Vajra-cchedikā Nāma Triśatikā Prajñāpāramitā Mahāyana Sutra
(http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Prajna%20Paramita%20Bodhisattva.jpg) (http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Prajna%20Paramita%20Bodhisattva.jpg.html)
namo bhagavatyā āryaprajñāpāramitāyai bodhisattvaya mahasattvaya
Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu sang Bhagavan tinggal berdiam di Sravasti, di dalam hutan Jeta, di taman Anâthapindada, bersama dengan perkumpulan besar para Bhiksu Sangha, yaitu. dengan 1.250 Bhiksu, dengan banyak para Bodhisattva Mahasattva Yang Berpikiran Mulia (sambahulaiśca bodhisattvairmahāsattvaih).
Kemudian sang Bhagavān setelah di pagi hari mengenakan pakaian sebelah dalam-Nya, dan setelah mengambil mangkuk dan jubah-Nya, memasuki kota besar Sravasti (śrāvastīm mahānagarīm) untuk mengumpulkan derma (pindāya prāvikvat). Kemudian sang Bhagavan, setelah Dia pergi ke kota besar Sravasti untuk mengumpulkan derma, melakukan tindakan makan, dan setelah kembali dari perjalanan-Nya di sore hari, Dia menyimpan mangkuk dan jubah-Nya, mencuci kaki-Nya, dan duduk di kursi yang dimaksudkan untuk Dia, menyilangkan kaki-Nya, mendirikan tubuh-Nya dengan tegak, dan membelokkan bayangan-Nya pada diri-Nya sendiri. Kemudian banyak Bhiksu yang berpikiran mulia mendekat ke tempat dimana sang Bhagavan berada, memberi hormat ke kaki-Nya dengan kepala mereka, berputar mengelilingi-Nya tiga kali ke kanan (trispradaksinīkrtya), dan duduk di satu sisi (ekānte nyasīdan).
Pada waktu itu Subhuti yang patut dimuliakan (āyusmantam) datang ke perkumpulan majelis itu dan duduk. Kemudian bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan jubahnya di salah satu bahunya, berlutut ketanah dengan lutut kanannya, dia mengulurkan tangannya terlipat beranjali ke arah sang Bhagavan dan berkata kepada-Nya: "Menakjubkan, Bhagavan, sangat menakjubkan (paramāścaryam), Sugata , betapa banyak Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah dianugerahi dengan anugerah yang tertinggi oleh sang Tathāgata ārhatā samyaksambuddha. Menakjubkan, Bhagavan, betapa banyak Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah diperintahkan dengan ajaran tertinggi oleh sang Tathāgata ārhatā samyaksambuddha! Bagaimanakah kemudian, Bhagavan, putra dari keluarga yang baik dan putri dari keluarga yang baik (kulaputrena vā kuladuhitrā), setelah memasuki Bodhisattvayāna, harus berperilaku, bagaimanakah ia harus maju, dan bagaimana ia harus mengendalikan pikirannya (cittam pragrahītavyam)? "
Setelah Subhuti yang patut dimuliakan telah mengucapkan demikian, sang Bhagavan berkata kepadanya: "Sangat baik, sangat baik, Subhuti! Jadi demikianlah, Subhuti, seperti yang Anda katakan. Para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah dianugerahi dengan anugerah yang tertinggi oleh sang Tathagata, para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah diperintahkan dengan ajaran tertinggi oleh sang Tathagata. Oleh karena itu, Subhuti, dengarkan dan bawa ke hati, dengan baik dan benar. Saya akan memberitahu Anda, bagaimana setiap orang yang telah memasuki Bodhisattvayāna harus bersikap, bagaimana ia harus maju, dan bagaimana ia harus mengendalikan pikirannya. "Kemudian Subhuti yang patut dimuliakan menjawab sang Bhagavan dengan berkata: '. Jadi demikianlah, Bhagavan.'
