adat istiadat pernikahan, yah disesuaikan dengan tradisi setempat masing2 aja. Jika pengen sederhana, yah disederhanakan. Dalam buddhism tidak pernah menentukan dalam sangjit / resepsi, harus begini begitu.
Dan sepertinya walau sama2 orang tionghoa, adat istiadat / kebiasaannya jg berbeda2.
(Misnya lamaran, sangle/sangjit, hari H.., masing2 daerah tidak sama)
Intinya, dilaksanakan sesuai dengan selera masing2
jadi apakah lamaran, sangjit n pemberkatan blh tdk dihadiri orang tua pihak pria?
Setau dan seingat saya...dalam tradisi lingkungan saya (siantar-Sumut), wkt lamaran dan sangjit...ortu kandung pihak pria tidak hadir.
saya masih ingat ketika lamaran datang ke cie2 saya...yg hadir hny 'mak comblang' ntah berapa orang gitu. Datang membicarakan hari "bagus" , jumlah meja rsepsi yg diminta"
Dan hari sangle, yg datang jg hny tante nya si cowo (abg ipar) dan mak comblang.
Dan hari H, baru prianya hadir.
Giliran ko2, hari lamaran dan sangle jg ie2 saya yg ke rumah pihak cewe.
Soal tradisi daerah, daerah kota medan dan siantar jg sudah ada dikit perbedaan. Dimana jika tradisi siantar, wkt acara resepsi si pria datang ke rumah jemput mertua ke lokasi pesta (resepsi).
Beda dengan kota medan, ortu cewe menuju lokasi pesta, dan pengantin pria yg membukakan pintu mobil dan mempersilahkan mertua. (cmiiw, bro-sis medan)
[at] surie :
Intinya, yah sesuaikan saja tradisi kebiasaan daerah masing2. Ada baiknya dibahas dengan calonnya.
Yg saya tau sejak tahun lalu, ternyata tradisi jkt (dan sekitarnya), sangat jauh berbeda dgn daerah sumut..