan. Maka dia pergi menemui seorang bhikkhu di Taman Kukkuta, dan setelah memberi hormat kepada bhikkhu itu, dia berdiri di satu sisi dan bertanya: “Di mana Y.M. Ananda tinggal sekarang, Yang Mulia? Saya ingin menemui Y.M. Ananda.”

“Y.M. Ananda sedang berdiam di Beluvagamaka di dekat Vesali, perumah-tangga.”

3. Setelah perumah-tangga Dasama menyelesaikan urusannya di Pataliputta, dia pergi menemui Y.M. Ananda di Beluvagamaka di dekat Vesali. Setelah memberi hormat kepada beliau, dia duduk di satu sisi dan bertanya:

“Y.M. Ananda, apakah ada sesuatu yang sudah dinyatakan oleh Yang Terberkahi, yang mengetahui dan melihat, mantap dan sepenuhnya tercerahkan, bahwa bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati, maka pikirannya yang belum terbebas akan menjadi terbebas, noda-nodanya yang belum dihancurkan akan menjadi dihancurkan, dan dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya?”550

“Ya, perumah-tangga, satu hal seperti itu telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi.”

“Apakah satu hal itu, Y.M. Ananda?”

4. “Di sini, perumah-tangga, sangat terpisah dari kesenangan-kesenangnan indera, terpisah dari keadaan-keadaan yang tak-bajik, serang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang dibarengi pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari kesendirian. Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Jhana pertama ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan.551 Tetapi apa pun yang terkondisikan dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda.552 Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda, maka karena keinginan akan Dhamma itu, sukacita di dalam Dhamma itu,553 dengan hancurnya lima belenggu rendah, dia akan muncul kembali secara spontan [di Kediaman-kediaman Murni] dan di sana mencapai Nibbana akhir tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi, yang mengetahui dan melihat, mantap dan sepenuhnya tercerahkan, bahwa bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati, maka pikirannya yang belum terbebas akan menjadi terbebas, noda-nodanya yang belum dihancurkan akan menjadi dihancurkan, dan dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

5. “Begitu pula, dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, seorang bhikkhu masuk serta berdiam di dalam jhana kedua … ‘Jhana kedua ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisikan dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda…tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi[351] … bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

6. “Begitu pula, dengan juga melemahnya kegiuran, seorang bhikkhu… memasuki dan berdiam di dalam Jhana ketiga… Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian. ‘Jhana ketiga ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda …tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi…bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati… dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

7. “Begitu pula, dengan ditinggalkannya kesenangan dan penderitaan…seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana keempat …Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Jhana keempat ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda…tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi … bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

8. “Begitu pula, seorang bhikkhu berdiam meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, demikian pula perempat bagian kedua, demikian pula perempat bagian ketiga, demikian pula perempat bagian keempat; demikian pula diatas, dibawah, disekeliling, dan dimana-mana, dan pada semua seperti pada dirinya sendiri, dia berdiam meliputi semua dunia yang mencakup-seluruhnya dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih, melimpah, agung, tak-terukur, tanpa permusuhan dan tanpa niat jahat. Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Pembebasan pikiran melalui cinta kasih ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda … tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

9. “Begitu pula, seorang bhikkhu berdiam meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi kasih sayang…tanpa niat jahat. Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Pembebasan pikiran melalui kasih saying ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda … tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

10. “Begitu pula, seorang bhikkhu berdiam meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi kegembiraan simpati…tanpa niat jahat. Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Pembebasan pikiran melalui kegembiraan simpati ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda … tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

11. “Begitu pula, seorang bhikkhu berdiam meliputi satu perempat bagian dengan pikiran yang dipenuhi ketenang-seimbangan…tanpa niat jahat. Dia mempertimbangkan hal ini dan memahaminya demikian: ‘Pembebasan pikiran melalui ketenang-sembangan ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda … tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

12. “Begitu pula, dengan sepenuhnya berada di atas presepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi pengaruh indera, dengan tanpa-perhatian terhadap persepsi keragaman, sadar bahwa ‘ruang adalah tak-terhingga’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam landasan ruang tak-terhingga. Dia memperhatikan hal ini dan memahaminya: “Pencapaian landasan ruang yang tak-terhingga ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda… tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

13. “Begitu pula, dengan sepenuhnya berada di atas landasan ruang tak-terhingga, sadar bahwa ‘kesadaran adalah tak terhingga’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam landasan kesadaran yang tak-terhingga. Dia memperhatikan hal ini dan memahaminya: “Pencapaian landasan kesadaran tak-terhingga ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda…tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah pula satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi… bila seorang bhikkhu berdiam dan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati…dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

14. . “Begitu pula, dengan sepenuhnya berada di atas landasan kesadaran tak-terhingga, sadar bahwa ‘ada ketiadaan’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam landasan ketiadaan. Dia memperhatikan hal ini dan memahaminya: “Pencapaian landasan ketiadaan ini terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan. Tetapi apa pun yang terkondisi dan dihasilkan oleh kemauan adalah tidak permanen, terkena penghentian.’ Dengan berpegang pada hal itu, dia mencapai hancurnya noda-noda. Tetapi jika dia tidak mencapai hancurnya noda-noda, maka karena keinginannya akan Dhamma itu, sukacita di dalam Dhamma itu, dengan hancurnya lima belenggu rendah, dia akan muncul kembali secara spontan [di Kediaman-kediaman Murni] dan di sana mencapai Nibbana tanpa pernah kembali dari dunia itu.

“Inilah satu hal yang dinyatakan oleh Yang Terberkahi, yang mengetahui dan melihat, mantap dan sepenuhnya tercerahkan, bahwa bila seorang bhikkhu berdiam dengan rajin, bersungguh-sungguh, dan dengan ketetapan hati, maka pikirannya yang belum terbebas akan menjadi terbebas, noda-nodanya yang belum dihancurkan akan menjadi dihancurkan, dan dia mencapai keamanan tertinggi dari ikatan yang belum dia capai sebelumnya.

15. Ketika Y.M. Ananda berbicara, perumah-tangga Dasama dari Atthakanagara berkata kepadanya: “Y.M. Ananda, seperti halnya seorang laki-laki yang mencari satu jalan masuk menuju harta karun yang tersembunyi tiba-tiba menjumpai sebelas [353] jalan masuk menuju harta karun yang tersembunyi itu. Demikian pula, ketika saya sedang mencari satu pintu menuju Tanpa-Kematian, tiba-tiba saya mendengar sebelas pintu menuju Tanpa-kematian.555 Seperti halnya seorang laki-laki mempunyai rumah dengan sebelas pintu, ketika rumah itu terbakar, dia dapat lari menyelamatkan diri melalui pintu yang mana pun dari sebelas pintu ini, demikian pula, saya dapat lari menyelamatkan diri melalui pintu yang mana pun dari sebelas pintu menuju Tanpa-Kematian. Yang Mulia, para pengikut sekte bahkan akan meminta biaya untuk diberikan kepada guru-gurunya; mengapa saya tidak memberikan persembahan saja kepada Y.M. Ananda?”

16. Maka perumah-tangga Dasama dari Atthakanagara mengumpulkan Sangha bhikkhu dari Pataliputta dan Vesali, dan dengan tangannya sendiri dia melayani dan memuaskan mereka dengan berbagai macam makanan yang lezat. Dia memberikan seperangkat pakaian kepada setiap bhikkhu. Dia memberikan jubah rangkap-tiga kepada Y.M. Ananda, dan membangun tempat berdiam seharga lima ratus556 untuk Y.M. Ananda.

Catatan :

(550) Semua ungkapan itu merupakan penggambaran Arahat.

(551) Abhisankhatam abhisancetayitam. Kedua istilah itu sering digunakan bersama dan menunjukkan keadaan terkondisi di mana kehendak niat (cetana) merupakan factor penentu yang paling menonjol.

(552) Bacaan ini menjelaskan metode untuk mengembangkan “pandangan terang yang didahului oleh ketenangan” (samathapubbangama vipassana; lihat AN 4:170/ ii.157). Setelah mencapai jhana terlebih dahulu, meditator lalu keluar dari situ dan merenungkan keadaan itu- yang dibuat menjadi ada oleh kondisi-kondisi, terutama kehendak. Berdasarkan hal ini, dia memastikan ketidak-kekalannya, dan kemudian dia merenungkan jhana dengan pandangan terang ke dalam tiga corak ketidakkekalan, penderitaan, dan tanpa-diri. Lihat juga MN 64.9-15 untuk suatu pendekatan yang agak berbeda tentang pengembangan pandangan terang berdasarkan jhana-jhana tersebut.

(553) Dhammaragena dhammanandiya. MA: Kedua istilah ini menandakan nafsu dan kemelekatan (chandaraga) sehubungan dengan ketenangan dan pandangan terang. Jika orang dapat membuang semua nafsu dan kemelekatan berkenaan dengan ketenangan dan pandangan terang, dia pun menjadi Arahat; jika dia tidak dapat membuangnya, dia menjadi Yang-Tidak-Kembali-Lagi dan terlahir kembali di Kediaman-kediaman Murni.

(554) Landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi tidak disebutkan karena merupakan keadaan yang terlalu halus bagi factor pokoknya sehingga tidak dapat digunakan sebagai objek-objek perenungan pandangan terang.

(555) Sebelas “pintu menuju Tanpa-Kematian” adalah empat jhana, empat brahmavihara, dan tiga pencapaian tanpa-materi pertama yang digunakan sebagai landasan-landasan untuk pengembangan pandangan-terang dan pencapaian tingkat Arahat.

(556) Ini adalah 500 kahapana, satuan uang pada waktu itu.



Coba anda lihat pada bagian catatan kaki di atas, mungkin bisa memberi petunjuk,
saya masih kesulitan mencari MN 64.9-15 yang berhubungan dengan topik, apakah ada yang bisa membantu?
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #15 on: 07 July 2011, 11:24:28 AM »
Untuk kasus diatas coba anda cari dulu literatur mengenai cara melatih iddhi viddhi, kalau anda sudah mengetahui cara melatih kemampuan batin adi duniawi itu nantinya anda akan mengerti pentingnya kemampuan keluar masuk jhana secara cepat.
Jhana yang digunakan untuk mengaktifkan kemampuan adi duniawi itu bukan sekedar jhana IV yang biasa.  Kalau hanya sekedar jhana IV biasa, maka semua orang yang berlatih sampai jhana IV tentunya sudah akan kebal, tapi pada prakteknya bukan demikian yang terjadi.

Thanks infonya, saya memang tidak tahu tentang idhi, kalo membicarakan tentang idhi selain ane memang tidak tahu apa-apa pembahasan menjadi amat melebar dan keluar dari topik jhana dan aktivitas.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #16 on: 07 July 2011, 11:29:33 AM »
ini sebenarnya perdebatan klasik antara teori dengan praktek.

Dalam prakteknya jika seseorang mencapai jhana IV misalnya, sehingga hanya tinggal keseimbangan batin saja, jika orang tersebut membuka mata, maka tidak serta merta Jhana itu drop ke bawah atau hilang sama sekali.


Btw, yang dipertanyakan adalah saat beraktivitas, apakah jhana tersebut tetap bertahan pada saat berktivitas?

yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #17 on: 07 July 2011, 11:38:23 AM »
Bisa
Btw, yang dipertanyakan adalah saat beraktivitas, apakah jhana tersebut tetap bertahan pada saat berktivitas?



Bisa dipertahankan!
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #18 on: 07 July 2011, 11:44:19 AM »
Sang Guru mengajarkan 4 postur dlm meditasi. Duduk merem adalah postur yg paling nyaman tapi bukan satu2nya. Utk alasan apakah Sang Buddha mengajarkan postur berdiri dan berjalan jika postur  ini tidak dapat masuk jhana?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #19 on: 07 July 2011, 11:46:34 AM »
Bisa
Bisa dipertahankan!