Kemudian sang Bhagavan berbicara demikian kepadanya: "Setiap orang, Subhuti, yang telah masuk ke sini di Bodhisattvayāna harus demikian mendirikan pemikirannya: Sebanyak jumlah para makhluk yang ada di dunia para makhluk (sattvadhātau) ini, yang dipahami dalam istilah dari para makhluk (baik yang lahir dari telur, atau dari rahim, atau dari kelembaban, atau secara ajaib), yang dengan bentuk atau tanpa bentuk, dengan nama atau tanpa nama, atau tidak dengan atau tanpa nama, sejauh dunia apapun yang dikenal dari para mahluk diketahui, semua ini harus diselamatkan oleh saya didalam dunia yang sempurna dari Nirvana (nirvānadhātau). Dan namun, setelah saya demikian menyelamatkan para mahluk yang tak terhitung jumlahnya itu, tidak ada satupun mahluk yang telah diselamatkan. Dan mengapa? Jika, Subhuti, seorang Bodhisattva mempunya gagasan pikiran (keyakinan) pada makhluk, dia tidak bisa disebut Bodhisattva (orang yang cocok untuk menjadi Buddha). Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak ada yang disebut Bodhisattva bagi mereka yang jika ada gagasan pikiran pada makhluk (sattvasamjñā), gagasan pikiran tentang keberadaan hidup (jīvasamjñā), atau gagasan pikiran tentang orang (pudgalasamjñā). "
"Dan lagi, Subhuti, pemberian (dānam) tidak boleh diberikan oleh Bodhisattva, pada saat dia tergantung pada objek (vastupratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada apa pun (kvacitpratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada bentuk (rūpapratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada kualitas khusus dari suara, bau, rasa, dan sentuhan (śabdagandharasasprastavyadharmesu pratisthitena). Karena beginilah, Subhuti, jika pemberian diberikan oleh Bodhisattva yang berpikiran mulia, bahwa dia harus tidak tergantung bahkan dalam gagasan pikiran tentang penyebab. Dan mengapa? Karena Bodhisattva itu, Subhuti, yang memberikan pemberian, tanpa tergantung pada apa pun, ukuran dari kumpulan pahala kebaikannya tidak mudah untuk dipelajari.' -- 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah itu mudah untuk mempelajari ukuran dari ruang angkasa pada penjuru timur? ' Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan .' -- Sang Bhagavan mengatakan:' Dengan cara yang sama seperti ini, apakah itu mudah untuk mempelajari ukuran dari ruang angkasa pada penjuru selatan, penjuru barat, penjuru utara, bawah dan atas, didalam penjuru dan sub penjuru, di dalam seluruh sepuluh penjuru arah? ' Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan.
Sang Bhagavan mengatakan: 'Dalam cara yang sama, Subhuti, ukuran dari kumpulan pahala kebaikan dari Bodhisattva, yang memberikan hadiah tanpa tergantung pada apapun, tidak mudah untuk dipelajari. Dan dengan demikian tentu saja, Subhuti, jika orang yang telah memasuki bodhisattvayāna memberikan pemberian, bahwa dia harus tidak tergantung bahkan dalam gagasan pikiran dari penyebab. "
'Sekarang, apa yang kamu pikirkan, Subhûti, apakah sang Tathâgata dilihat melalui kepemilikan pada tanda-tanda (laksanasampadā tathāgato drastavyah)?'
Subhûti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, sang Tathâgata tidak dilihat melalui kepemilikan pada tanda-tanda. Dan mengapa? Karena apa yang telah diajarkan oleh sang Tathâgata seperti kepemilikan pada tanda-tanda, itu adalah tentu saja kepemilikan pada tiada tanda.'
Setelah ini, sang Bhagavan berbicara demikian kepada Subhuti yang patut dimuliakan: "Di manapun adanya, Subhuti, kepemilikan pada tanda-tanda, ada kepalsuan; dimanapun yang tidak ada kepemilikan tanda-tanda, tidak ada kepalsuan. Oleh karena itu sang Tathagata harus dilihat dari 'yang tiada tanda' sebagai tanda.
