Ketika seseorang menggunakan kutipan-kutipan untaian sutta untuk dihadapkan pada kutipan-kutipan untaian sutta yang lain, sebenarnya seseorang telah menggunakan intan untuk menggesek intan yang lain. tidak akan membuahkan hasil apa pun, hanya kelelahan dan ketidakpuasan. belum termasuk penyalahgunaan dhamma sebagai obat murni untuk penyembuhan pribadi menjadi racun bagi pihak lain yang berakibat semakin menghalangi jalan dharma pribadi.
uraian sutta seharusnya dipahami sebagai suatu tuntunan yang perlu direnungkan dalam pengalaman pribadi dalam usaha pencapaian kebahagiaan sejati
sungguh halus untuk diselami, harus dialami sendiri dan akan menjadi pengalaman yang tak ternilai.
soal kebenaran uraian untaian sutra ini dan itu sudah terlalu jauh, kita lihat kebenaran yang lebih dekat di sekitar kita.
Berita atau sinetron tentang seorang yang kaya raya atau miskin, merupakan suatu peringatan bahwa kita mungkin pernah mengalaminya di kehidupan lain.
Semua teks lagu bertema apapun yang pernah dinyanyikan semua terkait dalam dhamma, aku mencintai mu, aku tidak bisa berpisah denganmu misalnya, dapat dimaknai sebagai dorongan murni bahwa manusia selalu mencari kebahagiaan sejati.
Semua seminar-seminar motivasi, merupakan suatu bentuk dorongan agar kita selalu bersemangat dalam pencapaian kita dalam dharma.
Mendapatkan keberuntungan dapat dimaknai dimasa lalu pernah menanam benih keberuntungan dan telah masak untuk dialami.
Pengarahan keras dari orang lain dapat dimaknai pengembangan kesempurnaan pribadi diri kita.
Kejadian tiba-tiba terpeleset dapat dimaknai bahwa tidak ada fenomena yang pasti dalam hidup
Merasa kesulitan mencari pasangan alas kaki yang berpindah tempat, merupakan suatu pemahaman bahwa kita cenderung terikat dalam dualisme dunia ini
benar atau salah
putih atau hitam
jahat atau baik
asli atau palsu
hal ini perlu direnungkan
ketika ada seorang anak kecil berkata : "Ih wajahmu jelek"
mungkin dapat dimaknai, bahwa batin yang perlu dipercantik.
Ketika ada orang berkata: “Penampilanmu menarik sekali”
Mungkin dapat dimaknai bahwa Ego tampil menarik telah muncul dalam batin kita.
Ketika ada orang berkata: “Kau memfitnah saya”
Mungkin dapat dimaknai bahwa jika kita sadar tidak pernah melakukannya, mungkin dikehidupan yang lalu pernah, dan kita masih membawa kekotoran batin tersebut hingga sekarang. Yang mana kotoran tersebut harus dibersihkan dengan tuntas. Tidak menyalahkan perkataan dari orang tersebut.
jika telah dapat dipahami sebenarnya semua fenomena disekitar adalah fenomena dhamma bermakna bagi pelatihan diri, tidak pernah terpisah dari kita,
lantas apa yang dapat dikatakan tentang sutra ini yang benar, sutra itu yang benar.
sutra lankavatara sutra dapat dimaknai bahwa dengan menahan diri memakan daging dapat menjadi salah satu tawaran metode penyempurnaan diri dengan melepaskan keterikatan melalui aktivitas pembatasan makan sehari-hari. jika dijalankan sungguh-sungguh akan memperoleh manfaat besar dari latihannya
di sisi lain, seorang pemakan daging murni dengan tekad proses penyempurnaan diri, merenungkan sedang mencicipi kematian sesering yang dimakan tiap hari dan secara bertahap mengembangkan ketidakterikatan akan kehidupan dan kenikmatannya, akan memperoleh manfaat besar dari latihannya.