Nah, kalo begitu bagaimana dengan dengan contoh yang diberikan pada post sebelumnya:
Yang ane bingung, misalnya seseorang sedang makan, dan pada saat sendok mulai masuk dan mulut menganga, orang tersebut masuk ke dalam jhana, katakanlah selama 10 menit, apakah proses menyuap makanan tsb terhenti atau selama 10 menit walaupun masuk dalam keadaan jhana, aktivitas menyuap dan mengunyah makanan juga terjadi beberapa kali ? Sementara proses aktivitas makan tersebut memerlukan pikiran yang memberikan perintah. Lain hal dengan bernafas yang cenderung proses alami tubuh sama dengan denyut jantung misalnya.

Apabila bisa dipertahankan apakah berarti, pada saat masuk ke dalam jhana, proses memasukan makanan dan mengunyah tersebut dilakukan dalam kondisi Jhana,

Kalo saya lebih setuju pada pernyataan anda dibawah ini:


Tergantung pada kedalaman dan tingkat konsentrasi orang tersebut, makin dalam dan tinggi konsentrasi orang tersebut, makin mudah mempertahankan keseimbangan batin dalam beraktifitas.


Bahwa orang yang mencapai jhana mempunyai keseimbangan batin yang lebih baik daripada yang tidak, hanya saja dalam beraktivitas bukan dalam keadaan jhana, tetapi konsentrasi di bawahnya. Kemampuan mencapai jhana itulah yang sebenarnya berpengaruh pada aktivitas, bukan jhananya.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #20 on: 07 July 2011, 11:49:42 AM »
Sang Guru mengajarkan 4 postur dlm meditasi. Duduk merem adalah postur yg paling nyaman tapi bukan satu2nya. Utk alasan apakah Sang Buddha mengajarkan postur berdiri dan berjalan jika postur  ini tidak dapat masuk jhana?

Meditasi bukan hanya jhana, lebih tepat istilahnya bhavana, jadi termasuk vipassana.
Obyek samatha juga tidak mengharuskan dan dapat masuk ke dalam jhana, tetapi tetap diajarkan karena obyek tersebut, salah satunya Metta, akan membawa pada kemajuan batin.

Sekali lagi, yang disebut meditasi tidak hanya soal mencapai jhana.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #21 on: 07 July 2011, 11:54:53 AM »
Contohnya, meditasi dengan objek anapannasati, masuk jhana IV.   Yang tertinggal hanya keseimbangan batin dengan konsentrasi yang kuat pada objek nafas.  Tinggal alihkan saja konsentrasi itu pada gerakan makan, bukan pada nafas lagi.  Selagi batin masih seimbang berarti masih belum jatuh dari jhana.

Konsentrasi itu kan bukan sesuatu yang mati, bagi yang mahir itu bisa diarahkan ke objek yang diinginkan.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #22 on: 07 July 2011, 11:57:37 AM »
Meditasi bukan hanya jhana, lebih tepat istilahnya bhavana, jadi termasuk vipassana.
Obyek samatha juga tidak mengharuskan dan dapat masuk ke dalam jhana, tetapi tetap diajarkan karena obyek tersebut, salah satunya Metta, akan membawa pada kemajuan batin.

Sekali lagi, yang disebut meditasi tidak hanya soal mencapai jhana.

setahu saya 40 objek kammathanna itu ujung2nya jhana juga, minimal jhana I

menurut guru saya, objek metta itu kalo berhasil dilatih kekuatannya setara dengan jhana I
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #23 on: 07 July 2011, 12:00:41 PM »
Contohnya, meditasi dengan objek anapannasati, masuk jhana IV.   Yang tertinggal hanya keseimbangan batin dengan konsentrasi yang kuat pada objek nafas.  Tinggal alihkan saja konsentrasi itu pada gerakan makan, bukan pada nafas lagi.  Selagi batin masih seimbang berarti masih belum jatuh dari jhana.

Konsentrasi itu kan bukan sesuatu yang mati, bagi yang mahir itu bisa diarahkan ke objek yang diinginkan.

Kalo begitu, berarti vipassana bisa dilakukan dalam kondisi ekagatta?
Setahu saya vipassana hanya bisa dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana. Jadi harus keluar dulu dari kondisi jhana untuk melakukan pengamatan. Orang yang melakukan perjalanan tidak dapat sambil berhenti beristirahat. Pada saat berjalan ia berjalan, pada saat beristirahat dia berhenti.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #24 on: 07 July 2011, 12:04:47 PM »
Kalo begitu, berarti vipassana bisa dilakukan dalam kondisi ekagatta?
Setahu saya vipassana hanya bisa dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana. Jadi harus keluar dulu dari kondisi jhana untuk melakukan pengamatan. Orang yang melakukan perjalanan tidak dapat sambil berhenti beristirahat. Pada saat berjalan ia berjalan, pada saat beristirahat dia berhenti.

Makanya pada postingan saya yang terdahulu saya tuliskan, untuk orang yang melatih vipasanna murni, mungkin terasa aneh kedengarannya, melakukan aktifitas dalam jhana.

Tapi bagi yang berlatih metode jhana dan vipasanna secara berbarengan, hal itu bukan sesuatu yang aneh.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #25 on: 07 July 2011, 12:08:02 PM »
setahu saya 40 objek kammathanna itu ujung2nya jhana juga, minimal jhana I

menurut guru saya, objek metta itu kalo berhasil dilatih kekuatannya setara dengan jhana I

Kekuatan boleh sama, tapi apakah identik dengan Jhana?
Mettabhavana sepengetahuan saya memang bukan menargetkan jhana, tetapi memupuk metta.
Makanya pada postingan saya yang terdahulu saya tuliskan, untuk orang yang melatih vipasanna murni, mungkin terasa aneh kedengarannya, melakukan aktifitas dalam jhana.

Tapi bagi yang berlatih metode jhana dan vipasanna secara berbarengan, hal itu bukan sesuatu yang aneh.

Jadi apakah menurut anda orang yang melakukan samatha dan vipassana, melakukan pengamatan batin dalam kondisi jhana?
Mengapa dikatakan bahwa vipassana hanya dapat dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana, upacara samadhi.
Apakah ada literatur yang menyatakan bahwa ada orang yang bervipassana dalam kondisi jhana?
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #26 on: 07 July 2011, 12:10:46 PM »
Contohnya, meditasi dengan objek anapannasati, masuk jhana IV.   Yang tertinggal hanya keseimbangan batin dengan konsentrasi yang kuat pada objek nafas. 

Pada jhana IV, obyek meditasi sudah bukan pada nafas tetapi keseimbangan batin itu sendiri.
bahkan pada jhana 2 perhatian pada nafas sudah ditinggalkan, tetapi dimulai dari piti.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #27 on: 07 July 2011, 01:02:47 PM »
Kalo begitu, berarti vipassana bisa dilakukan dalam kondisi ekagatta?
Setahu saya vipassana hanya bisa dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana. Jadi harus keluar dulu dari kondisi jhana untuk melakukan pengamatan. Orang yang melakukan perjalanan tidak dapat sambil berhenti beristirahat. Pada saat berjalan ia berjalan, pada saat beristirahat dia berhenti.

Sekedar intermezzo, untuk orang yang ingin pergi ke suatu tempat tujuan dan hanya mengetahui dengan berjalan (vipasanna) baru bisa mencapai tujuan, maka orang ini tidak bisa berjalan sambil beristirahat.

Tetapi bagi yang lain, bila ingin pergi ke suatu tempat tujuan dia mengetahui cara lain (samatha & vipassana) dimana dia bisa melakukan perjalanan sambil beristirahat.

Caranya, beli tiket kereta api, kemudian naik kereta api, duduk dan istirahat, beberapa saat kemudian dia akan tiba di tempat tujuan.  Melakukan perjalanan sambil beristirahat :) :) :)
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #28 on: 07 July 2011, 01:06:25 PM »
Kekuatan boleh sama, tapi apakah identik dengan Jhana?
Mettabhavana sepengetahuan saya memang bukan menargetkan jhana, tetapi memupuk metta.
Jadi apakah menurut anda orang yang melakukan samatha dan vipassana, melakukan pengamatan batin dalam kondisi jhana?
Mengapa dikatakan bahwa vipassana hanya dapat dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana, upacara samadhi.
Apakah ada literatur yang menyatakan bahwa ada orang yang bervipassana dalam kondisi jhana?

Coba saya tanya dulu, jika anda berlatih dengan objek metta, apa ukuran dan petunjuk bahwa metta yang anda latih itu sudah benar dan berhasil?

Contoh kasus seperti yang disebutkan rekan2 sebelumnya, sang buddha yang bervipassana dibawah badai petir dan guntur tapi tidak terpengaruh.

Kalau anda menganggap vipasanna hanya bisa dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana jelas2 petir dan guntur itu akan sangat mengganggu Sang Buddha.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #29 on: 07 July 2011, 01:16:21 PM »
Pada jhana IV, obyek meditasi sudah bukan pada nafas tetapi keseimbangan batin itu sendiri.
bahkan pada jhana 2 perhatian pada nafas sudah ditinggalkan, tetapi dimulai dari piti.

Kayaknya salah deh pengertian anda, objek itu tetap diperlukan.  Faktor-faktor jhana itu yang disingkirkan satu persatu untuk mencapai tahap yang lebih tinggi.

Misalnya anda ingin mencapai tahap yang lebih tinggi, bukan kegiuran itu yang diperhatikan, tapi perhatian tetap fokus pada objek (nafas misalnya), kegiuran itu diabaikan, jangan terlibat dalam kegiuran.  Begitu kegiuran itu hilang, otomatis anda akan masuk dalam tahap lainnya.

Kalau kegiuran itu yang diperhatikan terus menerus dan tidak disingkirkan, yah akhirnya tetap disana.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #30 on: 07 July 2011, 05:14:13 PM »
Sekedar intermezzo, untuk orang yang ingin pergi ke suatu tempat tujuan dan hanya mengetahui dengan berjalan (vipasanna) baru bisa mencapai tujuan, maka orang ini tidak bisa berjalan sambil beristirahat.

Tetapi bagi yang lain, bila ingin pergi ke suatu tempat tujuan dia mengetahui cara lain (samatha & vipassana) dimana dia bisa melakukan perjalanan sambil beristirahat.

Caranya, beli tiket kereta api, kemudian naik kereta api, duduk dan istirahat, beberapa saat kemudian dia akan tiba di tempat tujuan.  Melakukan perjalanan sambil beristirahat :) :) :)

Bagaimana apabila ternyata untuk mencapai tujuan tersebut memang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki?
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #31 on: 07 July 2011, 05:18:25 PM »
Coba saya tanya dulu, jika anda berlatih dengan objek metta, apa ukuran dan petunjuk bahwa metta yang anda latih itu sudah benar dan berhasil?

Contoh kasus seperti yang disebutkan rekan2 sebelumnya, sang buddha yang bervipassana dibawah badai petir dan guntur tapi tidak terpengaruh.

Kalau anda menganggap vipasanna hanya bisa dilakukan pada tingkat konsentrasi di bawah jhana jelas2 petir dan guntur itu akan sangat mengganggu Sang Buddha.

1. Ukuran keberhasilan Metta, kebencian yang ada sebelumnya berkurang.
2. Saya tidak melihat indikasi bahwa Buddha pada kisah tersebut sedang bervipassana, menurut saya Buddha pada kisah itu sedang "berdiam dalam Jhana." Kalau menurut anda Buddha sedang bervipassana, pada bagian manakah pada kisah tersebut yang menunjukkan bahwa Buddha sedang bervipassana?
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #32 on: 07 July 2011, 05:26:53 PM »
Kayaknya salah deh pengertian anda, objek itu tetap diperlukan.  Faktor-faktor jhana itu yang disingkirkan satu persatu untuk mencapai tahap yang lebih tinggi.