Setelah ini, Subhuti yang patut dimuliakan berbicara demikian kepada sang Bhagavan: 'Tentu saja, Bhagavan, akankah ada makhluk di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, pada masa kerusakan Saddharma, siapakah, ketika kata-kata yang sebenarnya dari Sutra ini sedang diberitakan (sūtrāntapadesu), yang akan mendirikan gagasan pikiran yang benar?'
Sang Bhagavan mengatakan: "Jangan berkata demikian, Subhuti. Ya, akan ada beberapa makhluk di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, selama kerusakan Saddharma, yang akan mendirikan gagasan pikiran yang benar ketika kata-kata ini sedang dikhotbahkan.
"Dan lagi, Subhuti, akan ada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia, di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, selama kerusakan Saddharma, akan ada mahluk yang kuat dan baik dan bijaksana, yang, ketika kata-kata yang sebenarnya dari sutra ini sedang diberitakan, akan mendirikan gagasan pikiran yang benar. Tetapi para Bodhisattva yang berpikiran mulia itu, Subhuti, tidak akan hanya telah melayani satu Buddha saja (ekabuddhaparyupāsitā bhavisyanti), dan kumpulan pahala kebaikan dari Mereka tidak akan hanya telah dikumpulkan pada satu Buddha saja, sebaliknya, Subhuti, para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia itu akan telah melayani banyak ratusan ribu para Buddha (anekabuddhaśatasahasraparyupāsitā), dan kumpulan pahala kebaikan Mereka akan telah dikumpulkan pada banyak ratusan ribu para Buddha (anekabuddhaśatasahasrāvaropitakuśalamūlāste); dan Mereka, pada saat kata-kata yang sebenarnya dari sutra ini sedang diberitakan, akan mendapatkan satu pikiran pada keyakinan yang sama (ekacittaprasādamapi pratilapsyante). Mereka dikenal (jñātāste), Subhuti, oleh sang Tathagata melalui pengetahuan Buddha-Nya (tathāgatena buddhajñānena); Mereka dilihat (drstāste), Subhuti, oleh sang Tathagata melalui mata Buddha-Nya (tathāgatena buddhacaksusā); Mereka dimengerti (buddhāste), Subhuti, oleh sang Tathagata. Semua ini, Subhuti, akan menghasilkan dan akan menyimpan kumpulan pahala kebaikan yang tidak terbatas dan yang tidak terhitung banyak sekali. Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak ada pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia itu gagasan pikiran tentang Diri (nāmātmasamjñā pravartate), tidak ada gagasan pikiran tentang makhluk (na sattvasamjñā), gagasan pikiran tentang keberadaan hidup (na jīvasamjñā), gagasan pikiran tentang orang (na pudgalasamjñā pravartate). Juga tidak ada, Subhuti, pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia ini gagasan pikiran tentang kualitas (dharmasamjñā pravartate), atau yang tidak ada kualitas (evam nādharmasamjñā). Juga tidak ada, Subhuti, gagasan pikiran atau tiada gagasan pikiran (nāpi tesām subhūte samjñā nāsamjñā pravartate). Dan mengapa? Karena, Subhuti, jika ada pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia ini gagasan pikiran tentang kualitas, maka Mereka akan bergantung pada Diri, mereka akan begantung pada makhluk, mereka akan bergantung pada keberadaan hidup, mereka akan begantung pada orang. Dan jika ada pada Mereka gagasan pikiran tentang tiada kualitas, bahkan kemudian Mereka akan bergantung pada Diri, mereka akan bergantung pada makhluk, mereka akan bergantung pada keberadaan hidup, mereka akan bergantung pada orang. Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak kualitas maupun tidak yang tak berkualitas yang akan diterima oleh Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia. Oleh karena itu, kata tersembunyi ini telah diberitakan oleh sang Tathagata: "Mereka yang mengetahui ajaran dharmaparyāyamājānadbhidharmā, yang sama seperti kepada rakit, semua kualitas memang harus ditinggalkan; lebih-lebih lagi yang tak berkualitas.
