//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?  (Read 611443 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #690 on: 08 October 2010, 01:28:20 PM »
Berdasarkan KBBI
eks.pre.si
[n] (1) pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb): sajak itu merupakan -- dr perasaan hatinya; (2) pandangan air muka yg memperlihatkan perasaan seseorang: -- rasa tidak puas tergambar di wajahnya

Nah, berdasarkan KBBI, jelas terlihat bahwa EKSPRESI adalah "sarana pengungkapan perasaan".
---
Maaf bro, anda rasanya salah membaca artinya.
eks.pre.si
[n] (1) pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb),
Jadi bukan hanya perasaan, tapi juga maksud dan gagasan.  Dan bisa dalam bentuk apapun.
Termasuk membuat naskah dharma dan membabarkan dharma.


Menurut Bro, kenapa Atthasila mensyaratkan kita untuk berpuasa mendengarkan musik dan hiburan?
Quote
Saya tidak menangkapnya sebagai puasa mendengarkan musik.  Kalau mencoba / berlatih untuk tidak secara sengaja mencari hiburan2, saya setuju.  Tapi kalau ada musik dan nyanyian yang hadir, kita sadari saja.
Tidak perlu lari dan menjadi tertekan. Dan berpikir: Oh, saya sudah melanggar sila saya nih, karena ada musik yang saya dengar.


no prob Bro. Masih jelas kok.
Sy juga berusaha sebisa ungkin merapikan reply2, tapi terkadang juga sering salah hapus perintah quote dan tampilannya sering jadi aneh.

Sebenarnya bahasan kita sudah cukup melebar, nah, kembali ke topik, kita membahas si Bhikkhu yg bermain gitar. Pada intinya pendapat sy, berdasarkan argumen2 diatas, apalah gunanya memainkan gitar dengan alasan apapun. Berusaha menjaga Sati (otomatis sila dan semua aturan akan terjaga) dan babarkanlah Dhamma dengan cara2 yg benar.
---
Saya sepakat dengan anda.
Pada dasarnya adalah SATI.  Dengan Sati yang baik, sila otomatis terjaga.  Dan bukan dibalik.
Tapi kita beda pendapat dengan 'apa gunanya memainkan gitar dengan alasan apapun'?
Bagi saya, untuk tujuan2 yang baik, apapun bentuk ekspresi yang keluar dimungkinkan.

Quote
Main musik bersama2 umat tidak dapat dengan alasan 'untuk membabarkan Dhamma'. Itu adalah 'pembenaran' yg dicari2. Main musik bersama2 -jujur saja- hanyalah kegiatan bersenang2 bersama.
Menurut Bro, saat si Bhikkhu saat memainkan gitar, apakah umat disekeliling beliau akan menyerap dan merenungkan lirik Dhamma lagu tsb, ataukah mereka menikmati alunan musik dan mengagumi kepiawaian si Bhikkhu bermain gitar, dengan kata lain mereka menikmati bernyanyi bersama2?

_/\_
::
Mungkin bagi anda seperti itu. Tapi saya beberapa kali bernyanyi bersama dengan beberapa biku, lagu-lagu Dharma yang isinya penuh kedamaian, dan saya mencoba menyelami isinya,  yah mungkin karena masih bodoh, bisa dikatakan saya ikut menikmati musik dan syairnya.  Tapi saya tidak larut dalam mengagumi suara si Biku, atau kagum 'wah ini biku kok hebat banget bisa bikin lagu atau main musik yang indah.  Tidak. 
Semata-mata hanya menyadari betapa dalam dan berharganya dharma ajaran Buddha bila bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya : Saya begitu tersentuh dengan lagu SUJUDKU, yang isinya mengungkapkan bakti kepada orangtua.
Setiap kali saya mendengar lagu ini, saya diingatkan kembali akan kewajiban saya untuk lebih berbakti pada ortu saya.

Ada banyak / bahkan mayoritas umat yang lebih mudah belajar melalui media seperti ini.
Dan bukan melalui meditasi dan pelaksanaan sila yang mendalam seperti yang teman2 lakukan.
Jadi kalau itu memberikan manfaat bagi orang banyak, kenapa kita harus melarangnya?

Ijinkan saya mengirimkan artikel ini, semoga bisa bermanfaat.
Kebetulan baru muncul di email saya.  Sebuah tulisan Gede Prama.

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/25/03073793/kesembuhan.kedamaian.keheningan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #691 on: 08 October 2010, 02:08:21 PM »
tampaknya mbi mengadakan munas dulu nih untuk menjawab setiap postingan di sini. =)) soalnya, lama.
« Last Edit: 08 October 2010, 02:13:23 PM by Indra »

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #692 on: 08 October 2010, 02:13:34 PM »
tampaknya mbi mengadakan munas dulu nih untuk menjawab setiap postingan di sini. =))

sy dl panitia munas loh...
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #693 on: 08 October 2010, 02:14:49 PM »
oke. memang masih kontroversi, tetapi lebih banyak yang menyuarakan bahwa yang pali yang asli. jarang saya mendengar yang sebaliknya. bukan begitu?
Tapi logika berpikir saya terbalik. Sebagai seorang pangeran pasti mengunakan bahasa sansekerta.  apalagi sebagian besar biku awal adalah keluarga kerajaan, para brahmana, dll. yang semuanya menggunakan bahasa sansekerta.
Sejujurnya saya pribadi bilang yang Pali lebih asli karena di situ tidak ada pengkotakan sekte sebagaimana ditulis di sanskrit (yang ada "sekte" Mahayana & Hinayana), bukan karena bahasanya. Terserah kalau ada yang berpendapat lain, itu sah saja.
---
Gak jelas? Maksudnya di Tripitaka (sansekerta) ada pengkotakan sekte?

pernahkah anda membaca sutra untuk memahami maknanya Bro? jika anda pernah membaca sutra2 mahayana, anda akan menemukan kata HINAYANA dan MAHAYANA, apakah menurut anda ini adalah pongkotakan (seharusnya PENGOTAKAN) sekte atau bukan?
---
Saya mencoba untuk tidak melebar dari topik.
Setelah ada teman yang memberikan masukan yang baik soal itu.
Tapi baiklah kalau anda meminta itu.  Dan rasanya para kotak lima yang lain juga setuju saja, kalau teman kotak lima yang meminta? hehe.