Misalnya anda ingin mencapai tahap yang lebih tinggi, bukan kegiuran itu yang diperhatikan, tapi perhatian tetap fokus pada objek (nafas misalnya), kegiuran itu diabaikan, jangan terlibat dalam kegiuran.  Begitu kegiuran itu hilang, otomatis anda akan masuk dalam tahap lainnya.

Kalau kegiuran itu yang diperhatikan terus menerus dan tidak disingkirkan, yah akhirnya tetap disana.


Dalam hal ini kita memang berbeda pengertian.  :)
Sekali lagi, (menurut saya) pada jhana 2 perhatian sudah bukan pada nafas (sebagaimana obyek meditasi lainnya yang membawa pada jhana).
Justru apabila obyek nafas tidak ditinggalkan maka tidak dapat ke tahap berikutnya, karena obyek tersebut termasuk obyek yang "kasar".
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #33 on: 07 July 2011, 05:38:20 PM »
Oh... dipindah yak? ^-^
Judulnya tendensius banget..... kalo bisa sih displit pas topik pas jhana dan nafsu om, karena sesuai judul yang diberikan TS-nya juga memberi dugaan tentang jhana, hanya pada bagian belakang yang keknya TS sudah tidak bisa mengikuti. Apabila tidak, tolong berikan judul, "dapatkah seseorang beraktivitas dalam jhana." Nah lagipula topik ini juga bukan ane yang memulai, mohon kebijaksanaannya memulai thread ini pada bagian yang mencetuskan topik aktivitas dan jhana.  8)
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #34 on: 07 July 2011, 05:40:58 PM »
Oh... dipindah yak? ^-^
Judulnya tendensius banget..... kalo bisa sih displit pas topik pas jhana dan nafsu om, karena sesuai judul yang diberikan TS-nya juga memberi dugaan tentang jhana, hanya pada bagian belakang yang keknya TS sudah tidak bisa mengikuti. Apabila tidak, tolong berikan judul, "dapatkah seseorang beraktivitas dalam jhana." Nah lagipula topik ini juga bukan ane yang memulai, mohon kebijaksanaannya memulai thread ini pada bagian yang mencetuskan topik aktivitas dan jhana.  8)
Punya saran mau ganti judul apa yang tidak tendensius?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #35 on: 07 July 2011, 05:42:33 PM »
Punya saran mau ganti judul apa yang tidak tendensius?

Lah... udah dikasih saran di atas tuh.
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #36 on: 07 July 2011, 05:45:43 PM »
Lah... udah dikasih saran di atas tuh.
Setelah saya pertimbangkan kembali, tidak ada yang tendensius dalam "Pendapat dan dugaan seputar jhana", dan juga tidak memojokkan pihak manapun di sini. Silahkan bagi siapa saja memberikan pendapat dan dugaan seputar jhana.


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #37 on: 07 July 2011, 05:49:24 PM »
Setelah saya pertimbangkan kembali, tidak ada yang tendensius dalam "Pendapat dan dugaan seputar jhana", dan juga tidak memojokkan pihak manapun di sini. Silahkan bagi siapa saja memberikan pendapat dan dugaan seputar jhana.



Ya terserah glomod deh............

Ini berarti TS yang sebelumnya emang tidak bisa mengikuti diskusi di threadnya sendiri sampe tidak bisa menangkap topik diskusi sampe akhirnya displit, yaitu "Dapatkah pada saat beraktivitas berada dalam Jhana?" Padahal topik ini berkembang dari pembahasan Jhana dan nafsu yang melibatkan TS-nya sendiri.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #38 on: 07 July 2011, 06:10:20 PM »
Ya terserah glomod deh............

Ini berarti TS yang sebelumnya emang tidak bisa mengikuti diskusi di threadnya sendiri sampe tidak bisa menangkap topik diskusi sampe akhirnya displit, yaitu "Dapatkah pada saat beraktivitas berada dalam Jhana?" Padahal topik ini berkembang dari pembahasan Jhana dan nafsu yang melibatkan TS-nya sendiri.
mungkin perlu diluruskan siapa yg anda msksudkan dgn TS. Seingat saya thread sebelum splir adalah jurnal pribadi bro kainyin.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #39 on: 07 July 2011, 06:11:27 PM »
mungkin perlu diluruskan siapa yg anda msksudkan dgn TS. Seingat saya thread sebelum splir adalah jurnal pribadi bro kainyin.


TS thread sebelumnya, Kainyn Kutho. (glomod yg menciptakan thread ini)
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #40 on: 07 July 2011, 06:19:08 PM »
TS thread sebelumnya, Kainyn Kutho. (glomod yg menciptakan thread ini)

setelah anda mengetahui, rasanya anda seharusnya setuju dgn splitting ini kaena topik sudah bergeser dari tujuan semula

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #41 on: 07 July 2011, 06:26:29 PM »
setelah anda mengetahui, rasanya anda seharusnya setuju dgn splitting ini kaena topik sudah bergeser dari tujuan semula

Saya tidak berkeberatan dengan splitting, hanya saja topik ini adalah kelanjutan dari topik sebelumnya, apabila memang ingin di split, splitlah pada topik yang berhubungan, lagipula topik "jhana dan aktivitas" pembahasannya bukan dari post pertama pada thread ini, melainkan pada post2 sebelumnya. Kenapa baru pada post tersebut dipisah, tidak pada post sebelumnya yang membahas topik?

Saya mengatakan bahwa judul dan pemisahan di atas tendensius karena Kaynin sendiri sebenarnya membabarkan pandangan tentang Jhana, tetapi hal itu tidak dimasukkan pada thread ini dengan judul "pendapat dan dugaan", sehingga dia bebas dari label penduga Jhana yang dia gulirkan sendiri.
« Last Edit: 07 July 2011, 06:28:27 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #42 on: 07 July 2011, 06:34:41 PM »
Dalam hal ini kita memang berbeda pengertian.  :)
Sekali lagi, (menurut saya) pada jhana 2 perhatian sudah bukan pada nafas (sebagaimana obyek meditasi lainnya yang membawa pada jhana).
Justru apabila obyek nafas tidak ditinggalkan maka tidak dapat ke tahap berikutnya, karena obyek tersebut termasuk obyek yang "kasar".


Pada jhana 2 faktor-faktor jhana yg masih ada adalah: piti, sukha dan ekagatta.
Pada jhana 3 faktor-faktor jhana yg masih ada adalah: sukha dan ekagatta.

Nah bagaimana cara bro hendrako menghilangkan piti (kegiuran) ini pada jhana 2 sehingga bisa masuk pada jhana 3?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #43 on: 07 July 2011, 06:42:41 PM »
Pada jhana 2 faktor-faktor jhana yg masih ada adalah: piti, sukha dan ekagatta.
Pada jhana 3 faktor-faktor jhana yg masih ada adalah: sukha dan ekagatta.

Nah bagaimana cara bro hendrako menghilangkan piti (kegiuran) ini pada jhana 2 sehingga bisa masuk pada jhana 3?

Mungkin sebaiknya anda bertanya pada ahlinya, guru anda misalnya. Pembahasannya sudah melebar jauh ke angkasa.

Saya hanya bisa memberikan perumpamaan balon udara, dengan beban 5 kantong pasir balon tersebut mencapai ketinggian tertentu, untuk mencapai ketinggian berikutnya maka satu kantong harus dilepas, begitu seterusnya, sampai tersisa satu kantong.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #44 on: 07 July 2011, 06:47:27 PM »
Saya tidak berkeberatan dengan splitting, hanya saja topik ini adalah kelanjutan dari topik sebelumnya, apabila memang ingin di split, splitlah pada topik yang berhubungan, lagipula topik "jhana dan aktivitas" pembahasannya bukan dari post pertama pada thread ini, melainkan pada post2 sebelumnya. Kenapa baru pada post tersebut dipisah, tidak pada post sebelumnya yang membahas topik?

Saya mengatakan bahwa judul dan pemisahan di atas tendensius karena Kaynin sendiri sebenarnya membabarkan pandangan tentang Jhana, tetapi hal itu tidak dimasukkan pada thread ini dengan judul "pendapat dan dugaan", sehingga dia bebas dari label penduga Jhana yang dia gulirkan sendiri.

Topik pada thread aslinya adalah "merespon pertanyaan rekan2", yg dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dari para member, dan setelah pertanyaan dijawab, biasanya tidak ada bantahan, karena memang bukan dalam bentuk diskusi, itulah sebabnya karena thread pribadi tsb sudah menjadi arena diskusi, maka oleh glomod displit agar diskusi menjadi lebih bebas. demikian menurut pengamatan saya.

mengenai "pendapat dan dugaan" menurut saya ini memang sangat tepat. Sutta tidak mendefinisikan jhana ini lebih dari ciri-ciri dan faktor2nya saja, lebih dari itu tidak dijelaskan lagi. jadi mendiskusikan hal ini memang hanya berupa pendapat pribadi dan dugaan. yg lebih buruk lagi, kita juga tidak dapat mengatakan, "referensi saya adalah pengalaman jhana saya pribadi, bagaimana dengan pengalaman anda?"
« Last Edit: 07 July 2011, 06:49:41 PM by Indra »

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #45 on: 07 July 2011, 06:50:21 PM »
Mungkin sebaiknya anda bertanya pada ahlinya, guru anda misalnya. Pembahasannya sudah melebar jauh ke angkasa.

Saya hanya bisa memberikan perumpamaan balon udara, dengan beban 5 kantong pasir balon tersebut mencapai ketinggian tertentu, untuk mencapai ketinggian berikutnya maka satu kantong harus dilepas, begitu seterusnya, sampai tersisa satu kantong.

Memang betul, kantong itu di lepas satu persatu sampai tersisa satu kantong, nah bagaimana cara anda melepas kantong2 ini?

Menurut anda pada jhana 2 perhatian di fokuskan pada piti, berarti anda mengenggam piti dengan kuat.  Kalau di genggam dengan kuat, bagaimana dia bisa hilang?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #46 on: 07 July 2011, 06:54:53 PM »
Topik pada thread aslinya adalah "merespon pertanyaan rekan2", yg dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dari para member, dan setelah pertanyaan dijawab, biasanya tidak ada bantahan, karena memang bukan dalam bentuk diskusi, itulah sebabnya karena thread pribadi tsb sudah menjadi arena diskusi, maka oleh glomod displit agar diskusi menjadi lebih bebas. demikian menurut pengamatan saya.

Yup, no problem, masing2 bebas berpendapat menurut pengamatan masing2, hanya saja saya sudah mencium bau tidak sedap pada saat TS-nya memposting:


Peringatan sponsor: Spekulasi jangkauan Jhana dan tiga hal tak terpikirkan lainnya dapat menyebabkan gangguan mental.


Setahu saya memang benar Buddha mengajarkan tentang 3 hal yang tak terpikirkan, namun saya tidak menemui bahwa diajarkan bisa menyebabkan gangguan mental dan tidak ada tentang spekulasi jhana. TS sebelumnya hanya membonceng 3 hal tak terpikirkan yang memang diajarkan untuk menyatakan bahwa spekulasi jhana bisa menyebabkan gangguan mental. Modus operandinya kurang lebih sama kek belanda yang membonceng sekutu untuk meng-invasi Indonesia sesudah jaman kemerdekaan.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #47 on: 07 July 2011, 06:56:49 PM »
Memang betul, kantong itu di lepas satu persatu sampai tersisa satu kantong, nah bagaimana cara anda melepas kantong2 ini?

Menurut anda pada jhana 2 perhatian di fokuskan pada piti, berarti anda mengenggam piti dengan kuat.  Kalau di genggam dengan kuat, bagaimana dia bisa hilang?


