Sigalovada Sutta
Sigalovada sutta ini berisikan percakapan Sang Buddha dengan seorang kepala
keluarga yang masih muda yang bernama Sigala. Disini dijabarkan bagaimana
ajaran tentang Ariyasa Vinaya (tata peraturan Ariya) yang terdapat dalam
ajaranNya, yaitu menghormati mereka yang berharga dan berguna dengan
menjalankan kewajiban kita masing-masing.
Sudah bukan rahasia lagi bagi kita, umat Buddha berkeluarga yang ingin hidup
berbahagia , aman, tentram dan sejahtera dengan menjalankan kewajiban kita.
Ingin tahu kewajiban kamu apa saja..? Lihat yang satu ini
Demikianlah yang telah kudengar:
Pada suatu hari Sang Bhagava bersemayam di dekat Rajagaha di Veluvana di
Kalandakanivapa. Pada waktu itu Sigala yang muda belia, putera seorangkepala
keluarga, bangun pagi-pagi sekali, pergi keluar Rajagaha. Dengan rambut dan
pakaian basah ia mengangkat tangan yang dirangkap, menyembah berbagai arah
bumi dan langit: Timur, Selatan, Barat, Utara, Bawah dan Atas.
Pada pagi itu Sang Bhagava setelah berkemas pagi-pagi sekali dengan
mengenakan jubah dan membawa mangkok memasuki Rajagaha untuk Pindapata.
Ketika Beliau melihat Sigala yang muda belia sedang memuja, Beliau bertanya:
"Kepada keluarga yang muda belia, mengapa engkau bangun pagi-pagi dan
meninggalkan Rajagaha dengan rambut dan pakaian basah, serta memuji berbagai
arah bumi dan langit?"
"Bhante, ayah hamba ketika mendekati ajalnya, telah berpesan kepada hamba:
'Ananda yang baik, engkau harus menyembah berbagai arah bumi dan langit'.
Demikian Bhante, karena menghormati kata-kata ayah hamba, mengindahkannya,
menjunjungnya, menganggap suci, maka hamba bangun pagi-pagi sekali,
meninggalkan Rajagaha dan memuja secara demikian."
"Tetapi dalam agama seorang Ariya, wahai kepala keluarga yang muda belia,
enam arah itu seharusnya tidak disembah secara demikian."
"Bagaimanakah, Bhante, dalam agama seorang Ariya, enam arah itu harus
disembah? Alangkah baiknya, Bhante, jika Sang Bhagava berkenan mengajarkan
sebuah ajaran yang membentangkan cara bagaimana enam arah itu harus disembah
dalam agama seorang Ariya. "
"Dengarkanlah, kepala keluarga yang muda belia, perhatikanlah kata-kata
kami, dan kami akan berbicara"
"Baiklah, Bhante," jawab Sigala yang muda belia.
"Sedemikian jauh, siswa Yang Ariya telah menyingkirkan empat cacat dalam
tingkah laku, duhai kepala keluarga yang muda belia. Sebegitu jauh ia tidak
melakukan perbuatan-perbuatan jahat karena empat dorongan, sebegitu jauh ia
tidak mengejar enam saluran yang menelan kekayaan. Demikianlah ia menjauhkan
diri dari empat belas cara jahat, dia itu pelindung enam arah, ia telah
terlatih sedemikian rupa untuk menaklukkan kedua alam, ia telah terjamin
untuk alam sini dan alam sana. Pada saat hancurnya badan jasmani setelah
mati, ia akan menitis dalam kehidupan bahagia di Surga.
Apakah empat cacat dalam tingkah laku yang telah ia singkirkan? 1.Membunuh,
2.mencuri, 3.kecabulan, dan 4.kata-kata dusta. Inilah empat cacat dal;am
perilaku yang telah ia singkirkan."
Demikian sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Beliau bersabda pula:
"Penjagalan kehidupan, pencurian, berdusta, perzinaan; untuk semuannya itu
tidak sepatahpun kata pujian diberikan oleh Sang Bijaksana.
Apakah empat dorongan yang membuat orang melakukan perbuatan jahat?
Perbuatan jahat dilakukan atas dorongan: 1.Nafsu, 2.kebencian, 3.kebodohan,
4.ketakutan. Siswa Ariya tidak tersesat oleh dorongan-dorongan ini; ia tidak
melakukan perbuatan jahat karena dorongan ini."
Demikian sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Beliau bersabda pula:
"Barang siapa melanggar Dhamma, karena nafsu atau kebencian, kebodohan, dan
ketakutan, maka nama baiknya akan menjadi suram. Barang siapa yang belum
pernah melanggar Dharmma karena nafsu atau kebenciaan, kebodohan, dan
ketakutan, maka namabaik akan menjadi penuh dan sempurna, bagaikan rembulan
dalam masa purnama siddhi.
Apakah enam saluran untuk menghambrkan kekayaan?