Kalau anda membaca Hinayana dan Mahayana sebagai pengkotakan, silahkan saja.  Bahkan sebagian mengatakan 'penghinaan'. Tidak bagi saya.
Sama halnya sebagian teman mengatakan Therawada (ajaran para sesepuh) adalah kesombongan, dengan menganggap yang lain bukan ajaran sesepuh.  Bagi saya tidak begitu.

Quote
Bukan bermaksud setengah-setengah. Kita sendiri menjalankan 5 sila, katakanlah melatih diri untuk menghindari pembunuhan, kita tahu kalau kita mandi pasti membunuh, kita makan pasti ada pembunuhan. Tapi kita tetap makan, tetap mandi, dll.  Ini bukan karena kita setengah2 kan dalam menjalankan sila? .
Saya tidak tahu kalau kita mandi atau makan ada membunuh. Coba cari tahu dulu membunuh definisi Buddhisme sebelum menyimpulkan sendiri.
---
hehe. Saya tidak mau membuka topik lain.  Silahkan anda buka, dan ajak saya gabung.  Kalau waktu saya memungkinkan, saya akan ikut.

jelas sekali anda sedang berusaha menyelamatkan diri dari statement anda sendiri yg terburu2. baiklah, lupakan saja.
---
Kalau pun iya begitu. Boleh dong. hehe.
Apa defenisi anda soal pembunuhan? Ayo mari kita bahas.

Quote
Quote
Tergantung kebijaksanaan masing-masing individu.
Jadi maksudnya vinaya ditentukan per individu, untuk individu yang cocok boleh ikut, kalau tidak cocok tidak usah ikut. Begitukah?
---
Sudah saya jelaskan di posting yang lain.
benar sudah dijelaskan, bahwa main gitar adalah bukan pelanggaran asalkan main dengan sadar dan bertujuan untuk mengekspresikan keindahan dhamma.
---
Betul.

Quote
Quote
Tidak demikian jalan pikirannya. Semua tindakan bisa dilakukan dengan sadar dan kurang sadar.

Di awal anda katakan mengikuti jalan Buddha bukanlah untuk menyiksa diri ataupun mengikuti aturan yang menekan. Sekarang kok beralih ke "dilakukan dengan sadar atau tidak"? Jadi yang mana nih? Saya tidak suka yang berbelit-belit jawabnya.
--
Anda suka nya apa? hehe. Emang kita sedang berdiskusi atau suka gak suka nih?
Apakah ada yang mengganggu anda?
dalam diskusi selalu terjadi tanya jawab, mohon anda juga memahami bagaimana berdiskusi yg berbudaya.
---
bahasa yang berbudaya? Yang seperti apakah itu?

Quote
Apakah kalau dilakukan secara sadar, boleh seorang bhikkhu memuaskan segala macam nafsu indriah?
---
Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
Mari berdiskusi dengan lebih bijak. Jangan selalu menggunakan contoh 'ekstrim', yang seolah2 benar. hehe.
baik, tidak perlu menggunakn contoh ekstrim, kita lihat saja kasus yg di depan mata ini. dengan pernyataan anda Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
apakah anda mengatakan bahwa BIKU ini sedang tidak sadar ketika bermain gitar?
---
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk biku A yang fotonya terpampang kah?
Kalau melihat dari posting teman2, saya mengatakan besar kemungkinan seperti itu.
Tapi ini bukan berarti saya sepakat, biku tidak boleh menggunakan gitar untuk menghasilkan karya / lagu, yang isinya adalah ekspresi keindahan dharma.

Quote
Quote
Tapi pelanggaran mungkin sekali terjadi.
Untuk tindakan pelanggaran yang sifatnya berat, sangsinya juga sudah jelas, dan mereka sudah tahu.
Untuk yang ringan2, perlu dilihat konteksnya. bunyi winaya nya seperti apa?
contoh ; tidak boleh menyentuh wanita (dengan nafsu birahi).
Kadang yang () suka dihilangkan.
makanya ada cerita zen, soal biku yang menyeberangkan wanita di sungai. 
1. Jadi anda tahu ketika bhikkhu menyentuh wanita apakah bhikkhu itu penuh nafsu atau tidak?
2. Apakah kepentingan seorang bhikkhu pegang-pegang wanita?
---
1. Tidak tahu. Tapi menurut Buddhism, mana yang lebih baik, yang menolong dan meninggalkannya di seberang sungai, apakah biku yang sibuk menyalahkan biku itu. hehe.
2. Kepentingannya untuk menyelamatkan wanita itu. 
Apakah anda selalu bersentuhan dengan wanita dengan penuh nafsu birahi?
Apakah nafsu birahi selalu muncul setiap lawan jenis bersentuhan?
Apakah kalau anda memegang saudara anda, teman anda, orangtua anda, yang berlainan jenis, akan muncul nafsu birahi juga?
Kalau iya, saya sarankan anda segera berobat.  Ada yang salah dalam syaraf otak anda, merespon rangsangan sentuhan yang muncul.
dalam Vinaya yg disebut "perempuan" adalah manusia berjenis kelamin perempuan dari yg baru dilahirkan, hingga menjelang kematian, menurut anda mengapa vinaya menetapkan peraturan demikian? mungkinkah muncul nafsu birahi ketika bersentuhan dengan bayi perempuan atau dengan nenek2? tapi walaupun pasti tidak muncul nafsu birahi, kenapa vinaya menetapkan definisi perempuan yg se-ekstrim itu? bagaimana tanggapan anda atas hal ini?
---
Saya melihatnya berbeda bro.
Saya tidak melihat Buddha se-ekstrim itu.  Anda dan beberapa teman di sini lah yang menterjemahkan bahasa Buddha dengan cara yang sangat ekstrim.

