//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?  (Read 23087 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hasan Teguh

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 199
  • Reputasi: -3
JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« on: 02 June 2010, 09:07:06 AM »
Sang Buddha :
"Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

Jika demikian, yang berpandangan JMB8 adalah satu2nya jalan menuju pembebasan dapat dinamakan satu belenggu ?

Apa komentar Anda ?

[gmod=Kemenyan]URL Cross-Posting removed[/gmod]
« Last Edit: 02 June 2010, 10:33:43 AM by Kemenyan »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #1 on: 02 June 2010, 09:09:37 AM »
ASTAGA!!!

LOCK!!!!

Baca2 dulu yang ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3718.0.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Hasan Teguh

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 199
  • Reputasi: -3
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #2 on: 02 June 2010, 09:17:39 AM »
ASTAGA!!!

LOCK!!!!

Baca2 dulu yang ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3718.0.html
oOo ... sudah pernah dibahas.

Gpp, yang mau komentar dipersilakan saja.

Thanks.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #3 on: 02 June 2010, 10:20:13 AM »
bro hasan yg baik, didalam buddhist ada 4 jenis kemelekatan, antara lain

1. kemelekatan terhadap nafsu indera
2. kemelekatan terhadap pandangan salah
3. kemelekatan terhadap upacara-upacara agama
4. kemelekatan terhadap adanya diri yg kekal

apakah memegang teguh jalan mulia berunsur delapan dapat menjadi belenggu yang dapat menimbulkan kemelekatan berdasarkan kriteria diatas ?

jika dianalisa lagi, kita mengenal 2 tipe kemelekatan dalam kehidupan sehari-hari

1. kemelekatan yg tidak membawa kita menuju ke pembebasan.
2. kemelekatan yg membawa kita menuju ke pembebasan.

memegang teguh jalan mulia berunsur delapan "mungkin" dapat dikatakan oleh mereka yg tidak memahami dhamma sebagai salah satu bentuk kemelekatan, namun kemelekatan tersebut dapat membawa kita menuju ke pembebasan, yg kemudian akan kita lepaskan nya...

salam dalam cinta kasih
dari aa'tono

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #4 on: 02 June 2010, 10:59:07 AM »
Sang Buddha :
"Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

Jika demikian, yang berpandangan JMB8 adalah satu2nya jalan menuju pembebasan dapat dinamakan satu belenggu ?

Apa komentar Anda ?



Bro Hasan, darimanakah sumber kutipan anda? akan lebih memudahkan jika Bro Hasan menyebutkan rujukan sutta-nya, karena dengan demikian kita bisa menganalisis secara keseluruhan sutta, dan tidak hanya dari satu kalimat saja.

Offline Hasan Teguh

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 199
  • Reputasi: -3
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #5 on: 02 June 2010, 11:13:22 AM »
[at] Indra

Spoiler: ShowHide

Pada suatu hari sekelompok orang Brahmana yang terpelajar dan terkemuka mengunjungi Sang Buddha dan melakukan tukar pikiran yang mendalam dengan Sang Tathagata.

Seorang brahmana muda berusia 16 tahun yang bernama Kapathika (yang oleh kelompok tersebut dianggap sebagai orang pintar dan luar biasa) telah mengajukan pertanyaan sbb.. "Gotama Yang Mulia, kaum brahmana memiliki kitab-kitab suci yang sudah tua sekali dan diceritakan serta dipelajari turun-temurun hingga kini.

Menurut kitab-kitab tersebut kaum brahmana telah sampai kepada satu kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Kami ingin bertanya, bagaimana pendapat Gotama Yang Mulia mengenai hal ini?"

Sang Buddha balik bertanya. "Di antara kaum brahmana, apakah ada seorang yang secara pribadi telah tahu dan lihat bahwa : 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

Anak muda itu lantas menjawab. "Tidak ada." "Kalau begitu, adakah seorang Guru atau Guru dari para Guru kaum brahmana sebelumnya sampai turunan ketujuh, atau mungkin salah seorang dari penulis asli kitab-kitab suci itu sendiri yang telah tahu dan lihat: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

"Tidak ada."
"Kalau begitu dapat diumpamakan seperti satu barisan orang buta yang saling berpegangan tangan. Yang berada di muka tidak melihat, yang berada di tengah tidak melihat dan yang berada di belakang pun tidak melihat. Oleh karena itu, dapat Aku katakan bahwa keadaan kaum brahmana sama saja seperti barisan orang buta itu."