Sebagaimana anda menggenggam kuat obyek nafas sehingga timbul piti.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #48 on: 07 July 2011, 07:01:35 PM »
untuk metta bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana I

untuk karuna bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana II, dimana pada jhana 2 yang menonjol adalah kegiuran dan keinginan untuk terus bermeditasi, sedangkan pada karuna akan timbul kegiuran dan keinginan untuk terus menolong orang lain.

untuk mudita bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana III dimana pada jhana III yang menonjol adalah kegembiran atau kebahagian yg meluap2, sedangkan pada mudita akan timbul kebahgiaan yang meluap2 karena melihat kebahagiaan orang lain.

untuk upekha bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana IV dimana pada jhana IV yang ada hanya keseimbangan batin, sedangkan pada upekha bhavana akan timbul keseimbangan batin yang sama terhadap setiap makhluk.

Saya kutipkan sebagian dari Brahmavihara karya Nyanaponika Thera

Quote
Akan tetapi, jika sikap mental luhur ini tidak berakar kuat, tentu tidak akan mudah bagi kita untuk berupaya mewujudkan ketanpa-sekatan maupun menghindarkan diri dari keberpihakan. Dalam banyak kasus, untuk mencapainya kita harus menggunakan empat kualitas ini tidak hanya sebagai prinsip berperilaku dan objek refleksi saja, namun juga sebagai subjek dari meditasi. Meditasi ini disebut Brahma-vihara-bhavana, pengembangan meditatif dari keadaan batin yang luhur. Tujuan praktisnya adalah untuk mencapai, dengan bantuan dari keadaan-keadaan luhur ini, tahap-tahap konsentrasi mental yang tinggi yang disebut jhana, “pencerapan meditatif”. Meditasi terhadap cinta, welas asih, dan turut berbahagia masing-masing dapat menghasilkan pencapaian dari tiga pencerapan yang pertama. Sedangkan meditasi terhadap ke- seimbangan batin akan menuntun pada pencapaian jhana keempat yang mana ketenangan batin merupakan faktor yang paling signifikan.

sumber Brahmavihara
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #49 on: 07 July 2011, 07:03:32 PM »
untuk metta bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana I

untuk karuna bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri2 yang sama dengan jhana II, dimana pada jhana 2 yang menonjol adalah kegiuran dan keinginan untuk terus bermeditasi, sedangkan pada karuna akan timbul kegiuran dan keinginan untuk terus menolong orang lain.

untuk mudita bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana III dimana pada jhana III yang menonjol adalah kegembiran atau kebahagian yg meluap2, sedangkan pada mudita akan timbul kebahgiaan yang meluap2 karena melihat kebahagiaan orang lain.

untuk upekha bhavana kalau berhasil dilatih, itu akan mempunyai ciri yang sama dengan jhana IV dimana pada jhana IV yang ada hanya keseimbangan batin, sedangkan pada upekha bhavana akan timbul keseimbangan batin yang sama terhadap setiap makhluk.

Saya kutipkan sebagian dari Brahmavihara karya Nyanaponika Thera

sumber Brahmavihara

Yang janggal adalah, bagaimana bila saya hanya melatih obyek keseimbangan batin, apakah hasilnya langsung masuk jhana 4?
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #50 on: 07 July 2011, 07:03:40 PM »
setahu saya 40 objek kammathanna itu ujung2nya jhana juga, minimal jhana I

menurut guru saya, objek metta itu kalo berhasil dilatih kekuatannya setara dengan jhana I

menurut Visudhimagga, obyek metta memang hanya membawa sampai jhana 1

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #51 on: 07 July 2011, 07:04:10 PM »
Sebagaimana anda menggenggam kuat obyek nafas sehingga timbul piti.

Zzzzzzz........ makin kacau aja

jadi pada jhana 2 kalau saya menggenggam kuat obyek nafas maka menurut anda akan timbul piti? Terus pada jhana 2 itu kalau saya menggenggam kuat obyek nafas maka menurut anda vicara dan vitaka akan timbul kembali gak?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #52 on: 07 July 2011, 07:05:37 PM »
Yang janggal adalah, bagaimana bila saya hanya melatih obyek keseimbangan batin, apakah hasilnya langsung masuk jhana 4?

Tidak bisa langsung upekha bhavana, harus dimulai dari metta bhavana buat orang yg pertama kali melatihnya.

Sama halnya buat orang yang pertama berlatih samatha bhavana, tidak bisa langsung jhana IV tapi harus dimulai dari jhana I
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #53 on: 07 July 2011, 07:07:07 PM »
Yang janggal adalah, bagaimana bila saya hanya melatih obyek keseimbangan batin, apakah hasilnya langsung masuk jhana 4?

Upekkha dalam faktor jhana IV tidak sama dengan upekkha dalam brahmavihara.

secara teori seseorang tidak mungkin langsung masuk jhana 4, bagaimana caranya seseorang meninggalkan faktor2 yg tidak dimiliki sebelumnya. pada awalnya seorang praktisi harus memiliki 5 faktor, kemudian satu per satu ditinggalkan.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #54 on: 07 July 2011, 07:09:25 PM »
Zzzzzzz........ makin kacau aja

jadi pada jhana 2 kalau saya menggenggam kuat obyek nafas maka menurut anda akan timbul piti? Terus pada jhana 2 itu kalau saya menggenggam kuat obyek nafas maka menurut anda vicara dan vitaka akan timbul kembali gak?

 :)

Pada jhana 2 faktor yang ada adalah piti, sukha, dan upekha.
Maksud saya, pada jhana ke 2 obyek meditasinya adalah piti, sebagaimana menggenggam nafas sehingga menimbulkan piti pada jhana 1.
Seperti yang saya bilang pada post2 sebelumnya pada jhana 2 sudah tidak memperhatikan nafas lagi.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #55 on: 07 July 2011, 07:10:24 PM »
Tidak bisa langsung upekha bhavana, harus dimulai dari metta bhavana buat orang yg pertama kali melatihnya.

Sama halnya buat orang yang pertama berlatih samatha bhavana, tidak bisa langsung jhana IV tapi harus dimulai dari jhana I

bagaimana melatih brahmavihara?

Quote from: MN 43  Mahāvedalla Sutta

31. “Apakah, Teman, cara di mana kondisi-kondisi ini berbeda dalam makna dan berbeda dalam sebutan? Di sini seorang bhikkhu meliputi satu arah dengan pikiran yang penuh dengan cinta kasih, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat; seperti ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala tempat, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Ia berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh belas kasihan ... Ia berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh kegembiraan altruistik ... Ia berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh keseimbangan, demikian pula arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat; seperti ke atas, demikian pula ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala tempat, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan meliputi seluruh penjuru dunia dengan pikiran cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk. Ini disebut kebebasan pikiran tanpa batas.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #56 on: 07 July 2011, 07:12:00 PM »
:)

Pada jhana 2 faktor yang ada adalah piti, sukha, dan upekha.
Maksud saya, pada jhana ke 2 obyek meditasinya adalah piti, sebagaimana menggenggam nafas sehingga menimbulkan piti pada jhana 1.
Seperti yang saya bilang pada post2 sebelumnya pada jhana 2 sudah tidak memperhatikan nafas lagi.

Ok, menurut anda pada jhana II, anda menggenggam piti, nah bagaimana piti itu bisa hilang sehingga anda bisa masuk jhana III yang hanya menyisakan sukha dan ekagatta?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #57 on: 07 July 2011, 07:16:39 PM »
jadi apa yg anda jadikan obyek pada jhana 2?

justru anehnya disini, bro hendrako berkata dia menggunakan piti sebagai objek, sehingga piti itu digenggam dengan kuat.

Kalau dicengkram dengan kuat piti itu, bagaimana bisa piti itu bisa hilang sehingga bisa masuk jhana III?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #58 on: 07 July 2011, 07:17:44 PM »
Ok, menurut anda pada jhana II, anda menggenggam piti, nah bagaimana piti itu bisa hilang sehingga anda bisa masuk jhana III yang hanya menyisakan sukha dan ekagatta?

Sebagaimana anda meninggalkan nafas dan beralih pada piti seperti sebelumnya, begitu pula urutannya pada tahap berikutnya.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #59 on: 07 July 2011, 07:18:20 PM »
:)

Pada jhana 2 faktor yang ada adalah piti, sukha, dan upekha.
Maksud saya, pada jhana ke 2 obyek meditasinya adalah piti, sebagaimana menggenggam nafas sehingga menimbulkan piti pada jhana 1.
Seperti yang saya bilang pada post2 sebelumnya pada jhana 2 sudah tidak memperhatikan nafas lagi.

dari 3 faktor yg terdapat pada jhana 2, kenapa anda memiliki piti?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #60 on: 07 July 2011, 07:19:52 PM »
dari 3 faktor yg terdapat pada jhana 2, kenapa anda memiliki piti?

lah...kan udah dapet di jhana 1.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #61 on: 07 July 2011, 07:23:52 PM »
justru anehnya disini, bro hendrako berkata dia menggunakan piti sebagai objek, sehingga piti itu digenggam dengan kuat.

Kalau dicengkram dengan kuat piti itu, bagaimana bisa piti itu bisa hilang sehingga bisa masuk jhana III?

kalo masuk jhana III pitinya ditinggalkan dan beralih pada sukha.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #62 on: 07 July 2011, 07:25:12 PM »
Biar lebih jelas, bisakah anda merinci dari awal, bagaimana mencapai jhana I, II, III, IV dan seterusnya?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #63 on: 07 July 2011, 07:25:17 PM »
lah...kan udah dapet di jhana 1.

maksud saya ada 3 faktor, piti, sukha dan ekagata, kenapa piti yg anda pilih?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #64 on: 07 July 2011, 07:26:56 PM »
berikut ini adalah kutipan dari buku Vimuttimagga,

Quote
(7) “’Mengalami bentukan-bentukan bathin, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih diri”: “Bentukan-bentukan bathin” artinya: “Persepsi dan perasaan”. Ia membangkitkan bentukan-bentukan bathin ini dalam empat jhàna. Ia mengetahui melalui dua cara: melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

sepertinya nafas yg dijadikan obyek tetap berlaku dalam 4 jhana, tidak ada penjelasan bahwa nafas ditinggalkan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #65 on: 07 July 2011, 07:30:09 PM »
berikut ini adalah kutipan dari buku Vimuttimagga,

sepertinya nafas yg dijadikan obyek tetap berlaku dalam 4 jhana, tidak ada penjelasan bahwa nafas ditinggalkan

Bisa dikutipkan penjelasan sebelum kutipan diatas bro? Sementara ini saya menangkap kutipan tersebut adalah dalam ranah vipassana bukan pencapaian Jhana.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #66 on: 07 July 2011, 07:35:29 PM »
Bisa dikutipkan penjelasan sebelum kutipan diatas bro? Sementara ini saya menangkap kutipan tersebut adalah dalam ranah vipassana bukan pencapaian Jhana.

apakah terminologi empat jhana juga terdapat pada vipassana?

berikut kutipan bagian sebelumnya yg merujuk pada "penjelasan sebelumnya"
Quote
(1) dan (2) “Menarik nafas panjang, mengembuskan nafas pendek, menarik nafas pendek, demikianlah ia melatih dirinnya”  ……………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Pengetahuan memunculkan ketidak-bingungan dan obyeknya. T. Apakah ketidak-bingungan dan apakah obyeknya? J. Yogi baru memperoleh ketenangan jasmani dan bathin dan berdiam dalam perhatian pada pernafasan. Pernafasan menjadi halus. Karena halusnya sehingga sulit ditangkap. Jika pada saat itu, si yogi bernafas panjang, ia, melalui pemusatan, mengetahui nafas panjang. Jika gambaran muncul, ia merenungkannya melalui ciri-cirinya. Demikianlah ketidak-bingungan dipahami. Dan selanjutnya, ia harus merenungkan nafas, apakah panjang atau pendek (sesuai keadaannya). Demikianlah ia mempraktikkan. Dan selanjutnya, yogi tersebut menyebabkan munculnya gambaran bathin yang jernih melalui obyek. Demikianlah seseorang berlatih.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #67 on: 07 July 2011, 07:35:37 PM »
Biar lebih jelas, bisakah anda merinci dari awal, bagaimana mencapai jhana I, II, III, IV dan seterusnya?