Dan lagi sang Bhagavan berbicara demikian kepada Subhuti yang patut dimuliakan: "Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah ada dharma apapun yang dikenalkan oleh sang Tathagata dengan nama ānuttarā samyaksambodhirityabhisambuddhah?, atau apapun yang diajarkan oleh sang Tathagata?"
Setelah kata-kata ini, Subhuti yang patut dimuliakan berbicara demikian kepada sang Bhagavan: 'Seperti yang saya, Bhagavan, pahami arti dari khotbah sang Bhagavan, tidak ada yang dikenalkan oleh sang Tathagata dengan nama ānuttarā samyaksambodhirityabhisambuddhah, juga tidak ada apapun yang diajarkan oleh sang Tathagata. Dan mengapa? Karena hal itu yang dikenalkan atau diajarkan oleh sang Tathagata adalah yang tidak dapat dimengerti dan yang tidak terkatakan. Itu bukan dharma atau bukan yang bukan dharma. Dan mengapa? Karena Aryapudgala kekuatannya tidak sempurna. "
Sang Bhagavan mengatakan: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, jika putra atau putri dari keluarga yang baik mengisi penuh trisāhasramahāsāhasram lokadhātum dengan tujuh permata (saptaratna) atau harta, dan memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathagata Arhat Samyaksambuddha, akankah putra atau putri dari keluarga yang baik itu pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang besar? '
Subhuti berkata: "Ya, Bhagavan, ya Sugata, putra atau putri dari keluarga baik itu akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang besar. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, apa yang diberitakan oleh sang Tathagata sebagai kumpulan pahala kebaikan (punyaskandha), itu diberitakan oleh sang Tathagata sebagai yang tidak ada kumpulan (askandhah) pahala kebaikan. Oleh karena itu sang Tathagata mengajarkan: "Kumpulan pahala kebaikan, tentu saja kumpulan pahala kebaikan! (punyaskandhah punyaskandha iti)"
"Sang Bhagavan berkata:" Dan jika, Subhuti, putra atau putri dari keluarga yang baik itu harus mengisi penuh sistem dunia satu miliar dengan tujuh permata (trisāhasramahāsāhasram lokadhātum saptaratnaparipūrnah) dan harus memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha, dan jika orang lain setelah mengambil dari Dharmaparyaya ini satu Gatha dari empat baris ( dharmaparyāyādantaśaścatuspādikāmapi gāthāmudgrhya) hanya akan secara sepenuhnya mengajarkan kepada orang lain dan menjelaskannya, ia tentu saja akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan yang lebih besar dari jasa pahala kebaikan yang tidak terbatas dan tidak terhitung. Dan mengapa? Karena, Subhuti, anuttarā samyaksambodhih dari sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha dihasilkan dari itu; para Buddhā bhagavantah 'dihasilkan dari itu (atonirjātā)'. Dan mengapa? Karena, Subhuti, ketika Tathagata memberitakan: "Kualitas Buddha, tentu saja kualitas Buddha! 'Mereka (Kualitas Buddha)' Itu diberitakan oleh Dia sebagai yang tanpa kualitas Buddha. Oleh karena itu mereka disebut kualitas Buddha. (buddhadharmā buddhadharmā iti subhūte abuddhadharmāścaiva te tathāgatena bhāsitāh| tenocyante buddhadharmā it) (buddhadharmā --> dharma disini adalah "kualitas ( धर्मन्)")'
(http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/swasbu1.gif) (http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/swasbu1.gif.html)
(http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Vajra%20yaksa%20guhyakadipati.jpg) (http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Vajra%20yaksa%20guhyakadipati.jpg.html)
Sang Bhagavan berkata: "Sekarang, apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Srota-âpanna berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti (srotaāpattiphalam) telah diperoleh oleh saya.'
Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Srota-âpanna tidak berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti telah diperoleh oleh saya.' Dan mengapa? Karena, Bhagavan, dia belum mendapatkan dharma apapun (kamciddharmamāpannah). Oleh karena itu dia disebut Srota-âpanna. Dia belum mendapatkan bentuk apapun (na rūpamāpanno), atau suara (na śabdān), atau bau (na gandhān), atau rasa (na rasān), atau hal-hal yang bisa disentuh (na sprastavyān). Oleh karena itu dia disebut Srota-âpanna (yang memasuki arus). Jika, Bhagavan, seorang Srota-âpanna berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti telah diperoleh oleh saya', dia akan bergantung pada diri, dia akan bergantung pada makhluk, dia akan bergantung pada keberadaan hidup, dia akan bergantung pada orang. "
Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Sakridâgâmin berpikir dalam cara ini: Buah dari Sakridâgâmin telah diperoleh oleh saya.'
Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Sakridâgâmin tidak berpikir dalam cara ini: Buah dari Sakridâgâmin telah diperoleh oleh saya. Dan mengapa? Karena tidak ada dharma apapun yang telah memperoleh keadaan dari Sakridâgâmin (na hi sa kaściddharmo yah sakrdāgāmitvamāpannah). Oleh karena itu dia disebut Sakridâgâmin (yang kembali satu kali lagi).'
Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Anâgâmin berpikir dalam cara ini: Buah dari Anâgâmin telah diperoleh oleh saya.'
Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Anâgâmin tidak berpikir dalam cara ini: Buah dari Anâgâmin telah diperoleh oleh saya. Dan mengapa? Karena Bhagavan, tidak ada dharma apapun yang telah memperoleh keadaan dari Anâgâmin. Oleh karena itu dia disebut Anâgâmin. "
Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Arhat berpikir dalam cara ini: Tingkat dari Arhat telah diperoleh oleh saya.'
'Apa yang Anda pikirkan kemudian, Subhuti, apakah ada apapun (kaściddharmah) yang telah dikenal oleh sang Tathagata pada Anuttarām-samyaksambodhim-abhisambuddhah? "
Ayusmān Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, tidak ada apapun, Bhagavan, yang telah dikenal oleh sang Tathagata pada Anuttarām-samyaksambodhim-abhisambuddhah. "
Sang Bhagavan berkata: 'Begitulah, Subhuti, begitulah. Bahkan tiada hal terkecil ditemukan, tidak bisa diperoleh, oleh karena itu disebut 'Penerangan Sempurna Tiada Tanding (Anuttarā Samyaksambodhi)'. "
'Juga, Subhuti, semua hal adalah sama di sana (samah sa dharmo), tidak ada perbedaan apapun di sana (na tatra kaścidvisamah), dan oleh karena itu disebut Anuttarā Samyaksambodhi. Tiada diri (nirātmatvena), tiada mahluk (nihsattvatvena), tiada keberadaan hidup (nirjīvatvena), tiada kepribadian (nispudgalatvena), Anuttarā Samyaksambodhih adalah selalu sama, dan dengan demikian dikenal sebagai semua hal yang baik (sarvaih kuśalairdharmairabhisambudhyate). Dan mengapa? Karena, apa yang diberitakan sebagai 'hal yang baik (kuśalā dharmāh)', tentu saja hal yang baik, Subhuti, mereka dikhotbahkan sebagai yang tiada hal (adharmāścaiva) oleh sang Tathagata, dan oleh karena itu mereka disebut hal-hal yang baik. (tenocyante kuśalā dharmā iti)"
"Dan jika, Subhuti, wanita atau pria, menimbun banyak tumpukan tujuh permata mulia hingga jumlahnya sebanding dengan Sumeru, sang Raja gunung, di dalam trisāhasramahāsāhasre lokadhātau, akan memberikannya sebagai 'pemberian (dana)' kepada sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha; dan, jika putra atau putri dari keluarga yang baik, setelah mengambil dari Prajñāpāramitāyā Dharmaparyāyā ini, satu Gatha yang terdiri dari empat baris saja, akan mengajarkannya kepada orang lain, maka, Subhuti, dibandingkan dengan kumpulan pahala kebaikan milik dia, kumpulan pahala kebaikan yang lebih awal tadi tidak akan mencapai seperseratus bagian, bahkan, tidak sampai seperseribu bagian, tidak sampai seperseratusribu bagian, tidak sampai sepersepuluhjuta bagian, tidak sampai seperseratusjuta bagian, tidak seperseratusribusepuluhjuta bagian, tidak sampai seperseratusribu dari niyuta sepuluhjuta bagian. Ia tidak akan menyandang angka, atupun pecahan, ataupun hitungan, ataupun perbandingan, ataupun pendekatan, ataupun persamaan."