Sutra tentang seorang murid yang mengunjungi Guru Agung,
dapat dimaknai bahwa dalam pandangan kesempurnaan, semua fenomena adalah sempurna, tidak cacat sedikitpun termasuk daging.
sebagai seorang pelatih diri, sebaiknya mengarahkan ketidaksempurnaan pandangannya bukan pada fenomena di luar diri seperti daging dan perilaku memakannya
yang akan tentu dipahami dalam konteks ketidaksempurnaan sama seperti dirinya,
sebaiknya seorang pelatih diri fokus pada peningkatan perilaku-perilaku yang belum sempurna agar menjadi sempurna sebagai mana Guru Agung memandang.
Dalam posisi ini, baik vegetarian atau non vegetarian sebagai murid masih perlu menyadari ketidaksempurnaan diri pada perilaku-perilaku yang belum sempurna agar menjadi sempurna. Apa pun definisi perilaku dan niatnya.
Selama seseorang hidup terikat dalam pandangan dualisme berpasangan, benar-salah, panas-dingin, baik-buruk, enak-tidak enak, nyaman-tidak nyaman
maka hal ini akan terus mempengaruhi cara pandang semua fenomena yang hanya terdiri dari dualitas termasuk dhamma ajaran “yang murni” dan akan mempengaruhi pihak lain.
Selama seseorang hidup berusaha lepas dengan mencari ini dari pandangan dualisme berpasangan, benar-salah, panas-dingin, baik-buruk, enak-tidak enak, nyaman-tidak nyaman.
Maka hal ini akan terus mempengaruhi cara pandang semua fenomena yang hanya terdiri dari kebenaran mutlak termasuk dhamma “ajaran murni” dan akan mempengaruhi pihak lain
berdasarkan pemahaman ini, penggunaan uraian sutta sebaiknya ditanggapi secara netral dan dipahami sebagai inti yang bermakna dalam pengembangan diri kita menuju kesempurnaan.
Tujuan besar warisan dhamma seperti yang telah diketahui adalah mencapai pembebasan yang melampaui dualitas.
dan Praktek pengalamannya ada dalam tangan kita masing-masing.
dengan bergantung pada diri sendiri beserta tekad bulat, usaha dan segala potensi karma baik yang dimiliki
seseorang dapat mengembangkan cara memandang suatu fenomena di luar diri sebagai dhamma yang tidak terpisahkan dari dirinya.
yang mengajarkan dan menuntun kita untuk mencapai kesempurnaan diri.
kembangkanlah tekad dan usaha dalam memandang semua fenomena adalah
memiliki maksud untuk pengembangan jalan cita-cita luhur
Semua fenomena bagaikan Guru sejati yang membimbing dengan cara baik,
Sebaik cara kita memandang fenomena itu sendiri.
Semua tergantung diri kita masing-masing dalam memandang fenomena
renungkanlah
jumlah panca indera kita seperti dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, ratusan receptor lidah,
ratusan receptor kulit. ada lima kumpulan indera yang digunakan untuk menerima sensasi fenomena dhamma di luar diri,
dan hanya satu indra yaitu lidah dalam rongga kosong yang hanya digunakan untuk menyatakan kebenaran melalui proses indera ke enam yaitu pikiran.
Dua mata, satu pemandangan yang terlihat
dua telinga, satu suara yang terdengar
dua lubang hidung, satu bebauan yang tercium
ratusan receptor, satu rasa yang dikecap
ratusan receptor kulit, satu sentuhan yang dirasakan
lidah dalam lubang mulut merupakan simbol kebenaran tertinggi ada di ucapan kita,
yang digunakan hanya untuk menguraikan kebenaran dhamma.
Tubuh manusia secara sempurna dirancang untuk mempelajari semua fenomena dualitas,dan mentransformasikan menjadi nondualitas
yaitu kebenaran mutlak yang tidak berbentuk apa pun dalam simbol suara yang mengetarkan alam semesta.
Renungkanlah kelahiran sebagai manusia dengan beberapa kondisinya
Penjelasan ini didedikasikan demi pencapaian kebahagiaan sejati semua mahluk agar terbebas dari derita rasa sakit, derita kematian, dan derita kelahiran yang tidak pernah berakhir.
Sabbe Sattha Bhavantu Sukkhitattha