Seingat saya anda pernah memulai thread bahwa mencapai jhana tidak sulit, berarti anda sudah tahu dong.
Yang dapat saya jelaskan hanya sesuai penangkapan saya dari yang saya pelajari, bahwa satu persatu faktor jhana dilepaskan. Saya hanya bisa memberi perumpamaan tentang balon seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Sebaiknya anda bertanya pada ahlinya saja.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #68 on: 07 July 2011, 07:39:56 PM »
apakah terminologi empat jhana juga terdapat pada vipassana?

berikut kutipan bagian sebelumnya yg merujuk pada "penjelasan sebelumnya"

Maaf, kutipan di atas adalah dalam ranah vipassana bukan samatha, pada samatha obyek nafas bukan jalan nafas, tetapi satu titik yang dipilih dimana nafas masuk dan keluar dirasakan. Anapanasati yang memperhatikan nafas panjang dan pendek adalah dalam rangka pengamatan fenomena untuk mendapatkan pengetahuan. tentu saja berhubungan dengan jhana, yaitu setelah masuk ke dalam jhana keluar jhana tersebut dan dengan kekuatannya konsentrasinya, jalan nafas diperhatikan untuk mengetahui sifatnya yang tidak kekal atau dalam hubungannya sebagai elemen yaitu udara.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #69 on: 07 July 2011, 07:42:02 PM »
Maaf, kutipan di atas adalah dalam ranah vipassana bukan samatha, pada samatha obyek nafas bukan jalan nafas, tetapi satu titik yang dipilih dimana nafas masuk dan keluar dirasakan. Anapanasati yang memperhatikan nafas panjang dan pendek adalah dalam rangka pengamatan fenomena untuk mendapatkan pengetahuan. tentu saja berhubungan dengan jhana, yaitu setelah masuk ke dalam jhana keluar jhana tersebut dan dengan kekuatannya konsentrasinya, jalan nafas diperhatikan untuk mengetahui sifatnya yang tidak kekal atau dalam hubungannya sebagai elemen yaitu udara.

jadi menurut anda, jhana2 yg lengkap dengan faktor2nya itu juga dicapai melalui vipassana?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #70 on: 07 July 2011, 07:46:47 PM »
jadi menurut anda, jhana2 yg lengkap dengan faktor2nya itu juga dicapai melalui vipassana?

Bukan melalui vipassana, tetapi berpasangan dengan vipassana, setelah pengetahuan berhasil diperoleh di dalam vipassana, biasanya yogi mendapatkan ketenangan, ketenangan ini mendukung proses pencapain jhana dengan memindahkan obyek pada obyek yang dipilih, titik keluar masuk nafas misalnya, bukan jalan nafas panjang atau pendek.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #71 on: 07 July 2011, 07:48:42 PM »
Bukan melalui vipassana, tetapi berpasangan dengan vipassana, setelah pengetahuan berhasil diperoleh di dalam vipassana, biasanya yogi mendapatkan ketenangan, ketenangan ini mendukung proses pencapain jhana dengan memindahkan obyek pada obyek yang dipilih, titik keluar masuk nafas misalnya, bukan jalan nafas panjang atau pendek.

nah ini tambah menarik, jadi urutannya seorang yogi berlatih vipassana dulu baru kemudian mencapai jhana? apa gunanya jhana di sana ketika ia telah memiliki pengetahuan?

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #72 on: 07 July 2011, 07:49:17 PM »
mohon maaf bertanya bro hendrako, yang anda sebutkan semua diatas itu anda pahami dalam konteks teori saja atau sudah anda praktekkan dan berhasil?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #73 on: 07 July 2011, 07:51:10 PM »
mohon maaf bertanya bro hendrako, yang anda sebutkan semua diatas itu anda pahami dalam konteks teori saja atau sudah anda praktekkan dan berhasil?

Kapan saya mengaku bahwa saya sudah mencapai Jhana?
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #74 on: 07 July 2011, 07:53:29 PM »
nah ini tambah menarik, jadi urutannya seorang yogi berlatih vipassana dulu baru kemudian mencapai jhana? apa gunanya jhana di sana ketika ia telah memiliki pengetahuan?

Untuk dapat mengamati fenomena yang lebih halus sifatnya. Apakah anda belum pernah mendengar bahwa vipassana dapat dilakukan tanpa jhana? terutama untuk pencapaian sotapanna.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #75 on: 07 July 2011, 07:55:25 PM »
Untuk dapat mengamati fenomena yang lebih halus sifatnya. Apakah anda belum pernah mendengar bahwa vipassana dapat dilakukan tanpa jhana? terutama untuk pencapaian sotapanna.

ini saya setuju, tapi setelah bervipassana dan memperoleh pengetahuan, apa perlunya lagi melatih jhana? pendapat umum adalah jhana yg mendukung vipassana, bukan sebaliknya.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #76 on: 07 July 2011, 07:58:53 PM »
ini saya setuju, tapi setelah bervipassana dan memperoleh pengetahuan, apa perlunya lagi melatih jhana? pendapat umum adalah jhana yg mendukung vipassana, bukan sebaliknya.

Keduanya saling mendukung, berikut kutipannya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.


83. Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:
"Para sahabat!"
"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
(IV, 170)

Catatan:

65 Samatha-pubbangamam vipassanam. Ini mengacu pada meditator yang menggunakan ketenangan sebagai sarana prakteknya (samatha-yanika), yaitu orang yang pertama-tama mengembangkan konsentrasi akses, jhana-jhana atau pencapaian tanpa-bentuk dan kemudian mengambil meditasi pandangan terang (vipassana).

66 "Sang Jalan" (magga) adalah jalan supra-duniawi pertama, jalan pemasuk-arus. Untuk "mengembangkan jalan itu", menurut AA, berarti berpraktek untuk pencapaian tiga jalan yang lebih tinggi. Mengenai sepuluh kekotoran batin, lihat Bab III, no. 65-67; tentang tujuh kecenderungan mendasar, lihat Bab I, no. 25.

67 Vipassana-pubbangamam samatham. AA: "Ini mengacu pada orang yang lewat kecenderungan alaminya terlebih dahulu mencapai pandangan terang, dan kemudian, berdasarkan atas pandangan terang, menghasilkan konsentrasi (samadhi)." AT: "Ini adalah orang yang menggunakan pandangan terang sebagai sarana (vipassana-yanika)."

68 Samatha-vipassanam yuganaddham. Di dalam praktek jenis ini, orang memasuki jhana pertama. Kemudian, setelah keluar dari situ, dia menerapkan pandangan terang pada pengalaman itu; yaitu orang melihat bahwa lima kelompok kehidupan di dalam jhana (bentuk, perasaan, persepsi, dll.) itu bersifat tidak kekal, terkena penderitaan dan tanpa-diri. Kemudian dia memasuki jhana kedua dan merenungkannya dengan pandangan terang; dan menerapkan prosedur pasangan seperti itu pada jhana-jhana lain juga, sampai dia dapat merealisasikan jalan pemasuk-arus dll.

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739

yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #77 on: 07 July 2011, 08:05:21 PM »
 [at]  Hendrako,

pada kutipan anda dikatakan
""Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap."

dimaan pandangan terang dilatih, gagal memperoleh pandangan terang, kemudian lanjut dengan ketenanagn hingga Sang Jalan muncul.

tapi anda sebelumnya mengatakan sbb:

Bukan melalui vipassana, tetapi berpasangan dengan vipassana, setelah pengetahuan berhasil diperoleh di dalam vipassana, biasanya yogi mendapatkan ketenangan, ketenangan ini mendukung proses pencapain jhana dengan memindahkan obyek pada obyek yang dipilih, titik keluar masuk nafas misalnya, bukan jalan nafas panjang atau pendek.

anda mengatakan melatih vipassana dan setelah pengetahuan berhasil diperoleh dalam vipassana (IMO ini adalah pandangan terang), kemudian melatih ketenangan untuk mencapai jhana.

bisakah anda melihat perbadaan kasus ini?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #78 on: 07 July 2011, 08:09:47 PM »
[at]  Hendrako,

pada kutipan anda dikatakan
""Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap."

dimaan pandangan terang dilatih, gagal memperoleh pandangan terang, kemudian lanjut dengan ketenanagn hingga Sang Jalan muncul.

tapi anda sebelumnya mengatakan sbb:

anda mengatakan melatih vipassana dan setelah pengetahuan berhasil diperoleh dalam vipassana (IMO ini adalah pandangan terang), kemudian melatih ketenangan untuk mencapai jhana.

bisakah anda melihat perbadaan kasus ini?

Yup, saya bisa melihatnya.
Tapi pencapaian sotapanna dikatakan dapat dicapai melalui vipassana tanpa jhana, berdasarkan inilah saya berpendapat bahwa setelah melakukan pandangan terang dan mendapatkan pengetahuan maka terdapat ketenangan yang dapat mendukung pencapaian jhana untuk maju pada tahap berikutnya.

Pada sutta kedua dari Bhante Ananda:

Quote
Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.
yaa... gitu deh

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #79 on: 07 July 2011, 08:10:04 PM »
apakah itu vipassana? jadi tambah runyam :D

kalau dalam berbagai sutta, dikatakan bahwa dari samma ditthi bergulir mendukung faktor JMB8 berikutnya, diujungnya Samma Sati (apakah ini dianggap vipassana? Secara vipassana itu bukan tehnik meditasi tapi kualitas batin jika konteksnya dari Sutta) itu merupakan prasyarat untuk samma samadhi (aka Jhana 1-4)

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta
Quote
27. ‘“Inilah pokok pembicaraan Brahmā Sanankumāra. Ia melanjutkan: ‘Bagaimanakah menurut Para Tiga-Puluh-Tiga Dewa? Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37] Jika seseorang dengan jujur menyatakan: “Dhamma telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri,” mengatakan: “Terbukalah pintu keabadian,”[38] ia pasti berbicara sesuai dengan kebenaran tertinggi. Karena sesungguhnya, Tuan-tuan, Dhamma memang telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri, dan juga, pintu menuju keabadian telah terbuka!’”’
There is no place like 127.0.0.1

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #80 on: 07 July 2011, 08:15:32 PM »
apakah itu vipassana? jadi tambah runyam :D

kalau dalam berbagai sutta, dikatakan bahwa dari samma ditthi bergulir mendukung faktor JMB8 berikutnya, diujungnya Samma Sati (apakah ini dianggap vipassana? Secara vipassana itu bukan tehnik meditasi tapi kualitas batin jika konteksnya dari Sutta) itu merupakan prasyarat untuk samma samadhi (aka Jhana 1-4)

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta

Kalo saya setuju kalo samma sati = vipassana, hanya saja prosesnya tidak selalu linear tetapi bisa saling berhubungan satu sama lain, semuanya saling mendukung.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #81 on: 07 July 2011, 08:19:57 PM »
Yup, saya bisa melihatnya.
Tapi pencapaian sotapanna dikatakan dapat dicapai melalui vipassana tanpa jhana, berdasarkan inilah saya berpendapat bahwa setelah melakukan pandangan terang dan mendapatkan pengetahuan maka terdapat ketenangan yang dapat mendukung pencapaian jhana untuk maju pada tahap berikutnya.

saya pikir kita sedang membahas tentang jhana bukan tingkat2 kesucian, seorang yg telah suci mungkin memiliki jhana mungkin juga tidak, sebaliknya seorang yg memiliki jhana mungkin suci mungkin juga tidak.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #82 on: 07 July 2011, 08:24:39 PM »
saya pikir kita sedang membahas tentang jhana bukan tingkat2 kesucian, seorang yg telah suci mungkin memiliki jhana mungkin juga tidak, sebaliknya seorang yg memiliki jhana mungkin suci mungkin juga tidak.