Quote
Quote
Quote
Jadi seandainya, masalah senar yang terlalu kencang atau kendur itu diutarakan dalam nyanyian yang kurang baik atau fals, misalnya, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan?
itu pendapat anda, saya tidak mengatakan hal itu. Saya cuma menjelaskan bahwa itu semua adalah satu kesatuan, yang karena perpaduan unsur2 itu menyebabkan kesadaran pertapa sidharta bangkit.
Anda tidak bisa bedakan yang mana pendapat dan yang mana pertanyaan?
---
Kalau pendapatan anda sendiri apa? Silahkan dibagikan.


Mungkin juga keempukan tempat duduk, keindahan model mangkuk Sujata, atau bahkan kecantikan Sujata sendiri adalah bagian dari kesatuan unsur yang mencerahkan bodhisatta. Kalau tempat duduknya beda jenis rumput, mangkuk nasi susunya retak-retak, dan Sujatanya berjerawat, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan.
Kira-kira saya mulai mengerti pikiran anda.
---
Kalau anda baca sejarah hidup Buddha (walau banyak versi juga) anda pasti tahu rangkaian ceritanya,
bagaimana Sidharta menyiksa diri yang ekstrim, hingga akhirnya tersadarkan oleh suara/nyanyian/musik (apapun lah yang anda yakini), kemudian dia menerima persembahan dari sujata.  Lalu muncullah kekuatan baru, dari fisik yang sangat lemah itu.  Semuanya adalah rangkaian, kesatuan yang utuh (termasuk penyiksaan diri itu juga).

saran saya, jika mau membaca, bacalah buku yg benar. dalam hal mempelajari ajaran Buddha tidak ada sumber yg lebih benar daripada Tipitaka/Tripitaka. drama penyanyi itu tidak terdapat dalam Tipitaka, silahkan anda membuktikan sebaliknya.
---
Terimakasih bro.
Berikan saya rujukan, sejarah hidup Buddha yang tidak ada menceritakan soal itu.

Quote
Ingat, kenapa kelima pertapa meninggalkan Sidharta, karena dianggap melanggar 'winaya' yang seharusnya menjadi pegangan bagi para pertapa?
Apakah Sidharta bisa merealisasi ke-Buddha-an kalau tetap berpegangteguh pada 'winaya' yang disepakati oleh komunitas para pertapa itu?
inilah akibatnya jika menyelewengkan makna Vinaya (pake V). Vinaya adalah eksklusif warisan Buddha. Sidharta memang sudah seharusnya meninggalkan Winaya (pake W), karena Winaya itu cenderung menyesatkan bukan membebaskan. apakah anda bermaksud mengatakan bahwa para bhikkhu sebaiknya tidak berpegangteguh pada Vinaya?
---
hehe.
sekarang kita masuk pada ekslusifitas. mantap.
Ini asli ajaran Buddha yg itu bukan.
vinaya = ajaran Buddha. winaya = bukan ajaran Buddha.
hehe.  Keterjebakan anda pada semantik dan liguistik betul2 sudah sangat besar.
(sekedar info indriah itu tidak ada yang ada itu indra, persis seperti nama anda. maaf oot.)
Anda dan teman2 kotak lima, tidak mungkin tidak menangkap maksud tulisan saya.
Hanya anda membalikkannya menjadi hal2 yang berbau semantik dan linguistik.

Quote
Quote
Buddha mengajarkan untuk yang masih belum mencapai penembusan.
Tapi beliau sendiri sudah melampaui itu.
Contohnya : Angulimala, Pelacur (lupa-mungkin ambapali), dll
Beliau melihat mereka dengan kacamata kebijaksanaan, sehingga semuanya terselamatkan dan mencapai penembusan sejati.
Coba pilih yang kira-kira sesuai dengan bayangan anda waktu Buddha mengajar Angulimala:
a. "Aku telah lama berhenti berbuat jahat, Angulimala. Kau berhentilah berbuat jahat!"
b. "Aku telah lama tidak lagi membedakan mana yang baik dan yang jahat, Angulimala. Kau berhentilah membedakan mana yang baik dan mana yang jahat!"
---
hahaha.
Dalam mengajarkan Dharma, karena yang menangkapnya adalah yang masih terikat oleh baik dan buruk maka pastilah Buddha melakukan yang (a).
Tapi dalam tindakan, Beliau sudah lepas dari baik dan buruk.  Karena kalau itu yang Buddha lakukan, maka Angulimala akan dilihat sebagai manusia nista, bukan sebagai calon Buddha.  Demikian juga Ambhapali (pelacur), termasuk Dewadata. dll.
Semoga mulai mengerti apa yang saya maksudkan.

Dewadata? sewaktu saya mengusulkan agar nama "VIHARA VIMALA DHARMA" perlu diganti, anda menjawab bahwa untuk nama tidak apa2, sekarang anda malah mengganti nama DEVADATTA menjadi DEWADATA, apakah ini juga jurus Krisnanda anda?
dan menurut anda kenapa Angulimala bisa mencapai Arahat sementara Devadatta malah nyemplung ke Avici?
_/\_
---
Untuk poin ini, saya mesti menyampaikan maaf kalau itu sangat menggangu anda.
Saya tidak melarang kalau penulisan vimala dharma suatu saat diganti menjadi wimala darma, bukan masalah sama sekali bagi saya.
Tapi karena itu soal nama, vimala dharma, maka yang berhak merubahnya adalah ya, kelompok di wihara itu.

Bagi saya Dewadata penulisannya ya, Dewadata. Dan memang saya besar terpengaruh oleh dr. Krisnanda. hehe.
Apakah saya kurang konsisten.  Silahkan saja anda mau menilai seperti itu.
Tapi yang pasti saya tentu tidak akan merubah nama wihara Dhammacakka menjadi dharmacakra, karena jadi wihara yang berbeda. hehe.

