Bicara Tantrayana yah?
Ok, saya sharing sedikit pengetahuan saya.
Kita harus tahu dulu bahwa setiap agama, termasuk Buddhism memiliki banyak aliran. Dari aliran-aliran tersebut ada yang tergolong agama mainstream dan ada juga yang tergolong cult. Demikian juga dalam Buddhism Tantraya, ada yang tergolong mainstream dan yang tergolong cult. Kita harus bisa membedakan antara kedua hal ini. (Keterangan mengenai cult kalo perlu silakan buka thread sendiri). Kali ini saya hanya membicarakan Tantrayana yang mainstream.
Nah, pada dasarnya, Buddhism Tantrayana ini dapat dibagi menjadi 2 golongan : Tantrayana Barat dan Tantrayana Timur. Tantryana Barat ini adalah Buddhism Tantra yang berkembang di Tibet. Sedangkan Tantrayana Timur itu yang berkembang di China (Mizong) dan Jepang (namanya: Shingon).
Karena saya baru belajar tentang Tantrayana Barat, maka saya akan menjelaskan yang ini saja. Perkiraan saya, perbedaan antara Barat dan Timur adalah pada garis silsilahnya dan juga pada pernak-pernik istilah dan ritualnya.
Orang sering menganggap bahwa Buddhism yang berkembang di Tibet itu adalah Tantrayana. Pendapat ini sebetulnya kurang tepat. Tibetan Buddhism itu meliputi aspek Hinayana, Mahayana dan Tantrayana. Ketiga hal tersebut semua dipelajari dalam Tibetan Buddhism.
Sebelum seseorang menginjak jalur Tantra, maka ia diharuskan dulu untuk memahami jalur Sutra (Sutra path). Yang dimaksud adalah memahami pelajaran-pelajaran yang terdapat di dalam Sutra-sutra / Tripitaka (Tangyur) maupun kitab-kitab komentari (Kangyur). Berarti disini meliputi pemahaman Hinayana dan Mahayana. Dasar-dasar Buddhism seperti 4 kesunyataan mulia, hukum karma, Dependent Origination dll haruslah dikuasai dengan benar. Setelah menguasai pemahaman dan praktek dari Sutra Path ini barulah biasanya teknik Tantra diajarkan.
Tantra sendiri sebenarnya adalah berarti kontinyuitas. Artinya adalah bahwa antara satu konsep dan konsep lainnya memiliki kesinambungan pemahaman dan juga terdapat kesinambungan antara teori dan praktek yang menggunakan berbagai macam teknik (upaya kausalya/skillful means) untuk menghubungkan antara teori menuju realisasi.
Disamping itu, 'Tantra' juga bisa berarti 'jalinan' / 'sulaman'. Artinya pengajaran dalam Tantra menggunakan berbagai macam teknik-teknik psikologis untuk 'merajut' konsep-konsep itu agar saling menganyam dalam pemahaman sehari-hari.
Tantra pada garis besarnya dibedakan menjadi 2 golongan : Outer Tantra dan Inner Tantra.
Outer Tantra :
- Kriya tantra
- Carya (Ubhaya) Tantra
- Yoga Tantra
Inner Tantra :
- Mahayoga
- Anuyoga
- Atiyoga
Outer Tantra adalah teknik-teknik psikologis (visualisasi, mudra, mantra, inisiasi, dsb) yang menggunakan obyek-obyek mahluk suci diluar diri. Disebut 'outer' karena lebih menekankan pada aspek eksternal. Pada Kriya Tantra maka kita memvisualisasikan seakan-akan Yidam itu benar-benar ada diluar diri kita dan kita berlatih untuk mendapatkan wisdom darinya. Visualisasi2 sinar, dsb berasal dari luar ke dalam. Disini maka fokus dititik beratkan pada satu set aturan tingkah laku (sila, dsb).
Sedangkan Yoga Tantra lebih menekankan pada aspek pengolahan batin untuk menuju suatu transformasi batin. Disini Yidam divisualisasikan masuk dan menyatu dengan diri kita, dan diri kita menjadi Yidam tersebut.
Carya Tantra adalah terletak diantara Kriya Tantra dan Yoga Tantra, dimana terdapat keseimbangan antara aspek conduct dan pengolahan batin.
Sedangkan Inner Tantra pada dasarnya adalah menggunakan / memanfaat primordial nature yang sudah ada di dalam diri kita untuk mengolah agar kekotoran batin semakin tersibak agar kita mengenali secara jelas primordial nature tersebut. Dalam Inner Tantra, maka Yidam yang divisualisasikan dipahami sebagai tidak lain adalah manifestasi dari aspek batin kita sendiri. Meskipun demikian, pada Mahayoga dan Anuyoga maka 2 tahap pelatihan (Generation / bskyed rim dan Completion / rdzogs rim) masih digunakan. Sedangkan pada Atiyoga, maka diluar dari generation dan completion stage.
Memang, dalam memahami Tantra agak sulit karena seperti telah saya kemukakan di depan bahwa Tantra adalah "jalinan" atau "anyaman" dari konsep-konsep yang secara bertahap melalui praktek dikembangkan. Seringkali dalam menjelaskan suatu hal maka dalam keterangan penjelasan itu ada istilah baru lain yang akan asing bagi pemula. Istilah asing itu bila dijelaskan maka dalam penjelasannya akan membawa istilah baru lagi yg lain. Itulah yg saya maksud dengan "anyaman". Maka memang tidak mudah karena saling kait mengkait. Belum lagi konsep2-simbolis yang hanya bisa dipahami melalui pengalaman langsung. Kalau coba dijelaskan, ribet.
Misalkan, untuk memahami Kriya Tantra maka anda harus terlebih dahulu memahami filosofi Vaibhasika (ie: Abhidhamma Theravada) untuk mendapatkan view yang sesuai dengan praktek Kriya tersebut.
Sedangkan untuk Carya Tantra anda harus memahami filosofi Sautrantika. Yoga Tantra dengan filosofi Yogacara dan Anuttarayoga Tantra melalui filosofi Madhyamaka.
Terlihat disini bahwa pemahaman aspek Sutra tidak bisa terpisahkan dari praktek Tantra. Anda harus mempelajari dulu perkembangan sejarah pemikiran Buddhist dari berbagai macam filosofi yang ada dalam Mahayana. Dan hal itu berarti juga bahwa anda harus membuka diri (open mind) terhadap perkembangan sejarah Buddhism.
Tambahan lagi. Mengingat bahwa teknik2 itu begitu subtil dan mengandung makna-makna yang tersirat dalam simbolismenya, maka diperlukan suatu guru yang bersilsilah (memiliki lineage yang resmi). Sebab, pengajaran hal-hal yang rumit itu terletak diluar kitab-kitab utama maupun komentari dan hanya diturunkan secara oral dari guru ke murid. Oleh karena itu, bila tanpa silsilah, kemungkinan besar yang akan dipelajari hanyalah teknik2 yang terpotong-potong satu dengan yg lainnya (mekanistik tapi kehilangan makna dan goal) bahkan kemungkinan besar hanya akan menjadi praktek klenik / perdukunan. Itu tentu saja adalah pemahaman Tantra yang salah kaprah.
Sebelum mempraktekkan Tantra, seharusnya view-nya sudah betul dulu. View ini baru bisa betul bila rajin 'ngulik' Buddhism dari berbagai sudut, atau cara mudah : cari guru yg beneran (yg mau membimbing, bukan sekedar label-labelan krn ikut empowerment).
Semoga bermanfaat.