Saya menyatakan soal tingkat kesucian dalam rangka bahwa dalam vipassana dimungkinkan tanpa jhana bahkan bisa sampai tahap mencapai kesucian sesuai perkembangan topik dengan kutipan dan pertanyaan anda.

Bisa dimengerti?
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #83 on: 07 July 2011, 08:26:50 PM »
Saya menyatakan soal tingkat kesucian dalam rangka bahwa dalam vipassana dimungkinkan tanpa jhana bahkan bisa sampai tahap mencapai kesucian sesuai perkembangan topik dengan kutipan dan pertanyaan anda.

Bisa dimengerti?


saya tidak pernah menyangkal bahwa vipassana bisa dilatih tanpa melalui jhana. saya setuju sepenuhnya hal ini, tapi ini bukanlah topik diskusi kita

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #84 on: 07 July 2011, 08:30:11 PM »
saya tidak pernah menyangkal bahwa vipassana bisa dilatih tanpa melalui jhana. saya setuju sepenuhnya hal ini, tapi ini bukanlah topik diskusi kita

Lalu apa maksud dari pertanyaan anda sebelumnya tentang perbedaan?
Itulah penjelasan saya atas pertanyaan anda, bahwa memang berbeda dan perbedaan itulah yang saya jelaskan.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #85 on: 07 July 2011, 08:36:21 PM »
Lalu apa maksud dari pertanyaan anda sebelumnya tentang perbedaan?
Itulah penjelasan saya atas pertanyaan anda, bahwa memang berbeda dan perbedaan itulah yang saya jelaskan.

 wah kalo gitu ada salah paham.
perbedaan yg saya maksudkan adalah, pada pernyataan pertama anda mengatakan bahwa mengatakan berlatih vipassana dulu sampai memperoleh pengetahuan kemudian baru mencapai jhana2, sedangkan pernyataan dari sutta adalah berlatih vipassana tapi tidak berhasil mencapai pengetahuan (pandangan terang) kemudian melatih jhana dan muncul pengetahuan.

sekarang, melihatkah anda perbedaannya?

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #86 on: 07 July 2011, 08:46:17 PM »
wah kalo gitu ada salah paham.
perbedaan yg saya maksudkan adalah, pada pernyataan pertama anda mengatakan bahwa mengatakan berlatih vipassana dulu sampai memperoleh pengetahuan kemudian baru mencapai jhana2, sedangkan pernyataan dari sutta adalah berlatih vipassana tapi tidak berhasil mencapai pengetahuan (pandangan terang) kemudian melatih jhana dan muncul pengetahuan.

sekarang, melihatkah anda perbedaannya?

Sudah saya katakan sebelumnya bahwa saya melihat perbedaannya, oleh karena itulah saya menjawab yang sesuai pernyataan saya tersebut bahwa, pencapaian sotapana yang notabene telah memiliki pengetahuan lewat vipassana dimungkinkan tanpa jhana. Dan dengan pengetahuan ini yang menghasilkan ketenangan dalam meditasi dapat digunakan sebagai pendukung untuk mendapatkan jhana. Sebagaimana kutipan dibawah ini:

Quote
Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Udah bisa dimengerti?
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #87 on: 07 July 2011, 09:02:37 PM »
Sudah saya katakan sebelumnya bahwa saya melihat perbedaannya, oleh karena itulah saya menjawab yang sesuai pernyataan saya tersebut bahwa, pencapaian sotapana yang notabene telah memiliki pengetahuan lewat vipassana dimungkinkan tanpa jhana. Dan dengan pengetahuan ini yang menghasilkan ketenangan dalam meditasi dapat digunakan sebagai pendukung untuk mendapatkan jhana. Sebagaimana kutipan dibawah ini:

Udah bisa dimengerti?


mungkin saya ulangi sedikit kronologisnya.

indra: jadi menurut anda, jhana2 yg lengkap dengan faktor2nya itu juga dicapai melalui vipassana?
hendrako: Bukan melalui vipassana, tetapi berpasangan dengan vipassana, setelah pengetahuan berhasil diperoleh di dalam vipassana, biasanya yogi mendapatkan ketenangan, ketenangan ini mendukung proses pencapain jhana dengan memindahkan obyek pada obyek yang dipilih, titik keluar masuk nafas misalnya, bukan jalan nafas panjang atau pendek.
indra: nah ini tambah menarik, jadi urutannya seorang yogi berlatih vipassana dulu baru kemudian mencapai jhana? apa gunanya jhana di sana ketika ia telah memiliki pengetahuan?
hendrako: Untuk dapat mengamati fenomena yang lebih halus sifatnya. Apakah anda belum pernah mendengar bahwa vipassana dapat dilakukan tanpa jhana? terutama untuk pencapaian sotapanna. [lanjut kutipan sutta]

Quote
"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

indra:anda mengatakan "vipassana dulu sampai memperoleh pengetahuan baru jhana", sedangkan kutipan sutta itu mengatakan "vipassana dulu tapi gagal memperoleh pengetahuan, lanjut ke jhana." melihatkan perbedaannya?

dari kronologi itu, pertanyaan utama saya adalah yg merah.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #88 on: 07 July 2011, 09:09:35 PM »
mungkin saya ulangi sedikit kronologisnya.

indra: jadi menurut anda, jhana2 yg lengkap dengan faktor2nya itu juga dicapai melalui vipassana?
hendrako: Bukan melalui vipassana, tetapi berpasangan dengan vipassana, setelah pengetahuan berhasil diperoleh di dalam vipassana, biasanya yogi mendapatkan ketenangan, ketenangan ini mendukung proses pencapain jhana dengan memindahkan obyek pada obyek yang dipilih, titik keluar masuk nafas misalnya, bukan jalan nafas panjang atau pendek.
indra: nah ini tambah menarik, jadi urutannya seorang yogi berlatih vipassana dulu baru kemudian mencapai jhana? apa gunanya jhana di sana ketika ia telah memiliki pengetahuan?
hendrako: Untuk dapat mengamati fenomena yang lebih halus sifatnya. Apakah anda belum pernah mendengar bahwa vipassana dapat dilakukan tanpa jhana? terutama untuk pencapaian sotapanna. [lanjut kutipan sutta]

indra:anda mengatakan "vipassana dulu sampai memperoleh pengetahuan baru jhana", sedangkan kutipan sutta itu mengatakan "vipassana dulu tapi gagal memperoleh pengetahuan, lanjut ke jhana." melihatkan perbedaannya?

dari kronologi itu, pertanyaan utama saya adalah yg merah.

Masyaoloh... kan udah dijawab bold biru (di atas) , dan bahkan anda menyatakan persetujuan.......
Untuk dapat mengamati fenomena yang lebih halus sifatnya. Apakah anda belum pernah mendengar bahwa vipassana dapat dilakukan tanpa jhana? terutama untuk pencapaian sotapanna.
Dan anda menjawab:
ini saya setuju, tapi setelah bervipassana dan memperoleh pengetahuan, apa perlunya lagi melatih jhana? pendapat umum adalah jhana yg mendukung vipassana, bukan sebaliknya.
Dan saya memberikan referensi, yang akhirnya anda tanyakan juga tentang perbedaan dan telah saya jawab kemudian anda bingung dan kembali lagi ke pertanyaan yang dibold merah di atas...... ::) muter teruusss...
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #89 on: 07 July 2011, 09:12:08 PM »
Masyaoloh... kan udah dijawab bold biru (di atas) , dan bahkan anda menyatakan persetujuan.......Dan anda menjawab:Dan saya memberikan referensi, yang akhirnya anda tanyakan juga tentang perbedaan dan telah saya jawab kemudian anda bingung dan kembali lagi ke pertanyaan yang dibold merah di atas...... ::) muter teruusss...


anda punya referensi lain lagi yg mendukung penjelasan anda? karena sutta yg anda kutip sebelumnya jelas tidak mengatakan hal demikian.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #90 on: 07 July 2011, 09:13:28 PM »
anda punya referensi lain lagi yg mendukung penjelasan anda? karena sutta yg anda kutip sebelumnya jelas tidak mengatakan hal demikian.

Referensi yang saya berikan ada 2 sutta, apakah anda tidak melihatnya........ cape bener dah.... coba baca lagi post ane yang ada referensinya.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #91 on: 07 July 2011, 09:16:13 PM »
Ane off dulu, silahkan baca referensi yang kedua.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #92 on: 07 July 2011, 09:19:30 PM »
Referensi yang saya berikan ada 2 sutta, apakah anda tidak melihatnya........ cape bener dah.... coba baca lagi post ane yang ada referensinya.

justru bantahan yg saya kutip saya ambil dari sutta ke2

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #93 on: 07 July 2011, 09:38:55 PM »
huahaha makin kacau dan ribet aja debatnya :) :) :)
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #94 on: 07 July 2011, 09:51:20 PM »
ada mbah dtgvajra,

ditunggu komentarnya mbah, berdasarkan pengalaman juga boleh, apakah jhana bisa dicapai sambil melakukan aktivitas sehari2?

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #95 on: 07 July 2011, 10:03:35 PM »
Pada jhana IV, obyek meditasi sudah bukan pada nafas tetapi keseimbangan batin itu sendiri.
bahkan pada jhana 2 perhatian pada nafas sudah ditinggalkan, tetapi dimulai dari piti.

mau tanya om ;D, apakah keseimbangan batin tidak dapat dipertahankan dalam kegiatan sehari-hari? ;D

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #96 on: 07 July 2011, 10:21:47 PM »
justru bantahan yg saya kutip saya ambil dari sutta ke2

Maksud ane sutta yang satunya yang tidak anda kutip, padahal ini adalah sutta pertama tapi justru anda lewati ?? (Ada apa gerangan??)

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #97 on: 07 July 2011, 10:27:50 PM »
mau tanya om ;D, apakah keseimbangan batin tidak dapat dipertahankan dalam kegiatan sehari-hari? ;D

Maaf bro, dalam hubungan dengan Jhana sebenarnya faktor kelima bukan upekkha, tetapi Ekaggata, mungkin terbawa istilah dari member sebelumnya, maaf atas kekurang-telitiannya.

Tentang Upekkha yang dapat dipertahankan dalam kegiatan sehari-hari, jawabannya tentu mungkin.

Mungkin link ini bisa membantu.
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/brahmavihara.pdf
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #98 on: 07 July 2011, 10:46:39 PM »
Maksud ane sutta yang satunya yang tidak anda kutip, padahal ini adalah sutta pertama tapi justru anda lewati ?? (Ada apa gerangan??)

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.


karena kutipan di atas tidak relevan sehubungan dengan diskusi kita. saya bisa menerima penjelasan di atas bahwa ketika seorang praktisi vipassana yg tidak memiliki ketenangan harus melatih jhana untuk memperoleh ketenangan. tapi kasus yg saya tanyakan ada pada sutta satunya lagi, yaitu mengenai seorang praktisi vipassana yg blm memperoleh pengetahuan pandangan terang kemudian melatih jhana untuk memperoleh pengetahuan itu. hal ini berlawanan dengan pernyataan anda.

jadi alasan kenapa saya tidak mengutip sutta ini adalah karena tidak relevan dengan pertanyaan saya pada anda.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #99 on: 07 July 2011, 10:53:56 PM »
karena kutipan di atas tidak relevan sehubungan dengan diskusi kita. saya bisa menerima penjelasan di atas bahwa ketika seorang praktisi vipassana yg tidak memiliki ketenangan harus melatih jhana untuk memperoleh ketenangan. tapi kasus yg saya tanyakan ada pada sutta satunya lagi, yaitu mengenai seorang praktisi vipassana yg blm memperoleh pengetahuan pandangan terang kemudian melatih jhana untuk memperoleh pengetahuan itu. hal ini berlawanan dengan pernyataan anda.

jadi alasan kenapa saya tidak mengutip sutta ini adalah karena tidak relevan dengan pertanyaan saya pada anda.