Pengetahuan kotak satu dengan kotak lima, tentu masih jauh. Perlu banyak belajar.
Yang saya tahu, bagi Buddha orang sejahat Angulimala telah membunuh 999 orang dan yang mau membunuh Ibunya sendiripun adalah seorang calon Buddha, yang masih bisa di'selamatkan' dan di'kembalikan ke jalan yang benar'.
Dan itu tidak akan muncul kalau Buddha masih membedakan baik dan buruk - dengan kacamata umum.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #694 on: 08 October 2010, 02:37:03 PM »
oke. memang masih kontroversi, tetapi lebih banyak yang menyuarakan bahwa yang pali yang asli. jarang saya mendengar yang sebaliknya. bukan begitu?
Tapi logika berpikir saya terbalik. Sebagai seorang pangeran pasti mengunakan bahasa sansekerta.  apalagi sebagian besar biku awal adalah keluarga kerajaan, para brahmana, dll. yang semuanya menggunakan bahasa sansekerta.
Sejujurnya saya pribadi bilang yang Pali lebih asli karena di situ tidak ada pengkotakan sekte sebagaimana ditulis di sanskrit (yang ada "sekte" Mahayana & Hinayana), bukan karena bahasanya. Terserah kalau ada yang berpendapat lain, itu sah saja.
---
Gak jelas? Maksudnya di Tripitaka (sansekerta) ada pengkotakan sekte?

pernahkah anda membaca sutra untuk memahami maknanya Bro? jika anda pernah membaca sutra2 mahayana, anda akan menemukan kata HINAYANA dan MAHAYANA, apakah menurut anda ini adalah pongkotakan (seharusnya PENGOTAKAN) sekte atau bukan?
---
Saya mencoba untuk tidak melebar dari topik.
Setelah ada teman yang memberikan masukan yang baik soal itu.
Tapi baiklah kalau anda meminta itu.  Dan rasanya para kotak lima yang lain juga setuju saja, kalau teman kotak lima yang meminta? hehe.

Kalau anda membaca Hinayana dan Mahayana sebagai pengkotakan, silahkan saja.  Bahkan sebagian mengatakan 'penghinaan'. Tidak bagi saya.
Sama halnya sebagian teman mengatakan Therawada (ajaran para sesepuh) adalah kesombongan, dengan menganggap yang lain bukan ajaran sesepuh.  Bagi saya tidak begitu.
saya mengatakan hal di atas karena anda menanyakan dalam postingan anda sebelumnya, saya sendiri tidak tertarik untuk membahas ini, mungkin nanti.

Quote
Quote
Quote
Bukan bermaksud setengah-setengah. Kita sendiri menjalankan 5 sila, katakanlah melatih diri untuk menghindari pembunuhan, kita tahu kalau kita mandi pasti membunuh, kita makan pasti ada pembunuhan. Tapi kita tetap makan, tetap mandi, dll.  Ini bukan karena kita setengah2 kan dalam menjalankan sila? .
Saya tidak tahu kalau kita mandi atau makan ada membunuh. Coba cari tahu dulu membunuh definisi Buddhisme sebelum menyimpulkan sendiri.
---
hehe. Saya tidak mau membuka topik lain.  Silahkan anda buka, dan ajak saya gabung.  Kalau waktu saya memungkinkan, saya akan ikut.

jelas sekali anda sedang berusaha menyelamatkan diri dari statement anda sendiri yg terburu2. baiklah, lupakan saja.
---
Kalau pun iya begitu. Boleh dong. hehe.
Apa defenisi anda soal pembunuhan? Ayo mari kita bahas.

mungkin saya lebih suka menyelamatkan muka anda dari ketidak-tahuan anda mengenai definisi pembunuhan dalam Buddhisme.

Quote
Quote
Quote
Tergantung kebijaksanaan masing-masing individu.
Jadi maksudnya vinaya ditentukan per individu, untuk individu yang cocok boleh ikut, kalau tidak cocok tidak usah ikut. Begitukah?
---
Sudah saya jelaskan di posting yang lain.
benar sudah dijelaskan, bahwa main gitar adalah bukan pelanggaran asalkan main dengan sadar dan bertujuan untuk mengekspresikan keindahan dhamma.
---
Betul.
bagaimana kalau permainannya ternyata tidak indah? saya sendiri adalah seorang penikmat musik, dan bagi saya, permainan sang tokoh tidak lebih dari seorang murid yg baru kursus 3 bulan, keponakan saya bisa main lebih indah dari itu.

Quote
Quote
Quote
Tidak demikian jalan pikirannya. Semua tindakan bisa dilakukan dengan sadar dan kurang sadar.

Di awal anda katakan mengikuti jalan Buddha bukanlah untuk menyiksa diri ataupun mengikuti aturan yang menekan. Sekarang kok beralih ke "dilakukan dengan sadar atau tidak"? Jadi yang mana nih? Saya tidak suka yang berbelit-belit jawabnya.
--
Anda suka nya apa? hehe. Emang kita sedang berdiskusi atau suka gak suka nih?
Apakah ada yang mengganggu anda?
dalam diskusi selalu terjadi tanya jawab, mohon anda juga memahami bagaimana berdiskusi yg berbudaya.
---
bahasa yang berbudaya? Yang seperti apakah itu?


yg saya katakan adalah "diskusi yg berbudaya", dan diskusi yg berbudaya adalah tanya dan jawab, jelas sekali anda kelihatan panik.

Quote
Quote
Apakah kalau dilakukan secara sadar, boleh seorang bhikkhu memuaskan segala macam nafsu indriah?
---
Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
Mari berdiskusi dengan lebih bijak. Jangan selalu menggunakan contoh 'ekstrim', yang seolah2 benar. hehe.
baik, tidak perlu menggunakn contoh ekstrim, kita lihat saja kasus yg di depan mata ini. dengan pernyataan anda Dengan sadar maka hal itu tidak akan terjadi.
apakah anda mengatakan bahwa BIKU ini sedang tidak sadar ketika bermain gitar?
---
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk biku A yang fotonya terpampang kah?
Kalau melihat dari posting teman2, saya mengatakan besar kemungkinan seperti itu.
Tapi ini bukan berarti saya sepakat, biku tidak boleh menggunakan gitar untuk menghasilkan karya / lagu, yang isinya adalah ekspresi keindahan dharma.

jadi anda meralat statement anda sebelumnya yg mengatakan bahwa bhikkhu ini melanggar, dan sekarang menjadi tidak melanggar?

