Bro kuto,
Dalam riwayat Buddha Gotama, dikatakan kalau tidak salah(<=pake ini krn blum pasti, soalnya kronologi Hidup Buddhanya lagi sama temen, satu lagi ilang waktu olimpiade Buddhis ) konon katanya, pengamen tersebut adalah penyamaran dari dewa alam Brahma(atau lebih tepatnya Pacceka Buddha ya? )\ /
Entahlah. Banyak kisah-kisah "legenda" yang kadang bisa berbeda-beda. Misalnya campur tangan para deva yang memberikan sari makanan deva saat Bodhisatta melakukan pertapaan keras, deva menjadi pemusik yang "mengajarkan" jalan tengah, dan lain-lain. Saya tidak terlalu tahu dan juga merasa tidak bermanfaat. Bahkan kalau dikit2 deva, dikit2 Brahma, dikit2 naga, malah jadi seperti dongeng anak kecil, bisa2 mengurangi daya tarik orang pada dhamma itu sendiri.
Dalam Tradisi Theravada, ada 3 jenis Arahat:
1. Samma Sambuddha, yaitu yang mencapai kesucian dengan usaha sendiri dan dapat mengajarkan ke orang lain.
2. Pacceka Buddha, yaitu yang mencapai kesucian dengan usaha sendiri, tetapi tidak dapat mengajarkannya.
3. Savaka Buddha, yaitu yang mencapai kesucian dengan bantuan dari seorang Samma Sambuddha.
Menurut dhamma, Pacceka Buddha tidak akan muncul pada masa seorang Samma Sambuddha ada. Menurut (lagi-lagi) legenda, Pacceka Buddha terakhir, Matanga, parinibbana sesaat setelah kelahiran Bodhisatta Gotama.
Dewa yang tinggal dari alam Brahma, salah satunya orang yang telah mencapai tingkat kesucian anagami, yang tidak akan dilahirkan lagi di dunia, dan akan mencapai Nibbana di alam Brahma.
Nah, Sekarang apakah Anagami itu dah termasuk Pacceka Buddha ya?
Seorang mencapai tingkat kesucian anagami, berarti telah mengambil jalur Savaka Buddha. Jadi melalui tahap-tahap: Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat Savaka Buddha. Jadi di sini jelas anagami tidaklah mungkin seorang pacceka Buddha, dan juga sebaliknya.
Alam Brahma itu ada 20. Bagi yang telah mencapai kesucian anagami, maka akan terlahir di salah satu dari 5 alam kediaman murni (Suddhavasa), dari situ mereka akan mencapai kesucian Arahat. Untuk lebih lengkap, mungkin bisa ditanya ke boardnya Bro Upasaka.
Seperti kutipan cerita Panc-Uposatha Jataka berikut,
Beliau menjelaskan kepada mereka:
"Ada Pacceka Buddha yang datang
dan tinggal sebentar di pondokku, serta menunjukkan
kedatangan dan kepergianku, nama dan ketenaran, keluargaku, dan semua jalan masa depanku."
"Karena diliputi oleh kebanggaan, aku tidak bersujud di kakinya, aku tidak menanyakan lagi.
Karena itu kepada sumpah Sabbathlah aku meminta tolong kebanggaan ini semoga tidak akan mendekat kepadaku lagi, seperti pada kalian."
Dalam kisah tersebut dikatakan bahwa sang pertapa dikuasai oleh kebanggaannya akan kelahirannya yang agung, kemudian Pacceka Buddha melihatnya, dan membantu menyadarkan sang pertapa.
Terima kasih atas postingan kisahnya.
Sekali lagi Pacceka Buddha tidak berada pada masa yang sama dengan seorang Samma Sambuddha.
Demikian juga halnya dengan Sang Bodhisatta yang sedang melaksanakan praktek pertapaan keras tersebut, Seorang Pacceka Buddha yang menyamar menjadi seorang pengamen.
Dan pastinya Pacceka Buddha sudah mengetahui kesunyataan mulia sehingga bisa mengajari Sang Bodhisatta...
Dan lagi Pacceka Buddha adalah orang yang mencapai pencerahan dengan usahanya sendiri, dan tidak menurunkan ajarannya ke dunia
Sehingga, kalau ada pertanyaan seperti ini: mengapa tidak Pacceka Buddha itu saja yang membabarkan Dhamma?
jawabnya seperti yang dikatakan di atas, seorang Pacceka Buddha tidaklah menyebarkan ajaran, hanya sammasambuddha dan savaka Buddha-lah yang menyebarkan ajaran....
Pacceka Buddha memang menyadari kesunyataan mulia, namun tidak merumuskan dan tidak mengetahui kecenderungan bathin orang lain secara pasti, sehingga tidak bisa mengajarkan jalan tersebut. Namun jangan disalah-pahami bahwa Pacceka Buddha itu hanya orang "bodoh" yang tidak bisa mengajar apa-apa. Dalam hal kebijaksanaan, dikatakan seribu orang seperti Sariputta atau Maha-Moggallana saja, tidak bisa dibandingkan dengan seorang Pacceka Buddha.
Pernah baca kisah Cula-Panthaka? Gampangnya, seorang Pacceka Buddha tidak akan tahu cara "mengajar" Cula-Panthaka adalah dengan kain.
Klo sumbernya sih di Riwayat Hidup Buddha Gotama ,
Di Buddhavamsa ada gak ya?
Yang tentang kecapi itu, saya tidak temukan di Buddhavamsa.
mo nanya,
Apakah dalam setiap kehidupan masing2 Buddha ada melakukan praktik pertapaan kerasnya?
klo ada, bagaimana cara Buddha yang lain menyadari ketidakbermanfaatnya, praktik tersebut?
(waktu itu baca sekilas aja , klo gak salah ada ya.. )
klo ada kata2 yang salah, mohon maafnya
Metta Cittena,
Citta
Semua Bodhisatta menjalani hidup duniawi yang penuh kenikmatan indriah dan juga melakukan praktik pertapaan keras, yaitu kedua ekstrem. Tetapi cara dan waktu mereka menyadari kebijaksanaan adalah berbeda. Dari 7 Buddha terakhir sebelum Buddha Gotama, rata-rata adalah 8 bulan dan 6 bulan. Buddha Kassapa
hanya 7 hari. Bodhisatta Gotama harus menjalaninya selama 6 tahun karena akibat dari kamma buruk masa lampau, yaitu menghina ajaran Buddha Kassapa.