Sesudah itu, Sang Buddha memberikan nasihat yang penting sekali kepada para brahmana tersebut. "Bagi seorang bijaksana yang harus melindungi Kebenaran tidaklah layak untuk sampai kepada kesimpulan. 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'."

Ketika diminta oleh brahmana muda itu untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang hal melindungi Kebenaran, Sang Buddha menjawab: "Seseorang mempunyai kepercayaan. Kalau ia berkata, ini adalah kepercayaanku; sampai di sini ia melindungi Kebenaran.

Tetapi dengan ini ia tidak dapat maju lebih jauh untuk sampai pada kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Dengan perkataan lain, orang boleh saja percaya akan apa yang ia suka dan ia boleh berkata: 'Aku percaya ini'. Sampai di sini ia menghormati Kebenaran.

Tetapi berhubung dengan kepercayaannya itu tidak seharusnya ia berkata bahwa apa yang ia percayai itu adalah satu-satunya Kebenaran dan yang lain palsu."

Sang Buddha melanjutkan. "Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

[Buku Dhamma Sari - MP.Sumedha Widyadharma]

Offline pemula

  • Teman
  • **
  • Posts: 89
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #6 on: 02 June 2010, 11:15:11 AM »
 :-? saya rasa lebih tepat bukan "dengan memandang", akan tetapi "lebih menyadari".  :D hanya ini saja trima kasih atas kesempatannya.  :) semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #7 on: 02 June 2010, 11:25:07 AM »
[at] Indra

Spoiler: ShowHide

Pada suatu hari sekelompok orang Brahmana yang terpelajar dan terkemuka mengunjungi Sang Buddha dan melakukan tukar pikiran yang mendalam dengan Sang Tathagata.

Seorang brahmana muda berusia 16 tahun yang bernama Kapathika (yang oleh kelompok tersebut dianggap sebagai orang pintar dan luar biasa) telah mengajukan pertanyaan sbb.. "Gotama Yang Mulia, kaum brahmana memiliki kitab-kitab suci yang sudah tua sekali dan diceritakan serta dipelajari turun-temurun hingga kini.

Menurut kitab-kitab tersebut kaum brahmana telah sampai kepada satu kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Kami ingin bertanya, bagaimana pendapat Gotama Yang Mulia mengenai hal ini?"

Sang Buddha balik bertanya. "Di antara kaum brahmana, apakah ada seorang yang secara pribadi telah tahu dan lihat bahwa : 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

Anak muda itu lantas menjawab. "Tidak ada." "Kalau begitu, adakah seorang Guru atau Guru dari para Guru kaum brahmana sebelumnya sampai turunan ketujuh, atau mungkin salah seorang dari penulis asli kitab-kitab suci itu sendiri yang telah tahu dan lihat: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

"Tidak ada."
"Kalau begitu dapat diumpamakan seperti satu barisan orang buta yang saling berpegangan tangan. Yang berada di muka tidak melihat, yang berada di tengah tidak melihat dan yang berada di belakang pun tidak melihat. Oleh karena itu, dapat Aku katakan bahwa keadaan kaum brahmana sama saja seperti barisan orang buta itu."

Sesudah itu, Sang Buddha memberikan nasihat yang penting sekali kepada para brahmana tersebut. "Bagi seorang bijaksana yang harus melindungi Kebenaran tidaklah layak untuk sampai kepada kesimpulan. 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'."

Ketika diminta oleh brahmana muda itu untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang hal melindungi Kebenaran, Sang Buddha menjawab: "Seseorang mempunyai kepercayaan. Kalau ia berkata, ini adalah kepercayaanku; sampai di sini ia melindungi Kebenaran.

Tetapi dengan ini ia tidak dapat maju lebih jauh untuk sampai pada kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Dengan perkataan lain, orang boleh saja percaya akan apa yang ia suka dan ia boleh berkata: 'Aku percaya ini'. Sampai di sini ia menghormati Kebenaran.

Tetapi berhubung dengan kepercayaannya itu tidak seharusnya ia berkata bahwa apa yang ia percayai itu adalah satu-satunya Kebenaran dan yang lain palsu."