Quote
Quote
Quote
Tapi pelanggaran mungkin sekali terjadi.
Untuk tindakan pelanggaran yang sifatnya berat, sangsinya juga sudah jelas, dan mereka sudah tahu.
Untuk yang ringan2, perlu dilihat konteksnya. bunyi winaya nya seperti apa?
contoh ; tidak boleh menyentuh wanita (dengan nafsu birahi).
Kadang yang () suka dihilangkan.
makanya ada cerita zen, soal biku yang menyeberangkan wanita di sungai. 
1. Jadi anda tahu ketika bhikkhu menyentuh wanita apakah bhikkhu itu penuh nafsu atau tidak?
2. Apakah kepentingan seorang bhikkhu pegang-pegang wanita?
---
1. Tidak tahu. Tapi menurut Buddhism, mana yang lebih baik, yang menolong dan meninggalkannya di seberang sungai, apakah biku yang sibuk menyalahkan biku itu. hehe.
2. Kepentingannya untuk menyelamatkan wanita itu. 
Apakah anda selalu bersentuhan dengan wanita dengan penuh nafsu birahi?
Apakah nafsu birahi selalu muncul setiap lawan jenis bersentuhan?
Apakah kalau anda memegang saudara anda, teman anda, orangtua anda, yang berlainan jenis, akan muncul nafsu birahi juga?
Kalau iya, saya sarankan anda segera berobat.  Ada yang salah dalam syaraf otak anda, merespon rangsangan sentuhan yang muncul.
dalam Vinaya yg disebut "perempuan" adalah manusia berjenis kelamin perempuan dari yg baru dilahirkan, hingga menjelang kematian, menurut anda mengapa vinaya menetapkan peraturan demikian? mungkinkah muncul nafsu birahi ketika bersentuhan dengan bayi perempuan atau dengan nenek2? tapi walaupun pasti tidak muncul nafsu birahi, kenapa vinaya menetapkan definisi perempuan yg se-ekstrim itu? bagaimana tanggapan anda atas hal ini?
---
Saya melihatnya berbeda bro.
Saya tidak melihat Buddha se-ekstrim itu.  Anda dan beberapa teman di sini lah yang menterjemahkan bahasa Buddha dengan cara yang sangat ekstrim.
jika vinaya mengatakan seperti yg saya kutipkan di atas, bagaimana anda memahaminya Bro?

Quote
Quote
Quote
Quote
Jadi seandainya, masalah senar yang terlalu kencang atau kendur itu diutarakan dalam nyanyian yang kurang baik atau fals, misalnya, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan?
itu pendapat anda, saya tidak mengatakan hal itu. Saya cuma menjelaskan bahwa itu semua adalah satu kesatuan, yang karena perpaduan unsur2 itu menyebabkan kesadaran pertapa sidharta bangkit.
Anda tidak bisa bedakan yang mana pendapat dan yang mana pertanyaan?
---
Kalau pendapatan anda sendiri apa? Silahkan dibagikan.


Mungkin juga keempukan tempat duduk, keindahan model mangkuk Sujata, atau bahkan kecantikan Sujata sendiri adalah bagian dari kesatuan unsur yang mencerahkan bodhisatta. Kalau tempat duduknya beda jenis rumput, mangkuk nasi susunya retak-retak, dan Sujatanya berjerawat, bodhisatta tidak akan mencapai pencerahan.
Kira-kira saya mulai mengerti pikiran anda.
---
Kalau anda baca sejarah hidup Buddha (walau banyak versi juga) anda pasti tahu rangkaian ceritanya,
bagaimana Sidharta menyiksa diri yang ekstrim, hingga akhirnya tersadarkan oleh suara/nyanyian/musik (apapun lah yang anda yakini), kemudian dia menerima persembahan dari sujata.  Lalu muncullah kekuatan baru, dari fisik yang sangat lemah itu.  Semuanya adalah rangkaian, kesatuan yang utuh (termasuk penyiksaan diri itu juga).

saran saya, jika mau membaca, bacalah buku yg benar. dalam hal mempelajari ajaran Buddha tidak ada sumber yg lebih benar daripada Tipitaka/Tripitaka. drama penyanyi itu tidak terdapat dalam Tipitaka, silahkan anda membuktikan sebaliknya.
---
Terimakasih bro.
Berikan saya rujukan, sejarah hidup Buddha yang tidak ada menceritakan soal itu.

sudah saya sebutkan di atas, saya membacanya di TIPITAKA. untuk menyebutkan apa yg tertulis, kita bisa langsung menyebutkan judul sutta, bab, bahkan no. hal. Tetapi untuk menyebutkan apa yg tidak ada, anda harus membaca keseluruhan untuk mengetahui bahwa itu memang tidak ada.

Quote
Quote
Ingat, kenapa kelima pertapa meninggalkan Sidharta, karena dianggap melanggar 'winaya' yang seharusnya menjadi pegangan bagi para pertapa?
Apakah Sidharta bisa merealisasi ke-Buddha-an kalau tetap berpegangteguh pada 'winaya' yang disepakati oleh komunitas para pertapa itu?
inilah akibatnya jika menyelewengkan makna Vinaya (pake V). Vinaya adalah eksklusif warisan Buddha. Sidharta memang sudah seharusnya meninggalkan Winaya (pake W), karena Winaya itu cenderung menyesatkan bukan membebaskan. apakah anda bermaksud mengatakan bahwa para bhikkhu sebaiknya tidak berpegangteguh pada Vinaya?
---
hehe.
sekarang kita masuk pada ekslusifitas. mantap.
Ini asli ajaran Buddha yg itu bukan.
vinaya = ajaran Buddha. winaya = bukan ajaran Buddha.
hehe.  Keterjebakan anda pada semantik dan liguistik betul2 sudah sangat besar.
(sekedar info indriah itu tidak ada yang ada itu indra, persis seperti nama anda. maaf oot.)
Anda dan teman2 kotak lima, tidak mungkin tidak menangkap maksud tulisan saya.
Hanya anda membalikkannya menjadi hal2 yang berbau semantik dan linguistik.

baiklah, kalau menurut anda Winaya juga adalah warisan Sang Buddha, apakah Winaya itu menurut pemahaman ajaran yg anda anut?

