Hmmm.... kalo saya masih cenderung ke penderitaan nih......
Sebagai masukan, saya mencoba berbagi beberapa sudut pandang:
1. Senada dengan Chingik, bahwa kata Dukha yang dimaksud adalah secara harafiah lawan dari sukha. Agak sulit dijelaskan namun mari kita beranjak pada penelusuran berikutnya:
2. Terdapat beberapa kasus kata yang mirip, dimana didalam uraian pengertian suatu kata tersebut kata yang dijelaskan (yaitu kata itu sendiri) terdapat sebagai salah satu arti, contoh:
a. Samadhi, yang berarti konsentrasi, terdiri dari:
a.1. Samadhi (konsentrasi)
a.2 Sati (perhatian penuh)
b. Avijja, ketidaktahuan/kebodohan:
Kalau tidak salah ada 5 bagian uraian dimana salah satunya adalah avijja itu sendiri.
3. Kata tidak memuaskan adalah bentuk negatif dengan penggunaan kata tidak. Jadi kesannya kurang pas dengan arti harafiah Dukha yang lawannya adalah sukha, seakan-akan semestinya adalah asukha yaitu tidak bahagia.
4. Kata tidak memuaskan di dalam bahasa Pali (menurut asumsi saya) bukan Dukha (kalo salah mohon dikoreksi karena saya tidak tahu persis kata tidak memuaskan di dalam bahasa Pali), namun jelas yang digunakan dalam 4 kebenaran Arya adalah Dukha.
5. Sedikit panjang, pertama-tama saya menghadirkan beberapa kalimat terlebih dahulu
* Hidup adalah Dukha (penderitaan)
* Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
Hidup adalah bersifat Dukha (penderitaan), salah satu penyebabnya adalah di dalamnya terdapat dualitas, berkondisi, apabila ada sukha harus ada dukha dan sebaliknya. Dan sebagaimana ilustrasi ular sebagai dukha (penderitaan), kepala (bahagia) dan ekor (penderitaan) merupakan satu kesatuan dari ular (penderitaan), hanya tampilannya saja yang berbeda. Jadi dikarenakan ke-dualitas-an antara sukha dan dukha, apabila asukha maka dukha, apabila adukha maka sukha, berkondisi. Selain itu kebahagiaan dan penderitaan sebenarnya timbul dari ketidaktahuan, ilusi. Bagi Arahat yang telah melihat segala sesuatu sebagaimana adanya (sejatinya, lawan dari ilusi) dualitas tersebut telah terlampaui.
Sebaliknya Nibbana dikatakan sebagai kebahagiaan tertinggi (adisukha?? mohon dikoreksi?!) bukan karena lawan dari dukha namun karena sudah di luar dualitas, melampauinya, yang sejati.
makna penderitaan sangat relatif tergantung dari individunya, seseorang menganggap kehidupan berumah tangga adalah kebahagiaan sementara orang lain menganggapnya sebagai penderitaan. namun apakah itu penderitaan atau kebahagiaan, kehidupan berumah tangga itu tidaklah kekal dan oleh karena itu menimbulkan dukkha.
Kalau saya mikirnya gini, kebahagiaan dalam berumah tangga tidak kekal (anicca) oleh karena itu tidak memuaskan, karena tidak memuaskan hal tersebut adalah sebuah penderitaan. Persis seperti perumpamaan dukha sebagai ular, dimana kebahagiaan hanyalah salah satu bagian dari ular tersebut yaitu ekor yang terlihat tidak berbahaya dan menyenangkan(??).
Demikian beberapa sudut pandang dari saya.