Semoga kertas yg digunakan bisa lebih baik, syukur2 hvs. _/\_
Semoga kertas yg digunakan bisa lebih baik, syukur2 hvs. _/\_
Semoga kertas yg digunakan bisa lebih baik, syukur2 hvs. _/\_
dan lebih hemat...
harga kertas sih lebih mahal tapi dikompensasi dengan ongkos kirim yg lebih murah, jadi secara total kurang lebih sama deh.sy kira lebih murah.... ;D
kenapa HVS lebih baik?
Karena lebih tahan lama, dan tidak cepat kuning apalagi kalau disimpan dalam ruangan tak ber-AC.
Buku2 E*i P*****o gw seperti Superpower Mindfulness by Ajahn Brahm yang kertasnya bukan HVS (kertasnya warna kuning kayak Nikaya2 DC) dalam 2 tahun kertasnya udah bertotol2 kuning. Kelihatannya kertasnya lebih cepat menyerap kelembaban ketimbang HVS.
Sayang sekali kalau naskah Nikaya dll yg berharga dan bisa jadi acuan hingga akhir hayat ( ;D) tapi ternyata tidak bertahan lama. Kertas terbitan DC yang bagus IMHO kertas seperti RAPB cetakan ke-2 (cetakan Taiwan). Kertasnya tipis, ringan, namun putih dan kuat serta tahan lembab.
Just my 2 cents and my wish. _/\_
jangan dipikirin masalah simpan.
tapi manfaat bagi pembaca adalah kesehatan mata lebih terjaga jika pakai paper book/natural white (warna cream white).
di Luar negeri sudah jarang pakai HVS untuk cetak buku bacaan atau novel tapi aplikasi ke brosur atau lainnya yang tidak utk bacaan lama.
Kertas kayak RAPB kan masih bisa bro...
Kalau seperti Nikaya, IMHO seperti kertas koran, tak tahan lembab.
Nanti gw foto'in deh gimana nasibnya buku yg jadi bercak2 kuning di kertas kuning.
kenapa HVS lebih baik?
Yang pasti kalo mao keren pakelah Art Paper......itu dijamin bagus......
:)
maka dari itu, bacalah sebelum menguning. ^:)^
maka dari itu, bacalah sebelum menguning. ^:)^hahahah, setuju..
Yang jelas gunakanlah jenis Kertas yang tidak akan kuning walau Lama disimpan......
Yang tahan disimpan untuk waktu yang lama, kalo (dananya) memungkinkan, gunakanlah jenis kertas yang tahan cuaca Lembab (seperti di Perpustakaan Vihara2 diatas gunung dll itu buku mudah rusak/kuning)
Ini akan membuat jerih payah bertahan untuk waktu yang lama......
:-)
Kalo cuma dibaca tahun in gapapa, tapi pas mau baca lagi 5 tahun y.a.d, yaaaah.... udah jadi ladang jamur dan fungus :)) :))
Yang pasti kalo mao keren pakelah Art Paper......itu dijamin bagus......
:)
Kalau di buku terbitan aslinya, tulisnya
"This book is printed on acid-free paper and meet the guidelines for permanence and durability set by the Council of Library Resources"
untuk Indo entah apakah kita ada bisa pakai guideline seperti ini atau ada akses ke paper seperti itu.
Nah kalo DC bisa pake kertas acid free macam begini tentu OK banget.mesti siapin kacamata khusus supaya liat kertasnya bisa berubah warna :)) soalnya kertas sejujurnya nda ngerti, biarlah yg pakar kek bro adilim sama si kang ryu yg bantu mikir yg terbaik utk terbitan kita berikutnya
Soal warna sih terserah available yg mana untuk kertas macam ini, walau gw tetap prefer yang putih kayak kertas RAPB Taiwan printed. Putihnya pas, gak terlalu keputihan. ;D
ada pabrik di Jatim produksi kertas spesialis kitab Alquran.belum pernah liat kertas Alquran, bagus gak??
belum pernah liat kertas Alquran, bagus gak??
harganya?? ;D
hahahah, setuju..buset dah. bagaimana bacanya om?
gimana klo kertas kalkir, wkwkwk, kebayang belipet2 deh ongkos cetaknya, secara kertas kalkir termasuk kertas mahal, wkwkwk
buset dah. bagaimana bacanya om?
tembus pandang. ;D
buset dah. bagaimana bacanya om?
tembus pandang. ;D
ada pabrik di Jatim produksi kertas spesialis kitab Alquran.
cuma bisa dicetak sebelah halaman keknya, wkwkkw, (lupakan, cuma ide iseng2 tok) :))
memang kaya apa tuh kertas kitab?
Kertas buat kitab suci pasti namanya kertas suci :whistle:
Saya ada sedikit saran: saya lihat buku2 terbitan DC catatan kakinya selalu ditempatkan di akhir bab/akhir buku sehingga menyulitkan dalam membaca catatan kaki (harus buka ke halaman belakang), apalagi kalau baca yang versi PDF. Bagaimana kalau catatan kakinya diletakkan di bagian bawah halaman buku seperti catatan kaki pada buku2 umumnya?