Quote
Quote
Quote
Quote
Buddha mengajarkan untuk yang masih belum mencapai penembusan.
Tapi beliau sendiri sudah melampaui itu.
Contohnya : Angulimala, Pelacur (lupa-mungkin ambapali), dll
Beliau melihat mereka dengan kacamata kebijaksanaan, sehingga semuanya terselamatkan dan mencapai penembusan sejati.
Coba pilih yang kira-kira sesuai dengan bayangan anda waktu Buddha mengajar Angulimala:
a. "Aku telah lama berhenti berbuat jahat, Angulimala. Kau berhentilah berbuat jahat!"
b. "Aku telah lama tidak lagi membedakan mana yang baik dan yang jahat, Angulimala. Kau berhentilah membedakan mana yang baik dan mana yang jahat!"
---
hahaha.
Dalam mengajarkan Dharma, karena yang menangkapnya adalah yang masih terikat oleh baik dan buruk maka pastilah Buddha melakukan yang (a).
Tapi dalam tindakan, Beliau sudah lepas dari baik dan buruk.  Karena kalau itu yang Buddha lakukan, maka Angulimala akan dilihat sebagai manusia nista, bukan sebagai calon Buddha.  Demikian juga Ambhapali (pelacur), termasuk Dewadata. dll.
Semoga mulai mengerti apa yang saya maksudkan.

Dewadata? sewaktu saya mengusulkan agar nama "VIHARA VIMALA DHARMA" perlu diganti, anda menjawab bahwa untuk nama tidak apa2, sekarang anda malah mengganti nama DEVADATTA menjadi DEWADATA, apakah ini juga jurus Krisnanda anda?
dan menurut anda kenapa Angulimala bisa mencapai Arahat sementara Devadatta malah nyemplung ke Avici?
_/\_
---
Untuk poin ini, saya mesti menyampaikan maaf kalau itu sangat menggangu anda.
Saya tidak melarang kalau penulisan vimala dharma suatu saat diganti menjadi wimala darma, bukan masalah sama sekali bagi saya.
Tapi karena itu soal nama, vimala dharma, maka yang berhak merubahnya adalah ya, kelompok di wihara itu.

Bagi saya Dewadata penulisannya ya, Dewadata. Dan memang saya besar terpengaruh oleh dr. Krisnanda. hehe.
Apakah saya kurang konsisten.  Silahkan saja anda mau menilai seperti itu.
Tapi yang pasti saya tentu tidak akan merubah nama wihara Dhammacakka menjadi dharmacakra, karena jadi wihara yang berbeda. hehe.

Pengetahuan kotak satu dengan kotak lima, tentu masih jauh. Perlu banyak belajar.
Yang saya tahu, bagi Buddha orang sejahat Angulimala telah membunuh 999 orang dan yang mau membunuh Ibunya sendiripun adalah seorang calon Buddha, yang masih bisa di'selamatkan' dan di'kembalikan ke jalan yang benar'.
Dan itu tidak akan muncul kalau Buddha masih membedakan baik dan buruk - dengan kacamata umum.

jadi menurut anda Sang Buddha tidak membedakan baik dan buruk ketika mengajar Angulimala? jadi menurut anda apa yg dicegah oleh Sang Buddha agar tidak dilakukan oleh Angulimala?
« Last Edit: 08 October 2010, 02:40:05 PM by Indra »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #696 on: 08 October 2010, 02:43:44 PM »
tampaknya mbi mengadakan munas dulu nih untuk menjawab setiap postingan di sini. =))

sy dl panitia munas loh...

nah kebetulan, bro NPNG personnel MBI juga? share dong apa aja kebobrokan MBI ;D

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #697 on: 08 October 2010, 03:10:00 PM »
[...]
Contohnya : Saya begitu tersentuh dengan lagu SUJUDKU, yang isinya mengungkapkan bakti kepada orangtua.
Setiap kali saya mendengar lagu ini, saya diingatkan kembali akan kewajiban saya untuk lebih berbakti pada ortu saya.

Ada banyak / bahkan mayoritas umat yang lebih mudah belajar melalui media seperti ini.
Dan bukan melalui meditasi dan pelaksanaan sila yang mendalam seperti yang teman2 lakukan.
Jadi kalau itu memberikan manfaat bagi orang banyak, kenapa kita harus melarangnya?

Ijinkan saya mengirimkan artikel ini, semoga bisa bermanfaat.
Kebetulan baru muncul di email saya.  Sebuah tulisan Gede Prama.

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/25/03073793/kesembuhan.kedamaian.keheningan

Saya hapal sebagian lagu-lagu buddhis (especially Joky). Sesuai pengalaman saya, kalo saya cocok dengan iramanya maka lagu memang bisa mengkondisikan pikiran kita untuk menerima liriknya. Saat mendengar lagu Sujudku, saya bisa menjadi sangat mencintai ortu saya. Ketika mendengar chant of metta, pikiran saya penuh cinta kasih. Tapi ketika lantunan lagu berhenti, IMHO, pencerahan sesaat itu pun perlahan pudar. Memang sih lagu-lagu tertentu ada Dhamma-nya, tapi tak bisa dipungkiri, yang disuguhkan oleh lagu adalah kenikmatan lantunan melodinya ;D

Notes: kalo untuk umat awam sah-sah aja kok (untuk have fun). Kalo Bhikkhu, saya kurang tau.