'Apa yang Anda pikirkan kemudian, Subhuti, apakah sang Tathagata berpikir dalam cara ini: Para makhluk telah 'dibebaskan (parimocitā)' oleh Saya? Anda tidak harus berpikir begitu, Subhuti. Dan mengapa? Karena tiada makhluk, Subhuti, yang telah dibebaskan oleh sang Tathagata. Dan, jika ada makhluk, Subhuti, yang telah dibebaskan oleh sang Tathagata, maka sang Tathagata akan bergantung pada diri, bergantung pada makhluk, bergantung pada keberadaan hidup, dan bergantung pada orang. Dan apa yang disebut 'bergantung pada diri (ātmagrāha)', Subhuti, itu diberitakan sebagai yang 'tiada ketergantungan (agrāha)' oleh sang Tathagata. Dan ini dilekati oleh yang kekanak-kanakan dan orang-orang bodoh; dan mereka yang diberitakan sebagai yang kekanak-kanakan dan orang bodoh, Subhuti, itu diberitakan sebagai 'yang tiada orang (ajanā)' oleh sang Tathagata, dan oleh karena itu mereka disebut 'kekanak-kanakan dan orang bodoh (bālaprthagjanā)'. '
'Apa yang Anda pikirkan kemudian, Subhuti, apakah sang Tathagata dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda? "
Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan. Sejauh yang Saya tahu arti dari pemberitaan sang Bhagavan, sang Tathagata tidak dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda. "
Sang Bhagavan berkata: 'Bagus, bagus, Subhuti, begitulah, Subhuti; begitulah, seperti yang Anda katakan; Sang Tathagata tidak dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda. Dan mengapa? Karena, Subhuti, jika sang Tathagata akan dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda, 'raja pemutar roda (rājāpi cakravartī)' juga akan menjadi Tathagata (tathāgato'bhavisyat); Oleh karena itu sang Tathagata tidak dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda. "
Ayusmān Subhuti berbicara demikian kepada sang Bhagavan: 'Seperti yang Saya mengerti arti dari pemberitaan sang Bhagavan, sang Tathagata tidak dilihat melalui kepemilikan tanda-tanda. "
Kemudian sang Bhagavan pada saat itu memberitakan dua syair-Gatha ini:
Yang melalui bentuk melihat Saya (ye mām rūpena cādrāksurye),
dan yang melalui suara pergi mengikuti Saya (mām ghosena cānvaguh),
salah menanggapi usaha yang mereka lakukan (mithyāprahānaprasrtā),
Saya tidak akan bisa dilihat oleh orang-orang itu (na mām draksyanti te janāh). |1|
Dari Dharma, sang Buddha dilihat (dharmato buddho drastavyo);
Dari Tubuh Dharma datang sang Pembimbing (dharmakāyā hi nāyakāh);
Namun sifat alami Dharma tidak dapat dipahami (dharmatā ca na vijñeyā),
tidak juga bisa dibuat untuk dipahami (na sā śakyā vijānitum). |2|
'Apa yang Anda pikirkan kemudian, Subhuti, apakah melalui kepemilikan tanda-tanda (laksanasampadā) sang Tathagata mengetahui Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambuddhā? Anda harus tidak berpikir begitu, Subhuti. Dan mengapa? Karena, Subhuti, Anuttarā Samyaksambodhi Abhisambuddhā tidak akan diketahui oleh sang Tathagata melalui kepemilikan tanda-tanda. Tidak juga siapa pun, Subhuti, yang mengatakan kepada Anda, 'Yang telah berangkat masuk di dalam Bodhisattvayana telah menyatakan penghancuran atau pemusnahan hal apapun.' Anda harus tidak berpikir begitu, Subhuti! Karena yang telah berangkat masuk di dalam Bodhisattvayana belum menyatakan penghancuran atau pemusnahan hal apapun.