Saya ada sedikit saran: saya lihat buku2 terbitan DC catatan kakinya selalu ditempatkan di akhir bab/akhir buku sehingga menyulitkan dalam membaca catatan kaki (harus buka ke halaman belakang), apalagi kalau baca yang versi PDF. Bagaimana kalau catatan kakinya diletakkan di bagian bawah halaman buku seperti catatan kaki pada buku2 umumnya?
ini memang pernah terpikirkan, tapi ada catatan kaki yg panjangnya lebih dari satu halaman penuh, ini membuat layoutnya menjadi tidak indah, tapi tentu saja masukan ini akan tetap kami pertimbangkan
_/\_
Untuk catatan kaki yang lebih dari satu halaman, di akhir bab lebih baik daripada di akhir buku krn tidak begitu jauh mencari catatan kakinya.... ;D
Untuk catatan kaki yang lebih dari satu halaman, di akhir bab lebih baik daripada di akhir buku krn tidak begitu jauh mencari catatan kakinya.... ;D
untuk MN, kami sedang mempertimbangkan penataan catatan kaki per sutta, jadi catatan kaki bukan di akhir buku juga bukan di bawah halaman, melainkan di halaman tersendiri setelah suttanya. tapi ini pun masih belum diputuskan. silakan para member memberikan saran2, demi kebagusan produk2 DC
Yg lebi hemat kertas.... :P
Sejujurnya saya merasa nyaman saja dengan posisi catatan kaki di akhir buku, kecuali membaca versi pdfnya (biasanya saya copy filenya jadi dua, jadi g usah liat ke bawah lagi)maksudnya yang seperti DN kah?? ;D
Yang menyulitkan adalah masalah penomoran yang diulang2 itu, jadi nomer 1 ada banyak, dst. Lebih enak kalo pake versi berlanjut, jadi penomoran catatan kaki dari bab ke bab menjadi satu saja. Ini bisa mengurangi kesalahan pembaca dalam melihat catatan kaki dan juga bisa mencegah tertukarnya catatan kaki antara bab 1 dan bab lain sebab tidak ada nomor yang sama. :)
maksudnya yang seperti DN kah?? ;Dseperti DN dan SN
_/\_ mau kasih sedikit saran juga, bagaimana kalau sebagian di cetak di dvd atau cd, nah kalau pas acara besar2 bisa titip di bagikan,tapi dikemas dengan tempat yang menarik, jadi lebih hemat ongkos cetak, dan ongkos kirim,. Tapi memang ada sedikit kelemahan sih, harus punya komputer baru bisa buka.Sempat kepikir demikian sih, tapi cukup boros dan berapa banyak orang akan benar2 mencoba membuka cd/dvd itu dibandingkan dengan yg "mengambil" disk nya. Jadi masih tetap mengandalkan media internet nih so far
_/\_ mau kasih sedikit saran juga, bagaimana kalau sebagian di cetak di dvd atau cd, nah kalau pas acara besar2 bisa titip di bagikan,tapi dikemas dengan tempat yang menarik, jadi lebih hemat ongkos cetak, dan ongkos kirim,. Tapi memang ada sedikit kelemahan sih, harus punya komputer baru bisa buka.
untuk MN, kami sedang mempertimbangkan penataan catatan kaki per sutta, jadi catatan kaki bukan di akhir buku juga bukan di bawah halaman, melainkan di halaman tersendiri setelah suttanya. tapi ini pun masih belum diputuskan. silakan para member memberikan saran2, demi kebagusan produk2 DC
untuk MN, kami sedang mempertimbangkan penataan catatan kaki per sutta, jadi catatan kaki bukan di akhir buku juga bukan di bawah halaman, melainkan di halaman tersendiri setelah suttanya. tapi ini pun masih belum diputuskan. silakan para member memberikan saran2, demi kebagusan produk2 DC
Dulu keputusan footnote diakhir halaman krn mengikuti layout source text, selain itu karena mengikuti aturan standard layouting buku yaitu: lembar judul, lembar credit, sambutan/kata pengantar, isi, footnote, n indexing (yg dibuku2 DC belakangan menghilang)
Terakhir indexing ada di buku komentar Anattalakhana Sutta oleh YM. Mahasi Sayadaw
ada alasan kenapa index yg penting itu dihilangkan?
Nanya nih, kok "pancupadanakkhanda" diterjemahkan menjadi "lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan"? Rasanya terlalu panjang, selain itu kata "tunduk" kan tidak ada dalam bahasa Pali-nya (panca [lima] + upadana [kemelekatan] + khanda [kelompok unsur kehidupan])
Kalo boleh usul, bagaimana kalo diterjemahkan menjadi "lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati"?
at ko medho,pm alamat, nanti ta' kirimin brosurnya yg sudah printed full warna :)
boleh minta izinya untuk print out poster di atas ?
dan ditempel di wihara dan tempat lainnya ?
_/\_
[at] Indra: Bukannya dlm bhs Inggris-nya juga "five clinging aggreates"? Tetap saja tdk ada kata "tunduk".... Tapi gak tau jg kalo versi terjemahan Inggris bhikkhu Bodhi....
_/\_
cuma penasaran aja kan sekarang semua harga udah pada naik, cetak buku ini gak ada kenaikan harga kah? ^-^
Nanya nih, kok "pancupadanakkhanda" diterjemahkan menjadi "lima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan"? Rasanya terlalu panjang, selain itu kata "tunduk" kan tidak ada dalam bahasa Pali-nya (panca [lima] + upadana [kemelekatan] + khanda [kelompok unsur kehidupan])
Kalo boleh usul, bagaimana kalo diterjemahkan menjadi "lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati"?
problem ini memang sering kali terjadi, mungkin pada kelahiran berikutnya ketika Pali jadi native languange baru bisa diterjemahkan persis sesuai Pali, sementara itu gue terpaksa mengandalkan sumber English.
apakah ada kenaikan biaya pokok (transportasi dll) setelah BBM dan pengikutnya naik ?
salam,