Sang Buddha melanjutkan. "Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

[Buku Dhamma Sari - MP.Sumedha Widyadharma]

MN 95, Canki Sutta.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #8 on: 02 June 2010, 11:33:25 AM »
[at] Indra

Spoiler: ShowHide

Pada suatu hari sekelompok orang Brahmana yang terpelajar dan terkemuka mengunjungi Sang Buddha dan melakukan tukar pikiran yang mendalam dengan Sang Tathagata.

Seorang brahmana muda berusia 16 tahun yang bernama Kapathika (yang oleh kelompok tersebut dianggap sebagai orang pintar dan luar biasa) telah mengajukan pertanyaan sbb.. "Gotama Yang Mulia, kaum brahmana memiliki kitab-kitab suci yang sudah tua sekali dan diceritakan serta dipelajari turun-temurun hingga kini.

Menurut kitab-kitab tersebut kaum brahmana telah sampai kepada satu kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Kami ingin bertanya, bagaimana pendapat Gotama Yang Mulia mengenai hal ini?"

Sang Buddha balik bertanya. "Di antara kaum brahmana, apakah ada seorang yang secara pribadi telah tahu dan lihat bahwa : 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

Anak muda itu lantas menjawab. "Tidak ada." "Kalau begitu, adakah seorang Guru atau Guru dari para Guru kaum brahmana sebelumnya sampai turunan ketujuh, atau mungkin salah seorang dari penulis asli kitab-kitab suci itu sendiri yang telah tahu dan lihat: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

"Tidak ada."
"Kalau begitu dapat diumpamakan seperti satu barisan orang buta yang saling berpegangan tangan. Yang berada di muka tidak melihat, yang berada di tengah tidak melihat dan yang berada di belakang pun tidak melihat. Oleh karena itu, dapat Aku katakan bahwa keadaan kaum brahmana sama saja seperti barisan orang buta itu."

Sesudah itu, Sang Buddha memberikan nasihat yang penting sekali kepada para brahmana tersebut. "Bagi seorang bijaksana yang harus melindungi Kebenaran tidaklah layak untuk sampai kepada kesimpulan. 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'."

Ketika diminta oleh brahmana muda itu untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang hal melindungi Kebenaran, Sang Buddha menjawab: "Seseorang mempunyai kepercayaan. Kalau ia berkata, ini adalah kepercayaanku; sampai di sini ia melindungi Kebenaran.

Tetapi dengan ini ia tidak dapat maju lebih jauh untuk sampai pada kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Dengan perkataan lain, orang boleh saja percaya akan apa yang ia suka dan ia boleh berkata: 'Aku percaya ini'. Sampai di sini ia menghormati Kebenaran.

Tetapi berhubung dengan kepercayaannya itu tidak seharusnya ia berkata bahwa apa yang ia percayai itu adalah satu-satunya Kebenaran dan yang lain palsu."

Sang Buddha melanjutkan. "Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

[Buku Dhamma Sari - MP.Sumedha Widyadharma]


Thanks Bro Kainyn atas infonya. IMO, yg dalam spoler di tas hanya menampilkan sebagian dri keseluruhan sutta, bagian selanjutnya yg tidak dicantumkan di atas adalah bagian yg penting untuk menjelaskan arti dari kalimat Sang Buddha yg dipertanyakan.

versi lengkapnya ada di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.095x.than.html

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #9 on: 02 June 2010, 11:41:24 AM »
[at] Indra

Spoiler: ShowHide

Pada suatu hari sekelompok orang Brahmana yang terpelajar dan terkemuka mengunjungi Sang Buddha dan melakukan tukar pikiran yang mendalam dengan Sang Tathagata.

Seorang brahmana muda berusia 16 tahun yang bernama Kapathika (yang oleh kelompok tersebut dianggap sebagai orang pintar dan luar biasa) telah mengajukan pertanyaan sbb.. "Gotama Yang Mulia, kaum brahmana memiliki kitab-kitab suci yang sudah tua sekali dan diceritakan serta dipelajari turun-temurun hingga kini.

Menurut kitab-kitab tersebut kaum brahmana telah sampai kepada satu kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Kami ingin bertanya, bagaimana pendapat Gotama Yang Mulia mengenai hal ini?"