1. Ketagihan minum-minuman yang memabukkan;
2. Sering berkeluyuran di jalan pada waktu yang tidak tepat
3. Mengejar tempat-tempat pelesiran;
4. Gemar berjudi;
5. Mempunyai pergaulan yang buruk;
6. Kebiasaan menganggur.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, terhadap
ketagihan pada minum-minuman yang memabukkan:
1. Kehilangan harta;
2. Bertambahnya percekcokan;
3. Mudah terkena penyakit;
4. Kehilangan watak yang baik;
5. Menampakkan diri secara tidak pantas;
6. Melemahkan daya pikir atau kecerdasan.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, karena
berkeluyuran pada waktu yang tidak tepat:
1. Diri sendiri tanpa penjagaan dan perlindungan
2. Anak isteri tiada penjagaan dan perlindungan
3. Harta bendanya tiada penjagaan dan perlindungan
4. Lebih jauh lagi ia dituduh melakukan berbagai tindakan kejahatan
(yang belum jelas).
5. Menjadi sasaran segala macam desas-desus;
6. Ia akan mengalami banyak kesulitan.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari mencari
tempat-tempat pelesiran. Ia akan terus menerus berpikir:
1. Di manakah ada tari-tarian?
2. Di manakah ada nyanyi-nyanyian?
3. Di manakah ada musik?
4. Di manakah ada pertunjukan?
5. Di manakah ada gendang dan tambu?
6. Di manakah ada bunyi-bunyian?
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, bagi orang yang
gemar berjudi:
1. Jika menang, ia memperoleh kebencian;
2. Jika kalah, ia tangisi harta bendanya yang telah hilang;
3. Hartanya yang nyata dihamburkan;
4. Di pengadilan kata-katanya tidak berharga;
5. Dipandang rendah oleh sabahat-sahabat dan pejabat-pejabat
Pemerintah.
6. Ia tidak disukai oleh orang-orang yang mencari menantu laki-laki,
karena mereka akan berkata: 'Seorang penjudi tidak akan sanggup memelihara
isterinya'.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari pergaulan
buruk:
1. Setiap penjudi merupakan sahabat dan kawannya;
2. Setiap pemogok merupakan sahabat dan kawannya;
3. Setiap pemabuk merupakan sahabat dan kawannya;
4. Setiap penipu merupakan sahabat dan kawannya;
5. Setiap tukang memperdayai merupakan sahabat dan kawannya;
6. Setiap tukang berkelahi merupakan sahabat dan kawannya.
Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari kebiasaan
menganggur:
1. Ia berkata: 'Terlalu dingin' dan ia tidak bekerja;
2. Ia berkata: 'Terlalu panas' dan ia tidak bekerja;
3. Ia berkata: 'Terlalu pagi' dan ia tidak bekerja;
4. Ia berkata: 'Terlalu siang' dan ia tidak bekerja;
5. Ia berkata: 'Aku terlalu lapar' dan ia tidak bekerja;
6. Ia berkata: 'Terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja;
Sedangkan apa yang harus dilakukan tetap tidak dikerjakan, harta baru tidak
ia dapatkan, dan hartanya yang ada menjadi habis."
Demikian Sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Buddha bersabda pula:
"Beberapa sahabat memuji kawan minum. Beberapa orang mengatakan sahabat
baik, sahabat baik. Akan tetapi, yang membuktikan dirinya sebagai kawanmu
pada waktu bahaya, dialah yang benar-benar boleh dikatakan seorang sahabat."
"Tidur sewaktu matahari telah terbit dan perzinaan.
Terlibat dalam percekcokan-percekcokan dan berbuat jahat.
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati telengas.
Inilah enam sebab yang menjadikan orang tergelincir.
Jika ia bersahabat dnegan berkawan dengan orang-orang jahat
Mengatur hidupnya dengan cara jahat.
Baik di alam ini maupun d alam sana.
Orang itu akan terperosok dengan menyedihkan
Berjudi dan wanita, minuman keras, tarian dan nyanyian.
Tidur di waktu siang, berkeluyuran di waktu malam.
Bersahabat dengan orang jahat, berhati telengas.
Inilah enam sebab orang terjerumus (ke dalam penderitaan)
Berjudi dengan dadu, minum-minuman keras, ia pergi kepada wanita-wanita yang
dicintai bagaikan diri sendiri oleh laki-laki lain.
Mengikuti mereka yang berpikiran gelap, bukan yang berpikiran sadar. Ia
menjadi suram bagai bulan terbit dalam purnama tilam.
Peminum-peminum keras, pemiskin, melarat.
Haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman.
Bagaikan batu ia tenggelam ke dalam hutang-hutang.
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Barang siapa mempunyai kebiasaan untuk tidur di waktu siang, memandang malam
sebagai waktu untuk bangun. Orang yang selalu tidak bertanggung-jawab dan
ada di isi dengan anggur. Tidak cakap untuk menjadi kepala keluarga. Terlalu
dingin, terlalu panas, terlalu siang, demikian keluhan (yang diucapkan).
