tesla,
menurut saya, keberadaan Buddha memiliki peranan dalam kemajuan bathin saya.
karena kalau tidak ada Buddha (Yg Sadar), maka tidak ada jalan utk lepas dari penderitaan samsara ini
Kalo boleh tebak, mungkin tulisan ini dipengaruhi oleh sutta tentang nibbana (udana 8.3) yah? (... ada [nibbana]; jika tidak ada [nibbana], maka tidak ada jalan pembebasan).
Masalahnya, ada/tidak adanya Buddha (Yg Sadar), sekarang ini tidak bisa kita buktikan.
Yang saya maksud "tidak berpengaruh pada kemajuan bathin" adalah karena:
-jika Buddha ada atau tidak, kenyataan bahwa keinginan membuat orang berduka tetap berlaku
-jika Tipitaka hanyalah novel karangan orang iseng, kenyataan bahwa kebencian menyusahkan diri sendiri juga tidak berubah
Dulu saya pernah diajak untuk masuk agama tertentu, karena mereka mengatakan adanya 'kebangkitan'. Saya tanya dari mana asalnya, katanya dari buku. Saya katakan buku itu bisa salah tulis/cetak, katanya itu langsung dari Tuhan. Jadi saya bilang, sekarang, di sini kita tidak bisa buktikan ada/tidaknya Tuhan dan bahwa omongan itu dicatat ke buku ataupun beneran ada 'kebangkitan'. Bagaimana jika Tuhan ternyata tidak ada, buku itu ternyata bohong, dan tentu saja 'kebangkitan' tidak ada, apa yang menjadi landasan kepercayaannya. Dia mengaku tidak ada. Demikianlah kemajuannya dalam beragama tergantung pada kebenaran kitab dan sejarah.
Suatu kali ketika saya diajak satu kali oleh teman Buddhis untuk baca paritta (bagi orang meninggal). Di situ ada tulisan yang artinya kira-kira "... Apakah seorang Tathagata muncul ataupun tidak di dunia, Dhamma tetaplah demikian...". Berarti orang yang menjalankan dhamma (apapun bentuknya), kemajuan bagi dirinya tetap terjadi walaupun Buddha hanya 'dongeng' dan Tipitaka hanya 'novel'. Demikianlah kemajuan seseorang dalam dhamma tidak tergantung pada kebenaran kitab dan sejarah.
Maksudnya begitu
nyanadhana,
Kalau untuk melihat ajaran dari berbagai sudut pandang (misalnya sosial, organisasi, dll), maka tentu saja fakta tentang adanya Buddha & ajarannya berguna dan perlu. Jadi bukan bermaksud 'menjebak' dengan kalimat ambigu
Juga bukan menganjurkan kita acuh tak acuh dengan fakta sejarahnya.