Offline velisha_lim

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 2
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #698 on: 08 October 2010, 03:20:00 PM »
tampaknya mbi mengadakan munas dulu nih untuk menjawab setiap postingan di sini. =))

sy dl panitia munas loh...

nah kebetulan, bro NPNG personnel MBI juga? share dong apa aja kebobrokan MBI ;D
hehe.
Kalau tujuan dari awalnya untuk ini, kenapa bukan dari awal saja bro disampaikan?
Dan dibuatkan thread baru saja, pasti akan menarik sekali.
Apakah bro mantan orang MBI? Atau barisan sakit hati dengan Sagin?
hehe.

Tidak semua orang punya waktu banyak  untuk membalas semua posting yang masuk.
Anda termasuk yang beruntung bisa selalu online dan standby di depan komputer atau malah dengan menggunakan fasilitas yang lebih canggih.

sarwa manggalang,
henrychan
 

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #699 on: 08 October 2010, 03:21:50 PM »
tampaknya mbi mengadakan munas dulu nih untuk menjawab setiap postingan di sini. =))

sy dl panitia munas loh...

nah kebetulan, bro NPNG personnel MBI juga? share dong apa aja kebobrokan MBI ;D
hehe.
Kalau tujuan dari awalnya untuk ini, kenapa bukan dari awal saja bro disampaikan?
Dan dibuatkan thread baru saja, pasti akan menarik sekali.
Apakah bro mantan orang MBI? Atau barisan sakit hati dengan Sagin?
hehe.

Tidak semua orang punya waktu banyak  untuk membalas semua posting yang masuk.
Anda termasuk yang beruntung bisa selalu online dan standby di depan komputer atau malah dengan menggunakan fasilitas yang lebih canggih.

sarwa manggalang,
henrychan
 

maaf... anda velisha_lim atau henrychan?

terlepas dari siapa anda, dan saya sangat mencurigai itikad baik dari seseorang yg membuat klonengan, dan klonengan adalah diharamkan oleh forum ini, saya tetap akan menjawab anda.

saya tidak berniat untuk melakukan apa yg Bro pikirkan, saya juga tidak pernah sakit hati karena MBI, sejujurnya saya malah berteman baik dengan beberapa pejabat tinggi MBI, dan maaf mengecewakan anda lagi, saudara saya sendiri adalah salah satu pejabat cukup tinggi di MBI, di tambah lagi beberapa bhikkhu yang saya muliakan adalah member SAGIN

tapi dari komentar2 petinggi MBI di sini, saya sampai pada kesimpulan bahwa ada sesuatu yg agak aneh (baca: menyimpang) dari MBI, itulah yg ingin saya selidiki dan meminta informasi dari rekan2.
« Last Edit: 08 October 2010, 03:29:06 PM by Indra »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #700 on: 08 October 2010, 03:26:14 PM »
Lucunya lagi, mereka memiliki intepretasi bahwa "bhikkhu jangan menyentuh wanita dengan nafsu" hanya sebatas nafsu seksual saja. Menurut Daniel Nevada, body language dan sentuhan adalah beberapa metode sosialisasi yang efektif untuk membuat seseorang nyaman dengan cara komunikasi kita. Mungkin "biku" zaman sekarang sudah terbiasa menepuk bahu wanita saat sedang berkomunikasi, supaya komunikasi lebih akrab. Dan konon katanya perbuatan itu tidak didasari nafsu (baca: nafsu seksual). Jadi tidak melanggar Vinaya.

Sepertinya saya mulai mengerti rangkaian kronologis yang menyebabkan Buddhisme terbagi menjadi dua sekte awal.
Karena memang tidak peduli dengan dhamma, hanya peduli pada nafsunya sendiri, maka tentu saja tidak membaca sutta yang notabene adalah Ajaran Buddha. Yang biasa dikatakan nafsu indrawi dalam konteks dhamma adalah perasaan menyenangkan yang timbul dari semua kontak indera, bukan hanya nafsu seksual. Perasaan ini yang cenderung pada kemelekatan.

Offline velisha_lim

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 2
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #701 on: 08 October 2010, 03:41:41 PM »
saya mengatakan hal di atas karena anda menanyakan dalam postingan anda sebelumnya, saya sendiri tidak tertarik untuk membahas ini, mungkin nanti.

Quote
oke, setuju. berarti tidak perlu dibahas.

mungkin saya lebih suka menyelamatkan muka anda dari ketidak-tahuan anda mengenai definisi pembunuhan dalam Buddhisme.

Quote
terimakasih atas niat baik anda.

bagaimana kalau permainannya ternyata tidak indah? saya sendiri adalah seorang penikmat musik, dan bagi saya, permainan sang tokoh tidak lebih dari seorang murid yg baru kursus 3 bulan, keponakan saya bisa main lebih indah dari itu.

Quote
hehe. sangat mungkin. Tapi bukan itu topik bahasan kita kan?


yg saya katakan adalah "diskusi yg berbudaya", dan diskusi yg berbudaya adalah tanya dan jawab, jelas sekali anda kelihatan panik.

Quote
hehe. memang beda kalau yg ilmunya tinggi. Bisa menabak kepanikan saya, hanya dari cara saya menulis.

---
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk biku A yang fotonya terpampang kah?
Kalau melihat dari posting teman2, saya mengatakan besar kemungkinan seperti itu.
Tapi ini bukan berarti saya sepakat, biku tidak boleh menggunakan gitar untuk menghasilkan karya / lagu, yang isinya adalah ekspresi keindahan dharma.

[/quote]
jadi anda meralat statement anda sebelumnya yg mengatakan bahwa bhikkhu ini melanggar, dan sekarang menjadi tidak melanggar?

Quote
hehe. saya dari awal selalu menekankan kemungkin besar iya. Rasanya tidak ada ralat apapun. 
Karena dari hasil posting yang muncul mengarah ke sana.
Tetapi saya tidak mau terjebak pada penghakiman.  Karena apa yang tampak belum tentu adalah kejadian yang terjadi.

jika vinaya mengatakan seperti yg saya kutipkan di atas, bagaimana anda memahaminya Bro?
Quote
hehe. cara kita membaca winaya berbeda bro. Saya melihat holistik, bukan liguistik atau semantik.

sudah saya sebutkan di atas, saya membacanya di TIPITAKA. untuk menyebutkan apa yg tertulis, kita bisa langsung menyebutkan judul sutta, bab, bahkan no. hal. Tetapi untuk menyebutkan apa yg tidak ada, anda harus membaca keseluruhan untuk mengetahui bahwa itu memang tidak ada.