Demikian orang yang meloloskan dari pekerjaan yang menunggu.
Kesempatan-kesempatan lewat untuk selama-lamannya. Akan tetapi, orang yang
menganggap dingin, atau panas sebagai hal yang kecil. Ia tidak akan
kehilangan kebahagiaannya dengan cara apapun juga.
Terdapat empat macam manusia, duhai kepala keluarga yang muda belia, yang
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Orang yang sangat tamak;
2. Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu;
3. Penjilat;
4. Pemboros.
Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk
menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu:
1. Sangat tamak;
2. Memberi sedikit meminta banyak;
3. Melakukan kewajibannya karena takut;
4. Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.
Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat
alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat,
yaitu:
1. Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau;
2. Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang;
3. Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata
kosong;
4. Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia
menyatakan tidak sanggup.
Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah dan
2. Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik;
3. Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan
4. Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain.
Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai
musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu
yang tidak tepat;
3. Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan
tempat-tempat pelesiran;
4. Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi."
Demikianlah sabda Sang Buddha.
Setelah bersabda demikian, kemudian bersabda pula:
"Sabahat yang selalu mencari sesuatu untuk diambil, sahabat-sahabat yang
ucapannya berbeda dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat dan membuat
kamu senang dengan yang demikian. Kawan yang riang gembira dan dijalan
sesat. Empat ini adalah musuh-musuh.
Demikianlah, setelah mengenal, biarlah orang bijaksana menghindar jauh dari
mereka bagaikan jalan yang berbahaya dan menakutkan.
Ada empat jenis, duhai kepala keluarga yang muda belia, sahabat-sahabat yang
harus dipandang sebagai sahabat dengan berhati tulus:
1. Penolong;
2. Sahabat di waktu senang dan susah;
3. Sahabat yang memberi nasihat yang baik;
4. Sahabat yang simpati.
Atas empat dasar sahabat yang menolong harus dipandang sebagai sahabat yang
berhati tulus, yaitu:
1. Ia menjaga dirimu sewaktu kamu tidak siap;
2. Ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah;
3. Ia menjadi pelindungmu sewaktu engkau sedang ketakutan;
4. Jika engkau melakukan tugas, ia memberikan bekal dua kali lipat
(dari yang kamu perlukan).
Atas empat dasar sahabat di waktu senang dan susah yang harus dipandang
sebagai sahabat yagn berhati tulus, yaitu:
1. ia menceritakan rahasia-rahasia kepadamu;
2. ia tidak menceritakan rahasia itu kepada orang lain
3. didalam kesusahan ia tidak akan meninggalkanmu;
4. untuk membela dirimu, ia bersedia mengorbankan nyawanya.
Atas empat dasar sahabat yang menasihatkan apa yang harus engkau lakukan
sebagai yang berhati tulus, yaitu:
1. ia mencegah engkau berbuat salah;
2. ia menganjurkan engkau berbuat yang benar
3. ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar
4. ia tunjukkan padamu jalan ke surga.
Atas empat dasar sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus:
1. Ia tidak merasa senang atas kesusahanmu;
2. Ia merasa senang akan kejayaanmu;
3. Ia cegah orang lain bicara jelek tentang dirimu;
4. Ia sanjung setiap orang yang memuji dirimu."
Demikian sabda Sang Bhagava.
Setelah Sang Bhagava bersabda demikian, kemudian Sang Bhagava bersabda pula:
"Sahabat yang menjadi kawan penolong, sahabat pada waktu senang dan susah,
sahabat yang memberikan apa yang engkau butuhkan dan ia yang menggetar
dengan simpati untuk dirimu. Empat jenis sahabat ini adalah orang bijaksana
yang harus dikenal sebagai sahabat dan kepada empat sahabat ini ia harus
menyediakan dirinya bagikan seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri.
Orang bijaksana dan cerdas bercahaya bagaikan api yang berkobar-kobar. Ia
yang mengumpulkan kekayaannya dengan cara tidak merugikan (makhluk lain),
bagaikan kumbang yang menjelajah mengumpulkan madu, kekayaannya akan
bertumpuk-tumpuk bagaikan sarang semut yang semakin tinggi.
Dengan kekayaan yang diperoleh dengan cara demikian, seorang upasaka pantas
untuk suatu kehidupan berumah tangga. Ia membagi kekayaannya atas empat
bagian. Dengan demikian ia akan mendapat persahabatan.
Satu bagian untuk keperluannya sendiri,
Dua bagian untuk menjalankan usahanya.
Bagian keempat disimpan sebagai cadangan.
Dan cara bagaimanakah, duhai kepala keluarga yag muda belia, siswa yang
Ariya melindungi enam arah itu?
Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:
1. Ibu dan ayah sebagai arah timur;
2. Para guru sebagai arah selatan;
3. Isteri dan anak sebagai arah barat;
4. Sahabat dan kawan sebagai arah utara;
5. Pelayan dan buruh sebagai arah bawah;
6. Petapa dan brahmana sebagai arah atas.