Tapi apakah kalau menolak bisa dianggap tidak berbakti karena tidak mau membantu, karena sayasy sudah secara halus mengatakan ikannya masih hidup, np ga beli yg mati saja, tp diblg ga da yg mati. Yg ikan itu enak dsb.
Saya bisa mengerti sedikit banyaknya posisi anda. Sebenarnya postingan saya tadi bertujuan untuk membuka "problem" yang sebenarnya. Dan bisa anda lihat bukan, problem sebenarnya ada di faktor external anda, yaitu orang lain (dalam hal ini keluarga, ortu dsb).
Jadi sebenarnya pertanyaan yang lebih tepat adalah bagaimana cara menyadarkan orang tua / keluarga agar mengikuti ajaran Buddhisme dalam hal ini supaya tidak melanggar sila 1.
Dan jawabannya sebenarnya kembali lagi ke individu masing2. Ada orang tua yang mengerti ada juga orang tua yang tidak mau mengerti. Di sini letak rumitnya. Kalau saya pribadi saya lebih melihat ke "prioritas".
Berbakti pada orang tua / keluarga merupakah hal yang wajib. Jadi memakan ikan/kerang terkadang tidak bisa dihindarkan jika orang tua belum mengerti. Kita tidak punya power dalam hal ini. Daripada memicu pertengkaran dengan orang tua, lebih baik kita mengalah.
Tetapi bukan berarti ini kita hanya berbakti "buta" kepada orang tua.
Hal ini juga perlu kita lihat, misalnya tiap hari keluarga Anda memasak ikan / kerang yang masih hidup, saya pikir ada baiknya anda mengatakan sesekali kita mengganti menu. Masih banyak menu yang berupa daging dari hewan yang sudah mati, yang bisa anda tawarkan sebagai solusi kepada orang tua anda.
Intinya, di sinilah letak kita berusaha mencari win win solution (baca: kompromi) yang tentu berlandaskan pada prioritas. Dalam case ini kita harus sadari tidak mungkin kita bisa menerapkan idealisme anda mengenai Buddhisme. Dan ini murni pendapat pribadi dari orang awam yang tidak mengerti Buddhisme