Yang saya lihat anda hanya mencari-cari kesalahan karena contoh2 yang anda kemukakan sebelumnya ternyata tidak mendukung pernyataan anda, petapa Asita misalnya.

Saya sudah katakan itu memang berbeda, berbeda tidak pasti mengindikasikan salah, bisa terjadi kedua2nya, kenapa anda tidak mengutip juga kutipan yang sesuai dengan pernyataan saya? sebaliknya hanya mengutip yang berbeda, lagipula kedua sutta tersebut jelas menunjukkan bahwa jhana bisa dicapai setelah Vipassana, untuk menanggapi pernyataan anda bahwa pandangan umum menyatakan sebaliknya. Dan saya mengatakan bahwa kedua2nya bisa.

Udah ah.... cukup disini aja keknya (dan ini mungkin yang anda harapkan)

Saya rasa penjelasan tentang topik sudah cukup.
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #100 on: 07 July 2011, 10:57:42 PM »
Yang saya lihat anda hanya mencari-cari kesalahan karena contoh2 yang anda kemukakan sebelumnya ternyata tidak mendukung pernyataan anda, petapa Asita misalnya.

Saya sudah katakan itu memang berbeda, berbeda tidak pasti mengindikasikan salah, bisa terjadi kedua2nya, kenapa anda tidak mengutip juga kutipan yang sesuai dengan pernyataan saya? sebaliknya hanya mengutip yang berbeda, lagipula kedua sutta tersebut jelas menunjukkan bahwa jhana bisa dicapai setelah Vipassana, untuk menanggapi pernyataan anda bahwa pandangan umum menyatakan sebaliknya. Dan saya mengatakan bahwa kedua2nya bisa.

Udah ah.... cukup disini aja keknya (dan ini mungkin yang anda harapkan)

Saya rasa penjelasan tentang topik sudah cukup.

jika anda meminta tentu saya akan memberikan referensi yg saya miliki sehubungan dengan statement saya, tapi anda terlanjur emosi duluan, sehingga anda cenderung "yg penting membantah dulu, penjelasan belakangan".

sepertinya anda sudah tidak mampu mengendalikan emosi anda dalam berdiskusi, ya saya pikir sudah cukup. mohon maaf jika sudah menyakiti anda.

_/\_

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #101 on: 07 July 2011, 11:01:37 PM »
jika anda meminta tentu saya akan memberikan referensi yg saya miliki sehubungan dengan statement saya, tapi anda terlanjur emosi duluan, sehingga anda cenderung "yg penting membantah dulu, penjelasan belakangan".

sepertinya anda sudah tidak mampu mengendalikan emosi anda dalam berdiskusi, ya saya pikir sudah cukup. mohon maaf jika sudah menyakiti anda.

_/\_

 :)

Saya tidak emosi, hanya saja saya tidak melihat itikad yang baik dari anda pada post2 terakhir, hanya berputar2.
Banyak pertanyaan2 sebelumnya yang tidak anda jawab juga, hanya menghindar dengan bertanya topik yang lain karena mungkin tidak bisa dijawab.
Saya hanya tidak ingin itikad itu berlangsung lama.

Yup, sampai disini saja.

yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #102 on: 07 July 2011, 11:06:33 PM »
:)

Saya tidak emosi, hanya saja saya tidak melihat itikad yang baik dari anda pada post2 terakhir, hanya berputar2.
Banyak pertanyaan2 sebelumnya yang tidak anda jawab juga, hanya menghindar dengan bertanya topik yang lain karena mungkin tidak bisa dijawab.
Saya hanya tidak ingin itikad itu berlangsung lama.

Yup, sampai disini saja.



mohon kesediaan anda untuk menunjukkan pertanyaan mana yg tidak saya jawab, karena siang tadi saya memang kesulitan menjawab berhubung online pake HP

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #103 on: 07 July 2011, 11:11:46 PM »
mohon kesediaan anda untuk menunjukkan pertanyaan mana yg tidak saya jawab, karena siang tadi saya memang kesulitan menjawab berhubung online pake HP

Oh begitu, sekarang HP yang disalahkan.
Apabila sekarang anda sudah menggunakan PC atau Laptop, berarti sudah mudah anda cari sendiri.
Apabila masi pake HP.....?? ntar gara2 HP lagi.
Tapi udah cukup deh, tanggapan2 saya udah saya rasa jelas, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.
 _/\_


yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #104 on: 07 July 2011, 11:13:50 PM »
Oh begitu, sekarang HP yang disalahkan.
Apabila sekarang anda sudah menggunakan PC atau Laptop, berarti sudah mudah anda cari sendiri.
Apabila masi pake HP.....?? ntar gara2 HP lagi.
Tapi udah cukup deh, tanggapan2 saya udah saya rasa jelas, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.
 _/\_




yg saya katakan itu adalah fakta, memang begitu kondisi saya belakangan ini pada jam kerja.
tapi, yg terakhir ini memang saya cuma mau melihat sampai dimana ke"cukup di sini saja"an anda saja, yg membuktikan bahwa sebenarnya belum cukup ;D

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #105 on: 07 July 2011, 11:20:55 PM »
Saya hanya menanggapi permohonan anda, ternyata hanya jebakan.
Ok lah, no problem.   :)

mohon kesediaan anda untuk menunjukkan pertanyaan mana yg tidak saya jawab, karena siang tadi saya memang kesulitan menjawab berhubung online pake HP

tapi, yg terakhir ini memang saya cuma mau melihat sampai dimana ke"cukup di sini saja"an anda saja, yg membuktikan bahwa sebenarnya belum cukup ;D
yaa... gitu deh

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #106 on: 07 July 2011, 11:26:03 PM »
Saya hanya menanggapi permohonan anda, ternyata hanya jebakan.
Ok lah, no problem.   :)


hanya usaha untuk bersenang2 sebelum tidur, jangan dianggap serius _/\_

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #107 on: 08 July 2011, 05:21:15 AM »
Maaf saya ingin bertanya bagaimana kita mengetahui bahwa kita sudah mencapai jhana keberapa bisakah teman2 sedhamma bisa membantu menjelaskan dengan kata2 sederhana dan mudah dipahami lalu sahabat saya bilang ada jhana ke lima setau saya jhana sampai ke empat dia mengatakan ada seorang bhikku dari kamboja dapat melihat tembus pandang bisa melihat tengkorak tubuh denyut nadi urat saraf penyakit dalam misal kencing batu dia tau batunya dimana ukuran berapa besar dan dia memiliki kemampuan untuk mengambil batu itu langsung tanpa operasi apa mungkin seperti itu menurut pendapat teman2 bagaimana!!!

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #108 on: 08 July 2011, 06:46:28 AM »
sepertinya ada masalah bahasa nih

fyi, vipassana dalam sutta itu bukan tehnik meditasi, demikian pula samatha, tetapi kualitas mental. Jadi kalau digabungkan dan jadi rancu, kualitas mental dianggap tehnik meditasi, bisa runyam.



----------
AN 2.30: Vijja-bhagiya Sutta
Quote
"These two qualities have a share in clear knowing. Which two? Tranquillity (samatha) & insight (vipassana).

"When tranquillity is developed, what purpose does it serve? The mind is developed. And when the mind is developed, what purpose does it serve? Passion is abandoned.

"When insight is developed, what purpose does it serve? Discernment is developed. And when discernment is developed, what purpose does it serve? Ignorance is abandoned.

"Defiled by passion, the mind is not released. Defiled by ignorance, discernment does not develop. Thus from the fading of passion is there awareness-release. From the fading of ignorance is there discernment-release."

MN 149 Maha-salayatanika Sutta
Quote
...
"Any view belonging to one who has come to be like this is his right view. Any resolve, his right resolve. Any effort, his right effort. Any mindfulness, his right mindfulness. Any concentration, his right concentration: just as earlier his actions, speech, & livelihood were already well-purified. Thus for him, having thus developed the noble eightfold path, the four frames of reference go to the culmination of their development. The four right exertions... the four bases of power... the five faculties... the five strengths... the seven factors for Awakening go to the culmination of their development. [And] for him these two qualities occur in tandem: tranquillity & insight.


AN 10.71: Akankha Sutta
Quote
...
[9] "If a monk would wish, 'May I attain — whenever I want, without strain, without difficulty — the four jhanas that are heightened mental states, pleasant abidings in the here-&-now,' then he should be one who brings the precepts to perfection, who is committed to inner tranquillity of awareness, who does not neglect jhana, who is endowed with insight, and who frequents empty dwellings.

[10] "If a monk would wish, 'May I — with the ending of mental fermentations — remain in the fermentation-free awareness-release & discernment-release, having directly known & realized them for myself in the here-&-now,' then he should be one who brings the precepts to perfection, who is committed to inner tranquillity of awareness, who does not neglect jhana, who is endowed with insight, and who frequents empty dwellings.
...

SN 12.23: Upanisa Sutta
Quote
...
"Concentration, monks, also has a supporting condition, I say, it does not lack a supporting condition. And what is the supporting condition for concentration? 'Happiness' should be the reply.

"Happiness, monks, also has a supporting condition, I say, it does not lack a supporting condition. And what is the supporting condition for happiness? 'Tranquillity' should be the reply.
...
-------------

AN 10.54: Samatha Sutta
Quote
...
"But if, on examination, the monk knows, 'I am one who achieves both internal tranquility of awareness and insight into phenomena through heightened discernment,' then his duty is to make an effort in maintaining those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the effluents.
...


AN 4.94: Samadhi Sutta
Quote
...
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
...

SN 41.6: Kamabhu Sutta
Quote
...
"Actually, householder, you have asked last what should have been asked first. Nevertheless, I will answer you. Two qualities are of great help in the attainment of the cessation of perception & feeling: tranquillity & insight."
....
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #109 on: 08 July 2011, 08:23:14 AM »
Maaf saya ingin bertanya bagaimana kita mengetahui bahwa kita sudah mencapai jhana keberapa bisakah teman2 sedhamma bisa membantu menjelaskan dengan kata2 sederhana dan mudah dipahami lalu sahabat saya bilang ada jhana ke lima setau saya jhana sampai ke empat dia mengatakan ada seorang bhikku dari kamboja dapat melihat tembus pandang bisa melihat tengkorak tubuh denyut nadi urat saraf penyakit dalam misal kencing batu dia tau batunya dimana ukuran berapa besar dan dia memiliki kemampuan untuk mengambil batu itu langsung tanpa operasi apa mungkin seperti itu menurut pendapat teman2 bagaimana!!!

dengan menganalisa faktor2 yg terdapat dalam jhana itu, jika dalam jhana itu terdapat, vitakka (awal pikiran), vicara (kelangsungan pikiran), piti (kegembiraan), sukha (kebahagiaan, ekagatta (keterpusatan pikiran), maka ini adalah jhana 1. kemudian jika kemudian faktor vitakka dan vicara lenyap, maka itu adalah jhana 2, kemudian lagi jika piti lenyap, hanya ada sukha dan ekagatta, maka ini adalah jhana 3, dan selanjutnya jika hanya ada ekagatta dan upekkha (keseimbangan), maka itu adalah jhana 4. ada sedikit perbedaan dalam faktor2 ini menurut Abhidhamma, tapi penjelasan abhidhamma ini akan menjadi tidak sederhana dan tidak mudah dipahami.