"Dan jika, Subhuti, putra atau putri dari keluarga yang baik mengisi penuh dunia sebanding dengan jumlah butiran pasir dari sungai Gangga dengan tujuh permata mulia, dan memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha; dan jika seorang Bodhisattva memperoleh daya tahan kesabaran dalam 'yang tiada diri' dan 'hal yang tidak timbul ' (nirātmakesvanutpattikesu dharmesu ksāntim pratilabhate), maka yang terakhir itu akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang lebih besar, yang tak terhingga dan tak terhitung.
"Tapi, Subhuti, kumpulan pahala kebaikan seharusnya tidak diterima oleh sang Bodhisattva yang berpikiran mulia."
Ayusmān Subhuti berkata: 'Tentu tanpa ragu, Bhagavan, haruskah kumpulan pahala kebaikan diterima oleh seorang Bodhisattva?'
Sang Bhagavan berkata: 'Itu harus diterima (parigrahItavya), Subhuti; bukan harus diambil (no grahītavyah); dan oleh karena itu dikatakan: harus diterima (parigrahītavya) '.
"Dan lagi, Subhuti, jika ada orang yang mengatakan bahwa sang Tathagata pergi, atau datang, atau berdiri, atau duduk, atau berbaring, dia, Subhuti, tidak mengerti arti dari khotbah Saya. Dan mengapa? Karena kata 'Tathagata' berarti Orang Yang Tidak Pergi Kemanapun, dan Tidak Datang Dari manapun; dan oleh karena itu Dia disebut Tathāgata Arhan Samyaksambuddha. '
"Dan lagi, Subhuti, jika putra atau putri dari keluarga yang baik akan mengambil banyak dunia yang sebanyak jumlah butiran debu bumi di trisāhasramahāsāhasre lokadhātau ini, dan mengecilkannya hingga menjadi debu halus seperti yang bisa dibuat dengan kekuatan yang tidak terbatas, seperti apa yang disebut 'kumpulan jumlah atom (paramānusamcayah)', menurut Anda, Subhuti, apakah itu akan menjadi kumpulan atom berjumlah besar? '
Subhuti berkata: 'Begitulah, Bhagavan, begitulah, Sugata, akan besar kumpulan jumlah atom itu. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, jika itu adalah kumpulan atom berjumlah besar, sang Bhagavan tidak akan menyebutnya 'kumpulan jumlah atom'. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, apa yang diberitakan sebagai 'kumpulan jumlah atom' oleh sang Tathagata, itu diberitakan sebagai 'yang tiada kumpulan (asamcayah)' oleh sang Tathagata; dan oleh karena itu disebut 'kumpulan jumlah atom'. Dan apa yang diberitakan oleh sang Tathagata sebagai trisāhasramahāsāhasre lokadhātau, itu diberitakan oleh sang Tathagata sebagai 'yang tiada bidang wilayah (adhātuh)'; dan oleh karena itu disebut trisāhasramahāsāhasro lokadhātu. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, jika ada 'bidang dunia (lokadhātu)', akan ada 'ketergantungan pada wujud kebendaan (pindagrāha)'; dan apa yang diberitakan sebagai ketergantungan pada wujud kebendaan oleh sang Tathagata, itu diberitakan sebagai 'yang tanpa ketergantungan (agrāhah - tidak melekat/mencengkram)' oleh sang Tathagata; dan oleh karena itu disebut 'ketergantungan pada wujud kebendaan."
