Yup. Setuju sama si alex ...
Maksudnya jangan karena si anak tidak masuk tiga besar/lima besar lantas beasiswa dicabut. Jangan karena ranking semata kita menghambat seseorang. Intinya tetap agar si anak semangat belajar, tetap rajin sekolah, dan tidak terlalu 'memaksakan diri' harus mendapat ranking.
beberapa waktu lalu, saya berkenalan dengan ibu 3 anak. Saat itu si anak yang ketiga (4 tahun) sudah digenjot dan dipaksa ini itu. Datang ke sekolah sudah tak bersemagat. Malah dengan bangganya si ibu memberitahu saya kalau anaknya bersekolah di 2 preschool yang berbeda. Hasilnya, hanya dalam setengah tahun sudah naik tingkat. Tapi yang tidak disadari oleh si ibu adalah wajah anaknya yang lemas setiap datang ke sekolah, bagai anak tiada gairah kehidupan.
Beberapa tahun kemudian, saya bertemu lagi dengan si ibu. Sekarang tiap tahun anaknya (yang ke 1, 2, dan3) pindah sekolah karena saking semangatnya mencari pendidikan terbaik. Well, dia sih nggak bilang gitu. Tapi setiap kali ketemu dia sekolah anaknya sudah ganti. Nah, bulan lalu ketemu lagi sama si ibu. Kali ini dengan semangatnya dia cerita anaknya yang kedua baru lolos kualifikasi olimpide nasional, hebohnya lagi satu2nya anak di sekolah radius daerah saya yang lolos. Dengan berapi2 dia cerita kalau anaknya mesti ranking, mesti dapet medali, biar nanti mesti bisa dapat beasiswa di singapur, biar nanti blablabla..IMO, anaknya baru remaja gitu. Bener aja, anaknya memang dapet tuh gelar. Fotonya sampe dipajang di poster sekolah. Tapi, tampangnya udah gak sehat dan saya yakin perkembangan mentalnya juga acak kadut tak tahu apa yang terjadi nanti saat usianya sudah 20, 30, 40 tahun...
Semoga mengerti sudut pandang saya ya. Prestasi akademik diperlukan dalam batas terttntu saja untuk melihat anaknya serius/tidak dalam belajar. Tapi ranking tidak diperlukan tinggi-tinggi.