Sutta hanya mendefinisikan 4 jhana, tetapi dalam Abhidhamma pengelompokan ini jadi 5, sebenarnya 4 dan 5 ini adalah sama. dalam sutta jhana 2 meninggalkan vitakka dan vicara spt penjelasan di atas, tetapi abhidhamma mengatakan jhana 2 hanya meninggalkan vitakka dan jhana 3 meninggalkan vicara, jhana 4 dan 5 dari abhidhamma sama dengan jhana 3 dan 4 dari sutta.


soal melihat tembus, no comment deh, sejauh yg saya tau, memang ada kamera tertentu yg bisa melihat tembus lapisan kain, bisa digunakan untuk ngintip ;D

btw, bhikkhu itu ada di mana saat ini? kebetulan saya punya batu yg harus diambil
« Last Edit: 08 July 2011, 08:24:45 AM by Indra »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
1
« Reply #110 on: 09 July 2011, 08:25:51 AM »
Apabila "hanya" Jhana, tapi belum mendapatkan kebijaksanaan (panna),
Maka nafsu indra bisa muncul sewaktu-waktu, tidak jauh beda dengan orang yang tidak berlatih.

Hanya kebijaksanaanlah yang dapat menghadang larut dalam kilesa.
Apabila seseorang dapat menyadari timbulnya nafsu dan tidak menurutinya, maka besar kemungkinan orang tersebut tidak sekedar mencapai Jhana namun telah mendapatkan kebijaksaan dalam bhavana.


Setuju, selama masih ada pandangan keliru, maka seseorang masih dipengaruhi oleh nafsu indra. Seperti seseorang yang pergi meditasi ke hutan, dan menutup semua indra dari pengaruh luar, seseorang mendapatkan keheningan. Keheningan yang seperti ini hanyalah semu karena tidak ada kebijaksanaan disitu. Kemelekatan kita masih ada disana, hanya sementara di endapkan karena di jauhkan dari segala hal ekternal.
Ketika seseorang kembali ke dunia luar dan bertemu dengan segala hal ekternal, maka keheningannya akan kembeli terpengaruh oleh segala hal ekternal  jika dia tidak punya pandangan benar / kebijaksanaan atas segala hal ekternal tersebut.
Karena pelepasan hanya bisa tercapai jika ada kebijaksanaan, dan kebijaksanaan muncul karena adanya pengetahuan, pengetahuan muncul karena adanya pengamatan secara langsung dan mendalam atas segala fenomena tersebut dan melihatnya sebagai apa adanya muncul dan lenyap.

Jika dikatakan menutup semua indra kita dan menjauhkan dari segala hal ekternal, seseorang bisa terbebaskan, maka seharusnya orang buta, orang tuli tentunya sudah mencapai kebebasan.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #111 on: 09 July 2011, 09:28:36 AM »
Jika dikatakan menutup semua indra kita dan menjauhkan dari segala hal ekternal, seseorang bisa terbebaskan, maka seharusnya orang buta, orang tuli tentunya sudah mencapai kebebasan.

apakah indra yg anda maksudkan hanya mata dan telinga?

bakal asyik nih ada master djoe, dari kotoran meningkat ke jhana
« Last Edit: 09 July 2011, 09:31:49 AM by Indra »

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #112 on: 10 July 2011, 02:18:32 PM »
Dalam hal ini kita memang berbeda pengertian.  :)
Sekali lagi, (menurut saya) pada jhana 2 perhatian sudah bukan pada nafas (sebagaimana obyek meditasi lainnya yang membawa pada jhana).
Justru apabila obyek nafas tidak ditinggalkan maka tidak dapat ke tahap berikutnya, karena obyek tersebut termasuk obyek yang "kasar".


Ini yang dari kemarin mengganggu pikiran saya, setahu saya meditasi samatha kalau  menggunakan objek nafas maka makin tinggi jhananya, maka makin halus nafasnya bahkan cenderung dikatakan hilang.

Sedangkan kalau menggunakan objek kasina, maka makin tinggi jhananya, maka kasina yang terlihat makin jelas, makin terang.

Kalau pada jhana 2 objek kasinanya di buang, bagaimana mungkin bisa pada jhana selanjutnya kasina yang terlihat semakin jelas dan terang?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #113 on: 10 July 2011, 08:57:43 PM »

Ini yang dari kemarin mengganggu pikiran saya, setahu saya meditasi samatha kalau  menggunakan objek nafas maka makin tinggi jhananya, maka makin halus nafasnya bahkan cenderung dikatakan hilang.

Sedangkan kalau menggunakan objek kasina, maka makin tinggi jhananya, maka kasina yang terlihat makin jelas, makin terang.

Kalau pada jhana 2 objek kasinanya di buang, bagaimana mungkin bisa pada jhana selanjutnya kasina yang terlihat semakin jelas dan terang?


Maaf kalau pendapat saya sampai mengganggu, saya tentu saja bisa salah, hanya latihan dan pengalaman yang mampu menjawab hingga tidak ada yang perlu ditanyakan lagi. Dari pengalaman, terlalu banyak referensi dalam metoda meditasi bisa jadi membingungkan karena guru yang satu dengan lainnya bisa berbeda sekali penjelasannya.

Yang jelas pada saat terjun di latihan, teknik2 dan info2 tersebut harus dikesampingkan, jangan sampai ada konsep atau diskusi batin timbul dalam latihan, apabila ada.... jangan hiraukan.... terus saja memperhatikan obyek yang dipilih.
Sejauh ini saya hanya berlatih dengan obyek nafas, belum pernah obyek kasina dan memang benar2 tidak ada niat ke situ sama sekali. Pernah mencoba mengalihkan pada bagian tubuh....tapi masih kesulitan....

Saran saya, jangan sampe dibingungkan dengan informasi luar, yang penting masuk ke dalam latihan.
Anda sudah memiliki guru, sebaiknya lakukan sebagaimana yang beliau ajarkan dengan dedikasi.
Sebenarnya topik diskusi kita awalnya adalah soal "aktivitas dan jhana." tapi melebar sampai faktor2 jhana.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #114 on: 11 July 2011, 08:00:37 AM »
Mohon maaf terlebih dahulu, ini hanya sekedar tebakan saya pribadi.

Melihat dari keterangan anda seperti teknik yang anda pelajari adalah vipasanna dengan jhana I sebagai landasan.  Apakah hal ini benar?

Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #115 on: 11 July 2011, 03:26:49 PM »
Mohon maaf terlebih dahulu, ini hanya sekedar tebakan saya pribadi.

Melihat dari keterangan anda seperti teknik yang anda pelajari adalah vipasanna dengan jhana I sebagai landasan.  Apakah hal ini benar?



Saya hanya bisa menggambarkan bahwa di dalam meditasi awalnya saya hanya memperhatikan nafas hingga merasa tenang, tenang dalam artian kondisi batin, jadi seringkali masih ada gerakan pikiran namun sudah tidak masalah lagi. Awalnya gerakan pikiran ini benar2 mengganggu, sampai pada suatu waktu pada saat membaca kotbah Ajahn Chah tentang monyet yang memang tidak bisa diam, dan di dalam kotbahnya yang lain yang menyatakan bahwa pikiran bergerak adalah memang sifat pikiran.
Pengertian di atas benar-benar sangat membantu, pada saat ada sedikit ketenangan namun tetap ada gerakan pikiran, kondisi batin menjadi tetap tenang karena tidak merasa terganggu oleh gerakan tersebut, kurang lebih dengan gigitan nyamuk yang tidak mengganggu batin karena keterpusatan pada obyek, ada rasa sakit tapi tidak mengganggu dan apabila ketenangan ini tetap langgeng, celoteh batin tersebut lambat laun menjadi berkurang.
Setelah merasa ketenangan cukup inilah biasanya dialihkan pada fenomena, baik batin maupun jasmani. Atau di lain waktu hanya mencoba memusatkan pikiran..... jadi tidak tentu dan masih tahap pemula banget dah.

Lebih tepatnya saya masih berlatih anapanasati (bisa samatha atau vipassana).
Yang jelas setiap sesi terasa tidak pernah sama, menginginkan kondisi yang sama dengan sebelumnya hanya membawa penderitaan.
Kadang terasa maju kadang mundur kadang stagnan.......anicca. Pokoknya.... (mengutip kata guru Chah)..."teruslah berlatih."

Note: Kata Parikamma "Buddho" sangat membantu saya di awal meditasi. Saya selalu mengawalinya dengan kata parikama ini, lamanya bervariasi tergantung kondisi batin pada saat itu, setelah terasa agak tenang baru kata ini dilepaskan dan hanya mengamati nafas.

« Last Edit: 11 July 2011, 03:28:37 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #116 on: 11 July 2011, 03:35:29 PM »
Quote
Kalo sambil beraktivitas keknya gak bisa jhana, kalo dibilang di sela-sela aktivitas kemungkinan bisa (bagi yang sudah mahir).
Alasannya, kalo kita perhatikan samatha, walau dalam posisi duduk diam apabila obyeknya tidak mendukung maka tidak mungkin bisa masuk ke dalam jhana, dari sekian obyek tidak semua obyek dapat mengantarkan ke Jhana, apalagi pada saat beraktivitas karena obyeknya berpindah2.

jika pikiran telah menyatu dengan perbuatan tubuh, maka pencapaian Jhana ketika beraktifitas adalah mungkin.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #117 on: 11 July 2011, 04:20:56 PM »
 [at]  hendrako

Ok thanks atas sharingnya, berarti benar dugaan saya.

Anda menggunakan objek nafas sampai masuk pada jhana dan setelah itu perhatian di lepas dari objek dan diarahkan pada timbul dan lenyapnya fenomena yang ada pada saat itu.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #118 on: 11 July 2011, 04:39:01 PM »
saya tidak pernah benar benar meditasi....

 ;D
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #119 on: 11 July 2011, 10:20:24 PM »
[at]  hendrako

Ok thanks atas sharingnya, berarti benar dugaan saya.

Anda menggunakan objek nafas sampai masuk pada jhana dan setelah itu perhatian di lepas dari objek dan diarahkan pada timbul dan lenyapnya fenomena yang ada pada saat itu.

Saya belum mencapai jhana, hanya sampai pada ketenangan.
Pada saat mengamati fenomena, nafas sebenarnya juga tidak benar2 ditinggalkan justru karena kalau benar2 dilepas bisa terhanyut pada fenomena tersebut.... agak sulit menggambarkannya yang jelas agak berbeda dengan apabila sekedar memperhatikan nafas. Nafas tetap ada dan bahkan seolah-olah memberi jarak antara yang diamati dan yang mengamati, hanya saja nafas memang menjadi halus pada saat tenang. Sulit juga deskripsinya.......

Btw, sharing saya jangan dijadikan referensi soalnya jg masih tahap belajar, yang jadi guru saya juga hanyalah referensi2 tulisan. Yang agak aneh, buku2 yang berisi penjelasan metoda secara sistematis justru tidak terlalu membantu saya dalam praktek, justru kotbah2 Ajahn Chah yang bukan merupakan petunjuk sistematis yang banyak membantu. Keknya, pengertian benar, benar2 merupakan syarat utama.

Bagaimana dengan pengalaman bro Dragon sendiri, sharing dong.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #120 on: 11 July 2011, 10:25:43 PM »
saya tidak pernah benar benar meditasi....

 ;D

Kalo ada kesempatan retret.... langsung sikat aja bro.... ane sampe sekarang belum ada jodoh nih... kepingin banget nyicipi retret barang 1-2 minggu. Ane rasa, pengertian ajaran Buddha justru lewat jalan ini, bukan sekedar kata2.
yaa... gitu deh

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Pendapat dan Dugaan Seputar Jhana
« Reply #121 on: 12 July 2011, 12:56:37 AM »
Lebih kurang hampir sama lah metode yang saya gunakan dengan anda.  Metode gabungan antara samatha dan vipasanna.

Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

 

anything