Sang Buddha balik bertanya. "Di antara kaum brahmana, apakah ada seorang yang secara pribadi telah tahu dan lihat bahwa : 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

Anak muda itu lantas menjawab. "Tidak ada." "Kalau begitu, adakah seorang Guru atau Guru dari para Guru kaum brahmana sebelumnya sampai turunan ketujuh, atau mungkin salah seorang dari penulis asli kitab-kitab suci itu sendiri yang telah tahu dan lihat: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

"Tidak ada."
"Kalau begitu dapat diumpamakan seperti satu barisan orang buta yang saling berpegangan tangan. Yang berada di muka tidak melihat, yang berada di tengah tidak melihat dan yang berada di belakang pun tidak melihat. Oleh karena itu, dapat Aku katakan bahwa keadaan kaum brahmana sama saja seperti barisan orang buta itu."

Sesudah itu, Sang Buddha memberikan nasihat yang penting sekali kepada para brahmana tersebut. "Bagi seorang bijaksana yang harus melindungi Kebenaran tidaklah layak untuk sampai kepada kesimpulan. 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'."

Ketika diminta oleh brahmana muda itu untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang hal melindungi Kebenaran, Sang Buddha menjawab: "Seseorang mempunyai kepercayaan. Kalau ia berkata, ini adalah kepercayaanku; sampai di sini ia melindungi Kebenaran.

Tetapi dengan ini ia tidak dapat maju lebih jauh untuk sampai pada kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Dengan perkataan lain, orang boleh saja percaya akan apa yang ia suka dan ia boleh berkata: 'Aku percaya ini'. Sampai di sini ia menghormati Kebenaran.

Tetapi berhubung dengan kepercayaannya itu tidak seharusnya ia berkata bahwa apa yang ia percayai itu adalah satu-satunya Kebenaran dan yang lain palsu."

Sang Buddha melanjutkan. "Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

[Buku Dhamma Sari - MP.Sumedha Widyadharma]


Thanks Bro Kainyn atas infonya. IMO, yg dalam spoler di tas hanya menampilkan sebagian dri keseluruhan sutta, bagian selanjutnya yg tidak dicantumkan di atas adalah bagian yg penting untuk menjelaskan arti dari kalimat Sang Buddha yg dipertanyakan.

versi lengkapnya ada di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.095x.than.html
Yang saya tangkap, hal yang dibahas adalah antara "mempertahankan kebenaran" dan "merealisasi kebenaran" adalah dua hal yang berbeda. Ada 5 cara mempertahankan kebenaran, namun tidak berhubungan dengan realisasi kebenaran itu sendiri.

Jadi saya lihat, bukan hanya JMB8, tetapi ajaran apa pun yang hanya dipertahankan, bukan direalisasi, adalah tidak bermanfaat, tidak menghasilkan.

Offline pemula

  • Teman
  • **
  • Posts: 89
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #10 on: 02 June 2010, 11:44:47 AM »
Y...
SAng Buddha melanjutkan.,,
("Melekat pada satu pandangan saja. dan memandang rendah orang lain ADALAH "Tidak Baik")
sekedar menasehati ulang... selanjutnya, sebagai penekanan untuk orang ketiga (Brahma).
("Orang bijaksana menamakan ini satu Belenggu"). secara logika emang demikian harusnya.
Lalu yang jadi permasalahan. Apa Sang Buddha mencaci, menganggap rendah, menghina?
atau lebih tepat karena ia yang telah lebih dulu menyadari dan melihat. dan hanya memberi penjelasan dan penerangan lebih lanjut kepada orang yang ingin mengetahuinya?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #11 on: 02 June 2010, 11:46:27 AM »
[at] Indra

Spoiler: ShowHide

Pada suatu hari sekelompok orang Brahmana yang terpelajar dan terkemuka mengunjungi Sang Buddha dan melakukan tukar pikiran yang mendalam dengan Sang Tathagata.

Seorang brahmana muda berusia 16 tahun yang bernama Kapathika (yang oleh kelompok tersebut dianggap sebagai orang pintar dan luar biasa) telah mengajukan pertanyaan sbb.. "Gotama Yang Mulia, kaum brahmana memiliki kitab-kitab suci yang sudah tua sekali dan diceritakan serta dipelajari turun-temurun hingga kini.

Menurut kitab-kitab tersebut kaum brahmana telah sampai kepada satu kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Kami ingin bertanya, bagaimana pendapat Gotama Yang Mulia mengenai hal ini?"