Sang Bhagavan berkata: "Dan ketergantungan pada wujud kebendaan itu sendiri, Subhuti, adalah 'yang tak tersebutkan (avyavahāro)' dan 'yang tak terkatakan (nabhilāpyah)'; itu bukan sebuah hal (dharma) maupun bukan yang tiada-hal (ādharmah), dan ini dilekati oleh yang kekanak-kanakan dan orang-orang bodoh. "
'Dan mengapa? Karena, Subhuti, jika orang mengatakan bahwa 'pandangan diri (ātmadrsti)' telah diberitakan oleh sang Tathagata, 'pandangan makhluk (sattvadrsti)', 'pandangan keberadaan hidup (jīvadrstih)', 'pandangan kepribadian (pudgaladrsti)' telah diberitakan oleh sang Tathagata, apakah dia berbicara benar? "
Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, tentu tidak, Sugata; dia tidak berbicara benar. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, apa yang diberitakan oleh sang Tathagata sebagai 'pandangan diri', itu diberitakan oleh sang Tathagata sebagai 'yang tiada pandangan (adrstih)'; Oleh karena itu disebut 'pandangan diri'. "
Sang Bhagavan berkata: 'Dengan demikian maka, Subhuti, bagi yang telah memasuki Bodhisattvayana, 'semua hal (sarvadharmā)' harus 'diketahui (jñātavyā)', 'dilihat (drastavyā)', dan 'diniati (adhimoktavyāh)'. Dan dalam cara ini, itu diketahui, dilihat, dan diniati, bahwa orang harus percaya 'tidak dalam gagasan dari hal (dharmasamjñāyām)' maupun 'tidak dalam gagasan yang tiada hal (ādharmasamjñāyām)'. Dan mengapa? Karena, dengan mengatakan: 'gagasan dari hal (dharmasamjñā)', tentu saja gagasan dari hal. Subhuti, sebagai 'yang tiada gagasan (asamjñaisā)' telah diberitakan oleh sang Tathagata. Oleh karena itu, disebut 'gagasan dari hal'.'
"Dan, Subhuti, jika seorang Bodhisattva Mahasattva mengisi penuh 'yang tidak terbatas dan yang tidak terhitung dari bidang dunia (aprameyānasamkhyeyāmllokadhātūn)' dengan tujuh permata mulia, dan memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathagata Arhat Samyaksambuddha; Dan jika putra atau putri dari keluarga yang baik, setelah mengambil dari Prajñāpāramitā ini, satu Gatha yang terdiri dari empat baris saja dari Dharmaparyaya ini, akan mempelajarinya, mengulanginya, memahaminya, dan sepenuhnya menjelaskannya kepada orang lain, maka yang terakhir itu akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang lebih besar, yang tak terhingga dan tak terhitung. Dan bagaimana seharusnya dia menjelaskannya? Yakni:
Bintang, kegelapan, lampu, (tārakā timiram dīpo)
ilusi, embun, gelembung busa, (māyā avaśyāya budbudam)
mimpi, dan juga kilatan petir, awan, (svapnam ca vidyudabhram)
Demikian cara melihat 'yang dibuat melalui sebab dan kondisi (samskrtam)'.
Dengan cara demikian dia harus 'mengungkapkan (prakāśayet)'; Oleh karena itu dikatakan: 'menjelaskan'.
Demikian ucapan sang Bhagavan yang mengagumkan. Sthavira Subhuti, dan Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika yang setia, dan juga Bodhisattva, dan seluruh dunia para dewa, manusia, asura dan gandharva, memuji khotbah sang Bhagavan.
(http://i484.photobucket.com/albums/rr201/cung_2008/Namo%20Trailokya%20Vijaya%20Dharmaraja.jpg) (http://s484.photobucket.com/user/cung_2008/media/Namo%20Trailokya%20Vijaya%20Dharmaraja.jpg.html)
Trailokya Vijaya Namah Dharma Raja
ārya vajra-cchedikā bhagavatī prajñāpāramitā samāptā