Quote
wow. mantap. berarti anda sudah membaca semuanya.
salut buat anda.

[/quote]
baiklah, kalau menurut anda Winaya juga adalah warisan Sang Buddha, apakah Winaya itu menurut pemahaman ajaran yg anda anut?

Quote
Sudah saya sampaikan di posting yang lain.

jadi menurut anda Sang Buddha tidak membedakan baik dan buruk ketika mengajar Angulimala? jadi menurut anda apa yg dicegah oleh Sang Buddha agar tidak dilakukan oleh Angulimala?
Quote
hehe. anda meminta saya untuk membaca dengan teliti, anda sendiri tidak berusaha menangkap apa maksud saya.
Sekali lagi saya sampaikan pendapat saya.
Kalau Buddha masih melekat pada baik dan salah, maka dia tidak akan menolong Angulimala yg jelas2 sudah salah dengan melakukan pembunuhan 999 orang.  Karena kalau yang dilihat hanya baik dan salah maka Angulimala seharusnya berada di neraka. Bukan diselamatkan dan menjadi Arahat.

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #702 on: 08 October 2010, 03:46:22 PM »
Maaf. Karena email saya mati.
Maka tadi saya pinjam email teman saya.
Ternyata salah gak login lagi.
Jadinya muncul nama teman saya.

Mohon maaf, bukan ketidaknyamanan ini.

Sarwa manggalang,
henrychan


saya mengatakan hal di atas karena anda menanyakan dalam postingan anda sebelumnya, saya sendiri tidak tertarik untuk membahas ini, mungkin nanti.

Quote
oke, setuju. berarti tidak perlu dibahas.

mungkin saya lebih suka menyelamatkan muka anda dari ketidak-tahuan anda mengenai definisi pembunuhan dalam Buddhisme.

Quote
terimakasih atas niat baik anda.

bagaimana kalau permainannya ternyata tidak indah? saya sendiri adalah seorang penikmat musik, dan bagi saya, permainan sang tokoh tidak lebih dari seorang murid yg baru kursus 3 bulan, keponakan saya bisa main lebih indah dari itu.

Quote
hehe. sangat mungkin. Tapi bukan itu topik bahasan kita kan?


yg saya katakan adalah "diskusi yg berbudaya", dan diskusi yg berbudaya adalah tanya dan jawab, jelas sekali anda kelihatan panik.

Quote
hehe. memang beda kalau yg ilmunya tinggi. Bisa menabak kepanikan saya, hanya dari cara saya menulis.

---
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk biku A yang fotonya terpampang kah?
Kalau melihat dari posting teman2, saya mengatakan besar kemungkinan seperti itu.
Tapi ini bukan berarti saya sepakat, biku tidak boleh menggunakan gitar untuk menghasilkan karya / lagu, yang isinya adalah ekspresi keindahan dharma.

jadi anda meralat statement anda sebelumnya yg mengatakan bahwa bhikkhu ini melanggar, dan sekarang menjadi tidak melanggar?

Quote
hehe. saya dari awal selalu menekankan kemungkin besar iya. Rasanya tidak ada ralat apapun. 
Karena dari hasil posting yang muncul mengarah ke sana.
Tetapi saya tidak mau terjebak pada penghakiman.  Karena apa yang tampak belum tentu adalah kejadian yang terjadi.

jika vinaya mengatakan seperti yg saya kutipkan di atas, bagaimana anda memahaminya Bro?
Quote
hehe. cara kita membaca winaya berbeda bro. Saya melihat holistik, bukan liguistik atau semantik.

sudah saya sebutkan di atas, saya membacanya di TIPITAKA. untuk menyebutkan apa yg tertulis, kita bisa langsung menyebutkan judul sutta, bab, bahkan no. hal. Tetapi untuk menyebutkan apa yg tidak ada, anda harus membaca keseluruhan untuk mengetahui bahwa itu memang tidak ada.

Quote
wow. mantap. berarti anda sudah membaca semuanya.
salut buat anda.

[/quote]
baiklah, kalau menurut anda Winaya juga adalah warisan Sang Buddha, apakah Winaya itu menurut pemahaman ajaran yg anda anut?

Quote
Sudah saya sampaikan di posting yang lain.

jadi menurut anda Sang Buddha tidak membedakan baik dan buruk ketika mengajar Angulimala? jadi menurut anda apa yg dicegah oleh Sang Buddha agar tidak dilakukan oleh Angulimala?
Quote
hehe. anda meminta saya untuk membaca dengan teliti, anda sendiri tidak berusaha menangkap apa maksud saya.
Sekali lagi saya sampaikan pendapat saya.
Kalau Buddha masih melekat pada baik dan salah, maka dia tidak akan menolong Angulimala yg jelas2 sudah salah dengan melakukan pembunuhan 999 orang.  Karena kalau yang dilihat hanya baik dan salah maka Angulimala seharusnya berada di neraka. Bukan diselamatkan dan menjadi Arahat.
[/quote]

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #703 on: 08 October 2010, 03:47:02 PM »
 [at]  velisha_lim / henrychan

Coba jangan panik dan emosi sehingga terburu-buru dalam posting. Rapikan dulu format quote-nya supaya yang baca bisa mengerti.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #704 on: 08 October 2010, 03:49:31 PM »
Karena memang tidak peduli dengan dhamma, hanya peduli pada nafsunya sendiri, maka tentu saja tidak membaca sutta yang notabene adalah Ajaran Buddha. Yang biasa dikatakan nafsu indrawi dalam konteks dhamma adalah perasaan menyenangkan yang timbul dari semua kontak indera, bukan hanya nafsu seksual. Perasaan ini yang cenderung pada kemelekatan.

Harap maklum. Terminologi "upaya kausalya" memang sedang nge-trend sekarang ini.