Sang Buddha balik bertanya. "Di antara kaum brahmana, apakah ada seorang yang secara pribadi telah tahu dan lihat bahwa : 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

Anak muda itu lantas menjawab. "Tidak ada." "Kalau begitu, adakah seorang Guru atau Guru dari para Guru kaum brahmana sebelumnya sampai turunan ketujuh, atau mungkin salah seorang dari penulis asli kitab-kitab suci itu sendiri yang telah tahu dan lihat: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'?"

"Tidak ada."
"Kalau begitu dapat diumpamakan seperti satu barisan orang buta yang saling berpegangan tangan. Yang berada di muka tidak melihat, yang berada di tengah tidak melihat dan yang berada di belakang pun tidak melihat. Oleh karena itu, dapat Aku katakan bahwa keadaan kaum brahmana sama saja seperti barisan orang buta itu."

Sesudah itu, Sang Buddha memberikan nasihat yang penting sekali kepada para brahmana tersebut. "Bagi seorang bijaksana yang harus melindungi Kebenaran tidaklah layak untuk sampai kepada kesimpulan. 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu'."

Ketika diminta oleh brahmana muda itu untuk memberikan keterangan lebih lanjut tentang hal melindungi Kebenaran, Sang Buddha menjawab: "Seseorang mempunyai kepercayaan. Kalau ia berkata, ini adalah kepercayaanku; sampai di sini ia melindungi Kebenaran.

Tetapi dengan ini ia tidak dapat maju lebih jauh untuk sampai pada kesimpulan terakhir: 'Ini saja yang benar dan yang lain palsu.' Dengan perkataan lain, orang boleh saja percaya akan apa yang ia suka dan ia boleh berkata: 'Aku percaya ini'. Sampai di sini ia menghormati Kebenaran.

Tetapi berhubung dengan kepercayaannya itu tidak seharusnya ia berkata bahwa apa yang ia percayai itu adalah satu-satunya Kebenaran dan yang lain palsu."

Sang Buddha melanjutkan. "Melekat kepada satu pandangan saja dan memandang rendah pandangan orang lain adalah tidak baik dan orang bijaksana menamakan ini satu belenggu."

[Buku Dhamma Sari - MP.Sumedha Widyadharma]


Thanks Bro Kainyn atas infonya. IMO, yg dalam spoler di tas hanya menampilkan sebagian dri keseluruhan sutta, bagian selanjutnya yg tidak dicantumkan di atas adalah bagian yg penting untuk menjelaskan arti dari kalimat Sang Buddha yg dipertanyakan.

versi lengkapnya ada di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.095x.than.html
Yang saya tangkap, hal yang dibahas adalah antara "mempertahankan kebenaran" dan "merealisasi kebenaran" adalah dua hal yang berbeda. Ada 5 cara mempertahankan kebenaran, namun tidak berhubungan dengan realisasi kebenaran itu sendiri.

Jadi saya lihat, bukan hanya JMB8, tetapi ajaran apa pun yang hanya dipertahankan, bukan direalisasi, adalah tidak bermanfaat, tidak menghasilkan.


Setuju Bro!

Offline pemula

  • Teman
  • **
  • Posts: 89
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #12 on: 02 June 2010, 12:02:10 PM »
maaf... sebelumnya. saya gak bermaksud jelek. tapi saya hanya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saja. perlukah di pertahankan / melepaskan....?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #13 on: 02 June 2010, 12:14:03 PM »
maaf... sebelumnya. saya gak bermaksud jelek. tapi saya hanya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saja. perlukah di pertahankan / melepaskan....?

Menurut pendapat saya tentang sutta ini, sebelum satu keyakinan dibuktikan, seseorang tidak cocok mengatakan, "saya tahu kebenaran (ajaran) ini, yang lain salah."
Apakah keyakinan itu dipertahankan/dilepaskan? Bukan keduanya, tetapi untuk diselidiki. Dikatakan juga dalam sutta itu bahwa keyakinan pun bisa berubah. Realisasilah kebenaran, maka dengan sendirinya keyakinan pun, baik yang benar maupun salah, sudah tidak ada lagi.


Offline pemula

  • Teman
  • **
  • Posts: 89
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik.
Re: JMB8 = satu2nya jalan menuju pembebasan = satu belenggu ?
« Reply #14 on: 02 June 2010, 12:18:18 PM »
Nah itu dia...? yang saya bingung. apa hubungan nya satu bentuk masalah yang tertangkap?
untuk di jadikan satu sumber yang dipertahankan sementara hal itu tidak pasti!

 

anything